• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumpah pemutus di sini adalah sumpah yang dibebankan atas permintaan salah satu pihak kepada lawannya (pasal 156 HIR, 183 Rbg, 1930 KUH Perdata). Pihak yang diminta lawannya mengucapkan sumpah disebut deferent, sedangkan pihak yang harus bersumpah disebut delaat. Sumpah desicoir ini dapat dibebankan mengenai segala peristiwa yang menjadi sengketa dan bukan mengenai pelbagai pendapat tentang hukum atau hubungan hukum (pasal 1930 BW). Akibat sumpah desicoir ini ialah bahwa kebenaran peristiwa yang dimintakan sumpah menjadi pasti dan pihak lawan tidak boleh membuktikan bahwa sumpah itu palsu, tanpa mengurangi wewenang jaksa untuk menuntut berdasarkan sumpah palsu. Contohnya adalah seperti sumpah pocong yang dilakukan di mesjid, sumpah mimbar di gereja, dan sumpah klenteng.

d. Putusan Hakim

Pemeriksaan suatu sengketa atau perkara di muka Hakim, diakhiri dengan suatu putusan atau vonis. Sebagaimana sudah diterangkan pada permulaan pembicaraan mengenai arti pembuktian, Hakim/Pengadilan itu di dalam putusannya

24

menetapkan perhubungan hukum yang sebenarnya (yang harus berlaku) antara dua pihak yang bersengketa itu. Putusan yang dengan amarnya mengandung suatu penghukuman dinamakan “condemnatoir”, putusan yang menyatakan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang sah dinamakan “declaratoir”, sedangkan putusan yang dalam amarnya menciptakan suatu keadaan yang baru dinamakan “constitutip”.25

Kalau putusan Hakim itu tidak dapat dirubah lagi, dikatakan bahwa putusan itu telah memperoleh kekuatan mutlak. Putusan Pengadilan Negeri memperoleh kekuatan mutlak seketika telah tenggang waktu untuk meminta banding lewat tanpa dipergunakan, sedangkan putusan Pengadilan Tinggi memperoleh kekuatan mutlak seketika setelah tenggang waktu untuk mengajukan permohonan kasasi lewat tanpa dipergunakan. Putusan Mahkamah Agung dengan sendirinya seketika mempunyai kekuatan mutlak, karena sudah tidak ada lagi upaya hukum yang dapat dipergunakan terhadapnya.

Dalam rangka hukum pembuktian, baiklah diperhatikan bahwa surat keputusan Hakim/Pengadilan itu merupakan suatu akta otentik, dan karena itu ia memiliki kekuatan mutlak yang merupakan kekuatan pembuktian yang ada pada suatu akta otentik.

Disamping itu putusan Hakim tadi mempunyai sesuatu kekuatan eksekutorial, yaitu dapat dipaksakan dengan bantuan aparat negara. Putusan yang sudah memperoleh kekuatan mutlak mempunyai kekuatan “mengikat”, dalam arti bahwa tidak boleh perkara yang sudah diputus dalam perkara yang sama diajukan lagi di

25

muka Hakim, sehingga tiap-tiap gugatan baru dapat ditangkis dengan menunjukkan kepada penggugat putusan tersebut (Ne bis in idem”).26

e. Kekuatan Pembuktian Dalam Persidangan

Ketentuan-ketentuan kekuatan pembuktian tulisan-tulisan dibawah tangan dari orang-orang Indonesia atau yang dipersamakan dengannya (LN 1867- 29).27

Pasal 1. Sebagai tulisan-tulisan di bawah tangan dianggap akta-akta yang ditanda tangani di bawah tangan, surat-surat, register-register, surat-surat rumah tangga dan lain-lain tulisan yang ditanda tangani, yang dibuat tanpa bantuan seorang pejabat umum.

Dengan penanda tanganan sebuah tulisan di bawah tangan dipersamakan cap jari yang dibutuhkan di bawahnya, disahkan dengan suatu keterangan yang bertanggal dari seorang notaris atau sebagai pejabat lain yang ditunjuk oleh undang-undang, dari mana ternyata mengenai pembubuh cap jari atau bahwa orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isi akta dengan jelas telah dipertunjukkan kepada pembubuh cap jari itu, dan bahwa setelah itu cap jari tersebut dibubuhkan dihadapan pejabat tersebut.

Pejabat tersebut mencatat tulisan itu dalam sebuah buku, diantaranya:

1 a. Apabila yang berkepentingan menghendakinya, maka juga diluar hal yang dimaksudkan dalam ayat kedua dari pasal yang lalu, pada akta-akta yang ditanda tangani di bawah tangan, dapat juga diberikan keterangan yang bertanggal dari pejabat lain yang ditunjuk oleh undang-undang, darimana

26

Subekti.R., Op. Cit., h - 69 27

dikenalnya penanda tangan atau bahwa orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isi akte dengan jelas telah dipertunjukkan kepada yang menandatanganinya itu, dan setelah itu dilakukan penanda tanganan dihadapan pejabat tersebut.

1. Tulisan-tulisan di bawah tangan, berasal dari orang-orang Indonesia atau orang-orang yang dipersamakan dengannya, yang diakuinya terhadap siapa tulisan-tulisan itu diajukan, atau yangberdasarkan suatu ketentuan undang-undang dianggap sebagai yang telah diakui, memberikan terhadap para penanda tangannya suatu pembuktian yang sempurna seperti suatu akta otentik.

2. Barang siapa yang terhadapnya diajukan suatu tulisan di bawah tangan, diwajibkan secara tegas mengakui atau menyangkal tanda tangannya; tetapi bagi para ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari padanya, cukuplah jika menerangkan tidak mengakui tulisan atau tanda tangan itu sebagai tulisan atau tanda tangan orang yang mewakilinya.

3. Jika seorang menyangkal tulisan atau tanda tangannya, ataupun jika ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari padanya, menerangkan tidak mengakuinya, meka Hakim harus memerintahkan supaya keaslian dari pada tulisan atau tanda tangan tersebut diperiksa di muka Pengadilan.

4. Apabila jumlah, yang disebutkan di dalam aktanya sendiri berselisih dengan jumlah yang disebutkan dalam keterangan penyetujuannya, maka perikatan itu dianggap telah diadakan untuk jumlah yang paling sedikit, juga dalam halnya akta dengan beserta penyetujuannya kedua-duanya seluruhnya ditulis dengan

tangannya pihak yang telah mengikatkan dirinya, terkecuali apabila dapat dibuktikan dalam bagian yang mana kekeliruan itu telah terjadi.

5. Akta di bawah tangan, sekedar tidak dibubuhi suatu pernyataan sebagaimana termaksud dalam ayat kedua dari pasal 1 dan dalam pasal 1 a, tidak mempunyai kekuatan terhadap orang-orang pihak ketiga mengenai tanggalnya, selainnya sejak dibubuhkannya pernyataan oleh seorang notaris atau seorang pejabat lainnya yang ditunjuk oleh undang-undang, dan dibukukan menurut ordonansi dalam Lembaran Negara tahun 1916 No. 46, atau sejak hari meninggalnya penanda tangan maupun salah seorang dari para penanda tangan; atau sejak hari dibuktikannya tentang adanya akta-akta di bawah tangan itu dari akta-akta yang dibuat oleh seorang pejabat umum atau pula sejak hari diakuinya akta-akta di bawah itu secara tertulis oleh orang-orang pihak ketiga terhadap siapa akta-akta itu dpergunakan.

Dokumen terkait