• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Proses Magang

5.3.4. Tahap Konsep (Concept Plan)

Tahap ini merupakan proses dalam perumusan konsep awal pada tapak. Konsep desain pada proyek Menteng Park ini ditentukan oleh konseptor yaitu direktur OZ. Konsep dasar yang sudah didapatkan dikembangkan untuk tapak secara bersama dengan para staf. Konsep ini didapatkan dari hasil diskusi ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Orang yang melakukan diskusi ataupun pertemuan dengan klien ini adalah direktur ataupun project manager. Pada pengerjaan proses desain ini project manager tidak selalu diikutsertakan dalam pertemuan, namun hal yang terkait mengenai progress yang diminta oleh klien dapat diperoleh dengan project manager. Project manager mengatur perkembangan proyek yang sedang dikerjakan dan dibantu oleh tim untuk pengerjaannya.

Pada tahap ini dilakukan pemilihan ide desain yang akan mengangkat tema atau konsep dari desain lanskap Menteng Park ini. Konsep yang menjadi ide yang akan diterapkan pada tapak harus memiliki karakteristik yang kuat serta selaras dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Tahap konsep ini pihak OZ mendefinisikan kedalam beberapa hal yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proses desain seperti konsep dasar, design key drive, konsep desain, serta pengembangan konsep.

5.3.4.1. Konsep Dasar

Pada tahap proses desain di OZ ini mempertimbangkan keinginan dari pihak klien dan acuan yang telah ditentukan dari klien. Salah satu acuan yang diberikan klien untuk konsep Menteng Park adalah ketentuan 32 jumlah jenis vegetasi pepohonan yang digunakan, terkait dengan peresmian taman ini pada hari ulang tahun ke 32 PT. Jaya Real Property dalam mengembangkan wilayah Bintaro Jaya.

Konsep desain yang ini diperoleh dari diskusi yang dilakukan antara kedua belah pihak yaitu pihak OZ dan klien. Pihak klien mengemukakan tujuan pembangunan taman, keinginan untuk penggunakan di masa yang akan datang, tanaman dan lainnya. Pihak OZ pada proses ini berupaya untuk mengaplikasikan tema, konsep dasar, konsep desain yang sesuai dengan persepsi dan keinginan dari klien.

Konsep umum yang ada pada perancangan lanskap Menteng Park ini diperoleh dengan usaha untuk memaksimalkan potensi dan meminimalisir kendala. Konsep yang diterapkan pada tapak ini adalah konservasi pada lingkungan yang diwujudkan dalam suatu penghijauan pada tapak. Desain yang

Konsep Dasar Konsep Desain Design Key Drive

Pengembangan Konsep

diupayakan dapat menyeimbangkan sebagai wadah untuk beraktivitas masyarakat dengan keberlangsungan lingkungan yang dapat tetap terjaga. Fokus lingkungan merupakan konsep utama yang akan dilakukan pada tapak, sehingga dalam pengembangan konsep ini akan memberikan peningkatan kualitas kota, khususnya kawasan Bintaro Jaya. Konsep dasar ini merupakan suatu acuan yang akan digunakan untuk proses perancangan Menteng Park. Konsep dasar yang diperoleh adalah Conservation, Recreation, Education dan juga Landmark. Berikut ini penjelasan dari konsep dasar Menteng Park :

1) Konservasi

Sumber Ilustrasi: Dokumen Oemardi_Zain (2011)

Konservasi disini diwujudkan dalam penataan ruang luar yaitu Menteng Park menjadi salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tidak hanya berkontribusi untuk masyarakat tetapi juga dapat memiliki fungsi ekologis untuk lingkungannya. Sisi ekologis ini dari fungsi memperbaiki struktur tanah ataupun menjaga keutuhan badan air. Dalam mendesain Menteng Park ini memperhatikan estetika dan juga fungsi (daya guna). Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya, contohnya burung. Komposisi dan struktur vegetasi akan mempengaruhi jenis dan jumlah burung untuk melakukan aktivitasnya.

