• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salat Berjamaah dan Munfarid

B. Salat Berjamaah

1. Syarat Salat Berjamaah

Dalam salat berjamaah terdapat imam dan makmum. Tanpa imam dan makmum, maka salat yang dikerjakan adalah salat munfarid (Al-Jaza’iri, 2009: 393). Adapun syarat-syarat menjadi imam dan makmum adalah sebagai berikut.

a. Imam

Untuk menjadi imam, diperlukan syarat-syarat tertentu. Setidaknya ada sembilan hal yang harus dipenuhi oleh seorang imam.

1) Jika imam laki-laki, maka makmum boleh laki-laki dan perempuan. Namun bila imam adalah perempuan, makmumnya hanya boleh perempuan.

2) Imam harus memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik, lebih baik daripada makmumnya.

3) Imam harus mengerti ketentuan hukum dan seluk-beluk mengenai salat (syarat, rukun, dan sunah-sunah salat).

4) Imam bukanlah orang yang dibenci para makmum.

5) Imam tidak sedang menjadi makmum dari imam yang lain.

6) Imam mengetahui keberadaan makmum dan berdiri paling depan. 7) Imam merapikan dan meluruskan saf (barisan makmum) sebelum salat

berjamaah dilaksanakan. 8) Imam berniat menjadi imam.

9) Imam sanggup dan sehat dalam melaksanakan salat. (Al-Jaza’iri, 2009: 396 – 403)

b. Makmum

Ketentuan makmum salat adalah sebagai berikut. 1) Makmum berniat mengikuti imam.

2) Makmum mengikuti segala gerakan imam dalam salat, tetapi tidak boleh berbarengan, apalagi mendahului imam.

3) Makmum tidak boleh mendahului imam dalam mengucapkan takbir. 4) Makmum mengetahui gerakan imam dalam salat, dengan melihat

Bab VII: Salat Berjamaah dan Munfarid 85

5) Makmum harus berada dalam satu tempat (satu masjid atau satu rumah) dengan imam.

6) Makmum tidak boleh berdiri di tempat yang lebih depan dari imam. 7) Jenis salat makmum harus sama dengan salat imam (misalnya sama-

sama salat Zuhur).

8) Makmum tidak mengikuti imam yang batal salatnya, karenanya jika imam batal makmum harus bersikap mufarraqah (memisahkan diri dari salat imam).

Hikmah

Ketika salat berjamaah, semua mukmin berada dalam derajat yang sama satu sama lain, terlepas dari status sosial, kekayaan, dan derajat duniawi. Semua orang berada dalam saf sebagai jamaah salat. Dalam situasi salat berjamaah, yang membedakan satu dengan yang lain adalah kekhusukan salatnya, serta ilmu agama yang dimiliki. Karena itu, seorang imam disunahkan yang paling fasih bacaannya, yang paling baik ilmu agamanya.

Situasi seperti inilah yang kelak akan terjadi di hari akhir. Semua orang berada dalam status yang sama. Yang membedakan adalah amal baiknya semasa hidup.

Dengan salat berjamaah, kita selalu diingatkan untuk menempatkan semua urusan hidup pada posisi yang benar, sehingga selain terjaga kerukunan, kita tidak mudah terkena tipuan setan. Orang yang menempatkan urusan dunia sebagai hal paling penting, hingga mengalahkan amal ibadahnya, adalah orang yang telah tertipu.

1) Makmum masbuk dan makmum muwafiq

Apakah salat berjamaah di masjid senantiasa kamu jalani tepat

waktu? Jika ya, maka kamu adalah makmum muwafiq, artinya mak-

mum yang mengikuti imam secara baik dan sempurna. Sebaliknya, makmum yang terlambat datang pada salat berjamaah disebut mak- mum masbuk. Masbuq berarti yang tertinggal atau yang terdahului. Jika makmum tidak mendapati rukuk bersama imam, maka ia sudah terhitung sebagai makmum masbuk (Al-Jaza’iri, 2009: 404).

