• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL DESA

Total 1 524 Sumber: Data Monografi Desa Permisan (2009)

Kehidupan yang ada di desa berdasarkan pada kegiatan ekonomi yang berlangsung di desa. Meningkatnya aktivitas ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan ekonomi yang terjadi berkaitan erat dengan bidang-bidang lain seperti pendidikan, infrastruktur, dan keamanan.

Mata pencaharian warga Desa Permisan sebagian besar adalah buruh petani. Banyaknya orang yang datang dari luar desa untuk membuka sawah pertanian. Saat ini lahan pertanian di desa seluas 44.421 ha. Masyarakat umumnya menanam padi dengan masa panen dua kali. Ada juga yang membuka tambak untuk perikanan. Sampai sekarang luas lahan tambak di Desa Permisan 874.970 ha. Permisan menjadi salah satu desa yang sumber penghasilan warganya berasal dari sektor perikanan dan pertanian. Adanya PT Pertamina Gas tidak merubah mata pencaharian warga desa. Akan tetapi, dengan adanya PT Pertamina Gas, menambah jenis mata pencaharian di desa sehingga warga yang bekerja di sektor non pertanian juga cukup banyak. Tabel 7 merupakan tabel mata pencaharian utama warga Desa Permisan. Berdasakan tabel tersebut dapat dilihat bahwa buruh tani merupakan mata pencaharian paling banyak di desa. Mata pencaharian selanjutnya yang menjadi pilihan warga ialah petani penggarap tetap pada bidang pertanian.

Tabel 6 Jenis dan jumlah mata pencaharian penduduk Desa Permisan

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 Petani Penggarap 51

2 Buruh Tani 171

3 Pengusaha besar/kecil 42

4 Pedagang 33

5 Pegawai Negri Sipil 14

6 TNI/Polri 4

7 Kerajinan 4

8 Konstruksi 7

9 Peternakan 21

10 Supir 6

Sumber: Data Monografi Desa Permisan (2012)

Struktur Sosial dan Pola Kebudayaan Masyarakat

Desa Permisan memiliki beberapa kelembagaan masyarakat. Beberapa diantaranya adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa yang terdiri atas BPH, BPD, RT/RW, dan PKK. Lembaga lainnya adalah LPMD yang diketuai oleh Bapak H. M. Rifa‟I, SH. Ada juga Paguyuban Kader Lingkungan (PKL) yang merupakan lembaga yang sengaja di bentuk oleh desa dengan tujuan bekerja sukarela dan ikhlas hati mengurus keperluan lingkungan desa sebagai bentuk pengabdian kepada desa. PKL dibina oleh Bapak H. Suwarno Ichsan dan diketuai oleh Bapak Mashudi. Susunan pengurus PKL masa bhakti 2011-2016 terdiri atas:

Pembina : H. M. Suwarno Ichsan Ketua : Mashudi

Wakil Ketua : Alifudin Sekertaris : Maria Ulfah Bendahara : Binikmatillah

Seksi-seksi : a. Kebersihan/Sampah b. Kebun Bibit

1. Nasta‟in 1. Ach. Faham

2. Romli 2. Yazidul Busthomi

c. Warung Hidup d. Lumbung Hidup

1. Buasim 1. H. Abdul Faqih

2. Shodikin 2. H. Syafi‟i

e. Toga f. Gemarikan

1. Nur Hasanah 1. H. Sholikhin

2. S Yanti 2. H. Zainul Fanani

g. Rumah Sehat h. Keamanan

1. F. Inayah 1. Moh. Khotib

2. M. Nikmah 2. M. Zaini

i. Humas

1. Moh. Khoiri

2. Semua Ketua RT. 01-06

Pengukuhan susunan pengurus PKL di Desa Permisan pertama kali dilakukan pada Tahun 2006 menurut Keputusan Kepala Desa Permisan Kecamatan Jabon

Kabupaten Sidoarjo No: 141.2/005.18.404.7.17.14/2013. Hingga saat ini PKL telah berganti dua kali masa kepengurusan. PKL memiliki beberapa divisi yaitu kebersihan/sampah, kebun bibit, warung hidup, lumbung hidup, toga, gemarikan, rumah sehat, keamanan, dan humas. Keberadaan PKL di desa dirasa sangat bermanfaat oleh masyarakat dalam upaya pemeliharaan lingkungan desa.

Islam adalah agama mayoritas yang menjadi kepercayaan warga di Desa Permisan. Jawa merupakan satu-satunya suku yang ada di desa sehingga Jawa menjadi etnik yang utama di desa walaupun terdapat warga pendatang. Akan tetapi, tetap saja mayoritas warga pendatang tersebut itu juga berasal dari Jawa. Masyarakat di Desa Permisan dapat disebut masyarakat mono-religi dan mono- etnik. Selain kepala desa dan kepala dusun yang menjadi pemimpin, tokoh agama juga dijadikan tokoh pemimpin informal yang disegani dan dipatuhi di desa. Tokoh agama di desa pada umumnya adalah pemilik dan pimpinan dari majlis ta‟lim desa. Terdapat tiga tokoh agama yang cukup terkenal di Desa Permisan.