2) Rekreasi

Aktivitas berwawasan lingkungan (penyediaan nametag pada setiap jenis pohon), kesehatan, pendidikan, sosial, dan juga komersial. Dalam hal kesehatan, Menteng Park menyediakan ruang dan fasilitas atupun alam

yang dapat mengakomodasikan masyarakat untuk bergaya hidup sehat. OZ memiliki kriteria desain yang dapat dijangkau oleh segala usia sehingga dalam pemilihan elemen taman, digunakan bentuk dan material yang dapat memudahkan untuk pengguna.

3) Edukasi

Penyediaan suatu arboretum, orchard, lapangan olahraga, yang dapat mendukung proses belajar. Proses belajar ini diwujudkan dalam taman dengan desain dan isi yang menarik sehingga masyarakat dapat mengurangi kehidupan mall. Fokus utama dalam taman ini adalah hubungan frontal ke sungai, masyarakat sebagai user dapat menjaga keberlangsungan sungai yang ada dalam tapak. Edukasi diperoleh dari interpretasi secara langsung antara manusia dengan alam.

Sumber : Ilustrasi Dokumen Oemardi_Zain (2011)

Gambar 23. Images Precedent Rekreasi.

Sumber ilustrasi: Dokumen Oemardi_Zain (2011)

4) Landmark :

Landmark yang juga dapat menjadi identitas kota, menjadikan suatu unique symbol untuk suatu karakter kota yang bersifat dinamis, atupun menciptakan suatu elemen desain dengan visibiltas yang tinggi. Landmark yang terdapat pada Menteng Park ini berupa wall climbing dan shade sail. Wall climbing ini tidak hanya sebagai fasilitas olahraga namun juga dengan desain yang menarik sehingga menjadi point of view dan menjadikan wall climbing ini sebagai landmark pada taman tersebut. Shade sail dengan bentukan yang unik ini bisa menjadi daya tarik pada lokasi Bintaro Jaya ini.

5.3.4.2. Design Key Drive

Keunikan dari konsep Menteng Park dibandingkan dengan proyek OZ lainnya adalah Design Key Drive. Kunci dalam proses desain yang akan diterapkan dalam tapak sehingga akan memperkuat konsep yang diterapkan dalam tapak. Design Key Drive terdiri dari beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan desain diantaranya adalah :

1. Culturally and Naturally Inspired : inspirasi desain yang didapat dari natural dan budaya. Inspirasi desain taman ini dari bentukan alam yaitu jatuhan air. Penggunaan garis organik pada desain memperkuat kesan natural.

2. Social Inclusive : taman kota yang tidak bersifat eksklusif, dapat digunakan publik. Menteng Park ini adalah taman yang berlokasi pada

Sumber Ilustrasi: dokumen Oemardi_Zain (2011)

area pemukiman Bintaro Jaya, namun peruntukannya untuk masyarakat Bintaro secara luas.

3. Animating : desain dengan menggunakan pola yang unik pada tapak, pola material, dan desain elemen taman yang menarik. Hal ini diterapkan pada tapak agar user tidak merasa jenuh dengan kondisi taman yang monoton. 4. Pedestrian Friendly : aksesibilitas yang nyaman, dapat diakses oleh user

dengan mudah dan keamaan yang diperhitungkan. Menteng Park ini terdapat pedestrian yang dapat digunakan oleh penyandang cacat atau segala jenis umur dengan adanya ramp, dan railing pada pedestrian tersebut.

5. Comfortable : tapak yang dijadikan sebagai Menteng Park dapat memberikan kenyamanan untuk user. Kenyamanan berupa site furniture atau fasilitas taman sesuai dengan ukuran standar yang berlaku. Pengunjung dapat mengaktualisasi diri di dalam taman.

