BAB III METODE PENELITIAN
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret 2017 – September 2017 3.3 Informan Penelitian
Informan penelitian dari penelitian ini yaitu sebagian perawat rawat inap bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebanyak 11 orang yang dibagi menjadi 3 shift. Dalam 1 hari perawat yang bertugas pada shift pagi (4 orang), shift sore (4 orang), dan shift malam (3 orang).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam memperoleh informasi berupa data primer dan sekunder:
a. Data primer
Data Primer Diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan dan mengacu pada kuesioner
wawancara yang telah disusun berkaitan dengan shift kerja (kerja gilir) dan stres kerja pada perawat rawat inap bagian ICU.
b. Data sekunder
Data Sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan seperti data perawat rawat inap bagian ICU Tahun 2017 dan profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
3.5 Instrumen Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan kuesioner wawancara yang telah disusun berkaitan dengan shift kerja (kerja gilir) dan stres kerja pada perawat rawat inap bagian ICU.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja secara terfokus kepada data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dibutuhkan dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif mengikuti konsep Miles dan Hubermen dalam bukunya Moleong (2007).
Proses analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga datanya sampai jenuh. Ada tiga komponen pokok yang harus diperhatikan dalam analisis data kualitatif yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
3.6.1 Reduksi Data
Analisis pertama yang dilakukan peneliti adalah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan kemudian direduksi yaitu menyeleksi, memfokuskan dan menyederhanakan data-data yang telah diproduksi, yang masih berupa data kasar sehingga peneliti berusaha memilih dan memfokuskan data yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
3.6.2 Penyajian Data
Analisis kedua, setelah data direduksi kemudian data disajikan dalam bentuk tulisan yaitu menyajikan informasi yang memungkinkan untuk dijadikan dasar penarikan kesimpulan penelitian. Penyajian data akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman tentang penyajian data.
3.6.3 Penarikan simpulan
Kesimpulan yang diambil ditangani secara longgar tetap terbuka sehingga kesimpulan semula belum jelas kemudian akan meningkat menjadi lebih rinci dan
mengakar kokoh. Kesimpulan ini juga akan diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan menguji maksud kebenaran, kekokohan dan kococokannya yakni merupakan validitasnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang beralamat di Jalan Haji Misbah No. 7 Kecamatan Medan Maimun, Sumatera Utara dengan Kelas Madya, Type B. Rumah Sakit ini adalah milik Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Medan dengan motto “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku”.
4.1.2 Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah “menjadikan kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan dan hati untuk memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang sakit dan menderita sesuai dengan tuntutan zaman”.
4.1.3 Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas dasar kasih, meningkatkan sumber daya manusia secara profesional untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas, dan meningkatkan sarana serta prasarana yang memadai dengan tetap memperhatikan masyarakat lemah.
4.1.4 Falsafah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Berlandaskan semangat dasar Fransiskanes Santa Elisabeth dalam melaksanakan dan mengembangkan “Cinta dan Nilai Kristiani”, karya pelayanan
Rumah Sakit Santa Elisabeh menitik beratkan penyembuhan manusia seutuhnya sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam menuju masyarakat sehat. Pelayanan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan lebih mengutamakan orang yang paling membutuhkan tanpa membedakan suku, bangsa, agama dan golongan sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
4.1.5 Tujuan dan Fungsi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tujuan Rumah Sakit Santa Elisabeth adalah mewujudkan secara nyata Kharisma Konregasi Fransiskanes Santa Elisabeth dalam bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum tanpa membedakan suku, bangsa, agama, ras, dan golongan, serta membeikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (holistik) bagi orang-orang sakit dan menderita serta membutuhkan pertolongan.
