• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

ALUR PINJAMAN MODAL PERUM PERUMNAS REGIONAL

4.2.2. Pembinaan Berupa Diklat

4.2.2.4. Nara Sumber.

Pada tahun 2009 PKBL Perum Perumnas melaksanakan diklat pengenalan internet bekerja sama dengan Telkom dan Rumah Zakat Indonesia, sehingga nara sumber berasal dari Telkom dan Rumah Zakat Indonesia. Sesuai

wawancara dengan Bu Indah Purwanti selaku Staff PKBL Perum Perumnas Regional VI :

“instrukturnya untuk materi dari Telkom, untuk prakteknya dari Rumah Zakat” (hasil wawancara tanggal 14 Januari 2010).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh Kurniawan selaku pemilik Kurniawan Sport yang menjadi salah satu Mitra Binaan PKBL Perum Perumnas Reg. VI:

“instrukturnya sendiri itu kerjasama antara Telkom sama Rumah Zakat mas, Rumah Zakat Indonesia” (hasil wawancara tanggal 15 Januari 2010).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh Dziaul Haq selaku pemilik Bengkel Las Tri Tunggal dan Haris Nasution selaku pemilik Warung Daka Kopi yang menjadi Mitra Binaan PKBL Perum Perumnas Reg. VI:

Nara sumber diserahkan kepada pihak Telkom karena Telkom sebagai penyedia koneksi internet dan memang sedang ada promosi tentang keunggulan produk speedy milik Telkom, sehingga pihak Telkomlah yang pantas untuk menyajikan materi tentang pengenalan internet. Sedangkan instruktur prakteknya berasal dari rumah Zakat Indonesia yang digandeng Telkom untuk mengenalkan pengunaan internet, membuat email dan membuka website. Sesuai wawancara dengan Bu Indah Purwanti selaku Staff PKBL Perum Perumnas Regional VI :

“instrukturnya kita serahkan ke Telkom, memang waktu itu ada promosi speedy, ya kita minta ke Telkom untuk menyediakan tempat, materi sama prakteknya” (hasil wawancara tanggal 18 Januari 2010).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh Kurniawan selaku pemilik Kurniawan Sport yang menjadi salah satu Mitra Binaan PKBL Perum Perumnas Reg. VI:

“materi hari pertama sebenarnya saya nggak ngerti mas, yang dijelaskan sama pihak Telkom itu hanya keunggulan-keunggulan memakai speedy, terus tarifnya berapa, lalu bagaimana menggunakan internet. Waktu praktek hari kedua itu saya mulai paham kalau mau mencari gambar itu seperti itu” (hasil wawancara tanggal 18 Januari 2010).

Dari hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa intruktur atau narasumber berasal dari pihak Telkom, karena Telkom sebagai salah satu penyedia layanan internet melalui produk speedynya dan bekerja sama dengan Rumah Zakat Indonesia sebagai instruktur praktek pengenalan internet.

Dari pelaksanaan Diklat Pengenalan Internet kepada Mitra Binaan dapat disimpulkan bahwa PKBL Perum Perumnas Reg. VI telah memberikan pembinaan kepada Mitra Binaannya berupa waktu pelaksanaan diklat yang singkat, tempat diklat yang dilengkapi fasilitas dan perangkat yang relevan serta narasumber yang berkompetensi di bidangnya, akan tetapi dalam pemilihan materi tidak semua mitra binaan dapat menerapkan internet untuk menunjang kegiatan usahanya, sehingga Mitra Binaan dapat meningkatkan wawasan tentang teknologi dan hanya sebagian dari Mitra Binaan yang dapat meningkatkan usahanya melalui internet.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa proses pemberdayaan UKM melalui Program Kemitraan Perum Perumnas Reg. VI tidak terlaksana dengan baik. Perlu ada peninjauan kembali tentang adanya sanksi bagi Mitra Binaan yang terlambat membayar angsuran, jangka waktu pemberian pinjaman modal

dipersingkat dan materi pembinaan diklat yang mampu meningkatkan potensi Mitra Binaan bukan hanya sebagian tetapi secara keseluruhan.

4.3 Pembahasan

Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara yang mendapatkan laba, maka Perum Perumnas Reg. VI berkewajiban untuk melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Program Kemitraan Perum Perumnas Reg. VI bertujuan untuk peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri yang diwujudkan melalui pemberian pinjaman modal usaha dan hibah untuk membiayai pembinaan berupa diklat. Hal ini sesuai dengan teori Surjono dan Nugroho (2008:26) yang menyatakan bahwa “pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat (khususnya yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan) didorong untuk meningkatkan kemandirian dalam mengembangkan perikehidupan mereka”.

