KELO MPO K KERJA PPLP
Jln. DI Pa nja ita n No . 02 - Am b o n
2014
Pekerjaan :
FASILITASI PENYUSUNAN
MASTERPLAN SISTIM DRAINASE
KOTA SAUMLAKI
Lokasi :
KAB. MALUKU TENGGARA BARAT
LAPORAN PENDAHULUAN
BTN Kebun Cengkih Blok D1/07 - AMBON
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
dokumen LAPORAN PENDAHULUAN sebagai dokumen awal bagi kegiatan Penyusunan
Masterplan Drainase Kota Saumlaki, yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat.
LAPORAN PENDAHULUAN ini secara umum merupakan sebuah laporan awal
dari keseluruhan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan selama kurang lebih 6 (enam
bulan) pekerjaan, di mana di dalam dokumen ini kurang lebih berisikan mengenai
PENDAHULUAN, di mana di dalamnya akan dibahas mengenai latar belakang
kegiatan, maksud tujuan dan sasaran serta ruang lingkup pembahasan dari keseluruhan
kegiatan Penyusunan Masterplan.
APRESIASI WILAYAH PERENCANAAN, di mana di dalamnya akan dibahas
mengenai kondisi umum wilayah perencanaan, meliputi deliniasi wilayah dan batasan
kawasan secara administratif, kondisi fisik wilayah, tata guna lahan, kondisi sarana
prasarana serta kondisi kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat antara lain kegiatan
pertanian, perikanan dan sektor ekonomi pendukung lainnya.
SURVEY PENDAHULUAN DAN STRATEGI TATA LAKSANA KEGIATAN,
di mana di dalamnya akan dipaparkan mengenai kondisi awal wilayah perencanaan dalam
hal drainase eksisting, rencana pengembangan drainase yang ada baik swadaya maupun
program bantuan pemerintah, permasalahan dan potensi wilayah beserta alternatf-alternatif
pengembangan yang dapat digunakan sebagai konsep perencanaan masterplan drainase.
PENDEKATAN DAN METODOLOGI, di mana di dalamnya berisikan mengenai
pendekatan dan metodologi perencanaan terkait pengembangan sistem drainase di wilayah
perencanaan sesuai dengan kondisi eksisting yahng dijelaskan di dalam bab pembahasan
sebelumnya.
PROGRAM KERJA, di mana di dalamnya dipaparkan mengenai struktur
organisasi dari tim konsultan sebagai pihak penyusun pekerjaan Penyusunan Masterplan
Drainase Kota Saumlaki beserta rencana kerja sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang
PENUTUP DAN LAMPIRAN-LAMPIRAN, merupakan sebuah bab pelengkap
yang berisikan mengenai penutup kegiatan Penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN
dari keseluruhan rangkaian kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki,
yang dikerjakan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini.
Dalam penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN ini, pihak konsultan menyadari
kemungkinan masih adanya kekurangan dan kesalahan, untuk itu pihak konsultan
mengharapkan adanya kritik dan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak terkait
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi kegiatan selanjutnya (yaitu
penyusunan LAPORAN ANTARA dan PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR) sebagai
keseluruhan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan.
Pada akhirnya tim konsultan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait
yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian pekerjaan ini
Ambon, Juni 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Maksud, Tujuan Dan Sasaran ... I-2 1.3 Waktu Pelaksanaan ... I-3 1.4 Ruang Lingkup ... I-3 1.4.1 Ruang Lingkup Kegiatan ... I-3 1.4.1.1 Lingkup Kegiatan Umum ... I-3 1.4.1.2 Lingkup Kegiatan Spesifik ... I-3 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah ... I-5 1.5 Sistematika Pembahasan ... I-5
BAB II APRESIASI WILAYAH PERENCANAAN
2.1 Wilayah Administratif ... II-1 2.2 Kondisi Fisik Lingkungan ... II-2 2.2.1 Kondisi Kemiringan Lereng ... II-2 2.2.2 Kondisi Topografi ... II-3 2.2.3 Iklim dan Cuaca ... II-3 2.2.4 Kondisi Geologi ... II-4 2.2.5 Kondisi Pesisir dan Kelautan ... II-5 2.2.6 Kondisi Kebencanaan ... II-5 2.3 Penggunaan Lahan ... II-7 2.3 Kondisi Kependudukan ... II-8 2.3.1 Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk ... II-8 2.3.2 Struktur Penduduk ... II-10
2.4.2.2 Sarana Transportasi Laut ... II-16 2.4.2.3 Angkutan Penumpang dan Barang ... II-17 2.4.3 Transportasi Udara ... II-19 2.5 Kegiatan Perekonomian ... II-20 2.6 Kondisi Fasilitas ... II-23 2.6.1 Fasilitas Pendidikan ... II-23 2.6.2 Fasilitas Kesehatan ... II-24 2.6.3 Fasilitas Peribadatan ... II-25 2.7 Jaringan Utilitas ... II-25 2.7.1 Air Bersih ... II-26 2.7.2 Air Limbah ... II-27 2.7.3 Drainase ... II-27 2.7.4 Persampahan ... II-28 2.7.5 Jaringan Listrik ... II-28 2.7.6 Jaringan Telekomunikasi ... II-29 2.8 Intensitas Pemanfaatan Ruang dan Tata Massa Bangunan ... II-29 2.8.1 Intensitas Pemanfaatan Ruang ... II-29 2.8.1.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ... II-30 2.8.1.2 Koefisien Lantai Bangunan ... II-30 2.8.1.3 Koefisien Tapak Basement ... II-31 2.8.2 Bentuk dan Arsitektur Bangunan ... II-31 2.8.3 Pemanfaatan Bangunan ... II-34 2.8.4 Bangunan Khusus ... II-34 2.8.5 Wajah Lingkungan ... II-35 2.8.6 Garis Sempadan Bangunan ... II-35 2.9 Daya Dukung Lahan ... II-36 2.10 Daerah Rawan Bencana ... II-37
BAB III SURVEY PENDAHULUAN DAN STRATEGI TATA LAKSANA KEGIATAN
3.1 Umum ... III-1 3.2 Batas-batas Daerah Perencanaan ... III-1 3.3 TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ... III-3 3.3.1 Rencana Pengembangan Sumber Daya Air Berdasarkan RTRW ... III-3 3.3.1.1 Kriteria Pengembangan Sistem Sumberdaya Air ... III-3 3.3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Sumber Daya Air ... III-7 3.3.2 Rencana Pengembangan Sumber Daya Air Berdasarkan RDTR ... III-13
3.5.1 Pendekatan Umum ... III-26 3.5.2 Kriteria Teknis ... III-26 3.5.3 Penyusunan alternative solusi ... III-27
BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN
4.5.2.13 Penyelidikan tanah dan material ... IV-31 4.5.14 Survey Hidrologi ... IV-31 4.6 Analisa Data Investigasi. ... IV-32 4.6.1. Analisa Hidrologi ... IV-32 4.6.1.1 Konsistensi Data Curah Hujan. ... IV-32 4.6.1.2 Curah Hujan Rencana ... IV-33 4.6.1.3 Debit Banjir Rencana ... IV-35 4.6.1.4 Evaluasi DPS ... IV-36 4.6.2 Analisa Sosial Ekonomi ... IV-36 4.6.2.1 Kependudukan ... IV-36 4.6.2.2 Penggunaan Lahan... IV-36 4.6.2.3 Sarana dan Prasarana Sosial ... IV-36 4.7 Kegiatan Perencanaan Drainase ... IV-36 4.7.1 Sistem Jaringan Drainase. ... IV-36 4.7.2 Kebutuhan Struktur Bangunan air (Bangunan Drainase) ... IV-38 4.7.3 Perhitungan Debit dan Dimensi Saluran Drainase ... IV-38 4.8 Diskusi/Presentasi ... IV-40
BAB V PROGRAM KERJA
5.1 RENCANA KERJA ... V-1 5.1.1 Pekerjaan Teknis ... V-2 5.1.2 Laporan ... V-2 5.1.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... V-2 5.2 STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN ... V-3 5.2.1 Uraian Tugas Personil ... V-3 5.2.1.1 Posisi Tenaga Ahli ... V-3 5.2.1.2 Kualifikasi Tenaga Ahli ... V-3 5.2.2 Komposisi Tim dan Penugasan ... V-5 5.2.3 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli ... V-5
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan Tanimbar Selatan ... II-2 Tabel 2.2 Kemiringan Lereng di Kawasan Perkotaan Saumlaki ... II-2 Tabel 2.3 Ketinggian Kawasan Perkotaan Saumlaki... II-3 Tabel 2.4 Banyaknya Hari Hujan di Kecamatan Tanimbar Selatan ... II-4 Tabel 2.5 Kondisi Geologi Perkotaan Saumlaki ... II-4 Tabel 2.6 Jumlah Gempa Bumi Yang Tercatat di Tahun 2004-2008 ... II-6 Tabel 2.7 Penggunaan Lahan di Kawasan Perkotaan Saumlaki ... II-7 Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2005-2009 ... II-8 Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009 ... II-9 Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2005-2009 ... II-9 Tabel 2.11 Kepadatan Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009 ... II-9 Tabel 2.12 Kepadatan Netto Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009 ... II-10 Tabel 2.13 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2009 ... II-10 Tabel 2.14 Struktur Penduduk Perkotaan Saumlaki 2009 ... II-11 Tabel 2.15 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan
Berdasarkan Agama ... II-11 Tabel 2.16 Struktur Penduduk Perkotaan Saumlaki Berdasarkan Agama ... II-11 Tabel 2.17 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan
Berdasarkan Profesi ... II-12 Tabel 2.18 Jumlah Penumpang dan Barang di Pelabuhan Saumlaki ... II-18 Tabel 2.19 Jumlah Penumpang dan Barang di Pelabuhan Saumlaki
