BAB II PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GRK
CH 4 Emission rice = A*CFsoil*SF water regime *EF rice
2.3.2 Sumber Emisi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan dan lahan gambut bersumber dari perubahan tutupan lahan dan lahan gambut. Perubahan tutupan lahan terjadi sebagian besar diakibatkan kegiatan deforestrasi pada kawasan hutan terutama di kawasan hutan primer baik itu hutan lahan kering, hutan mangrove, dan hutan rawa. Deforestasi itu sendiri dapat di akibatkan oleh illegal logging, pembukaan lahan pertanian oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan, dan atau oleh kebakaran hutan. Perubahan tutupan lahan juga disebabkan oleh degradasi hutan.
Berdasarkan data peta tutupan lahan tahun 2006 dan 2011 dari Baplan, di Sumatera Selatan selama periode tahun 2006 – 2011 terjadi 4.41 % deforestasi sebagian besar lahan menjadi perkebunan, hutan tanaman, dan pertanian lahan kering (campur).
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 64
Gambar 2.28 Peta Tutupan Lahan Tahun 2006 (kiri) dan 2011 (kanan) Provinsi Sumatera Selatan (Sumber : Baplan)
Tabel II.18. Perubahan Lahan Pada Periode tahun 2006 – 2011 Provinsi
Sumatera Selatan
Penutupan Lahan
2006 Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan
Hutan Lahan Kering
Primer 301,316.63
Hutan Lahan Kering Primer 299,099.90 Hutan Lahan Kering
Sekunder 356.55 Degradasi
Pertanian Lahan Kering
Campur 882.26 Deforestrasi
Semak Belukar 977.92
Deforestrasi (kebakaran hutan)
Hutan Lahan Kering
Sekunder 302,676.22
Hutan Lahan Kering
Sekunder 276,890.01
Perkebunan 2,321.78 Deforestrasi
Pertanian Lahan Kering 156.29 Deforestrasi Pertanian Lahan Kering
Campur 18,268.96 Deforestrasi
Semak Belukar 3,466.40
Deforestrasi (kebakaran hutan) Tanah Terbuka 1,572.77 Deforestrasi
Hutan Mangrove
Primer 142,883.32
Hutan Mangrove Primer 104,366.45
Hutan Mangrove Sekunder 37,721.28 Degradasi
Belukar Rawa 753.31 Deforestrasi
Tambak 33.96 Deforestrasi
Tanah Terbuka 8.68 Deforestrasi
Hutan Rawa Primer 30,174.91
Hutan Rawa Primer 11,678.07
Hutan Rawa Sekunder 7,976.62 Degradasi
Perkebunan 6,246.59 Deforestrasi Belukar Rawa 1,036.55 Deforestrasi (kebakaran hutan) Tanah Terbuka 3,237.08 Deforestrasi (kebakaran hutan) Hutan Tanaman 215,779.04 Hutan Tanaman 203,627.42
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 65 Penutupan Lahan
2006 Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan
Semak Belukar 1,127.65 Deforestrasi (kebakaran hutan) Tanah Terbuka 10,881.05 Deforestrasi (kebakaran hutan) Semak Belukar 536,669.68 Semak Belukar 513,330.54
Hutan Lahan Kering
Sekunder 26.14 Reforestrasi
Hutan Tanaman 222.78 Reforestrasi Perkebunan 19,157.06 Reforestrasi Pertanian Lahan Kering
Campur 50.93 Reforestrasi
Tanah Terbuka 3,882.23 Degradasi Perkebunan 666,867.94 Perkebunan 666,867.94
Pemukiman 169,989.80 Pemukiman 169,989.80
Tanah Terbuka 277,351.70
Tanah Terbuka 250,355.84
Hutan Tanaman 9,263.56 Reforestrasi
Sawah 10.41
Semak Belukar 9,459.36
Pertanian Lahan Kering 71.85 Reforestrasi Pertanian Lahan Kering
Campur 1,713.59 Reforestrasi
Perkebunan 6,477.08 Reforestrasi
Rumput 267,451.78
Rumput 263,664.95
Perkebunan 3,456.52 Reforestrasi
Pertanian Lahan Kering
Campur 24.97 Reforestrasi
Tanah Terbuka 305.35
Air 98,447.23 Air 98,447.23
Hutan Mangrove
Sekunder 31,064.53
Hutan Mangrove Sekunder 29,343.60
Hutan Tanaman 1,682.49 deforestrasi