Fungsi Rumah Sakit Santa Elisabeth adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif serta menyediakan tempat untuk praktek STIKes Santa Elisabeth Medan.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Stres Kerja
Responden dalam penelitian ini berjumlah 11 orang responden (Tabel 4.1), Tabel 4.1 Responden Penelitian
4 DM AMKep 11-11-2005 12 tahun PK III
5 KS AMKep 19-10-2009 8 tahun PK II
6 ES AMKep 4-12-2010 7 tahun PK II
7 HG AMKep 18-10-2010 7 tahun PK II
8 MS AMKep 10-1-2011 6 tahun PK II
9 ME AMKeb 18-4-2011 6 tahun PK II
10 IM AMKeb 5-4-2015 2 tahun PK I
11 YS AMKeb 5-4-2015 2 tahun PK I
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa masa kerja responden paling lama 29 tahun dan masa kerja paling baru yaitu 2 tahun. Responden tersebut digunakan untuk menggali data bagaimana gambaran shift kerja (kerja gilir) dan stres kerja di rumah sakit Santa Elisabeth Medan dengan wawancara mendalam terhadap informan untuk mengetahui secara jelas dan mendalam tentang shift kerja (kerja gilir) dan stres kerja pada perawat rawat inap bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2017. Sebelum peneliti meneliti bagaimana shift kerja (kerja gilir) dan stres kerja, peneliti mencari tahu bagaimana kondisi ruang rawat inap bagian ICU dan semua kegiatan yang dilakukan oleh perawat rawat inap bagian ICU. Hasil penelitian ini meliputi:
1. Lingkungan Tempat Kerja
Tempat kerja yaitu ruang yang digunakan untuk melakukan semua kegiatan perawat rawat inap bagian ICU. Berikut adalah hasil wawancara mendalam tentang tempat kerja pada perawat rawat inap bagian ICU.
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Mengenai Tempat Kerja pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
No
Nama Responden
Hasil Wawancara
1 IM Kurang nyaman, panas dikarenakan AC dalam perbaikan dan bising akibat keluar masuknya pasien 2 BS Sumpek, bising, pengap dan agak panas
3 MN Agak Panas dan tidak nyaman akibat bising dari keluar masuknya pasien ke ruangan
4 DM Bising, Tidak nyaman karena AC sedang dalam perbaikan
5 KS Kurang nyaman akibat adanya perbaikan AC dan Beban kerja lebih banyak karena harus memindahkan dan memandikan pasien
6 ES Agak capek karena harus memindahkan dan memindahkan pasien, dan tidak nyaman ketika bekerja setiap harinya
7 HG Agak capek karena harus memindahkan dan memandikan pasien,
8 MS Agak Panas, Tidak nyaman dengan kondisi perbaikan AC dan beban kerja agak bertambah akibat harus memindahkan dan memandikan pasien.
9 ME Agak panas, tidak nyaman dengan kondisi perbaikan
AC, dan istirahat berkurang
10 IM Kurang istirahat, tidak fokus saat bekerja, agak Panas dan Kurang nyaman dengan kondisi perbaikan AC 11 YS Kurang nyaman, ngantuk dan waktu untuk istirahat
berkurang.
Berdasarkan tabel 4.2 hasil wawancara mendalam pada perawat rawat inap bagi ICU diketahui bahwa perawat rawat inap bagian ICU bekerja dalam kondisi yang kurang nyaman dan agak panas karena masih dalam proses perbaikan AC, bising akibat keluar masuknya pasien, agak capek karena harus memindahkan dan memandikan pasien dan tidak fokus saat bekerja akibat kurang istirahat.
2. Konsultasi yang Tidak Efektif
Konsultasi adalah salah satu cara untuk mengurangi terjadinya stres kerja pada perawat. Konsultasi yang tidak efektif dalam lingkungan kerja dapat dilihat melalui bagaimana sikap dari pegawai jika mengalami stres kerja.
Tabel 4.3 Hasil Wawancara Mengenai Konsultasi yang Tidak Efektif pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
No
Nama Responden
Hasil Wawancara
1 IM Meminta izin untuk tidak masuk kerja, sebelumnya izin pada atasan dan kadang berganti shift dengan perawat lainnya. Jika ada masalah, didiskusikan dengan perawat lainnya dan biasanya yang sudah
berpengalaman akan memberikan banyak masukan.
2 BS Tergantung gangguan kesehatan, jika hanya sakit biasa tetap melanjutkan pekerjaan. Jika agak parah dan tidak memungkinkan untuk bekerja, meminta ijin untuk tidak masuk kerja. Jika ada masalah, didiskusikan langsung dengan atasan atau meminta masukan dari perawat yang lain.
3 MN Ijin tidak masuk kerja dengan melampirkan surat keterangan dari dokter. Jika ada masalah meminta masukan dari atasan atau perawat lain.
4 DM Ijin tidak masuk kerja dan istirahat sampai kembali siap untuk bekerja lagi. Jika ada masalah meminta bantuan perawat yang lain.