Tabel 3.1 Periode Ulang Desain untuk Sistem Drainase Makro ... III-3 Tabel 3.2 Periode Ulang Desain untuk Sistem Drainase Mikro ... III-4 Tabel 3.3 Periode Ulang Desain untuk Sistem Jalan Raya ... III-4 Tabel 3.4 Standar Kualitas Air Peruntukan Air Minum atau yang sejenis... III-4 Tabel 3.5 Kriteria Perencanaan Sektor Air Bersih untuk Domestik ... III-7 Tabel 3.6 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih 2032 ... III-11 Tabel 3.7 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Di Kawasan Perkotaan Saumlaki
Tahun 2010 – 2030 ... III-13 Tabel 3.8 Perkiraan Kebutuhan Air Kotor Di Kawasan Perkotaan Saumlaki
Tahun 2010 – 2030 ... III-18 Tabel 3.9 Pedoman Sistem Pelayanan Limbah Rumah Tangga Perkotaan ... III-20
Tabel 4.1 Kebutuhan Data dan Peta ... IV-14 Tabel 4.2 Kebutuhan Data Sekunder dari Daerah ... IV-15 Tabel 4.3 Metode Survey ... IV-16 Tabel 4.4 Peralatan Survey Topografi ... IV-27 Tabel 4.5 Syarat Pemilihan Distribusi ... IV-33 Tabel 4.6 Nilai Sn dan Yn ... IV-34 Tabel 4.7 Nilai Ytr Berbagai Periode Ulang ... IV-34
Gambar 2.1 Peta Tektonik Indonesia ... II-5 Gambar 2.2 Peta Gempa Bumi Indonesia ... II-7
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat ... III-2 Gambar 3.2 Peta Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Kabupaten Maluku Tenggara Barat ... III-12 Gambar 3.3 Bangunan ABSAH... III-17 Gambar 3.4 Skema Pengolahan Air Limbah ... III-19
Gambar 4.1 Ilustrasi Alur Air Hujan Pada Rumah ... IV-4 Gambar 4.2 Diagram Alur Pekerjaan ... IV-12 Gambar 4.3 Pengukuran Waterpass... IV-25 Gambar 4.4 Pengukuran Cross Section ... IV-26 Gambar 4.5 Metode Tachymetri ... IV-29 Gambar 4.6 Hitungan Luas Sistem Koordinat... IV-30 Gambar 4.7 Urutan Kegiatan Analisis Hidraulik ... IV-40
1.1 LATAR BELAKANG
Kota Saumlaki merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam
(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Kota
Saumlaki didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam dan lain-lain. Kondisi
ini menjadikan Kota Saumlaki secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama
dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah
sekitarnya.
Bencana banjir merupakan masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang bahkan
di lokasi tertentu harus dihadapi secara rutin. Lokasi rawan banjir terdapat di sepanjang
beberapa sungai yang mengalir di Kota Saumlaki. Permasalahan banjir tidak luput dari
buruknya drainase yang diakibatkan adanya pengembangan kawasan bisnis maupun
perumahan sering mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan dari daerah pengaman dan
daerah resapan seperti daerah sepadan sungai, kolam tempat penampung air sementara
berubah menjadi area perumahan tempat dan pusat perdagangan.
Penyebab lainnya juga diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Kemiskinan di perkotaan sehingga banyak daerah sepadan sungai dijadikan tempat
tinggal bahkan dibadan sungai didirikan tiang-tiang bangunan yang mengakibatkan
berkurangnya kapasitas sungai serta menghambat aliran.
2. Kapasitas saluran belum cukup untuk mengalirkan beban drainase maksimum,
3. Penurunan kapasitas saluran akibat pendangkalan saluran,
4. Beban banjir puncak meningkat akibat penurunan kualitas dan kuantitas daerah aliran
sungai.
5. Meningkatnya lahan terbangun di Kota Saumlaki sehingga angka resapan air/infiltrasi
semakin menurun dan limpasan/run off semakin meningkat.
Kota Saumlaki memerlukan suatu pendekatan yang menyeluruh/holistic karena sistem
drainase adalah suatu sistem yang mengatur air limpasan air hujan dari awal saluran
(tributary) selama waktu jam puncak sehingga dari area hulu ke area hilir saluran dapat
Untuk pemahaman hal tersebut maka diperlukan pemahaman terhadap konsep hidrologi,
ekosistem dan sosiosistem sangat diperlukan karena berkaitan satu sama lain.
Oleh karena itu, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman,
Ditjen. Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Satker Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi Maluku pada TA. 2014 menyelenggarakan
kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki untuk menyusun rencana
penanganan genangan atau banjir yang rinci dan menyeluruh dimulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan dan operasional, yang dapat dimanfaatkan
hingga jangka panjang.
1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
Maksud pelaksanaan kegiatan Masterplan Kota Saumlaki adalah :
1. Memberikan hasil pengamatan terhadap kondisi eksisting sistem drainase dan
pengelolaan sistem drainase;
2. Tergambarnya secara lengkap potensi permasalahan sistem drainase dan penyebab
banjir;
3. Memberikan hasil analisa dan skenario/alternatif pemecahan masalah genangan baik
secara strukturan maupun non strukturalterhadap kondisi eksisting dan potensi
permasalahan sistem drainase dengan memberikan rangking;
4. Memberikan suatu pedoman acuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang untuk pengembangan pembangunan kedepan sistem drainase dengan
memperhatikan perkembangan kota, pendanaan, penyediaan lahan, pendanaan operasi
dan pemeliharaan, dan lain-lain yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengembangan pada tahap-tahap berikutnya;
5. Untuk rangking pertama, perlu dihitung secara lebih detil dan medalam dengan
menghasilkan dokumen Detail Engineering Design (DED).
Sedangkan Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah tersedianya perencanaan
dasar system drainase di Kota Saumlaki yang menyeluruh untuk jangka pendek, menengah
dan panjang.
Adapun Sasaran dari kegiatan Masterplan Kota Saumlaki adalah :
1. Tersedianya data dan informasi termasuk didalamnya pemetaan sistem drainase untuk
penanggulangan genangan secara menyeluruh dan berkelanjutan
3. Terukurnya daerah tangkapan air di wilayah lokasi kegiatan, khususnya di Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang mempengaruhi sistem drainase perkotaan;
4. Teridentifikasikan permasalahan sistem drainase dan prakiraan luas area genangan;
5. Tersedianya analisa yang mendetil dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga
nantinya dokumen yang dihasilkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah di dalam
melakukan pembangunan sistem drainase;
6. Tersedianya rencana induk sistem drainase Kota Saumlaki yang dapat dipergunakan
oleh Pemerintah setempat dalam pengembangan pembangunan drainase.
1.3 WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki dilaksanakan selama 180
(seratus delapan puluh) hari kalender di Kota Saumlaki serta penyusunan laporan di Ambon.
1.4 RUANG LINGKUP
1.4.1 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1.4.1.1 Lingkup Kegiatan Umum
Melakukan koordinasisecaran intensif kegiatan perencanaan sistem drainase baik
penyusunan Master Plan dan DED kepada instansi terkait khususnya Pemerintah Daerah agar
nantinya perencanaan yang sudah dibuat dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
1.4.1.2 Lingkup Kegiatan Spesifik
a. Penyusunan Master Plan Drainase antara lain :
1. Pengidentifikasikan peraturan dan kebijakan dalam pembangunan drainase
2. Pengambilan data primer dan sekunder berupa:
3. Data Klimatologi (hujan, angin, kelembaban, dan angin);
4. Data hidrologi (tinggi muka air, debit sungai, laju sedimentasi, pengaruh air balik, peil
banjir, karakteristik daerah aliran);
5. Data sistem drainase (kuantitatif banjir/genangan berikut permasalahannya, hasil
rencana);
6. Data peta (peta dasar, peta sistem drainase, sistem jaringan jalan yang ada, peta tata
guna lahan, peta topografi skala 1:5.000 sampai dengan 1:50.000 yang disesuaikan
7. Data kependudukan (jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan
penduduk, penyebaran penduduk, kepadatan bangunan, prasarana dan fasilitas kota
yang ada dan rencana, sosial ekonomi;
8. Data tanah (morfologi, sifat tanah dan penurunan muka tanah);
9. Data lain-lain (rencana pengembangan kota, foto udara, pembiayaan,
institusi/kelembagaan, dan peran serta masyarakat);
10.Membuat peta dasar wilayah pengamatan yang akan dijadikan dasar untuk menyusun
kondisi dan analisis sistem drainase perkotaan yang mempengaruhi sistem drainase di
wilayah perencanaan
11.Membuat peta dasar wilayah perencanaan Kota Saumlaki yang akan dijadikan dasar
untuk menyusun kondisi sistem drainase seperti pola aliran, analisa subsistem daerah
tangkapan air hujan, pemanfaatan ruang, peta genangandan lain-lain.