Dalam pelaksanaan pemberdayaan, Perum Perumnas Reg. VI melakukan kemitraan dengan Usaha Kecil di Surabaya. UKM tersebut akan diseleksi untuk menjadi Mitra Binaan Perum Perumnas Reg. VI sehingga kemitraan yang terjalin antara Perum Perumnas Reg. VI dan UKM di Surabaya dapat tercapai tujuannya yaitu untuk meningkatkan potensi Mitra Binaannya menjadi tangguh dan mandiri,

sesuai dengan teori Surjono dan Nugroho (2008:29) yang menyatakan bahwa salah satu model pemberdayaan adalah “Kemitraan mutualistis, yaitu persekutuan dua pihak atau lebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan kemitraan, yaitu untuk saling memberikan manfaat dan mendapatkan manfaat lebih sehingga akan dapat mencapai tujuan secara lebih optimal”.

Dalam proses pemberdayaan oleh PKBL Perum Perumnas Reg. VI ada 2 (dua) tahapan yang dilaksanakan untuk meningkatkan potensi Mitra Binaannya menjadi tangguh dan mandiri, proses pemberdayaan dilaksanakan melalui pemberian pinjaman modal usaha untuk memenuhi dan meningkatkan usaha mereka serta Diklat Pengenalan Internet untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka dalam mengelola usahanya, sesuai dengan teori Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 2-6) ada tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu :

1. Penyadaran

Adalah pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai “sesuatu”.

2. Pengkapasitasan

Pengkapasitasan ini disebut capacity building atau dalam bahasa yang lebih sederhana yaitu memampukan atau enabling. Pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia, baik dalam konteks individu mapun kelompok yaitu dengan training (pelatihan), workshop (loka latih), seminar, dan sejenisnya.

3. Pemberian daya

Pemberian daya ini disebut empowerment, pada tahap ini target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.

Tahap pemberian pinjaman dapat diartikan sebagai upaya penyadaran bahwa UKM memiliki “sesuatu” berupa keberpihakan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan mereka melalui PKBL Perum Perumnas Reg. VI dan sebagai pemberian daya yang berupa peluang untuk memenuhi kebutuhan dana dalam meningkatkan usaha mereka.

Sedangkan tahap pelaksanaan Diklat Pengenalan Internet merupakan proses pengkapasitasan UKM agar mereka mampu mengelola dan meningkatkan usaha mereka dengan mencari informasi dan komunikasi melalui media internet.

Berdasarkan data yang sudah penulis kumpulkan dari hasil penelitian di   PKBL Perum Perumnas Regional VI Surabaya, selanjutnya akan penulis interprestasikan tahap-tahap pemberdayaan yang dilaksanakan PKBL Perum Perumnas Reg. VI sebagai berikut :

4.3.1. Pemberian Pinjaman Modal Bagi Mitra Binaan.

Pemberian pinjaman modal bagi UKM merupakan sebuah cara agar masyarakat bisa diberdayakan dan bisa mengakses sumber-sumber ekonomi terutama adalah permodalan. Oleh karena itu program kemitraan berupaya bagaimana pengusaha-pengusaha kecil mikro ini bisa mengakses kepada sumber- sumber pembiayaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PKBL Perum Perumnas Regional VI Surabaya dapat diketahui bahwa prosedur pemberian pinjaman modal kepada UKM PKBL Perum Perumnas Reg. VI berpijak sepenuhnya kepada Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Pada tahun 2008-2009 PKBL Perum Perumnas telah menyalurkan pinjaman modal kepada 60 UKM yang tersebar di Surabaya. Hal ini sesuai dengan teori Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 2-6) yang menyatakan bahwa

“penyadaran adalah pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai sesuatu”. Dengan adaya pemberian pinjaman modal maka pemerintah berupaya menyadarkan UKM bahwa adanya keberpihakan pemerintah untuk meningkatkan potensi UKM menjadi tangguh dan mandiri.

PKBL Perum Perumnas reg. VI tidak memperioritaskan bidang usaha tertentu yang mendapat pinjaman modal hal ini dapat dilihat dari data UKM yang menjadi Mitra Binaan PKBL Perum Perumnas Regional VI di Surabaya. PKBL Perum Perumnas Regional VI meyalurkan pinjaman modal kepada usaha kecil sesuai ketentuan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 pasal 3 tentang usaha kecil yang berhak ikut serta dalam program kemitraan.

