• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

B. Hasil Penelitian Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karta Tunai di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle

2. Tahap Pengkapasitasan

Pengkapasitasan atau “capacity building” artinya memampukan masyarakat sehingga Masyarakat Desa merasa di berdayakan dengan memberikan hak dan kekuatan kepada mereka untuk melakukan segala kegiatan atau program-program pembangunan yang telah di tentukan oleh pemerintah setempat, pengkapasitasan disini cara untuk melihat kapasitas masyarakat agar kedepannya mereka bisa berpartisipasi sepenuhnya dalam pelaksanaan program padat karya tunai sebagai upaya untuk memberdayakan diri mereka sendiri. Aturan yang dibuat pemerintah

li

desa membuat masyarakat merasa nyaman dan tidak merasa terpaksa dalam pekerjaan padat karya tunai dimana kepala desa menyerahkan semua proses pelaksanaan kegiatan kepada kepala dusun dan masyarakat setempat apalagi masyarakat yang berprofesi sebagai tukang.tidak hanya itu pemerintah desa juga tidak mengurus masalah upah/gaji yang diberikan kepada masyarakat yang telah ikut dalam pekerjaan padat karya tunai, pemerintah desa hanya menetapkan jumlah gaji yang akan diberikan kepada masyarakat selepas dari itu kepala desa sudah tidak ikut campur lagi.Untuk lebih lanjutnya penulis melakukan wawancara dengan informan selaku pak desa tongkonan basse kecamatan masalle kabupaten enrekang yang mengatakan bahwa:

“Mutlak kalau disini karena apalagi upah yang dihasilkan dari kegiatan itu dikasi masuk di masjid dan tidak ada yang menerima secara pribadi tapi pak dusun tetap membuatkan daftar kerja untuk masyarakat secara berkelompok misalnya hari ini kelompok A besoknya lagi kelompok B dan seterusnya” (wawancara AR, Tanggal 5 juli 2019)

Dari pendapat yang telah disampaikan di atas bahwa Pada pelaksanaan program padat karya tunai semua masyarakat turut andil dalam pekerjaan program ini dan mereka telah sepakat bahwa upah/uang yang dihasilkan dari pekerjaan padat karya tunai ini disepakati untuk dimasukkan ke kas umum /kas masjid setempat untuk keperluan bersama kedepannya.

Hal senada disampaikan oleh informan lain selaku Pak Dusun di Desa Tongkonan Basse yang mangatakan bahwa:

“kalau di bilang ikut serta tidak semua masyarakat ikut dalam pengerjaan ini hanya sebagian yang ikut itupun masyarakat yang ikut tidak hadir secara rutin ituji saja na hadir kalau pertama sekali akan di lakukan itu pembangunan tapi kecuali yang tukang iyaa dia ikut terus ji malahan sampai selesai itu pembangunan”(Wawancara SLH,Tanggal 22 juli 2019)

lii

Adapun pendapat lain yang di sampaikan oleh informan selaku masyarakat bahwa:

“Iyee, kalau kami masyarakat disini kalau ada kegiatan program seperti itu ikutji cuman sebagian ji yang tidak ikut jadi kami yang ikut dalam pengerjaan kami sudah sepakat itu hasil di kasi masuk saja ke masjid jadi kalau ada nanti keperluan yang dibutuhkan bersama tinggal itu mi saja di pake karena sudah sepakat semuami untuk kasi masuk di masjid hasilnya dan mengenai ini pak desa tidak campur tangan lagi masalah ini karena ini kesepakatan antara kamiji dan itu juga tidak sehari-hari ji kami ikut kerja karena kami juga pergi di kebun mengurus kebun kami”

(Wawancara SPR, Tanggal 15 juli 2019)

Sehubungan hasil wawancara di atas menyatakan bahwa tidak semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam program pembangunan padat karya tunai di Desa Tongkonan Basse hanya sebagian yang berpartisipasi karena mereka lebih memilih untuk bekerja dikebun masing-masing dan untuk masyarakat yang ikut dalam pekerjaan padat karya tunai itu sudah sepakat bahwa hasil yang didapat dari padat karya tunai akan di masukkan ke dalam kas umum masjid untuk digunakan nantinya ketika ada kebutuhan mendadak yang dibutuhkan dan masyarakat yang berpartisipasi tidak hadir secara rutin karena mereka juga harus merawat dan bekerja di kebun masing-masing.