12.Menyusun kondisi sistem drainase seperti pola aliran, dimensi saluran, gambar dan
bentuk penampang saluran, permasalah utama yang terjadi pada masing-masing
saluran;
13.Membuat peta genangan termasuk didalamnya penyebab, besaran kerusakan/kerugian,
luas, tinggi, lama, frekuensi dan waktu kejadian genangan;
14.Melakukan analisa kondisi terhadap sistem drainase;
15.Melakukan analisa kebutuhan seperti rencana alur saluran, kala ulang masing-masing
saluran, debit rencana serta analisa perbedaan antara kebutuhan dan kondisi yang ada;
16.Melakukan usulan prioritas berdasarkan pembobotan dan rangking serta menyusun
kegiatan jangka pendek, menengah dan panjang;
17.Menyusun usulan biaya termasuk didalamnya biaya pembangunan, penyediaan lahan,
operasi dan pemeliharaan;
18.Memberikan rekomendasi baik secara struktural dan non struktural yang mendetil dan
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Penyusunan Detail Engineering Design terhadap prioritas pertama antara lain :
1. Melakukan survey dasar yang meliputi pemetaan/pengukuran, penelitian tanah dan
lain-lain yang diperlukan;
2. Gambar saluran seperti gambar detil lapangan berdasarkan pengukuran, gambar
saluran baik potongan memanjang maupun melintang;
4. Analisa data struktur seperti analisa hasil penyelidikan tanah, hitungan berat dan
beban rencana saluran dengan kondisi struktur tanah, stabilitas struktur serta struktur
kemiringan talud, struktur saluran dan bangunan pelengkap;
5. Gambar detil desain saluran; membuat gambar potongan memanjang horizontal skala
1:1000, vertikal skala 1:100 dan potongan melintang dengan skala 1:100.
6. Menentukan paket pekerjaan: paket-paket pekerjaan berdasarkan fungsi saluran dan
bangunan pelengkapnya, volume pekerjaan per paket pekerjaan, RAB, Urutan
prioritas paket pekerjaan yang dilaksanakan berdasar perkembangan daerah,
pembobotan dan ketersediaan dana, jadual pekerjaan yang dibuat pertahun anggaran;
7. Nota perhitungan sebagai kumpulan dari hasil analisis hidrologi, analisis hidrolika,
analisis struktur, kriteria-kriteria yang digunakan dan catatan lain yang dianggap perlu;
8. Dokumen pelelangan seperti dokumen prakualifikasi, undangan, instruksi peserta
lelang, bentuk penawaran, bentuk jaminan, syarat teknis, syarat umum, syarat
administrasidan gambar desain perencanaan;
c. Pelaporan
Menyusun laporan penyelenggaraan kegiatan baik berupa notulensi dan laporan
master plan Kota Saumlaki.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan dari pekerjaan Penyusunan Master Plan Drainase Kota
Samulkai adalah Kota Saumlaki yang merupakan pengembangan ibukota kecamatan menjadi
ibu kota kabupaten Maluku Tenggara Barat secara administratif berada di Kecamatan
Tanimbar Selatan yang terdiri dari 7 Desa dengan pusat Ibukota berada di Kelurahan
Saumlaki.
1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam Laporan Pendahuluan dari pekerjaan Penyusunan Master Plan Drainase Kota Saumlaki
akan disajikan di dalam 5 (lima) Bab pembahasan, antara lain adalah
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini yang akan dibahas antara lain adalah latar belakang kegiatan, maksud tujuan
dan sasaran serta ruang lingkup pembahasan dari keseluruhan kegiatan Penyusunan
BAB II APRESIASI WILAYAH PERENCANAAN
Dalam bab ini, yang akan dibahas adalah kondisi umum wilayah perencanaan, meliputi
deliniasi wilayah dan batasan kawasan secara administratif, kondisi fisik wilayah, tata guna
lahan, kondisi sarana prasarana serta kondisi kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat
antara lain kegiatan pertanian, perikanan dan sektor ekonomi pendukung lainnya
BAB III SURVEY PENDAHULUAN DAN STRATEGI TATA LAKSANA KEGIATAN
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai kondisi awal wilayah perencanaan dalam hal
drainase eksisting, rencana pengembangan drainase yang ada baik swadaya maupun program
bantuan pemerintah, permasalahan dan potensi wilayah beserta alternatf-alternatif
pengembangan yang dapat digunakan sebagai konsep perencanaan masterplan drainase.
BAB IV PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Dalam bab ini yang akan dibahas adalah pendekatan dan metodologi perencanaan terkait
pengembangan sistem drainase di wilayah perencanaan sesuai dengan kondisi eksisting yahng
dijelaskan di dalam bab pembahasan sebelumnya.
BAB V PROGRAM KERJA
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai struktur organisasi dari tim konsultan sebagai pihak
penyusun pekerjaan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki beserta rencana kerja
Saumlaki merupakan ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Sebagai ibukota
kabupaten, Saumlaki merupakan suatu kawasan perkotaan yang memiliki peran utama sebagai
pusat pemerintahan dan pelayanan pada tingkat Kabupaten. Selain itu, Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan Saumlaki
sebagai salah satu Pusat Kegiatan Strategis Nasional. Yang dimaksud dengan Pusat Kegiatan
Strategis Nasional berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 yang selanjutnya disingkat PKSN
adalah kawasan perkotaan yang yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan
perbatasan negara. PKSN dikembangkan untuk mendorong perkembangan kawasan
perbatasan negara.
Kawasan perkotaan sendiri berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sebagai
kawasan perkotaan. Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat telah menyiapkan materi
teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Saumlaki. Berdasarkan rencana tata ruang
tersebut, kawasan perkotaan Saumlaki meliputi 7 (tujuh) desa yang ada di Kecamatan
Tanimbar Selatan, yaitu Desa Olilit, Desa Sifnana, Desa Saumlaki, Desa Lauran, Desa
Kebrayat, Desa Ilngei, dan Desa Wowonda.
2.1 WILAYAH ADMINISTRATIF
Kawasan Perkotaan Saumlaki berada di Kecamatan Tanimbar Selatan. Berdasarkan
RTR Kota Saumlaki, kawasan perkotaan Saumlaki meliputi wilayah Desa Olilit, Saumlaki,
Sifnana, Lauran, Kabiarat, Ilngei, dan Bomaki.
Secara geografis Kecamatan Tanimbar Selatan terletak di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dgn posisi geografis antara 6o – 8o.30’ LS dan 125o45’ – 133o BT yang
memiliki luas wilayah 4.331,17 Km² yang terdiri dari wilayah daratan seluas 825,69 Km² (19
%) dan wilayah perairan seluas 3.505,48 Km² (81 %). Berdasarkan wilayah administrasi,
Sifnana, Desa Lauran, Desa Kabyarat, Desa Ilngei, Desa Wowonda, Desa Lermatang dan
Desa Letdalam. Secara administrasi Kecamatan Tanimbar Selatan berbatasan dengan:
• Sebelah Utara : Tanimbar Utara
• Sebelah Selatan : dengan Laut Timur dan Lautan Arafura
• Sebelah Barat : dengan Lautan Arafura / Kabupaten Maluku Barat Daya
• Sebelah Timur : dengan Laut Arafura
Untuk lebih jelasnya batas administrasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan Tanimbar Selatan
No Desa/Keluarahan Luas (Km²)
1 Saumlaki 30,14
2 Olilit 69,03
3 Sifnana 45,21
4 Lauran 40,57
5 Kabyarat 51,52
6 Iingei 91,51
7 Wowonda 83,13
8 Lemantang 120,22
9 latdalam 294,36
Jumlah 1092,00
2.2 KONDISI FISIK LINGKUNGAN
2.2.1 Kondisi Kemiringan Lereng
Berdasarkan kemiringan lereng Kecamatan Tanimbar Selatan merupakan wilayah
datar dengan kemiringan lereng < 40%, Kemiringan lereng di Kecamatan Tanimbar Selatan
terdiri dari dataran (0 – 3 %), landai/ berombak (3 – 8 %), bergelombang (8 – 15 %), agak
curam (15 – 30 %), curam (30 – 50 %) Karakter bentang lahan daratan di Kecamatan
Tanimbar Selatan, memang terdapat perbukitan. Sedangkan areal berkelerengan rendah
terkonsentrasi di tengah-tengah menuju kearah pantai. Kawasan Perkotaan Saumlaki memiliki
kemiringan lereng antara 0 – 15 %.