Masyarakat Desa Permisan merupakan suku Jawa. Walaupun masyarakat sudah mengenal kehidupan modern, kebudayaan Jawa masih begitu kental terasa di desa. Gaya bahasa dan pergaulan masyarakat menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Akan tetapi, tidak semua masyarakat di desa dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Ciri khas dari masyarakat Permisan sendiri adalah cara mereka berbicara menggunakan bahasa Jawa dengan logat Jawa Timur.

Interaksi sosial antar masyarakat di Desa Permisan memiliki hubungan dekat dan rukun antar satu dan lainnya. Masyarakat cukup terbuka dengan orang luar dan ramah sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan di desa. Kerja sama antar warga masih sering terlihat di lingkungan desa. Masyarakat masih sering terlihat melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan di wilayah desa dan sama-sama saling merawat dan melestarikan wilayah desa. Banyaknya lahan hijau di pekarangan rumah atau di area jalan utama desa mencerminkan bahwa masyarakat cukup peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Bersihnya jalan dari sampah-sampah juga merupakan cerminan bahwa masyarakat mencintai hidup bersih.

Pelapisan sosial masyarakat Desa Permisan dapat digolongkan menjadi masyarakat golongan atas, menengah, dan bawah. Dasar penggolongan ini berdasakan atas jumlah kekayaan yang dimiliki berdasar pada kepemilikan lahan (lahan sawah, lahan tambak, dan lahan kering), kepemilikan kendaraan, jenis pekerjaan, dan pendidikan. Akan tetapi, hal yang paling umum digunakan adalah kepemilikan lahan. Seseorang yang memiliki lahan sendiri dan lahannya luas serta memperkerjakan orang lain untuk mengurus tanahnya dapat digolongkan menjadi masyarakat golongan atas. Golongan atas juga dapat dikategorikan sebagai seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, para aparat desa, para tokoh agama, dan orang-orang yang dituakan. Pedagang, mereka yang bekerja dengan pendidikan terbatas dapat digolongkan menjadi masyarakat golongan menengah. Para buruh, pekerja serabutan yang mengelola lahan orang lain dan memiliki tingkat pendidikan rendah digolongkan menjadi masyarakat golongan bawah.

Desa Permisan ditunjang dari sektor perikanan dan pertanian. Sebagian besar lahan di Desa Permisan merupakan lahan tambak. Umumnya, lahan sawah dipakai untuk menanam padi sawah dan lahan tambak digunakan untuk budidaya Ikan Bandeng, Ikan Mujaher, Ikan Nila, Udang Windu, Udang Fanami, dan lain-lain.

Hasil budidaya perikanan tersebut merupakan komuditas utama Desa Permisan. Adanya PT Pertamina Gas di desa tidak mengubah struktur mata pencaharian warga Desa Permisan.

Warga Desa Permisan dapat dikatakan masih berada pada level pendidikan tingkat rendah. Hal itu dapat dilihat melalui banyaknya jumlah warga yang hanya merupakan lulusan SD dan SMP/SLTA. Banyak dari mereka yang tidak dapat merasakan pendidikan karena faktor biaya dan jarak desa ke sekolah cukup jauh sehingga membutuhkan biaya lebih. Akibatnya, warga hanya mampu mengenyam pendidikan SD hingga SMP karena di desa hanya terdapat fasilitas sekolah hingga SMP saja.

Akses masuk ke Desa Permisan cukup baik dan mudah ditempuh walaupun lokasi desa berada di pelosok dan cukup jauh dari kota. Kondisi jalan baik sudah merupakan jalan aspal tidak berlubang. Akan tetapi, kelemahan akses masuk ke desa adalah tidak adanya sarana angkutan umum yang mengantarkan warga keluar masuk desa. Jika ingin berkunjung ke desa harus menggunakan kendaraan pribadi. Adanya peristiwa lumpur panas Lapindo menyebabkan akses transportasi umum terputus sehingga tidak ada lagi angkutan umum beroperasi hingga ke desa. hampir semua warga desa memiliki kendaraan pribadi. Warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi dapat menyewa mobil pada pagi dan malam hari secara bersama-sama. Terdapat empat sarana kesehatan di Desa Permisan berupa satu tempat praktik bidan, satu Poskesdes (pos kesehatan desa), dan dua Posyandu. Rumah sakit terdekat berjarak tujuh km dari desa

Pola-pola Adaptasi Ekologi Masyarakat

Adanya PT Pertamina Gas di dalam kawasan Desa Permisan cukup memberikan dampak bagi masyarakat Desa Permisan. Masyarakat desa cukup banyak yang dapat bekerja di Pertamina Gas sebagai petugas keamanan dan supir. Akan tetapi, hal tersebut tidak mengubah pola mata pencaharian Desa Permisan yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh tani dan petani penggarap. Mereka tetap dapat mengelolah lahan tambak dan pertanian mereka karena adanya stasiun milik PT Pertamina Gas tidak berpengaruh langsung pada penggunaan dan pengelolahaan lahan mereka.

