1. kas yang berasal dari kegiatan usaha sebesar
Rp.24.316,3 miliar; dan
2. pinjaman dari konsorsium bank (BNI, BRI
dan Bank Jabar) senilai Rp.2.400 miliar
untuk mendanai belanja modal TELKOM.
88 Laporan Tahunan 2008 TELKOM
pendapatan usaha TELKOM. Berdasarkan pengkajian terhadap risiko yang dilakukan TELKOM, TELKOM mencatat dua faktor ini telah dan akan terus mempunyai dampak material terhadap likuiditas perusahaan.
Hasil pengkajian terhadap risiko menunjukkan krisis kredit pada sektor keuangan global di Amerika Serikat pada tahun 2008 terutama berpengaruh pada dua bidang usaha TELKOM, yaitu beban bunga dan selisih kurs.
Sementara itu, persaingan di sektor telekomunikasi mempengaruhi kinerja TELKOM dalam beberapa hal selama tahun 2008, termasuk kehilangan pangsa pasar di segmen telepon tidak bergerak nirkabel dan seluler.
Kedua faktor ini dibahas lebih lanjut sebagai berikut.
2008
Sumber pendanaan TELKOM pada tahun 2008 berasal dari:
1. kas yang berasal dari kegiatan operasi sebesar Rp.24.316,3 miliar; dan
2. pinjaman dari konsorsium bank (BNI, BRI dan Bank Jabar) senilai Rp.2.400 miliar untuk mendanai belanja modal TELKOM.
Pada tahun 2008, kebutuhan likuiditas dan sumber permodalan TELKOM, di luar dari kebutuhan TELKOM terhadap modal kerja dan untuk pembayaran dividen dan pajak, terdiri dari hal-hal berikut:
• belanja modal untuk infrastruktur jaringan dan backbone yang sudah ada maupun baru;
• kebutuhan pembayaran hutang terkait kewajiban hutang, termasuk di dalamnya pinjaman penerusan, pinjaman jangka pendek dan pembayaran KSO (Aria West, MGTI dan PT Bukaka Singtel Internasional (BSI);
• pembayaran angsuran terakhir atas harga pembelian saham Aria West (31 Januari 2009); dan
• pembayaran kontribusi untuk program pensiun dan program imbalan kesehatan pascakerja.
2009
TELKOM berharap sumber-sumber pendanaan pada tahun 2009 berasal dari:
1. kas dari kegiatan operasi; dan 2. fasilitas pinjaman baru.
TELKOM tidak berharap mencari sumber-sumber pendanaan lain selama tahun 2009. Saat ini, TELKOM masih mempunyai beberapa pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang dengan perbankan. Fasilitas ini sudah ditarik sepenuhnya dan TELKOM tidak berharap untuk menegosiasikan kembali fasilitas pinjaman tersebut.
TELKOM sedang dalam proses menegosiasikan kembali fasilitas pinjaman baru dengan sejumlah bank untuk jumlah pinjaman lebih dari US$400 juta dan berharap dapat memperolehnya selama 2009. TELKOM menyadari tidak ada jaminan bahwa pinjaman itu dapat diperoleh selama 2009 atau bahwa TELKOM dapat menarik seluruh jumlah dana yang dibutuhkan, di mana
jumlah belanja yang diajukan untuk memperoleh pendanaan tersebut kemungkinan akan dikurangi, dihapuskan atau ditunda hingga tahun 2010 atau tahun berikutnya.
TELKOM berharap likuiditas dan sumber permodalannya di samping untuk modal kerja dan pembayaran dividen dan pajak juga untuk keperluan sebagai berikut:
• belanja modal untuk infrastruktur jaringan dan backbone yang sudah ada maupun baru meliputi jaringan transmisi backbone pada lingkar Jasuka (Jawa, Sumatra dan Kalimantan), kabel laut JDM (Jember-Denpasar-Mataram), Sulka Ring (Sulawesi dan Kalimantan), PALAPA Ring, Sangata- Toweli Ring, Asia Amerika Gateway (“AAG”), ekspansi akses jaringan tidak bergerak nirkabel, ekspansi kabel laut SUB (Surabaya-Ujung Pandang-Banjarmasin), proyek satelit TELKOM-3, penambahan segmen ground satelit, jaringan transmisi serat optic, pembangunan softswitch, instalasi dan peningkatan sambungan telepon tidak bergerak dan peningkatan kapasitas layanan seluler melalui Telkomsel;
• kebutuhan hutang terkait dengan hutang yang ada saat ini termasuk penerusan pinjaman dan pinjaman jangka pendek; • pembayaran kontribusi untuk program pensiun manfaat pasti
dan program imbalan kesehatan pascakerja;
• pembayaran bulanan tetap kepada MGTI sesuai dengan perjanjian yang sudah diperbaharui dan dinyatakan kembali untuk KSO IV, sejak Januari 2004 dan akan berakhir pada tahun 2010; dan
• pembayaran bulanan tetap kepada PT Bukaka Singtel Internasional (“BSI”) sesuai dengan perjanjian yang sudah diperbaharui dan dinyatakan kembali untuk KSO VII, sejak Oktober 2006 dan akan berakhir pada tahun 2010.
Tren Pada Tahun 2009
TELKOM memperkirakan tren berikut ini akan mempengaruhi likuiditas TELKOM selama tahun 2009:
• di antara produk dan layanan TELKOM, tercapai pertumbuhan di segmen telepon tidak bergerak nirkabel dan seluler, serta data dan internet. Pada saat yang bersamaan, TELKOM memperkirakan penurunan pendapatan dari segmen telepon tidak bergerak kabel;
• krisis keuangan global telah menjangkau negara-negara bertumbuh dan berkembang. Indonesia, secara khusus, telah mengalami perlambatan ekonominya yang dapat berlangsung dan menyebabkan penurunan pembelanjaan konsumen yang lebih besar lagi. Diperlukan dana tambahan untuk mengatasi penurunan ekonomi, yang akan berdampak pada pasar kredit; • krisis kredit dapat mempengaruhi kemampuan Perusahaan
mengakses pasar kredit dan konsumsi layanan telekomunikasi yang turun (sebagai akibat penurunan daya beli konsumen) akan mengurangi pendapatan kami;
• depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada tahun 2009 akan meningkatkan beban TELKOM dalam mata uang Dolar AS dan biaya pinjaman Dolar AS, dan nilainya pada neraca perusahaan ; dan
• Kami meyakini bahwa tingkat inflasi akan turun dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat, tetapi pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan meyakini kondisi ini akan meningkatkan belanja konsumen, yang selanjutnya dapat meningkatkan penjualan
Pembahasan dan Analisis Manajemen
atas produk dan layanan perusahaan.
ARUS KAS BERSIH
Tabel berikut menyajikan informasi yang berhubungan dengan arus kas konsolidasi Perusahaan, seperti yang disajikan dalam (dan dipersiapkan dalam basis yang sama seperti) Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM.
Tahun yang berakhir 31 Desember,
2006 2007 2008 2008
Rp.( miliar) Rp.( miliar) Rp.( miliar) US$(juta) Arus Kas Bersih:
dari aktivitas operasi 26.695,2 27.727,3 24.316,3 2.230,9 dari kegiatan investasi (16.461,1) (15.138,9) (16.545,7) (1.518,0) dari kegiatan pendanaan (7.382,8) (10.957,0) (11.348,4) (1.041,1) Perubahan dalam kas dan
setara kas 2.851,3 1.631,4 (3.577,9) (328,2) Dampak perubahan kurs tukar
mata uang asing terhadap kas dan setara kas
89,9 193,6 327,0 30,0
Kas dan setara kas, awal tahun 5.374,7 8.315,8 10.140,8 930,3 Kas dan setara kas, akhir
tahun 8.315.8 10.140.8 6.890,0 632,1
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASI
Sumber likuiditas TELKOM yang utama pada beberapa tahun terakhir adalah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp.26.695,2 miliar pada tahun 2006, Rp.27.727,3 miliar pada tahun 2007 dan Rp.24.316,3 miliar (US$2.230,9 juta) pada tahun 2008.
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007.
Pada tahun 2008 dibandingkan 2007, arus kas bersih dari kegiatan operasional menurun sebesar Rp.3.411,0 miliar atau 12,3%, yang terutama disebabkan oleh meningkatnya pembayaran untuk beban operasional. Penurunan arus kas operasional juga disebabkan oleh:
• penurunan penerimaan kas dari layanan telepon tidak bergerak sebesar Rp.1.821,4 miliar atau 16,6%;
• penurunan penerimaan kas dari layanan interkoneksi bersih sebesar Rp.870,0 miliar atau 9,0% terutama disebabkan oleh menurunnya biaya interkoneksi seluler;
• kenaikan penerimaan kas sebesar Rp.3.024,5 miliar atau 12,8% disebabkan oleh pembayaran tunai untuk beban operasional.
Penurunan di atas diimbangi oleh hal-hal sebagai berikut: • peningkatan penerimaan kas dari bisnis seluler sebesar
Rp.2.961,8 miliar atau 13,0%; dan
• peningkatan penerimaan dari layanan lainnya sebesar Rp.725,7 miliar atau 64,6%.
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006.
Pada tahun 2007 dibandingkan 2006, arus kas bersih dari kegiatan operasional meningkat sebesar Rp.1.032,1 miliar atau 3,9%, yang terutama disebabkan oleh:
• peningkatan penerimaan dari bisnis seluler sebesar Rp.1.877,8 miliar atau 9,0% terutama disebabkan oleh meningkatnya bisnis seluler Telkomsel;
• peningkatan penerimaan dari jasa interkoneksi bersih sebesar Rp.965,8 miliar atau 11,2% terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya interkoneksi seluler sejalan dengan peningkatan jumlah pelanggan seluler di Indonesia; dan • peningkatan penerimaan pendapatan data dan internet
sebesar Rp.5.908.5 miliar atau 66,3% yang terutama disebabkan oleh meningkatnya pendapatan SMS dari pelanggan Telkomsel dan peningkatan jumlah
pelanggan Speedy.
Peningkatan di atas diimbangi oleh hal-hal sebagai berikut: • peningkatan pembayaran beban operasi sebesar Rp.7.147,4
miliar atau 43,4% sejalan dengan peningkatan beban operasi (diluar beban penyusutan dan amortisasi).
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS INVESTASI
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp.16.461,1 miliar, Rp.15.138,9 miliar dan Rp.16.545,7 miliar (US$1.518,0 juta) masing-masing untuk tahun 2006, 2007 dan 2008. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi terutama digunakan untuk belanja modal.
Selain kas dan bank, TELKOM menginvestasikan sebagian besar dari kelebihan kasnya dalam bentuk deposito berjangka. Sejak 14 Mei 2004 TELKOM juga menginvestasikan sebagian dari kelebihan uang kasnya dalam bentuk reksadana berbasis mata uang Rupiah dan surat berharga lainnya. Pada tanggal 31 Desember 2008 total penyertaan sementara senilai Rp.267,0 miliar (US$24,5 juta) dalam bentuk reksadana dan surat berharga lainnya yang masih outstanding.
Tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2008 dibandingkan dengan tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2007. Dibandingkan dengan tahun 2007, arus kas bersih dari aktivitas investasi pada tahun 2008 meningkat sebesar Rp.1.406,9 miliar atau 9,3%, terutama disebabkan oleh peningkatan sebesar Rp.807,0 miliar atau 5,4% sehubungan dengan pembelian aset tetap.
90 Laporan Tahunan 2008 TELKOM
Tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2007 dibandingkan dengan tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2006. Dibandingkan dengan tahun 2006, arus kas bersih dari aktivitas investasi pada tahun 2007 menurun sebesar Rp.1.322,2 miliar atau 8,0%, terutama disebabkan oleh:
• penurunan pembelian aset tetap sebesar Rp.843,8 miliar atau 5,3% ;
• penurunan sebesar Rp.436,0 miliar, terutama disebabkan oleh pembayaran up-front fee lisensi 3G oleh Telkomsel.
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan masing-masing berjumlah Rp.7.382,8 miliar, Rp.10.957,0 miliar dan Rp.11.348,4 miliar (US$1,041.1 juta) pada tahun 2006, 2007 dan 2008. Selama tiga tahun terakhir aliran kas bersih dari aktivitas pendanaan berasal dari pinjaman, pembayaran hutang dan pembayaran dividen tunai. Pada tahun 2008, arus kas dari aktivitas pendanaan bertambah sebesar Rp.391,4 miliar atau 3,6% terutama disebabkan oleh peningkatan sebesar Rp 1.986,1 miliar dari pembayaran dividen tunai, peningkatan sebesar Rp.1.548,0 miliar dari pembayaran pinjaman jangka panjang, penurunan sebesar Rp.1.076,2 miliar dari penerimaan pinjaman jangka pendek, peningkatan Rp.863,1 miliar dari pembelian kembali saham, yang diimbangi oleh peningkatan sebesar Rp.3.314,0 miliar dari penerimaan pinjaman jangka panjang.
PEMBAyARAN HUTANG JANGKA PENDEK
Pada posisi 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, masing-masing berkisar 28,8%, 27,8% dan 22,3% komposisi hutang lancar perusahaan (terdiri dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun dan pinjaman bank jangka pendek) dalam mata uang asing, terutama Dolar AS. Arus kas TELKOM dalam mata uang Rupiah yang digunakan untuk pembayaran hutang jangka panjang secara signifikan dipengaruhi oleh depresiasi Rupiah pada tahun 2008, dibandingkan depresiasi Rupiah yang terjadi tahun 2007 dan apresiasi Rupiah pada tahun 2006.
Pada tahun 2006, 2007 dan 2008, TELKOM melakukan pembayaran hutang lancarnya masing-masing sebesar Rp.2.542,1 miliar, Rp.6.241,5 miliar dan Rp.5.982,3 miliar (US$548,8 juta). Arus kas keluar pada tahun 2008 terutama digunakan untuk pembayaran: • hutang jangka pendek sebesar Rp.582,2 miliar;
• hutang jangka panjang sebesar Rp.4.865,4 miliar; • wesel bayar sebesar Rp.200,8 miliar; dan
• kewajiban sewa guna usaha sebesar Rp.333,9 miliar.
ESCROW ACCOUNT
Lihat Catatan 14 Laporan Keuangan Konsolidasian
MODAL KERJA
Modal kerja bersih, merupakan selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar berjumlah Rp.(4.696,5) miliar pada tanggal 31 Desember 2007 dan Rp.(12.375,8) miliar (US$1.135,4 juta) pada 31 Desember 2008. Penurunan modal kerja bersih terutama disebabkan oleh meningkatnya hutang usaha pihak ketiga, beban yang masih harus dibayar dan kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun. Peningkatan ini sebagian diimbangi dengan peningkatan biaya dibayar di muka, restitusi pajak dan aset lancar lainnya.