Tabel 2.2 Kemiringan Lereng di Kawasan Perkotaan Saumlaki
Nama Desa
LUAS WILAYAH KEMIRINAN
0-15 % Total
Saumlaki 749,65 749,65 Desa Olilit 1.246,40 1.246,40 Desa Sifnana 882,99 882,99
2.2.2 Kondisi Topografi
Berdasarkan topografinya Kecamatan Tanimbar Selatan merupakan wilayah yang
datar, dimana umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, sedang daerah
perbukitan dibagian utara tingginya melebihi 200 meter. Secara keseluruhan morfologi di
daerah ini dapat dibedakan menjadi 3 satuan morfologi, yaitu pebukitan, dataran rendah dan
teras bahkan menjadi yang terluas diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat. Ketinggian di Kawasan Perkotaan Saumlaki hanya memiliki ketinggaran antara 0 – 100
mdpl, hal ini dikarenakan kawasan Perkotaan Saumlaki berada pada daerah pinggir pantai
yang relatif datar. Untuk mengetahui lebih jelas ketinggian Kawasan Perkotaan Saumlaki
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.3 Ketinggian Kawasan Perkotaan Saumlaki
Nama Desa
LUAS WILAYAH (HA) KETINGGIAN 0-100
m d.p.l Total
Saumlaki 749,65 749,65 Desa Olilit 1.246,40 1.246,40 Desa Sifnana 882,99 882,99
Grand Total 2.879,05 2.879,05
2.2.3 Iklim dan Cuaca
Keadaan iklim di Kecamatan Tanimbar Selatan sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
angin musim yang bergerak dari dan menuju ekuator. Sehingga pola iklim di Tanimbar
Selatan adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bimodal
(dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember / Januari dan April / Mei. Berdasarkan Peta
Zona Agroklimat Propinsi Maluku (LTA-72, 1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980),
Iklim di sekitar Kecamatan Tanimbar Selatan masuk kepada zona II3 dimana Curah hujan
tahunan 1.500 – 1.800 mm, tercakup didalamnya zona D3 menurut Oldeman, dengan buan
basah 3-4 bulan dan bulan kering 4-6 bulan.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim dan
perputaran arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak
stasiun pengamatan. Di Kecamatan Tanimbar Selatan, rata-rata curah hujan selama tahun
2008 - 2009 terlihat bervariasi. Menurut Stasiun Pengamatan Saumlaki maka curah hujan
rata-rata di Tanimbar Selatan sekitar 1.560,7 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai curah hujan dan hari hujan di Kecamatan
Tanimbar Selatan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 2.4 Banyaknya Hari Hujan di Kecamatan Tanimbar Selatan
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)
Januari 229 16
Februari 332 19
Maret 233 20
April 186 12
Mei 298 22
Juni 204 21
Juli 13 10
Agustus 5 12
September TTU 1
Oktober 13 10
November 37 10
Desember 248 25
Jumlah 1.560,7 178
2.2.4 Kondisi Geologi
Menurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau / Kepulauan di Maluku Tenggara Barat
terbentuk/tersusun dari berbagai formasi batuan. Formasi-formasi tersebut didominsi oleh
berbagai macam batuan, seperti: batuan metamorf, sedimen klastik, terumbu karang, batuan
beku dan sedimen aluvial.
Formasi batuan di Kawasan Perkotaan Saumlaki meliputi formasi Batilembuti dan
formasi Saumlaki. Formasi Batilembuti berumur Pliosen yang hampir seluruhnya terdiri dari
napal berwarna putih kotor sampai kelabu muda dan bersifat pejal, kaya akan fosil plangton
dan bentos; bagian atasnya berupa batugamping yang sangat raput, setempat napa kapuran
berwarna putih dan ringan.
Diatas Formasi Batilembuti ini ditindih secara takselaras oleh Formasi Saumlaki;
berumur Pliosen, terdiri dari batugamping koral, bersifat pejal, berwarna putih; setempat
bersifat breksi. Di bagian bawah terdapat konglomerat dengan komponen utama rombakan
batugamping, membundar bai, diameter > 1cm, terpilah buruk.
Sebagian besar wilayah Saumlaki merupakan wilayah dengan formasi Saumlaki
Tabel 2.5 Kondisi Geologi Perkotaan Saumlaki
Nama Desa Formasi
Batulembuti Formasi Saumlaki Grand Total
Desa Olilit 1.246,40 1.246,40 Desa Sifnana 194,08 688,91 882,99 Saumlaki 749,65 749,65
2.2.5 Kondisi Pesisir dan Kelautan
Kecamatan Tanimbar selatan umumnya berada pada pesisir pantai dan memiliki pulau-pulau
kecil. Keberadaan pesisir Kecamatan Tanimbar selatan umumnya sangat landai dan memiliki
pasir putih dan juga hutan bakau. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Tanimbar Selatan
berjumlah 43 pulau dimana, 31 pulau didiami dan sekitar 12 pulau masih kosong atau tidak
ada penghuni. Ketinggian Muka Air laut di Kecamatan Tanimbar Selatan dibagi dalam 3
kelas ketinggian, yaitu: daerah rendah (R) dengan ketinggian 0 – 100 m, daerah tengah (M)
dengan ketinggian 100-500 m daerah tinggi (T) dengan ketinggian > 500 m. Desa-desa
umumnya tersebar pada ketinggian 0 – 100 m.
2.2.6 Kondisi Kebencanaan
Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat berada dekat dengan zona subduksi, yaitu
pertemuan antara 2 (dua) lempeng dunia, yaitu lempeng benua asia dan lempeng samudera
hindia. Konsekuensi dari hal tersebut adalah tingginya frekuensi kejadian gempa bumi
tektonik yang diakibatkan pergerakan kedua lempeng dunia tersebut. Gambar di bawah ini
menunjukkan peta tektonik Indonesia yang menggambarkan lokasi pertemuan lempeng dunia.
Gambar 2.1 Peta Tektonik Indonesia
Berdasarkan catatan yang ada, gempabumi yang tercatat di stasiun Geofisika Saumlaki
pada tahun 2008 terjadi setidaknya 537 kali gempabumi, dimana 291 kali diantaranya
Dari jumlah gempa sebesar itu, jumlah gempa yang dirasakan oleh penduduk hanya 1
(satu) kali, yaitu yang terjadi pada bulan Agustus yang mencapai besaran gempa sebesar 6,9
SR. Namun demikian, gempabumi tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti di
kawasan perkotaan Saumlaki. Tabel berikut menunjukkan frekuensi kejadian gempabumi
yang tercatat di stasiun geofisika Saumlaki tahun 2004 – 2008.
Tabel 2.6 Jumlah Gempa Bumi Yang Tercatat di Tahun 2004-2008
TAHUN
Gempa Lokal Magnitude
JUMLAH
Berdasarkan peta rawan gempabumi yang disusun oleh Kertapati, et.al (2001),
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya termasuk ke dalam wilayah rawan
gempabumi dengan skala intensitas sebesar V – VII MMI (Modified Mercalli Intensity).
Intensitas gempa skala V artinya gempabumi dirasakan hampir oleh semua orang, dimana
pada malam hari sebagian besar orang tidur akan terbangun dan barang di atas meja terjatuh,
plesteran tempok retak, dan barang-barang yang tidak stabil akan roboh. Sedang intensitas
gempa skala VI artinya gempabumi dirasakan oleh semua orang, dimana banyak orang akan
merasa ketakutan dan panik, berhamburan ke luar ruangan dan ditandai dengan banyaknya
perabotan berat yang bergesar serta plesteran dinding retak dan terkelupas.
Skala MMI adalah skala yang menunjukkan intensitas gempabumi, yaitu tingkat
kerusakan yang terasa pada lokasi terjadinya. Besarnya intensitas atau tingginya tingkat
kerusakan akibat gempabumi tersebut bergantung pada beberapa faktor, seperti jarak lokasi
terhadap sumber gempabumi dan kondisi geologi setempat, lamanya getaran, retakan tanah,
gerakan tanah, pelulukan (likuifaksi), serta kekuatan bangunan. Semakin dekat suatu lokasi
dengan sumber gempabumi, semakin besar intensitas gempa dan tingkat kerusakannya.
Intensitas kerusakan berdasarkan Skala MMI di kawasan Maluku Tenggara Barat dan
sekitarnya tertera Gambar di bawah ini.
Berdasarkan peta gempabumi Indonesia yang baru saja diterbitkan oleh Kementrian
Pekerjaan Umum pada Juli 2010, kawasan Maluku Tenggara Barat termasuk dalam kategori
gempabumi dengan PGA (peak ground accelleration) sebesar 0,2 – 0,25 g. Peta berikut
Gambar 2.2 Peta Gempa Bumi Indonesia
2.3 PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan lahan di Kecamatan Tanimbar Selatan sebagian besar terdiri dari tegalan
dan perkebunan, pada peta penggunaan lahan yang ada di suatu daerah, dapat digunakan
sebagai dasar dalam menentukan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah tersebut, karena
pola penggunaan lahan pada hakikatnya merupakan gabungan antara aktivitas manusia sesuai
dengan tingkat teknologi, jenis usaha, kondisi fisik serta jumlah manusia yang ada di wilayah
tersebut. Penggunaan lahan di Kecamatan Tanimbar Selatan belum mengalami perubahan
yang begitu signifikan. Pada tahun 2009, dominasi penggunaan lahan adalah berupa semak
belukar. Kegiatan permukiman penduduk hanya meliputi areal lebih kurang 5,1% dari luas
lahan di 3 (tiga) desa.
Tabel 2.7 Penggunaan Lahan di Kawasan Perkotaan Saumlaki
Nama Desa
Luas (Ha)
Hutan Hutan Rawa
Kebun/
Perkebunan Permukiman
Rumput/ Tanah Kosong
Semak / Belukar
Tegalan/ Ladang
Grand Total
Saumlaki 2,19 5,37 94,48 58,00 9,51 578,56 1,55 749,65 Desa Olilit 36,56 22,98 305,33 65,16 39,52 610,97 165,88 1.246,40 Desa Sifnana 6,10 29,16 321,61 23,55 28,30 448,54 25,74 882,99
2.3 KONDISI KEPENDUDUKAN
Aspek kependudukan di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Kawasan Perkotaan
Saumlaki perkembangannya mencakup lima tahun terakhir yaitu mengenai jumlah dan
sebaran penduduk tiap desa serta struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, agama, dan
mata pencaharian.
