• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survey Pendahuluan

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN MASTERPLAN DR (Halaman 98-105)

MIKRO BIOLOG

4.5 KEGIATAN SURVEY DAN INVESTIGAS

4.5.1 Survey Pendahuluan

Survey Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Menyiapkan peta dasar berupa peta topografi dan peta-peta pendukung lainnya yang dipakai untuk menentukan titik awal dan titik akhir ruas secara garis besar.

2. Mempelajari lokasi rencana trase jalan dan daerah-daerah sekitarnya dari segi geografis, sosial ekonomi secara umum.

3. mempelajari dan menganalisa keadaan medan baik dari segi topografi maupun geologi secara garis besar untuk tiap trase jalan.

4. Mengumpulkan dan menganalisis data curah hujan pada daerah rencana trase jalan melalui station-station pengamatan yang telah ada ataupun pada jawatan meteorologi setempat.

5. Mencari sumber material (quarry) yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi dan memperkirakan volumenya.

6. Menganalisis secara visual keadaan tanah dasar pada daerah rencana trase jalan.

7. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk kemungkinan diperlukan pemasangan jembatan, gorong-gorong dan bangunan pelengkap lainnya.

8. Membuat foto dokumentasi lapangan pada lokasi-lokasi penting untuk butir b, c, e, f dan g.

9. Mengumpulkan data harga satuan bahan dan upah di daerah setempat dan biaya hidup sehari-hari.

10.Membuat laporan lengkap perihal butir a s/d i dan memberikan saran-saran yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi jalan yang diambil.

4.5.1.1 Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi adalah sebagai proses pengumpulan data permukaan bumi yang selanjutnya data hasil ukuran dipresentasikan dalam bentuk peta perencanaan jalan, terdiri dari 2 bagian pekerjaan :

1. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran 2. Pekerjaan pengukuran :

a. Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal b. Pengukuran situasi

c. Pengukuran penampang memanjang dan melintang d. Pengukuran-pengukuran khusus

e. Perhitungan dan penggambaran peta. 3. Pekerjaan Perintisan Dan Pengukuran

a. Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan lancar.

b. Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah gergaji mesin atau sejenisnya dan peralatan konvensional (parang, kampak, dan sebagainya).

c. Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas peta topografi atau atas petunjuk project officer/pemimpin proyek.

4. Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran ini terdiri dari beberapa kegiatan, antara lain adalah pengukuran titik kontrol horizontal, pengukuran titik kontrol vertikal, pengukuran situasi, pengukuran melintang dan memanjang, pemasangan patok, perhitungan dan penggambaran serta kegiatan pengukuran khusus dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut

• Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan sepanjang MP Sistim Drainase (mengikuti koridor rintisan) dengan mengadakan pengukuran- pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan jalan sehingga memungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan standard yang ditentukan.

• Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman.

• Awal dan akhir proyek hendaknya diikatkan pada titik-titik tetap, jika tidak terdapat titik tetap digunakan koordinat lokal.

a. Pengukuran titik kontrol horizontal.

ii. Sisi poligon atau jarak antara titik poligon maksimal 100 m diukur dan pegas ukur (meteran) atau alat ukur elektronis.

iii. Patok-patok untuk titik poligon adalah patok kayu, dengan ketelitian dalam secon (yang dipakai adalah theodolit jenis T2-Wild, TH2 Zeiss atau yang setingkat).

iv. Ketelitian untuk poligonnya adalah sebagai berikut :

• Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 8 n tiap-tiap loop poligon.

• (n = jumlah titik sudut poligon)

• Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5".

• Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek dan pada setiap jarak 5 km (+ 60 titik poligon) serta pada titik akhir pengukuran. Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 4 seri rangkap (4 biasa dan 4 luar biasa).

b. Pengukuran titik kontrol vertikal

i. Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian adalah waterpass orde II.

ii. Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand 2 x berdiri alat. iii. Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm, dimana D adalah

panjang pengukuran (km) dalam 1 hari.

iv. Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, dalam arti pembagian skala jelas dan sama.

v. Setiap kali pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang dalam satuan milimeter. Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB; kontrol pembacaan 2 BT = BA+BB.

c. Pengukuran Situasi

i. Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem Tachymetri.

ii. Ketelitian alat yang dipakai adalah 30" (sejenis dengan Theodolit-To).

iii. Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua keterangan-keterangan yang ada di daerah sepanjang rencana Sistim Drainase tersebut.

iv. Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan Sistim Drainase lain, pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus).

v. Tempat-tempat sumber material yang terdapat disekitar jalur jalan perlu diberi tanda di atas peta dan difoto (jenis lokasi material).

d. Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang

Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan untuk menentukan volume penggalian dan penimbunan.

i. Pengukuran Penampang Memanjang

• Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana Sistim Drainase.

• Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang sama dengan yang dipakai untuk pengukuran titik kontrol vertikal.

ii. Pengukuran Penampang Melintang

Pengukuran penampang melintang pada daerah yang lurus dan landai dibuat setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan/pegunungan setiap 25 m.

• Pada daerah tikungan, dari as ke arah luar 25m dan ke arah dalam 75m.

• Lebar pengukuran penampang melintang 75m ke kiri kanan as.

• Khusus untuk perpotongan dengan sungai dipakai ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus).

• Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang sama dengan yang dipakai dalam pengukuran situasi.

e. Pemasangan Patok-patok

i. Patok beton dibuat dengan pipa paralon diameter 10 cm, harus dipasang pada jarak setiap 500 m pada perpotongan rencana jalan dengan sungai (2 buah seberang - menyeberang). Patok beton tersebut harus ditanam pada kedalaman + 65 cm (yang kelihatan di atas tanah + 10 cm).

ii. Patok-patok untuk poligon dan profil dibuat dari kayu yang dicat dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm dan ditanam supaya tidak goyah.

iii. Baik patok-patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda BM dan nomor urut.

iv. Untuk memudahkan mencari patok pada pohon-pohon sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.

v. Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditempatkan titik-titik tinggi yang ber-referensi pada pohon atau tempat lain yang permanen dan mudah ditemukan.

vi. Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda patok cat kuning dengan tulisan hitam yang diletakkan disebelah kiri arah pengukuran.

vii.Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di sumbu jalan diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.

f. Perhitungan dan Penggambaran

i. Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang dipergunakan.

ii. Penggambaran titik-titik poligon harus didasarkan pada hasil perhitungan koordinat. Penggambaran titik-titik poligon tersebut tidak boleh secara grafis. iii. Gambar ukuran yang berupa gambar situasi harus digambar pada kertas

milimeter dengan skala 1 : 1000 dan interval kontur 1 m, Gambar potongan melintang dengan skala vertikal 1 : 100 dan skala horisontal 1 : 200 serta Gambar potongan memanjang dengan skala horisontal 1 : 1000 dan skala vertikal 1 : 100.

iv. Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur, begitu pula keterangan-keterangan lainnya yang penting.

v. Titik ikat atau titik mati serta titik-titik baru harus dimasukkan ke dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian titik tersebut perlu juga dicantumkan.

vi. Gambar situasi harus dilengkapi dengan data existing yang ada seperti tata guna lahan, bangunan, batas wilayah, fasilitas umum dll, dilengkapi dengan legenda standar.

g. Pengukuran Khusus

i. Pengukuran sekitar perpotongan Daerah sekitar sungai diukur :

• 200 m di kiri-kanan sungai sepanjang jalan.

• 100 m di kiri-kanan dari as /pada daerah sungai. ii. Pengukuran sekitar perpotongan

Daerah yang diukur yaitu daerah persilangan jalan 100 m di kiri-kanan jalan dimaksud.

• Pengukuran titik kontrol horizontal berupa poligon tertutup.

• Pengukuran titik kontrol vertikal dengan alat waterpas.

• Pengukuran penampang memanjang dibuat pada sumbu jalan.

• Pengukuran situasi sama dengan pengukuran jalan utama.

• Pengukuran penampang melintang dibuat untuk setiap jarak 10 m dengan profil 50 m ke kiri-kanan.

4.5.1.2 Survey Hidrologi-Hidrometri

Pekerjaan survai hidrologi & hidrometri dimaksudkan untuk memperoleh data lapangan (primer dan sekunder) tentang karakteristik sungai, anak/cabang sungai yang akan mendukung dalam analisis hidrologi maupun hidrolika.