Dalam upaya meningkatkan kemandirian dalam mengembangkan perikehidupan UKM, PKBL Perum Perumnas Reg. VI memberikan pinjaman modal kepada UKM, sehingga UKM mempunyai peluang dan otoritas penuh mengelola dana yang dipinjam untuk meningkatkan produktivitas usahanya. Hal ini sesuai dengan Menurut Surjono dan Nugroho (2008:26) yang meyatakan

bahwa “pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat (khususnya yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan) didorong untuk meningkatkan kemandirian dalam mengembangkan perikehidupan mereka”.

Adapun prosedur pemberian pinjaman modal bagi UKM melalui beberapa tahapan, antara lain :

1. Penyampaian rencana penggunaan dana pinjaman UKM.

2. Pelaksanaan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan mitra binaan.

3. Penyelesaian proses administrasi pinjaman bagi mitra binaan yang layak bina.

4. Pemberian pinjaman kepada calon mitra binaan.

hal ini sesuai sesuai dengan Jenkins dalam Wahab (2004:4), mengatakan bahwa “kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu instansi dimana keputusan- keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut”.

Dari tahapan-tahapan tersebut dapat diketahui bahwa ketentuan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 merupakan kebijakan publik yang didalamnya terdapat tatacara pemberian pinjaman modal dalam rangka meningkatkan potensi UKM menjadi tangguh dan mandiri sehingga UKM

yang menjadi Mitra Binaan dapat mengakses sumber-sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan usaha mereka.

Prosedur pemberian modal kepada UKM akan diinterprestasikan sebagai berikut :

4.3.1.1. Penyampaian rencana penggunaan dana pinjaman UKM

Untuk mendapatkan pinjaman modal dari PKBL Perum Perumnas Reg. VI maka UKM diwajibkan untuk membuat rencana penggunaan dana pinjaman berbentuk proposal. Proposal ini sebagai prosedur awal pendaftaran UKM menjadi Mitra Binaan PKBL Perum Perumnas Reg. VI.

Proposal harus dilengkapi dengan beberapa persyaratan yang mengambarkan kebenaran identitas pegusaha kecil maupun usahanya sesuai dengan terori Moekijat (1990:436) yang menyatakan bahwa salah satu ciri prosedur yang baik adalah “prosedur harus didasarkan atas fakta-fakta yang cukup mengenai situasi tertentu, tidak didasarkan atas dugaan atau keinginan- keinginan”.

Proposal pengajuan pinjaman modal UKM sebagaimana yang terlampir sebagai data sekunder penelitian ini, berisi :

a. Identitas usaha. b. Neraca usaha.

c. Rencana penggunaan dana. d. Fotocopy KTP.

f. Fotocopy Kartu Keluarga (KK).

g. Surat Keterangan domisili usaha dari kelurahan/pihak yang berwenang.

Dari proposal tersebut dapat diketahui bahwa PKBL Perum Perumnas telah melaksanakan Program Kemitraan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 pasal 12 tentang tata cara pemberian dana Program Kemitraan yang menyatakan bahwa “Calon Mitra Binaan menyampaikan rencana penggunaan dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya untuk diajukan kepada BUMN Pembina atau BUMN penyalur”.

Persyaratan proposal pengajuan pinjaman modal juga dilengkapi dengan bukti identitas pengusaha kecil, surat keterangan usaha berupa SIUP yang menyatakan kalau usaha tersebut memang benar-benar ada, adanya neraca keuangan yang menggambarkan bahwa usaha tersebut masih berjalan sehingga proposal tersebut telah memenuhi kriteria prosedur yang baik.

4.3.1.2. Pelaksanaan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan mitra binaan.

Pelaksanaan evaluasi dan seleksi dibutuhkan untuk menentukan layak atau tidaknya UKM untuk menjadi Mitra binaan PKBL Perum Perumnas Regional VI. Pelaksanaan evaluasi didasarkan pada Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 pasal 12 tentang tata cara pemberian dana Program Kemitraan. Sedangkan usaha kecil yang disurvey harus memenuhi kriteria usaha kecil yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 pasal 3 tentang usaha kecil yang berhak ikut serta dalam program kemitraan.

Prosedur survey kelayakan menjadi Mitra Binaan PKBL Perum Perumnas Reg. VI terbagi dalam 2 tahapan, yaitu evaluasi administratif kelengkapan proposal dan survey lokasi mitra binaan. Hal ini sesuai dengan teori Moenir (2001:125) yang menyatakan bahwa ”prosedur adalah rangkaian tindak/langkah yang harus diikuti untuk mencapai tahap tertentu dalam rangka pencapaian tujuan”. Sedangkan tujuan dari survey kelayakan ini adalah mengevaluasi kemudian menyeleksi UKM sehingga UKM yang menjadi Mitra Binaan Perum Perumnas Reg. VI benar-benar membutuhkan pinjaman modal untuk meningkatkan potensi mereka menjadi tangguh dan mandiri.