2.3.1 Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan pada tahun 2009 tercatat sebesar
26.032 jiwa, sedang jumlah penduduk di kawasan perkotaan Saumlaki berjumlah 17.125 jiwa
atau sekitar 58,07 % dari jumlah penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan. Berdasarkan data
tahun 2005 – 2009 laju pertambahan penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan tercatat sebesar
1,99 % per tahun.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kecamatan Tanimbar
Selatan tercatat sebesar 31.833 jiwa, meliputi 30,20 % penduduk Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Dibanding tahun 2000 saat Kabupaten Maluku Tenggara Barat ditetapkan,
Kecamatan Tanimbar Selatan telah meningkat cukup signifikan. Pada tahun 2000 jumlah
penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat tercatat sebear 86.350 jiwa dengan jumlah
penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan sebesar 22,22% atau 19.170 jiwa.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tersebut, laju pertumbuhan penduduk Kecamatan
Tanimbar Selatan tercatat sebesar 6,6% per tahun, jauh lebih besar dibanding laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebesar 2,03% per tahun. Laju
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut terutama disebabkan oleh berkembangnya
Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten
Maluku Tenggara.
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2005-2009
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Saumlaki 7.315 7.464 7.615 7.770 7.925 2 Olilit 4.466 4.557 4.650 4.744 4.838 3 Sifnana 2.172 2.216 2.261 2.307 2.353 4 lauran 1.994 2.035 2.076 2.118 2.160 5 Kabyarat 1.535 1.566 1.598 1.630 1.662 6 Ilngei 1.108 1.131 1.154 1.177 1.200 7 Wowonda 1.771 1.807 1.844 1.881 1.918 8 lermatang 955 974 994 1.014 1.034 9 latdalam 2.714 2.769 2.826 2.883 2.940
Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Saumlaki 7.315 7.464 7.615 7.770 7.925 2 Olilit 4.466 4.557 4.650 4.744 4.838 3 Sifnana 2.172 2.216 2.261 2.307 2.353
Jumlah 2018.953 2020.237 2021.526 2022.821 2024.116
Kepadatan penduduk di Kawasan Perkotaan Saumlaki pada Tahun 2009 mencapai 5
jiwa/Ha, kepadatan tertinggi berada di Desa Saumlaki sebesar 3 jiwa/Ha, kemudian Desa
Olilit sebesar 2 jiwa/Ha, dan yang terendah Desa Sifnana sebesar 1 jiwa/ha. Kepadatan
penduduk tersebut relatif cukup rendah oleh karena merupakan kepadatan kotor (gross
density). Namun demikian, jika ditinjau berdasarkan kepadatan bersih, yaitu jumlah
penduduk per satuan luas wilayah terbangun, maka terlihat bahwa kepadatan penduduk relatif
cukup tinggi. Hal ini juga teramati dari konsentrasi permukiman penduduk yang cukup padat
di sekitar kawasan pesisir Timur.
Berdasarkan perhitungan kepadatan bersihnya, maka kepadatan bersih rata-rata
penduduk kawasan perkotaan Saumlaki yang berada di tiga desa adalah 24 jiwa/Ha.
Kepadatan tertinggi tercatat di Desa Saumlaki, sedang kepadatan terendah tercatat di Desa
Sifnana.
Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2005-2009
No Desa Luas (Km2) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)
2005 2006 2007 2008 2009
Tabel 2.11 Kepadatan Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009
Tabel 2.12 Kepadatan Netto Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009
No Desa Luas (Ha) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Saumlaki 193,01 38 39 39 40 41 2 Olilit 301,72 15 15 15 16 16 3 Sifnana 209,61 10 11 11 11 11
Jumlah 704,34 23 23 23 24 24
2.3.2 Struktur Penduduk
Struktur penduduk di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Kawasan Perkotaan Saumlaki
terdiri dari struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, agama, dan mata pencaharian.
2.3.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Tanimbar Selatan untuk
jenis kelamin laki laki berjumlah 13.033 jiwa sedangkan untuk jenis kelamin perempuan
berjumlah 12.999 jiwa, apabila dilihat dari jumlah jenis kelamin, jenis kelamin laki laki yang
paling mendominasi di Kecamatan Tanimbar Selatan. Jumlah jenis kelamin laki laki
terbanyak berada pada Desa Saumlaki dengan jumlah 4.193 jiwa dan jumlah jenis kelamin
perempuan sebanyak 3.732 jiwa.
Tabel 2.13 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2009
No Desa Penduduk Tahun 2009 Sex Rasio
Laki-Laki Perempuan
1 Saumlaki 4.193 3.732 112 2 Olilit 2.244 2.595 86 3 Sifnana 1.344 1.009 133 4 Lauran 1.099 1.061 104 5 Kabyarat 833 829 100 6 Ilngei 545 656 83 7 Wowonda 935 983 95 8 Lermatang 509 525 97 9 Latdalam 1.331 1.609 83
Jumlah 13.033 12.999
Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kawasan Perkotaan Saumlaki untuk
jenis kelamin laki laki berjumlah 7.781 jiwa sedangkan untuk jenis kelamin perempuan
berjumlah 7.335 jiwa, apabila dilihat dari jumlah jenis kelamin, jenis kelamin laki laki yang
Tabel 2.14 Struktur Penduduk Perkotaan Saumlaki 2009
No Desa Penduduk Tahun 2009 Sex Rasio
Laki-Laki Perempuan
1 Saumlaki 4.193 3.732 112 2 Olilit 2.244 2.595 86 3 Sifnana 1.344 1.009 133
Jumlah 7.781 7.335 106
2.3.2.2 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama
Karakteristik penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Tanimbar Selatan, sebagian
besar penduduk di Kecamatan Tanimbar Selatan memeluk agama katolik dengan jumlah
14.044 jiwa dengan persentase sebanyak 53,95 % dari keseluruhan jumlah penduduk di
Kecamatan Tanimbar Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.15 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan Berdasarkan Agama
No Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Islam Protestan Katolik Jumlah
1 Saumlaki 473 3.176 4.275 7.925 2 Olilit 289 1.939 2.610 4.838 3 Sifnana 140 943 1.269 2.353 4 Lauran 129 866 1.165 2.160 5 Kabyarat 99 666 897 1.662 6 Ilngei 72 481 648 1.200 7 Wowonda 115 769 1.035 1.918 8 Lermatang 62 414 558 1.034 9 Latdalam 176 1.179 1.586 2.940
Jumlah 1.554 10.434 14.044 26.032
Bila dilihat struktur penduduk berdasarkan agama di Kawasan Perkotaan Saumlaki,
sebagian besar penduduk di Kawasan Perkotaan Saumlaki memeluk agama katolik dengan
jumlah 8.155 jiwa dengan persentase sebanyak 53,95 % dari keseluruhan jumlah penduduk di
Kawasan Perkotaan Saumlaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.16 Struktur Penduduk Perkotaan Saumlaki Berdasarkan Agama
No Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah
Islam Protestan Katolik
1 Saumlaki 473 3.176 4.275 7.925 2 Olilit 289 1.939 2.610 4.838 3 Sifnana 140 943 1.269 2.353
2.3.3.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Tanimbar Selatan
terdiri dari beberapa sektor. Struktur penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan
Tanimbar Selatan yang memiliki pekerjaan terbesar yaitu petani/perkebunan/perikanan
sebanyak 15.042 jiwa dan penduduk yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 1.049 jiwa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.17 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan Berdasarkan Profesi
No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)
1 Pertanian, Kehutanan, Perikanan 15.042 2 Pertambangan dan Penggalian 141 3 Industri Pengolahan 141 4 Listrik, Gas & Air Minum 37
5 Bangunan 176
6 Perdagangan Besar, Eceran Dan Rumah Makan 1.910 7 Angkutan, Pergudangan Dan Komunikasi 338 8 Keuangan Dan Sejenisnya 116 9 Jasa Kemasyarakatan 2.662
10 Lainnya 17
Jumlah 20.580
2.3.3 Kondisi Sosial Budaya
Masalah sosial merupakan produk dari perubahan sosial dan timbul manakala terjadi
ketidaksesuaian antara unsur yang ada dalam masyarakat yang dapat mengganggu tertib
sosial. Berbagai masalah sosial yang terjadi di Kota Saumlaki tampak dari berbagai
gejala-gejala sebagai berikut.
1. Masalah Kependudukan dan Urbanisasi
Laju pertumbuhan penduduk Kota Saumlaki pada dekade terakhir rata-rata bertambah
1,06 % tiap tahun. Pertumbuhan itu di atas rata-rata pertumbuhan penduduk nasional,
bahkan berbeda dengan gejala pertumbuhan penduduk di MTB yang cenderung tidak
bertambah karena adanya perpindahan penduduk ke daerah-daerah penyangga, seperti
Pulau-pulau di MTB. Pertambahan penduduk yang besar terjadi karena urbanisasi,
menyebabkan ketidakseimbangan penduduk dengan daya dukung perkotaan.
Perkembangan angkatan kerja yang cukup tinggi telah menimbulkan meningkatnya
pengangguran dan kemiskinan perkotaan, meluasnya pemukiman kumuh dan sektor
informal yang tidak terkendali.
2. Masalah Kesenjangan Sosial
Peningkatan jumlah penduduk yang besar di Kota Saumlaki, di satu sisi dapat menjadi
dihasilkan oleh warga masyarakat. Di sisi lain akan menimbulkan masalah
kesenjangan penduduk dari pendapatan ekonomi terhadap permasalahan lapangan
pekerjaan, permukiman kumuh maupun munculnya masalah sosial lainnya.