Hal senada juga disampaikan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai tukang yang mengatakan bahwa:

“Kalau sya liat2 pada saat pengerjaan tidak semua warga disini ikut hanya beberapaji yang ikut itupun juga ikut pas hari pertamanya pengerjaan, tidak seperti kami yang memang pekerjaanya sebagai tukang kalau itu kami hari-hari ikut sampai selesai pembangunan disini”

(wawancara KND, Tanggal 1 Agustus 2019)

Dari pendapat yang telah di sampaikan di atas jika Dari segi keikutsertaan masyarakat dalam pengerjaan program padat karya tunai di Desa Tongkonan

liii

Basse tidak semua masyarakat ikut serta dalam proses pengerjaan pembangunan kecuali masyarakat yang memang berprofesi sebagai tukang atau kulibangunan, masyarakat yang ikut dalam proses pengerjaan program ini hanya berpartisipasi satu hari saja bertepatan dimulainya proses pengerjaan pembangunan program padat karya tunai di Desa Tonggonan Basse tetapi yang berprofesi sebagai tukang berpartisipasi setiap harinya sampai pengerjaan pembangunan selesai.

Adapun pendapat lain dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Tongkonan Basse yang mengatakan bahwa:

“Kalau respon masyarakat iyaa masyarakat ikut semuaji pada saat pengerjaan program ini, tapi kalau masalah terima atau tidaknya itu tergantung dari masyarakat itu sendiri karena saya sebagai pemerintah desa hanya mengumumkan di masjid agar masyarakat ikut semua dalam proses pelaksanaan program ini, mengenai masalah upah mereka juga telah berdiskusi jika upah itu di masukkan saja kedalam kas masjid untuk kepentingan bersama dan tidak ada sama skli paksaan dri saya bahwa semua upah harus dimasukkan ke dalam masjid itu adalah kesadaran dari mereka sendiri, dan sudah itu sya sudah lepas tangan masalh uang itu mau dipake untuk apa sya jga tidak tahu kalau masalah itu”

(Wawancara AR, Tanggal 5 juli 2019)

Berdasarkan hasil waancara diatas menyatakan bahwa Masyarakat cukup merespon adanya program padat karya tunai ini karena bisa dilihat dari keikutsertaannya dalam proses pelaksanaannya dan mengenai masalah proses pengerjaannya pak desa menyerahkan semuanya ke pak dusun bagaimana keputusan yang dihasilkan dari diskusi antara masyarakat, dan mengenai masalah pembagian upah pemerintah desa tidak campurtangan akan hal itu karena dimana masyarakat sudah sepakat bahwa hasil upah yang didapatkan akan di masukan kedalam kas umum masjid untuk keperluan kedepannya.

liv

Hal senada di sampaikan oleh pak dusun desa tongkonan basse yang mengatakan bahwa:

“oiye alhamdulillah na respon sama na terima dengan baik ji semua masyarakat ini pembangunan yang sudah di bangun di sini karena kan itu semua untuk mereka ji dan na nikmati semuaji apalagi itu yang jalan tani sangat membantu untuk masyarakat di sini”

(wawancara AB,Tanggal 5 juli 2019)

Dari pendapat di atas Dapat dilihat bahwa dengan adanya program padat karya tunai di Desa Tongkonan Basse ini sangat di respon dan di terima baik oleh masyarakat setempat karena dengan adanya pembangunan padat karya tunai di Desa Tongkonan Basse sangat membantu terutama dalam aktifitas masyarakat ke kebunnya masing-masing.