Tambak 38.44 deforestrasi
Hutan Rawa
Sekunder 225,105.52
Hutan Rawa Sekunder 190,638.92
Perkebunan 14,654.30 Deforestrasi Pertanian Lahan Kering 1,808.88 Deforestrasi Belukar Rawa 6,927.76 Degradasi
Tanah Terbuka 11,075.67 Deforestrasi (kebakaran hutan) Belukar Rawa 1,333,684.71 Belukar Rawa 890,305.27
Hutan Mangrove Sekunder 965.21 Reforestrasi Hutan Tanaman 62,374.69 Reforestrasi
Semak Belukar 366,180.72 degradasi (kebakaran hutan) Tambak 234.50 Tanah Terbuka 13,624.31 degradasi (kebakaran hutan) Pertanian Lahan Kering 570,024.09
Tanah Terbuka 54.02 deforestrasi
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 66 Penutupan Lahan
2006 Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan
Pertanian Lahan
Kering Campur 2,865,496.26
Pertanian Lahan Kering
Campur 2,856,423.83
Perkebunan 7,497.24 diversifikasi Tanah Terbuka 1,575.19 Reforestrasi
Sawah 410,839.08 Sawah 410,839.08 Tambak 59,806.98 Tambak 59,806.99 Bandara/Pelabuhan 248.76 Bandara/Pelabuhan 248.76 Transmigrasi 56,601.73 Transmigrasi 56,601.73 Pertambangan 28,194.75 Pertambangan 28,194.76 Rawa 145,853.63 Rawa 133,388.41
Hutan Tanaman 11,933.39 Reforestrasi
Perkebunan 531.83 Reforestrasi
Sumatera Selatan mempunyai lahan gambut seluas 1 262 385 hektar, terluas kedua di Pulau Sumatera setelah Provinsi Riau. Sebagian besar lahan gambut masih berupa tutupan hutan dan menjadi habitat bagi berbagai spesies fauna dan tanaman langka. Lebih penting lagi, lahan gambut menyimpan karbon (C) dalam jumlah besar. Gambut juga mempunyai daya menahan air yang tinggi sehingga berfungsi sebagai penyangga hidrologi areal sekelilingnya. Konversi lahan gambut akan mengganggu semua fungsi ekosistem lahan gambut tersebut.
Gambar 2.29 Peta Sebaran Gambut di Provinsi Sumatera Selatan
Dalam keadaan hutan alami, lahan gambut berfungsi sebagai penambat (sequester) karbon sehingga berkontribusi dalam mengurangi gas rumah kaca di atmosfir, walaupun proses penambatan berjalan sangat pelan setinggi 0-3 mm gambut per
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 67
tahun (Parish et al., 2007) atau setara dengan penambatan 0-5,4 t CO2 ha-1 tahun- 1 (Agus, 2009). Apabila hutan gambut ditebang dan di drainase, maka karbon tersimpan pada gambut mudah teroksidasi menjadi gas CO2 (salah satu gas rumah kaca terpenting). Selain itu lahan gambut juga mudah mengalami penurunan permukaan (subsiden) apabila hutan gambut dibuka. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dan perencanaan yang matang apabila akan mengkonversi hutan gambut. Perencanaan harus mengacu pada hasil studi yang mendalam mengenai karakteristik gambut setempat dan dampaknya bila hutan gambut dikonversi.
Deforestasi hutan dan penggunaan lahan gambut untuk sistem pertanian yang memerlukan drainase dalam (> 30 cm) serta pembakaran atau kebakaran menyebabkan emisi CO2 menjadi sangat tinggi. Emisi lahan gambut di Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar diakibatn oleh aktivitas yang terjadi di lahan gambut seperti deforestrasi pada hutan gambut, drainase untuk perkebunan dan hutan tanaman, dan kebakaran lahan gambut. Berdasarkan informasi terakhir, jumlah hot spot (titik panas) yang terpantau di Provinsi Sumsel mengalami peningkatan drastis. Selama lima hari (1–5 September), hot spot tembus 1.154 titik. (http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/, diakses tgl 27 September 2012 pukul 2:26 PM).
