• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURPLUS / DEFISIT APBD

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 98-102)

SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH

E. SURPLUS / DEFISIT APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbukan surplus atau defisit anggaran sedangkan jika pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang seimbang. Surplus APBD terjadi jika anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah, jika sebaliknya maka defisit. Jika APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif unuk menutupi defisit tersebut. Jika APBD terjadi surplus maka surplus tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah daerah lain, dan pembentukan dana

cadangan. Adanya pilihan berkenaan dengan anggaran surplus/defisit

memungkinkan pendapatan suatu pemerintah daerah lebih besar atau lebih kecil dari belanjanya. Penetapan APBD di Sulawesi Tengah mengambil kebijakan defisit dengan rata-rata sebesar minus 2,18 persen namun dalam realisasinya mengalami surplus sebesar rata-rata 10,11 persen.

Grafik 4.11. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit Antara Pagu dan Realisasi APBD Tahun 2019

Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)

Defiasi surplus/defisit APBD terbesar antara pagu dengan realisasi terjadi di 3 pemda, yaitu Kota Palu (pagu -7,33 persen, realisasi 64,25 persen), Kabupaten Parigi Moutong (pagu -0,01 persen, realisasi 45,78 persen), dan Kabupaten Poso (pagu 0,34 persen, realisasi 43,56 persen). Khusus untuk Kota Palu penyumbang surplus terbesar berasal dari Pendapatan Hibah yang realisasinya mencapai Rp 833,72 miliar dari pagu yang ditetapkan sebesar 38,72 miliar. Pendapatan hibah yang besar ini salah satunya merupakan bantuan atas bencana alam gempa dan tsunami yang menimpa Kota Palu pada tahun 2018.

1. Rasio Surplus/Defisit APBD terhadap Aggregat Pendapatan

Surplus/defisit anggaran disebabkan karena komponen pembentuknya, yaitu pendapatan dan belanja. Dalam APBD yang telah ditetapkan sebelumnya, pemerintah daerah biasanya telah menetapkan prediksi akan terjadinya defisit, yakni pendapatan daerah tidak dapat menutupi seluruh belanja daerah. Tetapi yang terjadi kemudian ternyata berlawanan dengan perencanaannya, yaitu terjadi anggaran surplus. Kondisi ini juga terjadi pada sebagian besar pengelolaan keuangan daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dimana Pemerintah Daerah melalui APBD-nya menunjukkan adanya kecenderungan menggunakan anggaran defisit dalam kebijakan APBD-nya. Rasio kebijakan penetapan surplus/defisit APBD pemda di Sulawesi Tengah sebagaimana pada Grafik berikut.

Grafik 4.12. Rasio Surplus/Defisit terhadap Aggregat Pendapatan Tahun 2019

Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)

Dari grafik di atas terdapat 3 pemda yang rasio surplus terhadap agregat pendapatannya sampai diatas 30 persen yaitu Kota Palu (39,12 persen), Kabupaten Parigi Moutong (31,40 persen), dan Kabupaten Poso (30,34 persen).

2. Rasio Surplus terhadap Realisasi Dana Transfer

Faktor ekses likuiditas pemerintah daerah akibat frontloading pencairan dana transfer di Sulawesi Tengah tercermin dari evaluasi timing pencairan dana transfer, terutama pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas.

Grafik 4.13. Rasio Surplus/Defisit 2019 terhadap Realisasi Dana Transfer (dalam persentase)

Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)

Secara umum timing pencairan Dana Transfer pada tahun 2019 oleh Kementerian Keuangan kepada pemda di wilayah Sulawesi Tengah telah tepat karena secara rata-rata rasio menunjukkan angka positif sebesar 11,63 persen. Beberapa daerah kabupaten/kota menunjukan rasio positif yang cukup tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa pencairan dana transfer tidak mengganggu ekses likuiditas Pemerintah Daerah dalam memenuhi kebutuhan belanjanya.

3. Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB

Kurun waktu 2014-2019 rasio surplus terhadap PDRB di Sulawesi Tengah fluktuatif tiap tahunnya. Meskipun terjadi fluktuatif rasio surplus terhadap PDRB namun persentase rasio relatif rendah hal ini mencerminkan Pemerintah Daerah di wilayah Sulawesi Tengah

telah melakukan penyerapan

anggaran yang optimal dan mampu memproduksi barang dan jasa dengan cukup baik terlihat dari rendahnya angka rasio surplus terdadap PDRB. Kenaikan yang tinggi di tahun 2019 disebabkan banyak hibah yang diterima terkait bencana alam gempa tsunami yang terjadi di Kota Palu.

Grafik 4.14. Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB ADHB dan PDRB ADHK Sulawesi Tengah Tahun 2014-2019

Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah, BPS Sulawesi Tengah (data diolah)

4. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik berupa penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan Pemerintah Daerah hampir di seluruh Indonesia pada umumnya sebagian besar berasal dari SiLPA tahun anggaran sebelumnya. Hanya sebagian kecil saja yang berasal dari pencairan dana cadangan, penerimaan pinjaman daerah, obligasi daerah, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman.

a. Rasio SiLPA terhadap Alokasi Belanja

Besarnya SILPA Tahun 2019 mencerminkan proporsi belanja dan kegiatan yang tidak efektif digunakan oleh pemda. Rata-rata rasio SILPA terhadap pagu belanja Tahun 2019 sebesar 13,82 persen atau rata-rata SILPA sebesar Rp205,94 miliar dengan alokasi belanja rata-rata sebesar Rp1,48 trilun.

Grafik 4.15. Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2019

Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)

b. Analisis Pengeluaran Pembiayaan

Realisasi Pembiayaan Daerah untuk lingkup Sulawesi Tengah tahun 2019 berjumlah Rp 891,05 miliar yang berasal dari Penerimaan Pembiayaan Daerah sebesar Rp 978,72 miliar dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah sebesar Rp 87,67 miliar. Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah terbesar berasal dari Pengunaan SiLPA. Sedangkan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah terbesar digunakan untuk Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah.

c. Rasio Keseimbangan Primer

Rasio keseimbangan primer digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas keuangan Pemerintah Daerah dalam membiayai defisit anggaran. Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah pada Tahun 2018 secara umum menggunakan kebijakan anggaran APBD bersifat ekspansif artinya pendapatan lebih kecil dari belanja.

Pada Tabel di bawah, dapat dijelaskan secara umum bahwa pemda di Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai likuidasi yang baik hal ini terlihat keseimbangan primer positif. Pemda yang mempunyai kesimbangan primer negatif untuk membiayai defisit belanja maka harus menggunakan SILPA tahun anggaran sebelumnya.

Tabel 4.10. Keseimbangan Primer Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 (dalam Juta Rupiah)

Pemerintah Daerah Pendapatan Belanja Surplus/ Devisit Belanja Bunga Keseimbangan Primer Pemprov Sulteng 4.126.053 4.096.761 29.292 0 29.292 Kab. Poso 1.354.252 1.365.684 -11.432 0 -11.432 Kab. Donggala 1.864.931 1.299.051 565.880 0 565.880 Kab. Tolitoli 1.148.053 1.151.438 -3.385 0 -3.385 Kab. Banggai 1.786.224 1.785.493 731 0 731 Kab. Buol 978.814 978.013 801 0 801 Kab. Morowali 1.140.544 1.135.597 4.947 1.389 3.558

Kab. Banggai Kepulauan 904.822 882.658 22.164 0 22.164

Kab. Parigi Moutong 1.758.787 1.666.202 92.585 639 91.946

Kab. Tojo Una-Una 1.085.345 1.092.459 -7.114 0 -7.114

Kab. Sigi 1.730.443 1.187.040 543.403 0 543.403

Kab. Banggai Laut 634.413 710.126 -75.713 0 -75.713

Kab. Morowali Utara 1.035.370 1.042.888 -7.518 0 -7.518

Kota Palu 2.141.049 1.303.565 837.484 0 837.484

Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 98-102)

Dokumen terkait