• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Emisi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut

Dalam dokumen RAD GRK Sumatera Selatan (Halaman 81-88)

BAB II PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GRK

CH 4 Emission rice = A*CFsoil*SF water regime *EF rice

2.3.2 Sumber Emisi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut

Emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan dan lahan gambut bersumber dari perubahan tutupan lahan dan lahan gambut. Perubahan tutupan lahan terjadi sebagian besar diakibatkan kegiatan deforestrasi pada kawasan hutan terutama di kawasan hutan primer baik itu hutan lahan kering, hutan mangrove, dan hutan rawa. Deforestasi itu sendiri dapat di akibatkan oleh illegal logging, pembukaan lahan pertanian oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan, dan atau oleh kebakaran hutan. Perubahan tutupan lahan juga disebabkan oleh degradasi hutan.

Berdasarkan data peta tutupan lahan tahun 2006 dan 2011 dari Baplan, di Sumatera Selatan selama periode tahun 2006 – 2011 terjadi 4.41 % deforestasi sebagian besar lahan menjadi perkebunan, hutan tanaman, dan pertanian lahan kering (campur).

Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 64

Gambar 2.28 Peta Tutupan Lahan Tahun 2006 (kiri) dan 2011 (kanan) Provinsi Sumatera Selatan (Sumber : Baplan)

Tabel II.18. Perubahan Lahan Pada Periode tahun 2006 – 2011 Provinsi

Sumatera Selatan

Penutupan Lahan

2006 Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan

Hutan Lahan Kering

Primer 301,316.63

Hutan Lahan Kering Primer 299,099.90 Hutan Lahan Kering

Sekunder 356.55 Degradasi

Pertanian Lahan Kering

Campur 882.26 Deforestrasi

Semak Belukar 977.92

Deforestrasi (kebakaran hutan)

Hutan Lahan Kering

Sekunder 302,676.22

Hutan Lahan Kering

Sekunder 276,890.01

Perkebunan 2,321.78 Deforestrasi

Pertanian Lahan Kering 156.29 Deforestrasi Pertanian Lahan Kering

Campur 18,268.96 Deforestrasi

Semak Belukar 3,466.40

Deforestrasi (kebakaran hutan) Tanah Terbuka 1,572.77 Deforestrasi

Hutan Mangrove

Primer 142,883.32

Hutan Mangrove Primer 104,366.45

Hutan Mangrove Sekunder 37,721.28 Degradasi

Belukar Rawa 753.31 Deforestrasi

Tambak 33.96 Deforestrasi

Tanah Terbuka 8.68 Deforestrasi

Hutan Rawa Primer 30,174.91

Hutan Rawa Primer 11,678.07

Hutan Rawa Sekunder 7,976.62 Degradasi

Perkebunan 6,246.59 Deforestrasi Belukar Rawa 1,036.55 Deforestrasi (kebakaran hutan) Tanah Terbuka 3,237.08 Deforestrasi (kebakaran hutan) Hutan Tanaman 215,779.04 Hutan Tanaman 203,627.42

Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 65 Penutupan Lahan

2006 Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan

Semak Belukar 1,127.65 Deforestrasi (kebakaran hutan) Tanah Terbuka 10,881.05 Deforestrasi (kebakaran hutan) Semak Belukar 536,669.68 Semak Belukar 513,330.54

Hutan Lahan Kering

Sekunder 26.14 Reforestrasi

Hutan Tanaman 222.78 Reforestrasi Perkebunan 19,157.06 Reforestrasi Pertanian Lahan Kering

Campur 50.93 Reforestrasi

Tanah Terbuka 3,882.23 Degradasi Perkebunan 666,867.94 Perkebunan 666,867.94

Pemukiman 169,989.80 Pemukiman 169,989.80

Tanah Terbuka 277,351.70

Tanah Terbuka 250,355.84

Hutan Tanaman 9,263.56 Reforestrasi

Sawah 10.41

Semak Belukar 9,459.36

Pertanian Lahan Kering 71.85 Reforestrasi Pertanian Lahan Kering

Campur 1,713.59 Reforestrasi

Perkebunan 6,477.08 Reforestrasi

Rumput 267,451.78

Rumput 263,664.95

Perkebunan 3,456.52 Reforestrasi

Pertanian Lahan Kering

Campur 24.97 Reforestrasi

Tanah Terbuka 305.35

Air 98,447.23 Air 98,447.23

Hutan Mangrove

Sekunder 31,064.53

Hutan Mangrove Sekunder 29,343.60

Hutan Tanaman 1,682.49 deforestrasi

Tambak 38.44 deforestrasi

Hutan Rawa

Sekunder 225,105.52

Hutan Rawa Sekunder 190,638.92

Perkebunan 14,654.30 Deforestrasi Pertanian Lahan Kering 1,808.88 Deforestrasi Belukar Rawa 6,927.76 Degradasi