Berdasarkan data sumber emisi tersebut akan diketahui jumlah potensi emisi GRK di Provinsi Sumatera Selatan. Emisi akibat perubahan tutupan lahan dihasilkan dari dari data aktivitas perubahan tutupan lahan yang dipengaruhi oleh factor emisi tiap
– tiap jenis tutupan lahan.
Emisi (C) = Data Aktivitas x Faktor Emisi
Data aktivitas perubahan lahan berdasarkan perubahan lahan yang terjadi pada periode tahun 2006 – 2011 (sumber data dari Baplan).
Tabel II.19. Faktor Emisi Karbon Diatas Permukaan Tanah
Kode PL Penutupan Lahan AGC
2001 Hutan Lahan Kering Primer 195.4 2002 Hutan Lahan Kering Sekunder 169.7
2004 Hutan Mangrove Primer 170
2005 Hutan Rawa Primer 196
2006 Hutan Tanaman 64 2007 Semak Belukar 15 2010 Perkebunan 63 2012 Permukiman 1 2014 Tanah Terbuka 0 3000 Rumput 4.5 5001 Air 0
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 68
Kode PL Penutupan Lahan AGC
20041 Hutan Mangrove Sekunder 120
20051 Hutan Rawa Sekunder 155
20071 Belukar Rawa 15
20091 Pertanian Lahan Kering 8
20092 Pertanian Lahan Kering Campur 10
20093 Sawah 5 20094 Tambak 0 20121 Bandara/Pelabuhan 5 20122 Transmigrasi 10 20141 Pertambangan 0 50011 Rawa 0
Sedangkan emisi pada lahan gambut, selain dipengaruhi factor emisi dari stok karbon tiap jenis tutupan lahan juga dipengaruhi oleh factor emisi dari drainase masing – masing tutupan lahan
Tabel II.20. Faktor Emisi Karbon dari Lahan Gambut menggunakan model Hooijer, et.al., 2010 yang dimodifikasi
PENGGUNAAN LAHAN Asumsi kedalaman
drainase (cm) Emisi CO2 (t/ha/th)
Hutan gambut primer 0 0
Hutan gambut tebangan 30 19
Karet rakyat 50 32 Kelapa sawit 60 38 HTI 50 32 Tanaman campuran/Agroforest 50 32 Belukar gambut 30 19 Tanaman semusim 30 19 Pemukiman 70 45 Rumput/resam 30 19 Sawah 10 6 Pertambangan 100 64
Dari analisa metode diatas (menggunakan aplikasi Abacus beta 09) diketahui bahwa emisi GRK paling tinggi berasal dari lahan gambut baik itu dikawasan hutan maupun diluar kawasan hutan, kemudian diikuti oleh emisi akibat perubahan lahan pada Kawasan Hutan Lindung.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 69
Tabel II.21. Emisi GRK pada masing – masing zonasi tutupan lahan
No. Tutupan Lahan Emisi CO2 ton/tahun Total historical
Emmision Proporsi Emisi (%) 1 Gambut_Non hutan 5,335,245.34 26,676,226.70 41.79 2 Gambut_kwsn hutan 3,265,647.57 16,328,237.84 25.58 3 Hutan Lindung 2,388,259.14 11,941,295.69 18.71 4 Hutan Suaka Alam 1,028,461.44 5,142,307.21 8.06 5 Hutan Produksi Tetap 625,937.12 3,129,685.61 4.90 6 Hutan Produksi Terbatas 248,288.72 1,241,443.59 1.94 7 Hutan Suaka Alam Laut 5,245.72 26,228.58 0.04 8 Pertanian 56,561.99 282,809.93 0.44 9 Pertahanan Keamanan 8,995.16 44,975.81 0.07 10 Perikanan 3,383.07 16,915.36 0.03 11 Perairan 104.98 524.92 0.00 12 Industri - - - 13 Kawasan Tanjung Api-Api - - - 14 Permukiman (3,898.99) (19,494.94) (0.03) 15 Hutan Produksi Konversi (141,588.27) (707,941.37) (1.11) 16 Perkebunan (54,133.41) (270,667.05) (0.42)
Total Emisi historikal Sumsel 63,832,547.89
Gambar 2.30 Proporsi Historikal Emisi GRK masing – masing zonasi Tutupan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 70