5 KS Istirahat dan kadang izin kepada atasan. Jika ada masalah merasa pusing, tapi biasanya langsung dibantu oleh perawat yang lain.
6 ES Izin tidak masuk kerja dengan melampirkan surat dari dokter. Jika ada masalah langsung didiskusikan dengan perawat yang lain.
7 HG Istirahat yang cukup, izin kepada atasan dan melampirkan surat dari dokter dan jika ada masalah meminta bantuan langsung dari atasan atau perawat yang lainnya.
8 MS Izin tidak masuk kerja, istirahat yang cukup dan melampirkan surat dari dokter. Jika ada masalah langsung didiskusikan dengan perawat yang lain.
9 ME Ijin tidak masuk kerja dengan melampirkan surat keterangan dari dokter sebagai bukti kepada atasan.
Jika ada masalah meminta masukan dari atasan atau perawat lain.
10 IM Istirahat dan kadang izin kepada atasan. Jika ada masalah merasa pusing dan tidak enak badan, tapi biasanya langsung dibantu oleh perawat yang lain.
11 YS Minta izin untuk tidak masuk kerja, dan sebelumnya izin pada atasan atau kadang berganti shift dengan perawat lainnya. Jika ada masalah, didiskusikan dengan perawat lainnya dan biasanya yang sudah berpengalaman akan memberikan banyak masukan yang lebih baik.
Berdasarkan Tabel 4.3 Wawancara Mengenai Konsultasi yang Tidak Efektif pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yaitu stres kerja yang dialami oleh perawat tidak terlalu berat, sehingga hanya membutuhkan istirahat yang tidak lama untuk memulihkan kondisi normal.
Perawat yang merasa lelah saat bekerja biasanya diizinkan oleh kepala perawat untuk istirahat sebentar. Perawat juga menyatakan bahwa memilih untuk
izin tidak masuk kerja jika mengalami gangguan kesehatan dan atau tukar shift dengan perawat rawat inap bagian ICU yang lain. Perawat yang mengalami masalah di dalam ataupun di luar pekerjaan akan konsultasi dengan perawat lainnya ataupun dengan atasan (kepala perawat) untuk memecahkan masalah dalam ataupun luar dari pekerjaan.
3. Konflik Antara Tuntutan Keluarga dan Tuntutan Instansi
Berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara mengenai konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan instansi diketahui bahwa ada beberapa perawat yang sulit dalam menyatukan atau mengkombinasikan perawat yang satu dengan yang lainnya di tempat kerja.
Tabel 4.4 Hasil Wawancara Mengenai Konfik Antara Tuntutan Keluarga dan Tuntutan Instansi pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
No
Nama Responden
Hasil Wawancara
1 IM Beberapa perawat sulit untuk diberi masukan dan masih beradaptasi dengan tugas yang sangat banyak dan dilakukan dengan waktu yang efektif.
2 BS Masih beradaptasi dengan perawat yang lain dan masih sulit memahami sifat antara yang satu dengan yang lain.
3 MN Sifat yang berbeda-beda membuat sulit untuk bekerja sama. Prinsip kedisiplinan di tempat kerja membuat semua pegawai harus mempunyai rasa tanggung jawab
pada pekerjaannya.
4 DM Sulit memahami sifat satu dengan yang lainnya.
Prinsip kedisiplinan di tempat kerja membuat semua pegawai harus mempunyai rasa tanggung jawab pada pekerjaannya.
5 KS Sering ada salah pengertian saat bekerja. Untuk mendapatkan hasil yang optimal harus bekerja secara intensif didukung dengan prinsip kedisiplinan yang diterapkan di tempat kerja.
6 ES Awal bekerja sulit beradaptasi, tetapi pada akhirnya sudah mulai bisa beradaptasi dan bisa bekerja secara intensif terutama dengan adanya pertemuan yang dilakukan atasan.
7 HG Banyaknya pasien membuat tingkat emosional menjadi tidak terkendali, hal tersebut sering membuat salah paham satu dengan yang lainnya.
8 MS Salah paham sering terjadi ketika bekerja yang membuat tingkat emosional tidak stabil. Tanggung jawab pada pekerjaan membuat bekerja harus dengan sungguh – sungguh.
9 ME Beberapa perawat sulit untuk diberi saran dan masih beradaptasi dengan tugas yang sangat banyak dan dilakukan dengan waktu yang efektif.