Kesenjangan yang terjadi di Kota Saumlaki berupa kesenjangan ekonomi yang terjadi
antara masyarakat yang bermukim di sekitar koridor jalan-jalan utama yang ada di
Kota Saumlaki dengan masyarakat yang bermukim jauh dari koridor jalan-jalan utama
tersebut, kesenjangan lainnya yang terjadi adalah banyaknya penduduk pendatang
yang bermukim. Banyaknya jumlah penduduk pendatang dibandingkan dengan tenaga
kerja lokal disebabakan karena sumber daya manusia yang dimiliki tenaga kerja
pendatang memiliki kualitas yang lebih baik daripada yang dimiliki tenaga kerja lokal.
Tenaga kerja lokal umumnya tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang tidak
memadai untuk berpartisipasi dalam kegiatan perekonomian terutama pada kegiatan
industri.
3. Masalah Sosial Kemasyarakatan
Terjadinya perubahan perilaku sosial masyarakat yang disebabkan karena tuntutan
kebutuhan hidup yang tinggi, kesenjangan ekonomi, kemajuan teknologi, maupun
dengan adanya perkembangan-perkembangan baru dalam kehidupan.
2.4 TRANSPORTASI
2.4.1 Transportasi Darat
2.4.1.1 Jaringan Jalan
Jaringan jalan di kawasan perkotaan Saumlaki relatif masih terbatas. Hal ini
mengikuti perkembangan kota yang juga relatif masih terbatas. Jaringan jalan utama di
kawasan perkotaan Saumlaki adalah jaringan jalan Nasional yang menghubungkan Saumlaki
– Lorulun – Tutukembong – Larat yang merupakan jaringan jalan Trans Yamdena. Jaringan
jalan Nasional ini merupakan jaringan jalan utama yang menghubungkan Saumlaki di bagian
Selatan dengan Larat di bagian Utara. Di kawasan perkotaan Saumlaki, jaringan jalan ini
membentang sepanjang pesisir dengan kondisi perkerasan aspalt.
Jaringan jalan lainnya yang ada di kawasan perkotaan Saumlaki merupakan jalan
kabupaten. Jalan utama kawasan perkotaan yang menghubungkan kawasan pusat kota dengan
pusat pemerintahan kabupaten adalah jalan lingkar. Jaringan jalan ini direnanakan sebagai
jaringan jalan utama kota. Kondisi saat ini jaringan jalan dibangun dua lajur dengan
2.4.1.2 Terminal
Simpul transportasi darat di kawasan perkotaan Saumlaki yang tersedia saat ini berupa
terminal angkutan kota yang melayani pergerakan penduduk dari dan ke luar Kota Saumlaki.
Terminal angkutan antar-kota tersebut berada di Desa Sifnana dan merupakan Terminal
dengan klasifikasi tipe C, yaitu terminal yang melayani kendaraan angkutan umum untuk
angkutan pedesaan.
Berdasarkan KepMenHub Nomor 31 Tahun 1995, persyaratan bagi pembangunan
Terminal Tipe C adalah berada dalam wilayah kabupaten, berada dalam jaringan trayek
pedesaan, serta berada di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan minimal IIIA.
2.4.1.3 Angkutan Umum
Jenis moda angkutan umum di kawasan perkotaan Saumlaki secara umum masih
terbatas dan terutama melayani angkutan umum dalam kawasan perkotaan Saumlaki serta
melayani angkutan ke desa-desa di luar kawasan perkotaan Saumlaki.
Rute pelayanan angkutan umum di kawasan perkotaan Saumlaki meliputi:
• Rute dalam kota, yaitu rute angkutan umum yang melayani angkutan umum di dalam
kawasan perkotaan Saumlaki, meliputi:
• Rute Saumlaki – Olilit Lama
• Rute Saumlaki – Sifnana
Jenis moda angkutan yang digunakan umumnya kendaraan roda empat jenis minibus
dengan kapasitas penumpang 10 – 12 penumpang.
Selain moda angkutan umum roda empat, pelayanan angkutan umum juga dilayani
dengan angkutan roda dua (ojeg) yang bersifat informal.
• Rute luar kota, yaitu rute angkutan umum yang melayani angkutan umum dari kawasan perkotaan Saumlaki ke wilayah lainnya di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat. Jenis moda angkutan yang digunakan berupa kendaraan roda empat jenis
minibus dengan kapasitas 10 – 12 orang dan melayani rute Saumlaki – Lauran
Kabiarat – Ilngei; serta jenis bis ukuran 24 penumpang dan melayani rute Saumlaki –
Loworung – Wowonda – Tumbur – Aruwi – Tual.
2.4.1.4 Kelengkapan Jalan
Fasilitas transportasi yang memadai akan mendukung sistem lalu lintas pada suatu
ruas dan simpang jalan. Sehingga jika pada ruas dan simpang tingkat konflik yang dirasakan
tinggi, maka fasilitas yang ada perlu diperhatikan.
1. Halte
Halte merupakan tempat pemberhentian kendaraan umum yang sebaiknya selalu ada
pada jarak-jarak tertentu (dekat persimpangan atau perbatasan daerah). Oleh karena
transportasi umum relatif masih terbatas dan pergerakan penduduk juga masih sedikit,
halte sebagai tempat pemberhentian kendaraan umum di Saumlaki relatif belum
tersedia. Penumpang dapat naik dan turun di mana saja.
2. Pedestrian
Pedestrian berupa trotoar untuk pejalan kaki relatif masih terbatas, bahkan di jalan
utama. Pedestrian umumnya hanya terdapat di sekitar pusat kota yang merupakan
kawasan pusat perdagangan dan jasa dengan kondisi yang sangat terbatas. Jaringan
jalan lainnya umumnya belum dilengkapi dengan jaringan pedestrian.
3. SPBU
Jumlah SPBU eksisting di Kawasan Perkotaan Saumlaki ada 2 (dua), keduanya
terletak di Desa Olilit dan Saumlaki. SPBU baru di Desa Sifnana masih dalam taraf
pembangunan. Kegunaan SPBU bagi kegiatan transportasi yaitu untuk mendukung
kegiatan transportasi yaitu memperlancar pergerakan moda angkutan yang merupakan
alat untuk melakukan transportasi.
4. Perparkiran
Kebutuhan parkir sebagai komplemen pergerakan penduduk yang menggunakan moda
pribadi tentu saja harus terpenuhi atau akan timbul ”ketidakseimbangan” sistem lalu
lintas akibat gangguan yang ditimbulkan pada lalu lintas. Penyediaan lebar khusus
bagi jalur lambat atau bagi kendaraan parkir adalah bentuk aksi untuk menjawab
kebutuhan parkir. Kondisi perparkiran di Kawasan Perkotaan Saumlaki saat ini masih
menggunakan sisi jalan sebagai tempat perparkiran, sedangkan lahan perparkiran
2.4.2 Transportasi Laut
2.4.2.1 Pelabuhan Laut
Saat ini pelabuhan laut di kawasan perkotaan Saumlaki terdiri dari pelabuhan umum
dan pelabuhan khusus. Pelabuhan umum Saumlaki saat ini berfungsi sebagai pelabuhan
penyeberangan, bongkar-muat barang, serta pangkalan pendaratan ikan. Hal tersebut terlihat
dari berbagai aktivitas yang dilayani di pelabuhan tersebut serta berbagai jenis kapal dan
perahu yang bersandar di pelabuhan Saumlaki. Pelabuhan Saumlaki saat ini berada di bawah
kewenangan Departemen Perhubungan dan merupakan pelabuhan nasional kelas IV.
Pelabuhan Saumlaki memiliki 2 (dua) dermaga, masing-masing untuk bongkar-muat angkutan
barang serta angkutan penyeberangan. Dermaga Pelabuhan Saumlaki saat ini memiliki
panjang 100 meter dengan lebar 8 meter dan kedalaman kolam 5 meter. Dengan demikian
Pelabuhan Saumlaki mampu dilabuhi oleh kapal dengan bobot hingga 1.500 DWT.
Sedang pelabuhan khusus yang ada saat ini adalah pelabuhan Pertamina yang
melayani kegiatan khusus PT Pertamina.
2.4.2.2 Sarana Transportasi Laut
Angkutan penyeberangan yang dilayani di Pelabuhan Saumlaki dilayani oleh kapal
penumpang milik PELNI, ASDP, dan perusahaan swasta (perintis). Sarana transportasi laut
yang melayani pergerakan antar kepulauan terdiri dari kapal PELNI, kapal nusantara, kapal
perintis, dan kapal pelayaran rakyat (pelra) yang dikelola oleh pemerintah, perusahaan swasta,
dan perorangan.
Rute pelayaran yang dilayani meliputi:
1. Rute pelayaran nusantara, yaitu menghubungkan Saumlaki dengan kota-kota besar
lainnya seperti Surabaya, Kupang, Tual, hingga Merauke.
Pelayaran nasional yang dilayani oleh PT PELNI dan melayani wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat menggunakan kapal motor yang semuanya singgah di
pelabuhan Saumlaki. Kapal yang digunakan antara lain KM Kelimutu, KM
Tatamailau berkapasitas 969 penumpang dan KM Pangrango berkapasitas 554
penumpang dengan rute sebagai berikut:
• KM Kelimutu melayani rute Makassar – Bau Bau – Ambon – Saumlaki – Tual –
Dobo – Timika.
• KM Tatamaiiau melayani rute Surabaya – Kupang – Saumlaki – Timika.
• Selain kapal milik PT PELNI, terdapat juga angkutan penyeberangan dengan jalur Tual – Larat – Saumlaki – Larat – Tual (pp) menggunakan kapal ferry KM
Kormomolin.
