• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

II.6. Sumber Daya Manusia Aparatur

II.6.1. Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur

Sumber daya organisasi secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu: sumber daya manusia (human resources), dan sumber daya non manusia (non-human resources). Sumber daya manusia meliputi semua orang yang berstatus sebagai anggota dalam organisasi, yang masing-masing memiliki peran dan fungsi. Sumber daya manusia dalam konteks organisasi publik dipahami sebagai potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada seorang pegawai yang terdiri atas potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik adalah kemampuan fisik yang terakumulasi pada seorang pegawai, sedangkan potensi non fisik dalah kemampuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari latar belakang pengetahuan, intelegensi, keahlian, ketrampilan, human relations. Menurut H. Hadari Nawawi (dalam Sulistiyani dan Rosidah, 2003:9-10) yang dimaksudkan sebagai SDM adalah meliputi tiga pengertian berikut:

a. Sumber Daya Manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pegawai atau karyawan) b. Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak

organisasi dalam menunjukkan eksistensinya.

c. Sumber Daya Manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksisitensi organisasi.

Sumber daya manusia non manusia terdiri atas: sumber daya alam, modal, mesin, teknologi, material, dan lain-lain. Kedua kategori sumber daya tersebut sama pentingnya, akan tetapi sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor dominan karena satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, karsa, kebutuhan, pengetahuan dan keterampilan, motivasi, karya dan prestasi. Pada prinsipnya SDM adalah satu-satunya sumber daya yang sangat menentukan organisasi. Sumber daya manusia dipahami sebagai kekuatan yang bersumber pada potensi manusia yang ada dalam organisasi dan merupakan modal dasar organisasi untuk melakukan aktivitas dalam mencapai tujuan.

Sumber daya manusia memiliki posisi sangat strategis dalam organisasi, artinya unsur manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk pencapaian tujuan. Untuk itulah maka eksistensi SDM dalam organisasi sangat kuat. Untuk mecapai kondisi yang lebih baik maka perlu adanya Manajemen terhadap SDM secara memadai sehingga terciptalah SDM yang berkualitas, loyal, dan berprestasi. MSDM merupakan usaha untuk mengerahkan dan mengelola sumber daya manusia di dalam organisasi agar mampu berpikir dan bertindak sebagaimana yang di inginkan oleh organisasi.

Undang- Undang No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) menekankan bahwa perlunya dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Yang dimaksud dengan ASN dalam Undang-Undang ini adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan

perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.

II.6.2. Jenis, Status, dan Kedudukan Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan Undang-Undang No 5 tahun 2014 tentan ASN, Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri atas:

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

PNS merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh pejabat pembina kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ASN. Pegawai ASN merupakan unsur aparatur negara yang melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah dan harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.

II.6.3. Fungsi, Tugas, dan Peran Aparatur Sipil Negara

Dalam Undang-Undang No 5 tahun 2014 tentan ASN dijelaskan bahwa pegawai ASN berfungsi sebagai:

a. Pelaksana kebijakan publik b. Pelayan publik

c. Perekat dan pemersatu bagsa.

Pegawai ASN bertugas:

a. Untuk melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

II.6.4. Jabatan ASN

Jabatan ASN terdiri dari:

a. Jabatan Administrasi

1) Jabatan administrator, yaitu pejabat dalam jabatan administrator yang bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.

2) Jabatan pengawas, yaitu pejabat dalam jabatan pengawas yang bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.

3) Jabatan pelaksana, yaitu pejabat dalam jabatan pelaksana yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.

b. Jabatan fungsional

Jabatan fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian terdiri atas:

1) Ahli utama 2) Ahli madya 3) Ahli muda 4) Ahli pertama

Jabatan fungsional keterampilan terdiri dari:

1) Penyelia 2) Mahir 3) Terampil 4) pemula

c. Jabatan pimpinan tinggi

Jabatan pimpinan tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap pegawai ASN pada instansi pemerintah melalui:

a) Kepeloporan dalam bidang: keahlian profesional, analisis dan rekomendasi kebijakan, dan kepemimpinan manajemen.

b) Pengembangan kerja sama dngan instansi lain,

c) Keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik dan kode perilaku ASN.

Jabatan pimpinan tinggi terdiri atas:

1) Jabatan pimpinan tinggi utama 2) Jabatan pimpinan tinggi madya 3) Jabatan pimpinan tinggi pratama

Untuk setiap jabatan pimpinan tinggi ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan, dan integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan.

Dokumen terkait