10 IM Banyak terjadi miss komunikasi dan dengan Adanya pertemuan 3 bulan sekali membuat permasalahan yang sedang terjadi bisa didiskusikan untuk mencari jalan keluar.
11 YS Sifat yang berbeda-beda membuat sulit untuk bekerja sama dan sulit untuk beradaptasi. Penerapan kedisiplinan membuat perawat semangat dalam bekerja untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal.
Berdasarkan Tabel 4.4 Wawancara mengenai konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan instansi diketahui bahwa ada beberapa perawat yang sulit dalam menyatukan atau mengkombinasikan perawat yang satu dengan yang lainnya di tempat kerja. Namun, kesulitan dalam menyatukan perawat tidak menjadi masalah besar karena sudah dapat teratasi dengan adanya pertemuan atau rapat dalam 3 bulan sekali seluruh perawat rawat inap bagian ICU. Dalam bekerja, perawat harus intensif, karena Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dalam menjalankan kewajiban termasuk pekerjaan memiliki prinsip yang semi militer dengan menetapkan tingkat kedisiplinan tinggi bagi setiap perawat. Untuk jam istirahat, beberapa perawat merasa sudah beristirahat sangat cukup namun untuk tidur malam kurang cukup karena tidur malam hanya 4-5 jam dalam semalam.
Berdasarkan wawancara mendalam juga didapatkan bahwa atasan memberikan dukungan dan umpan balik yang cukup pada pekerjaan yang dilakukan perawat. Atasan selalu memberikan perhatian pada perawat dalam
setiap pekerjaan dan selalu memantau semua kegiatan yang ada di ruang rawat inap bagian ICU.
4.2.2 Shift Kerja
Shift kerja pada perawat rawat inap terbagi atas 3 shift antara lain; shift pagi yang dimulai dari pukul 06.50-14.15 berjumlah 4 orang perawat, shift sore yang dimulai pukul 13.50-22.15, berjumlah 3 orang perawat dan shift malam yang dimulai pukul 22.00-07.30 berjumlah 3 orang perawat. Adapun rotasi dari shift kerja pada perawat rawat inap yaitu sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Pada shift pagi seluruh perawat rawat inap bagian ICU diwajibkan masuk apabila jumlah pasien yang masuk meningkat atau disesuaikan dengan kebutuhan ruang rawat inap bagian ICU. Pada shift sore, perawat rawat inap dituntut untuk bekerja lebih keras untuk menangani pasien baik itu memindahkan pasien serta memandikan pasien. Pada shift malam, perawat rawat inap lebih intens untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien rawat inap.
Tabel. 4.5 Shift Kerja
Shift
Nama
Perawat Lingkungan Kerja Konsultasi Yang Tidak Efektif
Tuntutan Antara Keluarga dan
MN Tidak nyaman karena AC sedang dalam perbaikan
Ijin tidak masuk kerja dengan melampirkan surat keterangan dari
Prinsip kedisiplinan di tempat kerja membuat semua pegawai
dan bising karena keluar
Ijin tidak masuk kerja dan istirahat sampai kembali siap untuk bekerja
ES Beban kerja lebih banyak Izin tidak masuk kerja dengan Awal bekerja sulit beradaptasi,
untuk memindahkan dan
MS Beban kerja lebih banyak untuk mengurus pasien,
AC perawat yang lain. bekerja harus dengan sungguh – melampirkan surat keterangan dari dokter sebagai bukti kepada atasan.
Jika ada masalah meminta masukan dari atasan atau perawat lain.
Beberapa perawat sulit untuk diberi saran dan masih beradaptasi dengan tugas yang sangat banyak dan dilakukan dengan waktu yang efektif.
IM Agak panas, ngantuk dan tidak nyaman dengan kondisi perbaikan AC
Istirahat dan kadang izin kepada atasan. Jika ada masalah merasa pusing dan tidak enak badan, tapi biasanya langsung dibantu oleh perawat yang lain.
Adanya pertemuan 3 bulan sekali membuat permasalahan yang sedang terjadi bisa didiskusikan untuk mencari jalan keluar.