6. Eco Friendly : elemen taman yang ramah lingkungan, eco-friendly dapat diwujudkan dengan mengurangi luasan bidang yang menggunakan perkerasan, mengurangi ataupun sama sekali tidak menggunakan bahan kayu sebagai material, dan juga membuat resapan air yang dapat berguna untuk mengembalikan air ke dalam tanah (menyerap limpasan air ataupun menyalurkan kelebihan air tersebut kedalam saluran drainase utama kota). 7. Dynamic : permainan desain dengan memperhatikan prinsip desain yang

ada, dinamis disini dapat diwujudkan dengan permainan warna, level dan lainnya.

8. Cost Effective : menggunakan standar ukuran untuk pembuatan elemen taman (luas pedestrian yang berdasarkan standar ukuran untuk satu jalur atau dua jalur), pembelian tanaman tidak dalam ukuran tanaman yang besar, dan natural saving (pengurangan perkerasan akan berefek untuk mengurangi pembuatan saluran drainase, karena air akan langsung terserap kedalam tanah).

9. Timeless : menciptakan suatu desain yang akan diterapkan dalam tapak dengan konsep yang kuat sehingga sepanjang waktu taman tersebut akan

tetap dapat digunakan sepanjang waktu (dalam jangka waktu yang panjang).

Design key drive ini sebagai digunakan untuk acuan dalam bentukan desain yang diterapkan dan keunggulan dari konsep Menteng Park dibandingkan dengan proyek OZ lainnnya.

5.3.4.3. Adaptasi Bentuk Desain

Adaptasi bentuk desain yang diterapkan pada tapak ini adalah bentuk tumpahan air. Pemilihan bentuk tumpahan air menyesuaikan pada tujuan yang akan dicapai dengan adanya konsep konservasi badan air yaitu sungai. Pola ini dikembangkan sehingga mendapat bentukan pada tapak yang menarik.

5.3.4.4. Pengembangan Konsep

Pada Pengembangan desain selanjutnya dilakukan untuk melengkapi desain berdasarkan keinginan dari owner. Faktor yang mempengaruhi perubahan desain Menteng Park adalah pencapaian desain yang ideal, keputusan dari pihak klien serta efisiensi dari segi pendanaan. OZ mengutamakan pembuatan desain mengacu pada keinginan klien. Pengembangan ini merupakan keberlanjutan dari konsep yang ingin dicapai dari suatu desain yang dibuat.

a) Konsep Zona

Pada tapak zona dibagi menjadi area A yang meliputi Entry Statement dan Commercial Area, area B yaitu promenade, area C (Plaza), area D (Entertaiment Stage dan Open Lawn), area E (Arboretum), area F (Parking), dan area G (Green Perimeter). Commercial area ini merupakan penyedia fasilitas berupa kantin sebagai pendukung dari keberadaan kantin ini terdapat promenade dengan penyediaan sunbrella untuk pengunjung taman. Entertainment stage ini

Sumber : Oemardi_Zain (2011)

Gambar 27. Pembagian Zona pada Tapak (Final).

dipergunakan untuk pertunjukkan ataupun acara yang bersifat insidental. Green perimeter berfungsi sebagai border terhadap area yang cukup curam kearah sungai pada Menteng Park untuk keamanan dan keselamatan bagi pengguna.

Sumber : Oemardi_Zain (2011)

Zona yang telah terdapat pada Menteng Park ini kemudian dilakukan penentuan dalam ukuran luasan berdasarkan pengguna. Pada Tabel 7 terdapat pembagian luasan pembagian zona dalam Menteng Park.

Tabel 7. Pembagian Zona pada Tapak.