Apabila makmum masbuk sempat melakukan takbiratul ihram

sebelum imam rukuk, maka ia harus membaca Surah al-Fātih ah sampai

ayat terakhir yang mungkin dibaca. Namun bila Surah al-Fātih ah belum

selesai dibaca sedangkan imam telah rukuk, ia tak perlu menyelesaikan

bacaan Surah al-Fātih ah, lalu langsung mengikuti imam rukuk.

Bagaimana jika kita datang pada saat imam rukuk? Jika demikian, maka kita segera melakukan takbiratul ihram, kemudian langsung mengikuti rukuk bersama imam. Kita memang tak sempat membaca

al-Fātih ah. Namun, sepanjang masih mendapati rukuk bersama imam,

kita sebagai makmum tetap terhitung satu rakaat (Al-Jaza’iri, 2009: 404).

Berbeda halnya dengan makmum yang datang pada saat imam dalam posisi gerakan setelah rukuk, yakni i’tidal, sujud, atau duduk. Makmum tersebut dianjurkan langsung mengikuti gerakan yang sedang dilakukan oleh imam. Tentu dengan melakukan takbiratul ihram terlebih dulu. Baru setelah salat imam selesai (setelah imam salam), makmum berdiri lagi untuk melanjutkan atau mengganti kekurangan rakaatnya.

k&z-

ã:ã á kfA p u~fQ êã ûfI

êã dqA< dä] á dä] Õ=}=s ) ã oQ

! <8ã oi p ä~E äsp9R% v p ãp9.

AäY 8q. A o@ p ÕwJ

eã 1ã

Ä8ppã8 qæã rãp<Å ÖRa =eã ! <8ã 9^Y P qa =eã

Artinya: Dari Abī Hurairah berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “Apabila seseorang di antara kamu datang untuk salat ketika kami sujud, maka hendaknya kamu sujud, dan janganlah kamu hitung itu satu rakaat, dan barang siapa mendapati rukuk bersama imam, maka ia telah mendapat satu rakaat. (HR. Abu Dawud)

Aktivitas

Kamu telah belajar tentang salat berjamaah maupun munfarid. Nah untuk me- mantapkan kemampuanmu, lakukan kegiatan praktik berikut.

1. Bentuklah kelompok beranggotakan empat hingga lima siswa.

2. Setiap kelompok mempraktikkan salat berjamaah dan munfarid, pilih salah satu dari lima salat wajib. Tentukan satu jamaah sebagai makmum masbuk. 3. Kelompok lain melakukan evaluasi kelompok yang sedang melakukan praktik. 4. Diskusikan hasil evaluasi kamu, lalu catatlah hasilnya dan berikan kepada guru

sebagai laporan pelaksanaan tugas.

2) Mengoreksi kesalahan imam

Seperti halnya manusia pada umumnya, seorang imam juga memiliki kelemahan. Kamu tentu tahu, tak ada dosa bagi orang yang lupa. Karenanya, jika imam melakukan kesalahan di tengah pelaksanaan salat, bukan berarti salat berjamaah harus bubar.

Menurut ajaran Nabi Muhammad saw., jika imam salah dalam membaca ayat Al-Qur’an, makmum laki-laki mengucap tasbih dengan keras untuk mengingatkan: “Subhanallah”, dan dibacakan ayat yang benar. Apabila terjadi kesalahan gerakan atau jumlah rakaat, maka cukup dibaca tasbih agar imam menyadari kesalahannya. Bagi

Bab VII: Salat Berjamaah dan Munfarid 87

Lantas, bagaimana jika kasus yang terjadi adalah batalnya imam dari wudu atau tidak mampu melanjutkan salat karena suatu hal? Dalam kasus demikian, imam harus mundur, lalu salah satu makmum maju ke tempat imam untuk mengganti posisinya. Salat berjamaah pun dapat diteruskan sampai selesai, tak perlu mengulang dari awal.