Tanah Terbuka 11,075.67 Deforestrasi (kebakaran hutan) Belukar Rawa 1,333,684.71 Belukar Rawa 890,305.27

Hutan Mangrove Sekunder 965.21 Reforestrasi Hutan Tanaman 62,374.69 Reforestrasi

Semak Belukar 366,180.72 degradasi (kebakaran hutan) Tambak 234.50 Tanah Terbuka 13,624.31 degradasi (kebakaran hutan) Pertanian Lahan Kering 570,024.09

Tanah Terbuka 54.02 deforestrasi

Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 66 Penutupan Lahan

2006 Luas (Ha) Penutupan Lahan 2011 Luas (Ha) Keterangan

Pertanian Lahan

Kering Campur 2,865,496.26

Pertanian Lahan Kering

Campur 2,856,423.83

Perkebunan 7,497.24 diversifikasi Tanah Terbuka 1,575.19 Reforestrasi

Sawah 410,839.08 Sawah 410,839.08 Tambak 59,806.98 Tambak 59,806.99 Bandara/Pelabuhan 248.76 Bandara/Pelabuhan 248.76 Transmigrasi 56,601.73 Transmigrasi 56,601.73 Pertambangan 28,194.75 Pertambangan 28,194.76 Rawa 145,853.63 Rawa 133,388.41

Hutan Tanaman 11,933.39 Reforestrasi

Perkebunan 531.83 Reforestrasi

Sumatera Selatan mempunyai lahan gambut seluas 1 262 385 hektar, terluas kedua di Pulau Sumatera setelah Provinsi Riau. Sebagian besar lahan gambut masih berupa tutupan hutan dan menjadi habitat bagi berbagai spesies fauna dan tanaman langka. Lebih penting lagi, lahan gambut menyimpan karbon (C) dalam jumlah besar. Gambut juga mempunyai daya menahan air yang tinggi sehingga berfungsi sebagai penyangga hidrologi areal sekelilingnya. Konversi lahan gambut akan mengganggu semua fungsi ekosistem lahan gambut tersebut.

Gambar 2.29 Peta Sebaran Gambut di Provinsi Sumatera Selatan

Dalam keadaan hutan alami, lahan gambut berfungsi sebagai penambat (sequester) karbon sehingga berkontribusi dalam mengurangi gas rumah kaca di atmosfir, walaupun proses penambatan berjalan sangat pelan setinggi 0-3 mm gambut per

Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 67

tahun (Parish et al., 2007) atau setara dengan penambatan 0-5,4 t CO2 ha-1 tahun- 1 (Agus, 2009). Apabila hutan gambut ditebang dan di drainase, maka karbon tersimpan pada gambut mudah teroksidasi menjadi gas CO2 (salah satu gas rumah kaca terpenting). Selain itu lahan gambut juga mudah mengalami penurunan permukaan (subsiden) apabila hutan gambut dibuka. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dan perencanaan yang matang apabila akan mengkonversi hutan gambut. Perencanaan harus mengacu pada hasil studi yang mendalam mengenai karakteristik gambut setempat dan dampaknya bila hutan gambut dikonversi.

Deforestasi hutan dan penggunaan lahan gambut untuk sistem pertanian yang memerlukan drainase dalam (> 30 cm) serta pembakaran atau kebakaran menyebabkan emisi CO2 menjadi sangat tinggi. Emisi lahan gambut di Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar diakibatn oleh aktivitas yang terjadi di lahan gambut seperti deforestrasi pada hutan gambut, drainase untuk perkebunan dan hutan tanaman, dan kebakaran lahan gambut. Berdasarkan informasi terakhir, jumlah hot spot (titik panas) yang terpantau di Provinsi Sumsel mengalami peningkatan drastis. Selama lima hari (1–5 September), hot spot tembus 1.154 titik. (http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/, diakses tgl 27 September 2012 pukul 2:26 PM).