Menteng Park memiliki luasan untuk penghijauan lebih besar agar masyarakat Bintaro Jaya dapat menikmati lingkungan yang sehat dan mendapatkan kesan natural pada tapak. Pada setiap zona ini kemudian akan dibagi

No. Zona pada Tapak Luasan

1. Entry Statement & Commercial Area 75.12 m2

2. Promenade 105.4 m2

3. Arboretum 590.37 m2

4. Entertainment stage & Open Stage 331.96 m2

5. Parking 157.94 m2 7. Green Perimeter 304.33 m2 Tanpa Skala A B D D E E F F C

menjadi beberapa fasilitas menurut kebutuhan dalam tapak tersebut. Pembagian ruang dapat dilihat pada Tabel 8.

No. Zona pada Tapak Fasilitas Aktivitas

1. Entry Statement & Commercial Area

A. Drop Off

B. Café

- welcoming, menurunkan penumpang.

- Makan dan Minum

2. Promenade C. Promenade

D. Promenade Caffe

- Seating, Bermain, Gathering.

- Makan dan Minum 3. Arboretum E. Arboretum - Koleksi dan Pembelajaran

Tanaman. 4. Entertainment stage

& Open Stage

F. Shade Sail

G. Terrace

H. Pathway

I. Children Palyground

J. Biillboard & Wall Climbing

K. Reflexiology Path L. Jogging Track - Pertunjukkan Musik, Drama, dll. - Sitting. - Olahraga - Relaksasi - Berjalan-jalan - Bermain - Gathering 5. Parking M. Bicycle parking

N. Parking

- Parkir Sepeda - Parkir Kendaraan

7. Green Perimeter O. Green perimeter -Membatasi Tapak dengan sirkulasi jalan kenadaraan.

8. P. Timber Bridge Q. Timber Deck - Jalan-jalan - Sitting - Bermain -Gathering

Tujuan desain yang dibuat OZ untuk Menteng Park adalah taman yang dapat digunakan oleh masyarakat dari segala jenjang umur. Taman ini memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat. Berikut ini pada Tabel 9 terdapat fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan masyarakat dari segala jenjang umur.

b) Konsep Sirkulasi

Sirkulasi pada tapak ini dibagi menjadi 3 yaitu primer circulation, secondary circulation dan perimeter circulation. Sirkulasi primer merupakan akses utama untuk menuju tapak taman dari area pelayanan, melewati area komersial berupa cafe dan promenade menggunakan jembatan penghubung ke area plaza. Secondary circulation (sirkulasi sekunder) mencangkup aksesibilitas dalam taman yang tersedia untuk digunakan bagi pejalan kaki. Pembagian sirkuasi pada Menteng Park dapat dilihat pada Gambar 28.

No. User Fasilitas

1. Umum - Jalur Sirkulasi

- Lapangan rumput - Plaza (Promenade) - Open Stage (Shade Shail) - Terrace

- Arboretum

2. Manula - Reflexiology Path

3. Dewasa dan Remaja - Wall Climbing

4. Anak-Anak - Children Playground

Tabel 9.Fasilitas Rekreasi dan Pengguna.

Sumber : Oemardi_Zain (2011)

Gambar 28. Konsep Sirkulasi. Tanpa Skala

Penyediaan pedestrian terdapat di seluruh bagian tapak. Hal ini untuk mengakomodasi masyarakat untuk mengakses fasilitas dan jalur masuk ataupun keluar di taman. Pada tapak dikondisikan untuk bebas kendaraan, jalur kendaraan hanya terdapat pada area parkir dan entrance. Sistem sirkulasi menghubungkan suatu area ke area lainnya untuk menunjang kegiatan yang ada di suatu tapak. Dua hal utama yang harus diperhatikan dalam merancang sistem sirkulasi adalah penyesuaian dan penyusunan terhadap ruang tersedia, serta penyusunan dari suasana dan pemandangan yang akan dinikmati.

c) Konsep Softscape

Konsep pemilihan vegetasi disesuaikan dengan konsep arsitektural yang telah diterapkan pada Menteng Park ini. Pemilihan jumlah jenis tanaman yang digunakan menunujukkan simbol dari Bintaro Jaya yang sudah mencapai 32 tahun berdiri untuk mengembangkan kawasan Bintaro menjadi area pemukiman yang ideal. Penataan ruang hijau yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu area dalam merepresentasikan fungsinya.