2. Rute pelayaran perintis, terutama menghubungkan Saumlaki dengan ibukota
kecamatan yang tersebar di kepulauan Tanimbar, seperti rute Larat – Saumlaki – Tepa
– Serwaru – Wonreli (pp).
Terdapat 7 (tujuh) rute pelayaran perintis yang singgah di Pelabuhan Saumlaki, yaitu:
• Rute Ambon – Geser – Gerom – Kesui – Tior – Kaimeer – Kur – Tayando – P.
Molu – Larat – Tutukembong – Saumlaki;
• Rute Ambon – Tual – Larat – Saumlaki – Adaut – Dawera – Kroing – Marsela – Tepa – Pulau Lulau di Kabupaten Maluku Barat Daya – Kupang
• Rute Ambon – Babar – Wulur – Romang – Ilwaki – Kisar – Leti – Moa – Lakor –
Tepa – Dai – Dawera – Saumlaki – Tual;
• Rute Tual – Tayando – Kaimeer – Kur – P. Molu – Larat – Saumlaki – Kroing –
Pulau-pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya – Makassar;
• Rute Tual – Elat – Dobo – Larat – Saumlaki – Kroing – Tepa – Pulau-pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya – Kalabahi – Surabaya;
• Rute Saumlaki – Ambon; dan
• Rute Saumlaki – Tepa – Bebar – Wulur – Romang – Leti – Kisar – Ilwaki –
Kupang.
2.4.2.3 Angkutan Penumpang dan Barang
Ditinjau dari jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Saumlaki, pada tahun 2008
tercatat 470 kapal yang sandar. Jumlah kapal yang sandar tiap bulan berkisar antara 24
hingga 47 kapal per bulan. Bulan Januari mencatat jumlah kapal terendah yang sandar di
Pelabuhan Saumlaki, sedang bulan Mei mencatat jumlah terbesar.
Berdasarkan pertumbuhan tahunan, jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Saumlaki
relatif bervariasi. Pada tahun 2005, tercatat pertumbuhan jumlah kapal yang sandar di
Pelabuhan Saumlaki sebesar 27,56% dibanding tahun 2004. Namun pada tahun 2006 dan
2007 terjadi penurunan jumlah kapal yang sandar hingga mencapai 305 pada tahun 2006 dan
301 pada tahun 2007. Akan tetapi pada tahun 2008 terjadi kenaikan kembali jumlah kapal
Jumlah penumpang yang turun di Pelabuhan Saumlaki secara umum relatif lebih
banyak dibanding jumlah penumpang yang naik (berangkat) dari Pelabuhan Saumlaki. Pada
tahun 2008 tercatat sebanyak 11.221 penumpang yang naik dari Pelabuhan Saumlaki dan
25.819 penumpang yang turun di Pelabuhan Saumlaki atau lebih dari dua kali lipat dari
jumlah penumpang yang naik. Hal ini kemungkinan mengindikasikan jumlah penduduk yang
migrasi ke Saumlaki.
Berbeda dengan jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Saumlaki, jumlah penumpang
yang naik dan turun di Pelabuhan Saumlaki relatif meningkat selama periode 2004 – 2008.
Namun demikian jumlah kenaikan jumlah penumpang yang naik dari Pelabuhan Saumlaki
tidak terlalu signifikan dibanding jumlah penumpang yang turun di Pelabuhan Saumlaki. Jika
pada tahun 2004 jumlah penumpang yang naik dari Pelabuhan Saumlaki tercatat hanya
berjumlah 3.203 penumpang, pada tahun 2008 meningkat hingga 11.221 penumpang. Sedang
penumpang yang turun di Pelabuhan Saumlaki pada tahun 2004 tercatat sebesar 8.225
penumpang, pada tahun 2008 meningkat hingga 25.819 penumpang.
Jumlah angkutan barang yang dimuat di Pelabuhan Saumlaki pada tahun 2008 tercatat
sebesar 5.531 ton sedang jumlah barang yang dibongkar sebesar 65.545 ton atau kira-kira
11,8 kali lebih besar dibanding jumlah barang yang dimuat. Ditinjauu dari aspek ekonomi, hal
tersebut menunjukkan lebih banyak barang yang didatangkan dari luar Saumlaki dibanding
barang yang diekspor ke luar wilayah.
Ditinjau dari jenis barang yang dibongkar di Pelabuhan Saumlaki, sebagian besar
berupa bahan bakar minyak (BBM) yang pada tahun 2008 tercatat sebesar 31.741 ton. Jenis
barang lain yang dibongkar di Pelabuhan Saumlaki adalah semen sebesar 15.510 ton, beras
sebesar 3.347 ton, gula sebesar 149 ton, tepung terigu sebesar 207 ton, dan barang campuran
sebesar 14.591 ton. Secara ekonomi, terlihat bahwa Saumlaki masih menggantungkan bahan
kebutuhan pokok, seperti beras dan gula dari luar wilayah.
Tabel 2.18 Jumlah Penumpang dan Barang di Pelabuhan Saumlaki
BULAN JUMLAH KAPAL JUMLAH PENUMPANG (orang) JUMLAH BARANG (ton)
NAIK TURUN MUAT BONGKAR
BULAN JUMLAH KAPAL JUMLAH PENUMPANG (orang) JUMLAH BARANG (ton)
NAIK TURUN MUAT BONGKAR
Oktober 45 951 2.707 442 6.241 November 42 787 3.667 382 4.155 Desember 36 1.114 2.498 318 3.221 Jumlah 470 11.221 25.819 5.531 65.545
Tabel 2.19 Jumlah Penumpang dan Barang di Pelabuhan Saumlaki Tahun 2004-2008
TAHUN JUMLAH KAPAL PENUMPANG (orang) BARANG (ton)
NAIK TURUN MUAT BONGKAR
2004 450 3.203 8.225 11.254 24.379 2005 529 10.897 12.084 28.174 41.379 2006 350 11.857 17.804 1.570 25.814 2007 301 11.104 19.775 2.443 16.059 2008 470 11.221 25.819 5.531 65.545
Tabel 2.20 Tingkat Pertumbuhan Penumpang dan Barang
TAHUN JUMLAH KAPAL PENUMPANG BARANG
NAIK TURUN MUAT BONGKAR
2004 - 2005 17,56 240,21 46,92 150,35 69,73 2005 - 2006 -33,84 8,81 47,34 -94,43 -37,62 2006 - 2007 -14,00 -6,35 11,07 55,61 -37,79 2007 - 2008 56,15 1,05 30,56 126,40 308,15
2.4.3 Transportasi Udara
Bandar udara Olilit di Saumlaki merupakan bandara yang sangat penting bagi
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam menunjang kegiatan ekonomi wilayah. Saat ini
status bandar udara Olilit adalah bandara kelas Satker.
Bandar udara Olilit terletak di Desa Olilit, tepatnya berada pada 070 59’ 19,86” LS
dan 1310 18’ 22,30” BT. Bandar udara ini memiliki landasan pacu sepanjang relatif pendek,
yaitu hanya 1.200 meter dengan lebar landasan 23 meter. Dengan kondisi panjang landasan
yang relatif pendek, jenis pesawat yang dapat singgah di bandara tersebut relatif terbatas.
Jenis pesawat terbesar yang dapat singgah adalah jenis DASH-8. Bandar udara Olilit saat ini
merupakan bandar udara milik TNI – AU yang digunakan juga untuk kepentingan komersil.
Jarak bandar udara Olilit relatif sangat dekat dengan pusat kota, yaitu kira-kira hanya
2 km dari pusat kota. Perkembangan kota dan kebutuhan untuk pengembangan bandara
mendorong pemindahan lokasi bandar udara baru ke wilayah yang relatif lebih jauh dari pusat
kota untuk alasan keselamatan penerbangan. Direncanakan bandar udara Olilit akan
dipindahkan ke Desa Lorulun, yaitu pada lokasi 070 51’ 08,51’ LS dan 1310 20’ 43,495 BT.
Di masa depan direncanakan Bandara Saumlaki Baru ini akan menjadi bandar udara
Bandar udara Olilit saat ini merupakan pintu gerbang yang sangat penting bagi
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam memperlancar arus penumpang dan barang. Saat
ini rute arah dan tujuan penerbangan yang melalui Bandara Olilit masih relatif terbatas. Rute
utama yang dilalui adalah Ambon – Saumlaki – Tual – Ambon (pp). Operator penerbangan
yang beroperasi saat ini tercatat 3 (tiga) buah, yaitu Trigana Air, Express Air, dan Merpati
Nusantara. Meskipun tidak semua operator penerbangan beroperasi setiap hari, tetapi
penerbangan dari dan menuju Saumlaki dilayani setiap hari oleh operator penerbangan secara
bergantian. Hanya Express Air yang melayani penerbangan dari dan menuju Saumlaki setiap
hari. Sedang Trigana Air hanya melayani menerbangan setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Terbatasnya rute dan jumlah penerbangan di dari dan menuju Saumlaki menjadi kendala
dalam pengembangan kegiatan ekonomi wilayah Saumlaki.
Data statistik menujukkan pada tahun 2008 tercatat 330 pesawat yang datang dan
berangkat dari Bandara Olilit di Saumlaki. Sementara jumlah penumpang yang berangkat
dari Bandara Olilit tercatat sebesar 7.111 penumpang dan penumpang yang berangkat dari
Bandara Olilit tercatat sebesar 8.736 penumpang.
