• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPILASI AYAT

A. Pokok Kandungan Surat Al-Baqarah ayat

2. Tafsir Al-Misbah

Sebelum membahas ayat 247 disini akan dibahas ayat 246 terlebih dahulu dalam ayat 246 ini dipaparkan bahwa para pemuka Bani Israil

sesudah Nabi Musa, mereka berkata kepada seorang nabi “angkatlah

seorang raja untuk kami agar kami berperang di jalan Allah” (Shihab, 2002:624). Pemuka Bani Israil meminta agar diangkatnya seorang raja untuk memimpin kaumnya berperang di jalan Allah. Tetapi ketika sudah ditetapkan seorang raja untuk memimpin berperang kaum tersebut berpaling dan tidak mau melaksanakan karena takut kalah dengan musuh.

Mengapa Bani Israil takut sehingga tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya telah diusir dari kampung halaman dan dijauhkan dari anak-anak itu jawabannya (Shihab, 2002:624). Penyebab ketakutannya adalah sebab telah diusir serta dijauhkan dari anak istrinya. Pada akhir ayat mereka dicap zalim, karena kaum Bani Israil sendiri yang memohon dan menolak raja yang dipilih Allah, kaum Bani Israil memohon kemenangan walau tanpa berperang (Shihab, 2002:643).

Awalnya mereka meminta agar ditetapkan raja untuk memimpin berperang tetapi menolaknya jadi Allah mengecap kaum tersebut sebagai orang zalim. Dalam kisah ini, Bani Israel yang dulunya beriman kepada nabi karena ada suatu hal mengingkari dan menyembah berhala. Tidak melaksanakan hal-hal kebaikan lagi. Kemungkaran itulah yang menyebabkan Allah memberi pelajaran dengan cara mendatangkan musuh, membunuh, kudeta, dan juga merampas negaranya.

24

Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan mengenai Surat Al-Baqarah ayat 247 bahwa Nabi kala itu menyampaikan wahyu Ilahi sesungguhnya Allah telah memilih Thalut atas kamu dan melebihkan untuknya keluasan dalam ilmu serta keperkasaan dalam jasmani (Shihab, 2002:643). Menurut Tafsir Al-Misbah, untuk menjadi pemimpin yang baik itu ada dua syarat yaitu ilmunya luas dan sehat jasmaninya. Maksudnya pemimpin itu harus mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, tidak hanya ilmu pengetahuan umum saja tetapi ilmu agama juga harus dipahami oleh seorang pemimpin. berpengetahuan karena dengan pengetahuan tersebut pemimpin akan dengan mudah mengatur dan mengarahkan umatnya. Dengan keilmuan yang dimiliki seorang pemimpin akan terlihat kewibawaannya Karena dengan ilmunya dia dapat mengetahui keadaan umatnya. Kesehatan jasmani juga penting dimiliki oleh pemimpin, ketika memimpin dia dalam keadaan sakit maka tidak akan berjalan pemerintahannya. Kaum Bani Israil menolak Thalut dengan alasan, Thalut bukan keturunan bangsawan, fakir, dan juga tidak berkelapangan harta sedang para pemuka masyarakat itu adalah bangsawan secara turun-temurun dilain sisi Thalut juga tidak berkelapangan harta (Shihab, 2002:644). Karena alasan semacam itu Thalut di tolak untuk menjadi raja. Padahal menjadi raja bukanlah harta yang menjadi patokan. Keberatan kaum tersebut dibantah oleh Allah, dengan memberikan Thalut kelapanagan ilmu dan keperkasaan tubuh .

Tafsir Al-Misbah juga menjelaskan ketika akan memilih seorang pemimpin itu bukan didasarkan pada banyaknya harta yang dimilikinya,

25

keturunannya, atau bahkan popularitasnya. Menentukan pemimpin itu tidak mudah karena harus benar-benar memahami karakter dari pemimpin yang nantinya akan menjadi panutan atau tauladan bagi umatnya.

Setelah ayat 247 dibahas maka disini juga akan dihabas kandungan ayat 248, dalam ayat 248 dijelaskan bahwa masyarakat Bani Israil berkata bahwa ketenangan dari Allah itu datang apabila Tabut itu telah kembali pada kaum tersebut. Tabut adalah peti yang selalu dibawa kemanapuun berperang, yang ketika dalam perjalanan berperang dirampas oleh sekelompok orang (Sihab, 2002:645). Kaum Bani Israil akan tenang apabila Tabut yang terampas oleh musuh telah kembali kepadanya.

Konon isinya adalah lauh, yaitu papan berisikan tulisan sepuluh ayat, juga tongkat Nabi Musa a.s. dan beberapa pakaian, ayat ini juga membahas bahwa Tabut itu dibawa oleh malaikat yang menurut beberapa ulama Tabut turun antara bumi dan langit, kemudian diletakkakan ditangan Thalut (Sihab, 2002:645).

Jadi perbedaan penafsiran dalam Tafsir al-Misbah dengan al- Maraghi adalah di dalam Tafsir al-Maraghi kriteria menjadi seorang pemimpin ada empat yaitu berbakat, berilmu pengetahuan luas, bertubuh kuat, dan selalu berada dalam lindungan Allah swt. sedangkan dalam Tafsir al-Misbah dalam memimpin pemerintahan ada dua syarat ilmunya luas serta sehat jasmaninya.

26

B. Munasabah

Kata munasabah berasal dari kata

حثساُي ـ ةساُي ـ ةساَ.

Menurut etimologi Munâsabah berarti kedekatan dan kemiripan. Kemiripan tersebut bisa terjadi antara dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan bisa terjadi pada seluruh unsur-unsurnya atau bisa juga terjadi pada sebagian saja. Munasabah menurut terminologi adalah kecocokan, kepantasan, dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat, Munasabah bisa juga berarti kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-

Qur‟an baik pada surat maupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lainnya (Budiharjo, 2012: 39).

Munasabah dari segi bahasa bermakna kedekatan. Nasab adalah kedekatan hubungan antara seseorang dengan yang lain disebabkan oleh hubungan darah atau keluarga. Ulama-ulama Al-Qur‟an menggunakan kata Munâsabah untuk dua arti. Pertama, hubungan kedekatan antara ayat atau kumpulan ayat-ayat Al-Qur‟an satu dengan yang lainnya. Kedua, hubungan makna satu ayat dengan ayat yang lain, misalnya pengkhususannya, atau penetapan syarat ayat lain yang tidak bersyarat (Shihab, 2013:243-244). Ilmu munasabah yaitu menjelaskan korelasi atau hubungan antara suatu ayat dengan ayat lainnya, surat sebelum dan surat sesudah baik yang ada di belakang maupun yang ada di awal (Syadali &

Rofi‟i, 1997:168).

Munasabah yang akan dijelaskan penulis disini adalah Munasabah ayat yaitu hubungan antara surat Al-Baqarah ayat 247 dengan ayat lain

27

yang saling berkaitan, serta Munasabah surat yaitu antara surat Al-Baqarah dengan surat sebelumnya (Al-Fatihah) serta antara Surat Al-Baqarah dengan surat sesudahnya (Ali-Imran).

Dokumen terkait