Menurut Booth (1983), pembuatan konsep plant material dilakukan di awal desain sebagai kesatuan yang mengintegrasikan antara bentuk tapak, bangunan, perkerasan, dan struktur tapak. Plant material dalam proses desain ini dapat digunakan sebagai pencampuran variabel dan menciptakan desain visual yang terdiri dari ukuran bentuk, warna, dan tekstur.

Penataan dalam penanaman vegetasi ini didasarkan dalam beberapa pertimbangan yaitu fungsi dalam suatu perancangan (penaung, pengarah, pembatas, dan lainnya) dan lingkungan. Fungsi tersebut dapat dilihat dari klasifikasi fisik pada bentuk tajuk pohon. Bentuk tersebut yang dapat menunjang fungsi vegetasi pada tapak.

Sumber Ilustrasi : Grey dan Deneke (1978)

Secara umum, komposisi tanaman yang digunakan terdiri dari beragam jenis tegakan pohon, semak, tanaman penutup tanah (ground cover) dan juga rumput. Pemilihan tanaman ini juga berpotensi sebagai konservasi air dan juga bahan edukasi dengan dibentuknya suatu arboretum mini untuk wadah pembelajaran pengguna untuk mengenal jenis tanaman. Vegetasi pada Menteng Park ini dibagi menjadi 2 jenis seperti tegakan pohon, semak dan ground cover, Berikut ini merupakan kategori untuk tegakan pohon yang dibedakan menjadi empat kategori yaitu :

1. Tanaman Aksen Berbunga

Penggunaan tanaman ini bertujuan menambah daya tarik bagi pengunjung pada tapak dengan adanya bunga pada tanaman, selain itu keindahan yang didapat dari hadirnya tanaman aksen berbunga. Tanaman tersebut diantaranya pohon kweni (Mangifera odorata), tabebuia (Tabebuia palida), kamboja (Plumeria rubra), bintaro (Cerbera odollam), flamboyan (Delonix regia), dan juga cempaka (Michelia champaca). 2. Tanaman sebagai peneduh pada tapak

Penggunaan tanaman ini berfungsi sebagai tanaman peneduh untuk kenyamanan pengguna (user) dalam beraktivitas di dalamnya. Tanaman peneduh yang digunakan dalam Menteng Park ini diantaranya adalah sonokeling (Dalbergia latifolia), lengkeng (Nephelium longanum), jambu mawar (Syzigium jambos), nagasari (Mesua ferrea), dan lainnya. Adapun vegetasi yang dijadikan tanaman peneduh utama yaitu sengon (Albizzia falcataria) dan trembesi (Samanea saman).

3. Tanaman sebagai aksen arsitektural

Tanaman yang digunakan ini memiliki bentuk arsitektural tertentu sehingga memiliki keunikan atau ciri khas tertentu pada tapak. Tanaman yang digunakan dalam taman ini adalah damar (Agathis damara), pulai (Alstonia scholaris), ketapang kencana (Terminalia mantaly), dan lainnya. 4. Tanaman langka

OZ mengklasifikasikan beberapa tanaman kedalam tanaman langka. Tanaman langka ini agar dapat memperkenalkan pada pengguna tapak sebagai tujuan bahan edukasi. Tanaman yang digunakan diantaranya

adalah kemang (Mangifera caesia), menteng (Baccaurea racemosa) yang juga sebagai nama dari taman kota ini, malaka (Phyllantus emblica) dan burahoi (Stelechocarpus burahoi).

Panel tanaman memperjelas kepada klien mengenai jenis spesies yang digunakan, bentuk tajuk, ukuran pohon, warna serta kategori tanaman yang dibuat oleh OZ. Jenis tanaman ini diajukan untuk diterapkan kedalam Menteng Park dan keputusan persetujuan penggunaan tanaman ada pada pihak PT Jaya Real Property.

Sumber : Oemardi_Zain, 2011

Semak dan groundcover digunakan pada area tapak Menteng Park merupakan jenis semak yang mudah dalam pemeliharaan. Semak ini dibedakan menjadi 3 kategori diantaranya adalah :

1. Semak Berdaun Indah

Pada kategori ini semak memiliki keunikan daun dari segi warna maupun bentuk sehingga dapat menjadi daya tarik pengunjung serta menambah keindahan pada tapak.

2. Semak Berbunga

Semak yang dipilih yaitu semak pada waktu tertentu ataupun sepanjang tahun dapat berbunga. Tanaman yang masuk dalam kategori ini diantaranya adalah kemuning (Murraya paniculata), crossandra (Crossandra infundibuliformis), pisang hias (Heliconia psittacorum ‘Lady Di’), impatiens (Impatiens wallerana) dan lainnya.

3. Semak Aksen

Tanaman semak yang memiliki aksen tertentu sehingga menjadikan tanaman ini dapat mudah dilihat atau diketahui oleh pengunjung dari perbedaan bentuk, warna ataupun lainnya. Tanaman yang digolongkan pada kategori ini adalah beberapa jenis tanaman philodendron (Philodendron selloum dan Philodendron ‘Gold’).

Tanaman penutup tanah (groundcover) tidak termasuk kedalam daftar 32 jenis tanaman yang digunakan pada Menteng Park ini. Pemilihan jenis tanaman ini adalah dari segi ketahanan, perawatan yang tidak intensif ataupun berdasarkan tanaman yang sudah sering digunakan pada beberapa proyek sebelumnya. Tanaman yang dipakai untuk groundcover ini merupakan jenis rerumputan dan beberapa tanaman yang memiliki tinggi hingga 15 cm, diantaranya adalah rumput peking (Agrotis canina), rumput gajah (Axonopus compressus), serta impatiens (Impatiens balsamina dan Verbena purple).

OZ menerapkan konsep panel tanaman sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Booth (1989) untuk mempermudah dalam pemilihan tanaman sekaligus mepresentasikan suatu gambaran dalam desain. OZ memiliki planting strategy tidak hanya dalam pemilihan jenis tanaman namun juga dalam pola penanaman pada desainnya. Ciri khas dan salah satu strategi dari desain OZ ini

adalah menggunakan tanaman semak yang ditanam secara massal dalam panjang atau luasan tertentu sehingga terdapat suatu keseragaman pada desain. Selain itu, konsep penanaman secara massal dapat mempermudah dalam hal pemeliharaan tanaman tersebut.

Sumber : Oemardi_Zain (2011)

d) Konsep Hardscape

Konsep Hardscape ini terdiri dari site furniture, fasilitas dan jalur sirkulasi. Site Furniture terkait dengan titik peletakan pada taman ini mempengaruhi kenyamanan pengguna pada tapak serta dapa memperindah taman. Penentuan lokasi tempat untuk furniture ini adalah lokasi yang dapat mudah dijangkau, tidak membahayakan pengguna taman, menghasilkan kenyamanan

bagi pengguna, dan juga mudah dalam hal pemeliharaan sehingga kualitas dari site furniture tetap memenuhi standar bagi suatu taman. Selain itu, hal yang penting dalam penerapan site furniture ini adalah kesesuaian dengan tema tapak. Ukuran dari site furniture yang digunakan harus sesuai dengan ukuran penggunanya (ergonomis). Desain sirkulasi mengikuti bentukan tapak dan menggunakan material yang memiliki ketahanan yang baik. OZ melakukan studi bentuk dalam menentukan bentukan dari site furniture dan fasilitas yang akan diterapkan pada tapak.

Sumber Ilustrasi : Oemardi_Zain (2011)

Dokumen terkait