Sama halnya dengan pendapat yang disampaikan di atas muncul pendapat lain yang mengatakan bahwa:

“Kami merespon baik ji program ini karena dengan adanya program ini cukup membantu kami terutama masalah jalan tani kekebun dan alhmdulillah program ini di terima semua ji masyarakat disini karena begitu mi sya bilang tadi dengan adanya pembangunan begini sangat membantu dan mempermudah aktifitas masyarakat di desa ini”

(Wawancara SPR, Tanggal 15 juli 2019)

Melihat tanggapan diatas di Desa Tongkonan Basse ini masyarakat merespon baik dan menerima dengan baik adanya program padat karya tunai ini karena mereka merasa sangat terbantu apalagi jalan-jalan tani rata-rata sudah di lakukan pengecoran jadi dapat mempermudah dan menperlancar aktifitas masyarakat keluar masuk kebun apalagi pada saat panen itu sangat mempermudah.

lv

“Kalau pembangunan yang sudah selesai itu seperti pengecoran jalan tani, pembuatan talud jalan, pembuatan rainase dan pembangunan pustu tapi masih ada ji juga jalanan tani yang belum selesai di cor dan ada juga pembuatan jamban umum kalau itu sementara di buatmi dan belumpi di gunakan tapi kalau yang lainnya di nikmati semuami”

(wawancara SPR, Tanggal 15 juli 2019)

Adapun bentuk pembangunan program padat karya tunai di Desa Tongkonan Basse berupa pemngecoran jalan-jalan tani, pembuatan talud jalan, pembuatan rainase, pembangunan pustu dan pembuatan jamban umum/gratis

Hal senada juga yang dikemukan bahwa:

“Menurut saya masyarakat cukup merespon program ini karena jika tidak merespon, masyarakat tidak ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini meskipun hanya sebagian yang ikut tapi tetap masyarakat merespon baikji yang masalah na terima jelas kami terima program ini karena bagi saya program ini dapat membatu perekonomian keluarga saya yang biasanya saya hanya menerima uang dua minggu sekali bisa juga seminggu sekali itupun juga kalau panen dikebun sedangkan dengan adanya program ini saya dapat menerima uang sehari-hari dan menurut saya itu sangat membantu”(Wawancara KDN, Tanggal 1 Agustus 2019) Melihat respon masyarakat mengenai adanya program ini masyarakat cukup merespon baik program padat karya tunai ini apalagi bagi masyarakat yang berprofesi sebagai tukang program ini sangat membantu dalam pendapatan perekonomian sehari-harinya yang tadinya biasanya hanya berpenghasilan seminggu sekali bahkan bisa dua minggu sekali jika adanya panen atau hasil dari tanaman di kebun tapi dengan adanya program ini mereka bisa berpenghasilan sehari-hari dan bisa memenuhi kebutan sehari-harinya.

Adapun jawaban lain seperti:

“Kalau panen tomat itu biasanya di panen 1-2 kali dalam seminggu kalau harga tomat mahal kita biasa dapat 300 ribu perkeranjang tapi kalau murah biasa na kenna 50 ribu 1 keranjang tapi kalau sayur sayur na kenna lagi hama tidak banyak hasilnya lagi dan biasa tdk ada di panen, selama saya

lvi

ikut dalam pengerjaan padat karya tunai ini saya dapat gaji Rp. 110 perharinya dan alhamdulillah itu sangat membantu”

(wawancara KND, Tanggal 1 Agustus 2019)

Dari hasil wawancara di atas bahwa Penghasilan masyarakat biasanya di lihat dari seberapa banyak panen hasil kebun dalam seminggunya dan biasanya dapat panen 1-2 kali dalam seminggunya jika harga sayuran tinggi maka pendapatan meraka juga banayak dan begitupun sebaliknya dan bahkan jika semua tanaman terserang penyakit atau diserang hama biasanya tidak ada sama sekali yang bisa di panen atau dihasilkan dari taman dikebun tapi dengan adanya program padat karya tunai ini masyarakat dapat berpenghasilan sehari-harinya.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan mengenai tahap pengkapasitasan dalam proses pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai menunjukan bahwa Masyarakat Desa Tongkonan Basse merespon baik adanya program padat karya tunai akan tetapi hanya sebagian yang ikut berpartisipasi dan sebagiannya lebih memilih untuk berkebun dan upah yang di dapatkan yaitu Rp.100-110 per harinya dan masyarakat yang ikut dalam pekerjan padat karya tunai telah sepakat bahwa upah yang didapatkan akan dikumpulkan dan dimasukkan ke kas umum/masjid untuk keperluan kedepannya adapun bentuk-bentuk pembangunan padat karya tunai yaitu pengecoran jalan tani, pembangunan talud jalanan, pembuatan rainase, pembangunan pustu (puskesmas pembantu) dan pembuatan jamban umum

Dokumen terkait