Kebutuhan masyarakat desa juga cukup terpenuhi dengan adanya PT Pertamina Gas. PT Pertamina Gas sering membantu dan mendukung kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh desa. Hasil tambak dan pertanian selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup juga mereka salurkan ke pasar.

Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh masyarakat desa, juga dipengaruhi dengan adanya bencana luapan lumpur panas Lapindo. Luapan lumpur yang dialirkan melalui sungai porong sempat mengganggu sistem irigasi pertanian mereka. Jika musim hujan datang, masyarakat was-was akan kebocoran tanggul lumpur panas karena akan merusak tanaman mereka.

Bencana lumpur panas Lapindo juga mempengaruhi akses warga ke luar desa. Tidak adanya sarana angkutan umum membuat warga sulit pergi ke luar desa. Kondisi tanah dan udara cukup mengalami perubahan pasca terjadinya bencana lumpur panas Lapindo. Tanah pertanian menjadi kering akibat terputusnya aliran irigasi yang berasal dari Sungai Porong. Udara menjadi lebih panas karena uap

dari semburan lumpur panas tersebut. Mengatasi perubahan tersebut, warga Desa Permisan membuat irigasi yang bersal dari air hujan dan sungai-sungai kecil yang ada di wilayah desa. Warga desa juga giat menanam pohon di pinggir jalan utama dan pekarangan rumah untuk mengurangi hawa panas yang bersal dari luapan lumpur panas Lapindo.

Ikhtisar

Desa Permisan merupakan desa binaan PT Pertamina Gas dengan luas 952.498 ha, berada pada dataran rendah. Sebagian besar lahan di desa di gunakan untuk tambak dan persawahan. Desa Permisan memiliki ketinggian tanah dari permukaan laut 6 000 mm dan suhu udara rata-rata 33 derajat Celcius dengan banyaknya curah hujan sebesar 2 000 mm per tahun. Desa ini berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu: (1) sebelah utara Desa Plumbon; (2) sebelah selatan Desa Balongtani; (3) sebelah timur Desa Kupang; (4) sebelah barat Desa Keboguyang.

Desa Permisan terdiri atas satu dusun, dua RW, dan enam RT. Penduduk Desa Permisan Tahun 2012 terdiri atas 414 kepala keluarga dengan jumlah penduduk mayoritas adalah laki-laki yaitu 758 jiwa (52,2%), perempuan sebanyak 695 jiwa (47,8%) dari total keseluruhan penduduk 1 453 jiwa. Rasio penduduk dengan jumlah kepala keluarga adalah 4:1, dimana setiap kepala keluarga rata-rata menanggung empat jiwa. Desa Permisan memiliki lima jumlah lembaga pendidikan yang terdiri atas dua TK swasta, dua SD negri, dan satu SMP negri. Minimnya sarana dan prasarana pendidikan menyebabkan banyak warga yang hanya menamatkan pendidikan hanya sampai pada jenjang pendidikan SD dan SMP. Menurut data monografi Tahun 2012 dapat dikatakan bahwa mata pencaharian atau sumber penghasilan utama masyarakat Desa Permisan adalah buruh tani dan petani penggarap. Komoditi unggulan Desa Permissan adalah perikanan tambak.

Desa Permisan memiliki beberapa kelembagaan masyarakat. Beberapa diantaranya adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa yang terdiri atas BPH, BPD, RT/RW, PKK, LPMD, dan PKL. Tokah agama merupakan tokoh yang dipercayai juga oleh masyarakat selain kepala desa dan kepala dusun di desa. Desa Permisan yang hanya terdiri atas suku Jawa dan semua warga beragama islam dapat disebut sebagai desa mono-etnik dan mono-religi. Akses jalan menuju desa sudah cukup bagus, jalan tidak berlubang dan sudah merupakan jalan aspal serta dapat dilalui oleh kendaraan roda dua ataupun kendaraan roda empat. Akan tetapi, akses transportasi menuju desa cukup sulit karena tidak ada transportasi umum menuju desa. Jika ingin ke desa, harus menggunakan kendaraan pribadi. Keadaan lingkungan di desa bersih dan asri dengan adanya lahan hijau di setiap pekarangan rumah dan jalan utama desa. Kebersihan di desa merupakan hasil gotong royong dan kepedulian warga desa. Warga desa masih dengan rutin melaksanakan kerja bakti membersihkan lingkungan di desa.

Adanya PT Pertamina Gas tidak mengubah pola mata pencaharian penduduk. Sebagian besar mata pencaharian penduduk masih sebagai buruh tani dan petani penggarap, walaupun ada juga masyarakat yang bekerja di PT Pertamina Gas. Bencana lumpur panas Lapindo cukup meresahkan masyarakat karena jika musim hujan tiba, tanggul lumpur dapat jebol dan merusak tanaman warga. Kondisi tanah

menjadi sedikit lebih kering dan udara menjadi lebih panas setelah terjadinya bencana lumpur panas Lapindo. Warga mengandalkan air hujan dan aliran sungai- sungai kecil sebagai irigasi sawah. Warga desa juga giat menanam pohon untuk membuat lingkungan menjadi lebih asri.

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN