• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.2 Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian ini berjumlah 11 orang responden (Tabel 4.1), Tabel 4.1 Responden Penelitian

4 DM AMKep 11-11-2005 12 tahun PK III

5 KS AMKep 19-10-2009 8 tahun PK II

6 ES AMKep 4-12-2010 7 tahun PK II

7 HG AMKep 18-10-2010 7 tahun PK II

8 MS AMKep 10-1-2011 6 tahun PK II

9 ME AMKeb 18-4-2011 6 tahun PK II

10 IM AMKeb 5-4-2015 2 tahun PK I

11 YS AMKeb 5-4-2015 2 tahun PK I

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa masa kerja responden paling lama 29 tahun dan masa kerja paling baru yaitu 2 tahun. Responden tersebut digunakan untuk menggali data bagaimana gambaran shift kerja (kerja gilir) dan stres kerja di rumah sakit Santa Elisabeth Medan dengan wawancara mendalam terhadap informan untuk mengetahui secara jelas dan mendalam tentang shift kerja (kerja gilir) dan stres kerja pada perawat rawat inap bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2017. Sebelum peneliti meneliti bagaimana shift kerja (kerja gilir) dan stres kerja, peneliti mencari tahu bagaimana kondisi ruang rawat inap bagian ICU dan semua kegiatan yang dilakukan oleh perawat rawat inap bagian ICU. Hasil penelitian ini meliputi:

1. Lingkungan Tempat Kerja

Tempat kerja yaitu ruang yang digunakan untuk melakukan semua kegiatan perawat rawat inap bagian ICU. Berikut adalah hasil wawancara mendalam tentang tempat kerja pada perawat rawat inap bagian ICU.

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Mengenai Tempat Kerja pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

No

Nama Responden

Hasil Wawancara

1 IM Kurang nyaman, panas dikarenakan AC dalam perbaikan dan bising akibat keluar masuknya pasien 2 BS Sumpek, bising, pengap dan agak panas

3 MN Agak Panas dan tidak nyaman akibat bising dari keluar masuknya pasien ke ruangan

4 DM Bising, Tidak nyaman karena AC sedang dalam perbaikan

5 KS Kurang nyaman akibat adanya perbaikan AC dan Beban kerja lebih banyak karena harus memindahkan dan memandikan pasien

6 ES Agak capek karena harus memindahkan dan memindahkan pasien, dan tidak nyaman ketika bekerja setiap harinya

7 HG Agak capek karena harus memindahkan dan memandikan pasien,

8 MS Agak Panas, Tidak nyaman dengan kondisi perbaikan AC dan beban kerja agak bertambah akibat harus memindahkan dan memandikan pasien.

9 ME Agak panas, tidak nyaman dengan kondisi perbaikan

AC, dan istirahat berkurang

10 IM Kurang istirahat, tidak fokus saat bekerja, agak Panas dan Kurang nyaman dengan kondisi perbaikan AC 11 YS Kurang nyaman, ngantuk dan waktu untuk istirahat

berkurang.

Berdasarkan tabel 4.2 hasil wawancara mendalam pada perawat rawat inap bagi ICU diketahui bahwa perawat rawat inap bagian ICU bekerja dalam kondisi yang kurang nyaman dan agak panas karena masih dalam proses perbaikan AC, bising akibat keluar masuknya pasien, agak capek karena harus memindahkan dan memandikan pasien dan tidak fokus saat bekerja akibat kurang istirahat.

2. Konsultasi yang Tidak Efektif

Konsultasi adalah salah satu cara untuk mengurangi terjadinya stres kerja pada perawat. Konsultasi yang tidak efektif dalam lingkungan kerja dapat dilihat melalui bagaimana sikap dari pegawai jika mengalami stres kerja.

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Mengenai Konsultasi yang Tidak Efektif pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

No

Nama Responden

Hasil Wawancara

1 IM Meminta izin untuk tidak masuk kerja, sebelumnya izin pada atasan dan kadang berganti shift dengan perawat lainnya. Jika ada masalah, didiskusikan dengan perawat lainnya dan biasanya yang sudah

berpengalaman akan memberikan banyak masukan.

2 BS Tergantung gangguan kesehatan, jika hanya sakit biasa tetap melanjutkan pekerjaan. Jika agak parah dan tidak memungkinkan untuk bekerja, meminta ijin untuk tidak masuk kerja. Jika ada masalah, didiskusikan langsung dengan atasan atau meminta masukan dari perawat yang lain.

3 MN Ijin tidak masuk kerja dengan melampirkan surat keterangan dari dokter. Jika ada masalah meminta masukan dari atasan atau perawat lain.

4 DM Ijin tidak masuk kerja dan istirahat sampai kembali siap untuk bekerja lagi. Jika ada masalah meminta bantuan perawat yang lain.

5 KS Istirahat dan kadang izin kepada atasan. Jika ada masalah merasa pusing, tapi biasanya langsung dibantu oleh perawat yang lain.

6 ES Izin tidak masuk kerja dengan melampirkan surat dari dokter. Jika ada masalah langsung didiskusikan dengan perawat yang lain.

7 HG Istirahat yang cukup, izin kepada atasan dan melampirkan surat dari dokter dan jika ada masalah meminta bantuan langsung dari atasan atau perawat yang lainnya.

8 MS Izin tidak masuk kerja, istirahat yang cukup dan melampirkan surat dari dokter. Jika ada masalah langsung didiskusikan dengan perawat yang lain.

9 ME Ijin tidak masuk kerja dengan melampirkan surat keterangan dari dokter sebagai bukti kepada atasan.

Jika ada masalah meminta masukan dari atasan atau perawat lain.

10 IM Istirahat dan kadang izin kepada atasan. Jika ada masalah merasa pusing dan tidak enak badan, tapi biasanya langsung dibantu oleh perawat yang lain.

11 YS Minta izin untuk tidak masuk kerja, dan sebelumnya izin pada atasan atau kadang berganti shift dengan perawat lainnya. Jika ada masalah, didiskusikan dengan perawat lainnya dan biasanya yang sudah berpengalaman akan memberikan banyak masukan yang lebih baik.

Berdasarkan Tabel 4.3 Wawancara Mengenai Konsultasi yang Tidak Efektif pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yaitu stres kerja yang dialami oleh perawat tidak terlalu berat, sehingga hanya membutuhkan istirahat yang tidak lama untuk memulihkan kondisi normal.

Perawat yang merasa lelah saat bekerja biasanya diizinkan oleh kepala perawat untuk istirahat sebentar. Perawat juga menyatakan bahwa memilih untuk

izin tidak masuk kerja jika mengalami gangguan kesehatan dan atau tukar shift dengan perawat rawat inap bagian ICU yang lain. Perawat yang mengalami masalah di dalam ataupun di luar pekerjaan akan konsultasi dengan perawat lainnya ataupun dengan atasan (kepala perawat) untuk memecahkan masalah dalam ataupun luar dari pekerjaan.

3. Konflik Antara Tuntutan Keluarga dan Tuntutan Instansi

Berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara mengenai konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan instansi diketahui bahwa ada beberapa perawat yang sulit dalam menyatukan atau mengkombinasikan perawat yang satu dengan yang lainnya di tempat kerja.

Tabel 4.4 Hasil Wawancara Mengenai Konfik Antara Tuntutan Keluarga dan Tuntutan Instansi pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

No

Nama Responden

Hasil Wawancara

1 IM Beberapa perawat sulit untuk diberi masukan dan masih beradaptasi dengan tugas yang sangat banyak dan dilakukan dengan waktu yang efektif.

2 BS Masih beradaptasi dengan perawat yang lain dan masih sulit memahami sifat antara yang satu dengan yang lain.

3 MN Sifat yang berbeda-beda membuat sulit untuk bekerja sama. Prinsip kedisiplinan di tempat kerja membuat semua pegawai harus mempunyai rasa tanggung jawab

pada pekerjaannya.

4 DM Sulit memahami sifat satu dengan yang lainnya.

Prinsip kedisiplinan di tempat kerja membuat semua pegawai harus mempunyai rasa tanggung jawab pada pekerjaannya.

5 KS Sering ada salah pengertian saat bekerja. Untuk mendapatkan hasil yang optimal harus bekerja secara intensif didukung dengan prinsip kedisiplinan yang diterapkan di tempat kerja.

6 ES Awal bekerja sulit beradaptasi, tetapi pada akhirnya sudah mulai bisa beradaptasi dan bisa bekerja secara intensif terutama dengan adanya pertemuan yang dilakukan atasan.

7 HG Banyaknya pasien membuat tingkat emosional menjadi tidak terkendali, hal tersebut sering membuat salah paham satu dengan yang lainnya.

8 MS Salah paham sering terjadi ketika bekerja yang membuat tingkat emosional tidak stabil. Tanggung jawab pada pekerjaan membuat bekerja harus dengan sungguh – sungguh.

9 ME Beberapa perawat sulit untuk diberi saran dan masih beradaptasi dengan tugas yang sangat banyak dan dilakukan dengan waktu yang efektif.

10 IM Banyak terjadi miss komunikasi dan dengan Adanya pertemuan 3 bulan sekali membuat permasalahan yang sedang terjadi bisa didiskusikan untuk mencari jalan keluar.

11 YS Sifat yang berbeda-beda membuat sulit untuk bekerja sama dan sulit untuk beradaptasi. Penerapan kedisiplinan membuat perawat semangat dalam bekerja untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal.

Berdasarkan Tabel 4.4 Wawancara mengenai konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan instansi diketahui bahwa ada beberapa perawat yang sulit dalam menyatukan atau mengkombinasikan perawat yang satu dengan yang lainnya di tempat kerja. Namun, kesulitan dalam menyatukan perawat tidak menjadi masalah besar karena sudah dapat teratasi dengan adanya pertemuan atau rapat dalam 3 bulan sekali seluruh perawat rawat inap bagian ICU. Dalam bekerja, perawat harus intensif, karena Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dalam menjalankan kewajiban termasuk pekerjaan memiliki prinsip yang semi militer dengan menetapkan tingkat kedisiplinan tinggi bagi setiap perawat. Untuk jam istirahat, beberapa perawat merasa sudah beristirahat sangat cukup namun untuk tidur malam kurang cukup karena tidur malam hanya 4-5 jam dalam semalam.

Berdasarkan wawancara mendalam juga didapatkan bahwa atasan memberikan dukungan dan umpan balik yang cukup pada pekerjaan yang dilakukan perawat. Atasan selalu memberikan perhatian pada perawat dalam

setiap pekerjaan dan selalu memantau semua kegiatan yang ada di ruang rawat inap bagian ICU.

4.2.2 Shift Kerja

Shift kerja pada perawat rawat inap terbagi atas 3 shift antara lain; shift pagi yang dimulai dari pukul 06.50-14.15 berjumlah 4 orang perawat, shift sore yang dimulai pukul 13.50-22.15, berjumlah 3 orang perawat dan shift malam yang dimulai pukul 22.00-07.30 berjumlah 3 orang perawat. Adapun rotasi dari shift kerja pada perawat rawat inap yaitu sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Pada shift pagi seluruh perawat rawat inap bagian ICU diwajibkan masuk apabila jumlah pasien yang masuk meningkat atau disesuaikan dengan kebutuhan ruang rawat inap bagian ICU. Pada shift sore, perawat rawat inap dituntut untuk bekerja lebih keras untuk menangani pasien baik itu memindahkan pasien serta memandikan pasien. Pada shift malam, perawat rawat inap lebih intens untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien rawat inap.

Tabel. 4.5 Shift Kerja

Shift

Nama

Perawat Lingkungan Kerja Konsultasi Yang Tidak Efektif

Tuntutan Antara Keluarga dan

MN Tidak nyaman karena AC sedang dalam perbaikan

Ijin tidak masuk kerja dengan melampirkan surat keterangan dari

Prinsip kedisiplinan di tempat kerja membuat semua pegawai

dan bising karena keluar

Ijin tidak masuk kerja dan istirahat sampai kembali siap untuk bekerja

ES Beban kerja lebih banyak Izin tidak masuk kerja dengan Awal bekerja sulit beradaptasi,

untuk memindahkan dan

MS Beban kerja lebih banyak untuk mengurus pasien,

AC perawat yang lain. bekerja harus dengan sungguh – melampirkan surat keterangan dari dokter sebagai bukti kepada atasan.

Jika ada masalah meminta masukan dari atasan atau perawat lain.

Beberapa perawat sulit untuk diberi saran dan masih beradaptasi dengan tugas yang sangat banyak dan dilakukan dengan waktu yang efektif.

IM Agak panas, ngantuk dan tidak nyaman dengan kondisi perbaikan AC

Istirahat dan kadang izin kepada atasan. Jika ada masalah merasa pusing dan tidak enak badan, tapi biasanya langsung dibantu oleh perawat yang lain.

Adanya pertemuan 3 bulan sekali membuat permasalahan yang sedang terjadi bisa didiskusikan untuk mencari jalan keluar.

YS Kurang istirahat, tidak fokus saat bekerja dan

Minta izin untuk tidak masuk kerja, dan sebelumnya izin pada atasan

Sifat yang berbeda-beda membuat sulit untuk bekerja sama dan sulit

kurang nyaman dengan kondisi perbaikan AC

atau kadang berganti shift dengan perawat lainnya. Jika ada masalah, didiskusikan dengan perawat lainnya dan biasanya yang sudah berpengalaman akan memberikan banyak masukan yang lebih baik.

untuk beradaptasi. Penerapan kedisiplinan membuat perawat semangat dalam bekerja untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Stres Kerja Perawat Rawat Inap Bagian ICU

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa stres kerja pada perawat rawat inap bagian ICU bekerja dalam kondisi yang kurang nyaman, panas karena masih dalam proses perbaikan AC dan pencahayaan yang kurang pada malam hari. Begitu juga dengan hasil penelitian mengenai konsultasi pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan menyebabkan stres kerja yang dialami oleh perawat tidak terlalu berat, sehingga hanya membutuhkan istirahat yang tidak lama untuk memulihkan kondisi normal.

Perawat yang mengalami masalah di dalam ataupun di luar pekerjaan akan melakukan konsultasi dengan perawat lainnya ataupun dengan atasan (kepala perawat) untuk memecahkan masalah dalam ataupun luar dari pekerjaan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Terry dan Newman (2002) yaitu gejala stres kerja dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan perilaku. Gejala psikologis, meliputi kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, mendendam perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.

Gejala fisik, meliputi gangguan gastrointestinal misalnya mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan pada kulit, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, kepala pusing, migraine kanker, ketegangan otot, problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur).

Konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan instansi dapat menyebabkan stres pada perawat. Dukungan keluarga sangat mempengaruhi kondisi saat bekerja, konflik yang ada dalam keluarga dapat mengganggu pikiran sewaktu bekerja. Dalam bekerja, perawat harus intensif, karena Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dalam menjalankan kewajiban termasuk pekerjaan memiliki prinsip yang semi militer dengan menetapkan tingkat kedisiplinan tinggi bagi setiap perawat. Untuk jam istirahat, beberapa perawat merasa sudah beristirahat sangat cukup namun untuk tidur malam kurang cukup karena tidur malam hanya 4-5 jam dalam semalam.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taylor (2006) yaitu gejala perilaku, meliputi menunda ataupun menghindari pekerjaan, penurunan prestasi dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tida knormal, kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya kecenderungan perilaku berisiko tinggi, seperti ngebut, berjudi, meningkatnya agresifitas dan kriminalitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga, teman dan kecenderungan bunuh diri.

Berdasarkan hasil penelitian usia perawat antara 21-30 Tahun sebanyak 8 perawat, dan usia 31- 40 Tahun sebanyak 3 perawat. Terdapat 3 perawat dengan

masa kerja lebih dari dua puluh tahun, satu perawat dengan masa kerja 12 tahun dan sisanya mempunyai masa kerja dibawah sepuluh tahun, Perawat dengan usia 21-30 tahun mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis dan kreatif tetapi cepat bosan, kurang bertanya jawab, cenderung absensi dan turnovernya tinggi. Perawat yang lebih tua masa kerjanya kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, tanggung jawabnya besar, serta absensi dan turnovernya rendah. semakin lama seseorang bertahan dalam instansi, semakin terlihat bahwa dia berkomitmen terhadap instansi tersebut.

Gejala stres kerja yang dialami oleh perawat rawat inap bagian ICU meliputi kulit pucat dan terasa dingin saat bekerja, aliran darah sangat cepat saat bekerja, pernafasan meningkat saat bekerja, otot tegang saat bekerja, merasa cepat marah, merasa tegang saat bekerja, merasa cemas saat bekerja, sukar berkonsentrasi dalam bekerja, sulit tidur setelah bekerja dan cepat merasa letih setelah bekerja. Hal tersebut dibuktikan dengan melakukan wawancara pada seluruh perawat rawat inap bagian ICU. Mayoritas perawat mengalami gejala stres kerja tersebut.

5.1.1 Lingkungan Kerja

Kondisi lingkungan kerja fisik berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara (Margiati, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian terkait lingkungan kerja, dapat disimpulkan bahwa kondisi ruang rawat inap bagian ICU yang kurang nyaman bagi perawat.

dan agak panas karena masih dalam proses perbaikan AC, bising akibat keluar masuknya pasien ke dalam ruangan, agak capek karena harus memindahkan dan memandikan pasien dan tidak fokus saat bekerja akibat kurang istirahat.

. Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara mendalam dengan seluruh informan yang menyatakan bahwa kondisi ruang rawat inap bagian ICU yang kurang nyaman bagi perawat. dan agak panas karena masih dalam proses perbaikan AC, bising akibat keluar masuknya pasien ke dalam ruangan, agak capek karena harus memindahkan dan memandikan pasien dan tidak fokus saat bekerja akibat kurang istirahat sehingga tingkat emosi perawat juga meningkat sehingga dapat menyebabkan stres kerja. Selain itu, kinerja dari perawat dapat menurun dikarenakan berkurangnya tingkat konsentrasi dari perawat.

Ada berbagai penyebab yang memungkinkan karyawan menjadi stres sebagaimana dinyatakan oleh Nitisemito (2001) antara lain lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan keinginan karyawan, adapun lingkungan kerja tersebut antara lain: lingkungan kerja merupakan suasana yang tercipta karena interaksi dengan atasan, serta lingkungan mesin dan perlengkapan yang dihadapi oleh karyawan yang memungkinkan karyawan tidak berkonsentrasi pada pekerjaan.

Yang dimungkinkan sebagai sumbu terjadinya stres kerja antara lain adalah:

1. Lingkungan kerja yang tidak nyaman, ketidaknyamanan tersebut dikarenakan berbagai hal antara lain pencahayaan terasa kurang sehingga ruang terasa lembab dan lainnya.

2. Suara gaduh yang diakibatkan oleh deru suara mesin yang seharusnya sudah waktunya dilakukan perbaikan.

3. Kurangnya ruang untuk mobilisasi perawat juga mempengaruhi kegiatan dari perawat.

5.1.2 Konsultasi yang Tidak Efektif

Tidak adanya konsultasi yang efektif bagi perawat dapat mempengaruhi tingkat stres perawat. Perawat rawat inap bagian ICU Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mempunyai agenda khusus untuk seluruh perawat rawat inap bagian ICU yaitu pertemuan yang diadakan setiap tiga bulan sekali untuk mengurangi masalah yang dialami perawat. Semua masalah yang dialami perawat dapat disampaikan saat pertemuan, untuk didiskusikan bersama untuk mencari solusi yang tepat. Rapat intern wajib diikuti oleh semua perawat rawat inap bagian ICU, karena dalam rapat tersebut juga untuk mengevaluasi kinerja perawat selama tiga bulan sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan hasil wawancara mendalam dengan seluruh perawat yang menyatakan bahwa setiap tiga bulan sekali ada rapat intern untuk seluruh perawat rawat inap bagian ICU. Rapat tersebut diadakan untuk mengevaluasi kinerja perawat dan masalah yang ada selama tiga bulan sebelumnya.

Kelelahan kerja yang dialami perawat tidak terlalu menganggu pekerjaan.

Akibat dari kelelahan kerja tersebut juga tidak terlalu menganggu kesehatan dari perawat. Perawat hanya butuh istirahat kemudian dapat melanjutkan pekerjaan kembali. Jika perawat merasa mengalami kelelahan kerja biasanya perawat meminta izin untuk istirahat dan melanjutkan pekerjaan lagi atau biasanya meminta perawat lain untuk menggantikan tugasnya. Namun hanya beberapa perawat saja yang melakukan hal tersebut, karena dengan penerapan tingkat disiplin pada perawat yang tinggi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan perawat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan.

Hasil wawancara mendalam pada perawat menyatakan bahwa selama ini belum mengalami kelelahan kerja yang berarti yang menyebabkan terganggunya pekerjaan. Dengan adanya pertemuan yang diadakan tiap tiga bulan sekali tersebut dapat membantu perawat untuk mengungkapkan masalah kesehatan yang dialami oleh perawat. Perawat yang mengalami gangguan kesehatan biasanya meminta izin untuk tidak masuk kerja atau biasanya mengganti shift dengan perawat lainnya. Perawat yang tidak masuk kerja dapat meminta izin untuk tidak masuk dengan melampirkan surat keterangan dokter untuk istirahat.

Mayoritas perawat rawat inap bagian ICU meminta izin untuk tidak masuk kerja jika mengalami gangguan kesehatan yang dapat mengganggu kegiatan dalam bekerja atau mengganti shift dengan perawat lainnya, untuk gangguan kesehatan yang seringdialami yaitu batuk, pilek dan sesak nafas seperti ISPA.

5.1.3 Konflik antara Tuntutan Keluarga dan Tuntutan Instansi

Penyebab yang memungkinkan karyawan menjadi stres kerja biasanya berasal dari lingkungan non fisik. Dalam hal ini lingkungan non fisik bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:

1. Hubungan yang tidak serasi antara karyawan yang bersangkutan dengan teman sejawat (sesama pekerja) maupun karyawan dengan atasan.

2. Keterjaminan kerja yang dirasakan kurang memadai bagi karyawan.

3. Perasaan khawatir atau takut yang dimungkinkan muncul terkait dengan kurang amannya penggunaan berbagai fasilitas operasi perusahaan.

4. Jenjang karir yang berkurang begitu jelas terkait dengan kelangsungan karyawan bekerja pada perusahaan yang bersangkutan (Susilo, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dalam penelitian untuk perawat yang bekerja kurang dari sepuluh tahun dan lebih dari sepuluh tahun mengalami perbedaan yang terjadi antar perawat. Perbedaan pemikiran terjadi biasanya belum terbiasa dengan keadaaan diruang rawat inap bagian ICU. Namun perbedaan yang terjadi antar perawat dapat diselesaikan. Cara menyelesaikan masalah yang dialami perawat dengan mendatangkan masing-masing perawat yang sedang

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dalam penelitian untuk perawat yang bekerja kurang dari sepuluh tahun dan lebih dari sepuluh tahun mengalami perbedaan yang terjadi antar perawat. Perbedaan pemikiran terjadi biasanya belum terbiasa dengan keadaaan diruang rawat inap bagian ICU. Namun perbedaan yang terjadi antar perawat dapat diselesaikan. Cara menyelesaikan masalah yang dialami perawat dengan mendatangkan masing-masing perawat yang sedang

Dokumen terkait