1. Kegiatan survey hidrologi meliputi :

a. Pengumpulan data curah hujan terbaru minimum selama 10 tahun dari beberapa stasiun-stasiun terdekat minimum 3 stasiun pos hujan.

b. Pengumpulan data klimatologi lainnya terbaru minimum selama 5 tahun dari stasiun-stasiun terdekat.

c. Pengumpulan data/informasi banjir (tinggi, lamanya perkiraan luas genangan dan dampaknya).

d. Pengumpulan data yang berkaitan dengan karakteristik DPS antara lain : keadaan vegetasi daerah pengaliran, sifat dan jenis tanah dan debit rata-rata pada waktu keadaan normal, tahun kering dan tahun basah.

2. Kegiatan survey hidrometri meliputi : a. Pengukuran kecepatan aliran.

Pengukuran kecepatan aliran sungai dilakukan pada bagian aliran (di sungai) yang tidak terpengaruh pasang surut, kegiatan pengukuran dilakukan di 3 titik yang ditempatkan di hulu sungai, hilir sungai dan sungai cabang dengan ketentuan sebagai berikut :

i. Jika kedalaman air > 0,50 m, di pakai alat Current Meter.

Untuk kedalaman aliran > 1,50 m, pengukuran kecepatan dilakukan pada kedalaman 0,20, 0,60 dan 0,80 dari kedalaman aliran untuk masing-masing lokasi (bagian tengah dan pinggir aliran). Untuk kedalaman aliran antara 0,50 – 1,50 m, pengukuran kecepatan

dilakukan pada kedalaman 0,50 m dari kedalaman aliran pada bagian tengah aliran.

ii. Jika kedalaman aliran < 0,50 m, di pakai alat metode pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung.

iii. Interval pias pengukuran terhadap lebar permukaan sungai adalah :

• B < 50 m, jumlah 3 pias.

• B = 50-100 m, jumlah 4 pias.

• B = 100 – 200 m, jumlah 5 pias.

• B = 200 – 400 m, jumlah 6 pias.

iv. Kedalaman pengukuran (D) dan perhitungan kecepatan rata - rata (Vm) :

• D < 0.60 m, satu titik pengukuran, Vm = V0.6

• D = 0.60 – 1.50 m, dua titik pengukuran, Vm = ½ (V0.2 + V0.8)

• D > 1.50 m, tiga titik pengukuran, Vm = ¼ (V0.2 +2V0.6 + V0.8) v. Pengukuran penampang sungai di titik pengukuran debit.

vi. Pengikatan muka air sungai dan bak ukur muka air (peil schaal) dengan patok topografi untuk mendapatkan kesatuan sistim elevasi tanah dengan muka air.

vii. Pengamatan muka air sungai khususnya di hilir sungai (titik pengukuran debit) tiap 1 jam selama 24 jam saat pasang tinggi (spring tide) dan pasang rendah (neap tide) berdasarkan data HIDRAL (Hidro Oceanografi AL) di pelabuhan terdekat.

b. Pengambilan Contoh Sedimen.

Contoh sedimen yang di ambil terdiri dari sedimen layang dan material dasar, dengan ketentuan sebagai berikut :

i. Jika ketinggian air > 1,00 m maka pengambilan contoh sedimen dilakukan dengan menggunakan alat Suspended Sampler (untuk sedimen layang) dan Bed Material Sampler (untuk material dasar). ii. Jika ketinggian air < 1,00 m maka pengambilan contoh sedimen

dilakukan dengan tabung sample (untuk sedimen layang) dan Bed Material Sampler (untuk material dasar).

iii. Pengambilan contoh sedimen dilakukan pada bagian pinggir aliran dan tengah aliran.

iv. Contoh sedimen dimasukan ke dalam tabung sample.

4.5.1.3 Survey Sosial Ekonomi dan Budaya

Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kondisi sosial ekonomi penduduk setempat, survey ini dilakukan dengan cara :

1. Melakukan interview terhadap pihak-pihak maupun instansi terkait dengan permasalahan banjir yaitu Masyarakat setempat, Pamong Desa, Kecamatan, Pemda, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan, BPS, Bappeda, Dinas Pertambangan, Dinas Kimpraswil, dan sebagainya.

2. Menyebarkan quesioner.

3. Survey langsung ke lokasi di mana banjir sering melanda daerah tersebut.

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN MASTERPLAN DR (Halaman 98-105)

Dokumen terkait