Seleksi administratif dilaksanakan dengan memeriksa kelengkapan proposal. Kelengkapan proposal meliputi kelengkapan identitas pemilik usaha, alamat usaha, surat keterangan dari kelurahan, neraca usaha dan rencana penggunaan dana. Apabila terdapat kekurangan persyaratan maka proposal akan dikembalikan kepada UKM untuk dilengkapi, setelah dilengkapi maka proposal akan ditinjak lanjuti dengan melaksanakan survey lokasi pengusaha kecil. Hal ini sesuai dengan teori Moekijat (1990:436) yang menyatakan bahwa salah satu “ciri prosedur yang baik adalah Suatu prosedur harus memiliki stabilitas akan tetapi masih memiliki flesibilitas. Fleksibel prosedur diinginkan guna mengatur suatu krisis/suatu keadaan darurat, tuntutan khusus atau penyesuaian kepada suatu kondisi sementara”.

Survey lokasi UKM dilaksanakan dengan mendatangi lokasi usaha kecil calon Mitra Binaan dan memeriksa kebenaran data yang diajukan dalam proposal, yang meliputi kebenaran identitas pemilik usaha, adanya usaha yang telah berjalan

minimal satu tahun, rencana penggunaan dana pinjaman layak atau tidak untuk disalurkan.

Dengan adanya Surat keputusan (SK) usaha kecil yang layak bina maka dapat diketahui hasil dari evaluasi dan seleksi usaha kecil tersebut layak dibina oleh PKBL Perum Perumnas Regional VI atau tidak. Akan tetapi setelah SK usaha kecil layak bina dikeluarkan tidak serta merta pinjaman modal disalurkan, masih ada survey dari pihak BUMN Pembina yaitu PT. Perkebunan Nusantara X (PTPN X) sebagai evaluasi akhir melalui telepon. Survey dari pihak BUMN Pembina sebagai evaluasi bahwa SK yang dibuat oleh PKBL Perum Perumnas Reg. VI benar-benar melalui tahapan survey yang selektif. Hal ini sesuai dengan teori Moekijat (1990:436) yang menyatakan bahwa salah satu “ciri prosedur yang baik adalah Suatu prosedur harus memiliki stabilitas akan tetapi masih memiliki flesibilitas. Stabilitas adalah ketetapan arah tertentu dengan perubahan yang dilakukan dengan hanya apabila terjadi perubahan penting dalam faktor-faktor yang mempengaruhi prosedur”.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa PKBL Perum Perumnas Reg. VI melaksanakan seleksi dan evaluasi terhadap proposal yang diajukan mitra binaan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 pasal 12 tentang tata cara pemberian dana Program Kemitraan yang menyatakan bahwa “BUMN Pembina atau BUMN Penyalur melaksanakan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh Mitra Binaan” dan sesuai dengan ciri-ciri prosedur yang baik.

4.3.1.3. Penyelesaian proses administrasi pinjaman bagi mitra binaan yang layak bina.

Usaha kecil yang telah disurvey dan telah dinyatakan layak bina maka akan menandatangani kontrak/perjanjian kerjasama antara PKBL Perum Perumnas Reg. VI dengan UKM sebagai proses administrasi menjadi Mitra Binaan PKBL Perum Perumnas Regional VI. Hal ini sesuai dengan pengertian kredit menurut UU Perbankan No.7 tahun 1992 yang menyatakan bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara suatu perusahaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah uang, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

Adapun kontrak/perjanjian yang terlampir dalam penelitian ini meliputi : a. Nama General Manager dan alamat Perum Perumnas Reg. VI

b. Nama pemilik usaha dan alamat usaha.

c. Ketentuan hak dan kewajiban UKM dan PKBL Perum Perumnas Reg. VI.

d. Perhitungan perincian angsuran.

e. Lampiran proposal.

Dari data tersbut dapat diketahui bahwa PKBL Perum Perumnas dengan Mitra Binaannya telah melaksanakan penyelesaian proses administrasi berupa penandatanganan kontrak/perjanjian kerjasama sesuai dengan UU Perbankan No.7

tahun 1992 tentang kredit dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER – 05/MBU/2007 pasal 12 tentang tata cara pemberian dana Program Kemitraan yang menyatakan bahwa “pemberian pinjaman kepada calon mitra binaan dituangkan dalam surat perjanjian/kontrak”.

Dokumen terkait