Tabel 2.21 Jumlah Pesawat, Penumpang dan Barang di Bandara Olilit
BULAN JUMLAH PESAWAT (unit) JUMLAH PENUMPANG (orang)
BERANGKAT DATANG BERANGKAT DATANG TRANSIT
Januari 30 30 649 794 28 Februari 29 29 573 484 6 Maret 29 29 634 703 11 April 27 27 530 981 35 Mei 28 28 772 664 12 Juni 25 25 499 663 7 Juli 29 29 587 773 6 Agustus 32 30 648 867 28 September 30 30 674 785 12 Oktober 25 25 507 639 - November 24 24 562 776 - Desember 22 22 476 607 5
Jumlah 330 328 7.111 8.736 150
2.5 KEGIATAN PEREKONOMIAN
Kegiatan pertanian di Kota Saumlaki meliputi kegiatan pertanian, perternakan dan
perdagangan. Kegiatan pertanian merupakan penghasil PDRB terbesar di pulau Tanimbar
Kegiatan perekonomian di Maluku Tenggara Barat terpusat di Kota Saumlaki yang
dimana Kota Saumlaki merupakan pusat kegiatan barang dan jasa di Maluku Tenggara Barat.
Perkembangan perekonomian di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dari tahun ke tahun terus
mengalami perubahan dan masyarakat sudah merasakan pembangunan di bidang ekonomi
yang berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Salah satu indikator untuk mengukur
pertumbhan ekonomi kabupaten adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Berdasarkan ukuran PDRB harga berlaku tahun 2007 tercatat sebesar 411.625,38 juta rupiah,
sedangkan pada tahun 2006 PDRB mencapai 391.617,39 juta rupiah atau kenaikan sebesar
20007,99 juta rupiah. Kegiatan terbesar di dalam PDRB yaitu sektor lapangan usaha
pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.22 PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha (HB)
No Lapangan Usaha 2007
1 Pertanian
• Tanaman bahan makanan
• Tanaman perkebunan
• Perternakan dan hasil-hasilnya
• Kehutanan 2 Pertambangan & Penggalian
• Pertambangan
• Penggalian
5.823,65 0,00 5.823,65 3 Industri Pengolahan
• Industri Migas 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
• Perdagangan 7 Pengangkutan dan komunikasi
• Pengangkutan transportasi
• Angkutan Jalan Raya
• Angkutan Laut
• Angkutan Penyebrangan
• Angkutan Udara
• Jasa Penunjang Angkutan
• Komunikasi 8 Keuangan persewaan dan perusahaan
• Bank
Pemerintah Umum & pertanahan Swasta
Sosial Kemasyarakatan Hiburan dan rekreasi
Perorangan dan Rumah Tangga
No Lapangan Usaha 2007
Catatan : (**) Angka sementara : (*) angka diperbaiki
Tabel 2.23 PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha (HK)
No Lapangan Usaha 2007
1 Pertanian
• Tanaman bahan makanan
• Tanaman perkebunan
• Perternakan dan hasil-hasilnya
• Kehutanan 2 Pertambangan & Penggalian
• Pertambangan
• Penggalian
2.976,87 0,00 2.976,87 3 Industri Pengolahan
• Industri Migas 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
• Perdagangan 7 Pengangkutan dan komunikasi
• Pengangkutan transportasi
• Angkutan Jalan Raya
• Angkutan Laut
• Angkutan Penyebrangan
• Angkutan Udara
• Jasa Penunjang Angkutan
• Komunikasi 8 Keuangan persewaan dan perusahaan
• Bank
• Pemerintah Umum & pertanahan Swasta
• Sosial Kemasyarakatan
• Hiburan dan rekreasi
• Perorangan dan Rumah Tangga
47.963,90
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2007 atas dasar
harga konstan 2000 PDRB tercatat sebesar 3,74%, tahun 2006 sebesar 3,32% dan tahun 2005
sebesar 3,44%. Pertumbuhan ini masih sangat tergantung dari dana pemerintah, karena belum
berkembangnya dana investasi swasta. Secara sektoral tahun 2007 semua sector ekonomi
memberi angka pertumbuhan positif dan pertumbuhan tertinggi adalah listrik, Gas dan Air
bersih yaitu sebesar 5,68%; sedangkan sector yang terkecil pertumbuhannya adalah sector
pertanian yaitu sebesar 2,59%.
Struktur ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak tahun 2003-2007 masih
didominasi oleh tiga sector utama yang memberikan konstribusi dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, yaitu Pertanian memberikan Distribusi terhadap PDRB
sebesar 52,77% Perdagangan, Hotel dan Restauran 26,64%; dan jasa-jasa 11,08%. Sedangkan
sector lainnya memberikan andil yang relative kecil. Berbagai upaya peningkatan
perekonomian terus dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan dalam rangka
mempercepat pertumbuhan ekonomi dikabupaten Maluku Tenggara Barat yakni
penaggulangan kemiskinan, perkembangan usaha produktif, perluasan dan pengembangan di
bidang ketenaga kerjaan,Pengembangan agribisnis dan ketahanan pangan, pengembangan
UKM dan koperasi, Pengembangan ekspor, peningkatan investasi, pengembangan
kepariwisataan dan promosi, pengembangan kewirausahaan, peningkatan penerimaan daerah
dan implementasi perimbangan keuangan propinsi dan daerah serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
Kegiatan Perekonomian di Tanimbar Selatan di dominasi oleh perdagangan dan jasa
yang dimana kegiatan perekonomian di Tanimbar bagian Selatan berorentasi di Kota
Saumlaki sebagai pusat perdagangan dan jasa. Arus pengirimana barang dan jasa untuk
kebutuhan penduduk Tanimbar bagian Selatan pengiriman melalui jalur pelayaran Surabaya-
Kupang- Saumlaki.
2.6 KONDISI FASILITAS
2.6.1 Fasilitas Pendidikan
Jenis fasilitas pendidikan yang tersedia di kawasan perkotaan Saumlaki relatif
lengkap, dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Berdasarkan data statistik yang
tersedia, terdapat 40 unit sekolah, terdiri dari 22 unit sekolah dasar, 14 unit sekolah lanjutan
tingkat pertama, dan 4 unit sekolah menengah umum. Perguruan tinggi maupun sarana
ini tercatat 1 (satu) buah perguruan tinggi yang ada di kawasan perkotaan Saumlaki yaitu
STIKIPS yang terletak di Desa Lauran Berdasarkan tingkat pelayanannya, secara umum
jumlah sekolah di Kecamatan Tanimbar Selatan telah mencukupi kebutuhan berdasarkan
standar pelayanan minimum yang berlaku, kecuali fasilitas pendidikan setingkat SMU.
Jumlah fasilitas SD yang perlu disediakan di Kecamatan Tanimbar Selatan
berdasarkan SPM yang berlaku adalah berjumlah 16 unit, sementara jumlah SD yang ada saat
ini berjumlah 22 unit. Dengan demikian, jumlah fasllitas SD yang ada telah mencukupi
kebutuhan minimum.
Jumlah fasilitas pendidikan setingkat SLTP di Kecamatan Tanimbar Selatan yang
perlu disediakan berdasarkan SPM yang berlaku adalah berjumlah 5 unit, sementara jumlah
sekolah setingkat SLTP yang tersedia saat ini berjumlah 14 unit. Dengan demikian fasilitas
pendidikan setingkat SLTP di Kecamatan Tanimbar Selatan telah mencukupi kebutuhan
minimum. Jumlah fasilitas pendidkan setingkat SMU di Kecamatan Tanimbar Selatan yang
perlu disediakan berdasarkan SPM yang berlaku adalah berjumlah 5 unit, sedang fasilitas
yang tersedia saat ini baru berjumlah 4 unit, tersebar di Desa Saumlaki, Sifnana, dan
Latdalam. Dengan demikian tingkat pelayanan fasilitas pendidikan setingkat SMU di
Kecamatan Tanimbar Selatan masih belum memenuhi kebutuhan minimum yang ditentukan.
Tabel 2.24 Jumlah dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan
No. Desa Jumlah Penduduk SD SMP SMA
(i) (ii) (iii) (i) (ii) (iii) (i) (ii) (iii)
1 Saumlaki 7.770 6 5 1 6 2 4 2 2 2 Olilit 4.744 3 3 0 1 1 0 1 3 Sifnana 2.307 2 1 1 1 0 1 1 0 4 Lauran 2.118 2 1 1 1 0 1 0 5 Kebrayat 1.630 2 1 1 1 0 1 0 6 Ilngei 1.177 1 1 0 1 0 1 0 7 Wowonda 1.881 1 1 0 1 0 1 0 8 Lermatang 1.014 2 1 1 1 0 1 0 9 Latdalam 2.883 3 2 1 1 1 0 1 1
J u m l a h 25.524 22 16 6 14 5 9 4 5 -1
Keterangan: (i) = jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia; (ii) jumlah fasilitas pendidikan berdasarkan standar SPM; (iii) tingkat pelayanan
SPM didasarkan pada KepMenKimpraswil No. 534/2004. (jumlah penduduk pendukung untuk fasilitas SD = 1.600 jiwa; jumlah penduduk pendukung untuk fasilitas SLTP/SMU = 4.800 jiwa).
2.6.2 Fasilitas Kesehatan
Salah satu indikator untuk pembangunan non fisik antara lain adalah angka harapan
hidup yang bergantung pada sarana kesehatan yang tersedia. Pada tahun 2008 Kawasan