Berdasarkan data sumber emisi tersebut akan diketahui jumlah potensi emisi GRK di Provinsi Sumatera Selatan. Emisi akibat perubahan tutupan lahan dihasilkan dari dari data aktivitas perubahan tutupan lahan yang dipengaruhi oleh factor emisi tiap

– tiap jenis tutupan lahan.

Emisi (C) = Data Aktivitas x Faktor Emisi

Data aktivitas perubahan lahan berdasarkan perubahan lahan yang terjadi pada periode tahun 2006 – 2011 (sumber data dari Baplan).

Tabel II.19. Faktor Emisi Karbon Diatas Permukaan Tanah

Kode PL Penutupan Lahan AGC

2001 Hutan Lahan Kering Primer 195.4 2002 Hutan Lahan Kering Sekunder 169.7

2004 Hutan Mangrove Primer 170

2005 Hutan Rawa Primer 196

2006 Hutan Tanaman 64 2007 Semak Belukar 15 2010 Perkebunan 63 2012 Permukiman 1 2014 Tanah Terbuka 0 3000 Rumput 4.5 5001 Air 0

Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 68

Kode PL Penutupan Lahan AGC

20041 Hutan Mangrove Sekunder 120

20051 Hutan Rawa Sekunder 155

20071 Belukar Rawa 15

20091 Pertanian Lahan Kering 8

20092 Pertanian Lahan Kering Campur 10

20093 Sawah 5 20094 Tambak 0 20121 Bandara/Pelabuhan 5 20122 Transmigrasi 10 20141 Pertambangan 0 50011 Rawa 0

Sedangkan emisi pada lahan gambut, selain dipengaruhi factor emisi dari stok karbon tiap jenis tutupan lahan juga dipengaruhi oleh factor emisi dari drainase masing – masing tutupan lahan

Tabel II.20. Faktor Emisi Karbon dari Lahan Gambut menggunakan model Hooijer, et.al., 2010 yang dimodifikasi

PENGGUNAAN LAHAN Asumsi kedalaman

drainase (cm) Emisi CO2 (t/ha/th)

Hutan gambut primer 0 0

Hutan gambut tebangan 30 19

Karet rakyat 50 32 Kelapa sawit 60 38 HTI 50 32 Tanaman campuran/Agroforest 50 32 Belukar gambut 30 19 Tanaman semusim 30 19 Pemukiman 70 45 Rumput/resam 30 19 Sawah 10 6 Pertambangan 100 64

Dari analisa metode diatas (menggunakan aplikasi Abacus beta 09) diketahui bahwa emisi GRK paling tinggi berasal dari lahan gambut baik itu dikawasan hutan maupun diluar kawasan hutan, kemudian diikuti oleh emisi akibat perubahan lahan pada Kawasan Hutan Lindung.

Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 69

Tabel II.21. Emisi GRK pada masing – masing zonasi tutupan lahan

No. Tutupan Lahan Emisi CO2 ton/tahun Total historical

Emmision Proporsi Emisi (%) 1 Gambut_Non hutan 5,335,245.34 26,676,226.70 41.79 2 Gambut_kwsn hutan 3,265,647.57 16,328,237.84 25.58 3 Hutan Lindung 2,388,259.14 11,941,295.69 18.71 4 Hutan Suaka Alam 1,028,461.44 5,142,307.21 8.06 5 Hutan Produksi Tetap 625,937.12 3,129,685.61 4.90 6 Hutan Produksi Terbatas 248,288.72 1,241,443.59 1.94 7 Hutan Suaka Alam Laut 5,245.72 26,228.58 0.04 8 Pertanian 56,561.99 282,809.93 0.44 9 Pertahanan Keamanan 8,995.16 44,975.81 0.07 10 Perikanan 3,383.07 16,915.36 0.03 11 Perairan 104.98 524.92 0.00 12 Industri - - - 13 Kawasan Tanjung Api-Api - - - 14 Permukiman (3,898.99) (19,494.94) (0.03) 15 Hutan Produksi Konversi (141,588.27) (707,941.37) (1.11) 16 Perkebunan (54,133.41) (270,667.05) (0.42)

Total Emisi historikal Sumsel 63,832,547.89

Gambar 2.30 Proporsi Historikal Emisi GRK masing – masing zonasi Tutupan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan

Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 70

Dalam dokumen RAD GRK Sumatera Selatan (Halaman 81-88)