YS Kurang istirahat, tidak fokus saat bekerja dan
Minta izin untuk tidak masuk kerja, dan sebelumnya izin pada atasan
Sifat yang berbeda-beda membuat sulit untuk bekerja sama dan sulit
kurang nyaman dengan kondisi perbaikan AC
atau kadang berganti shift dengan perawat lainnya. Jika ada masalah, didiskusikan dengan perawat lainnya dan biasanya yang sudah berpengalaman akan memberikan banyak masukan yang lebih baik.
untuk beradaptasi. Penerapan kedisiplinan membuat perawat semangat dalam bekerja untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Stres Kerja Perawat Rawat Inap Bagian ICU
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa stres kerja pada perawat rawat inap bagian ICU bekerja dalam kondisi yang kurang nyaman, panas karena masih dalam proses perbaikan AC dan pencahayaan yang kurang pada malam hari. Begitu juga dengan hasil penelitian mengenai konsultasi pada Perawat Rawat Inap Bagian ICU di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan menyebabkan stres kerja yang dialami oleh perawat tidak terlalu berat, sehingga hanya membutuhkan istirahat yang tidak lama untuk memulihkan kondisi normal.
Perawat yang mengalami masalah di dalam ataupun di luar pekerjaan akan melakukan konsultasi dengan perawat lainnya ataupun dengan atasan (kepala perawat) untuk memecahkan masalah dalam ataupun luar dari pekerjaan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Terry dan Newman (2002) yaitu gejala stres kerja dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan perilaku. Gejala psikologis, meliputi kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, mendendam perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.
Gejala fisik, meliputi gangguan gastrointestinal misalnya mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan pada kulit, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, kepala pusing, migraine kanker, ketegangan otot, problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur).
Konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan instansi dapat menyebabkan stres pada perawat. Dukungan keluarga sangat mempengaruhi kondisi saat bekerja, konflik yang ada dalam keluarga dapat mengganggu pikiran sewaktu bekerja. Dalam bekerja, perawat harus intensif, karena Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dalam menjalankan kewajiban termasuk pekerjaan memiliki prinsip yang semi militer dengan menetapkan tingkat kedisiplinan tinggi bagi setiap perawat. Untuk jam istirahat, beberapa perawat merasa sudah beristirahat sangat cukup namun untuk tidur malam kurang cukup karena tidur malam hanya 4-5 jam dalam semalam.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taylor (2006) yaitu gejala perilaku, meliputi menunda ataupun menghindari pekerjaan, penurunan prestasi dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tida knormal, kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya kecenderungan perilaku berisiko tinggi, seperti ngebut, berjudi, meningkatnya agresifitas dan kriminalitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga, teman dan kecenderungan bunuh diri.
Berdasarkan hasil penelitian usia perawat antara 21-30 Tahun sebanyak 8 perawat, dan usia 31- 40 Tahun sebanyak 3 perawat. Terdapat 3 perawat dengan
masa kerja lebih dari dua puluh tahun, satu perawat dengan masa kerja 12 tahun dan sisanya mempunyai masa kerja dibawah sepuluh tahun, Perawat dengan usia 21-30 tahun mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis dan kreatif tetapi cepat bosan, kurang bertanya jawab, cenderung absensi dan turnovernya tinggi. Perawat yang lebih tua masa kerjanya kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, tanggung jawabnya besar, serta absensi dan turnovernya rendah. semakin lama seseorang bertahan dalam instansi, semakin terlihat bahwa dia berkomitmen terhadap instansi tersebut.
Gejala stres kerja yang dialami oleh perawat rawat inap bagian ICU meliputi kulit pucat dan terasa dingin saat bekerja, aliran darah sangat cepat saat bekerja, pernafasan meningkat saat bekerja, otot tegang saat bekerja, merasa cepat marah, merasa tegang saat bekerja, merasa cemas saat bekerja, sukar berkonsentrasi dalam bekerja, sulit tidur setelah bekerja dan cepat merasa letih setelah bekerja. Hal tersebut dibuktikan dengan melakukan wawancara pada seluruh perawat rawat inap bagian ICU. Mayoritas perawat mengalami gejala stres kerja tersebut.
5.1.1 Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja fisik berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara (Margiati, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian terkait lingkungan kerja, dapat disimpulkan bahwa kondisi ruang rawat inap bagian ICU yang kurang nyaman bagi perawat.
dan agak panas karena masih dalam proses perbaikan AC, bising akibat keluar masuknya pasien ke dalam ruangan, agak capek karena harus memindahkan dan
dan agak panas karena masih dalam proses perbaikan AC, bising akibat keluar masuknya pasien ke dalam ruangan, agak capek karena harus memindahkan dan