• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINATOR I dr Yeremia H Sirait

APOTEK Sumihar

4.3 Proses Pengembangan Model Family Centered Care Bagi Caregiver Yang Merawat Pasien Stroke Di Rumah Wilayah Kerja Puskesmas

4.3.3.1 Tahap 7: Reflecting (25 Oktober 2016)

Kegiatan yang dilakukan pada siklus 3 tahap 7: reflecting adalah: 1) evaluasi siklus 2 proses kegiatan tentative pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia, 2) penyebaran kuesioner family centered care dan pengkajian status menelan, dan 3) post conference.

Evaluasi proses kegiatan tentative model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah

Evaluasi siklus 2 proses kegiatan tentative model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia di rumah didapatkan hasil yaitu: aplikasi pengkajian latihan menelan dan panduan latihan menelan

sudah berjalan mulai tanggal 03 Oktober sampai dengan 25 Oktober 2016, dan selama caregiver mengaplikasikan sudah dilakukan observasi oleh peneliti, berdasarkan hasil observasi peneliti, caregiver sudah mampu untuk menerapkan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan di rumah. Kendala yang dihadapi hanya masalah caregiver yang belum terbiasa melatih pasien stroke panduan latihan menelan di rumah, dikarenakan latar belakang pendidikan keluarga pasien tersebut, dan caregiver dalam melatih tentang latihan menelan tetap membaca dan melihat modul yang diberikan dikarenakan caregiver takut akan ada salah satu gerakan yang tidak sesuai dengan panduan yang diberikan.

Peneliti dan tim Puskesmas Simalingkar telah menyediakan semua format yang dibutuhkan untuk mendukung penerapan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan yang diberi keterangan gambar sehingga caregiver dan pasien stroke gangguan disfagia mudah untuk memahami dalam mempraktekkannya.

Proses aplikasi dan observasi berjalan sesuai dengan rencana, seluruh perawat Puskesmas sudah memahami pengkajian dan panduan latihan menelan dan menerapkannya di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar. Pada hasil rapat dalam melakukan latihan menelan di karenakan kondisi tubuhnya pasien stroke yang mengalami paralisis. Berdasarkan temuan tersebut tim dan peneliti menganjurkan kepada caregiver untuk mengkaji status menelan dan latihan menelan dilakukan dengan kondisi berbaring ditempat tidur.

Dampak aplikasi family centered care akan dievaluasi melalui post conference yang dilakukan melalui focus group discussion (FGD) dengan perawat

Puskesmas dan caregiver yang telah ikut serta dalam aplikasi family centered care di Puskesmas Simalingkar, FGD dilakukan pada tanggal 2 November 2016. Proses kegiatan aplikasi family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia dilakukan monitoring dan evaluasi (MONEV) oleh peneliti dan format MONEV sudah disiapkan oleh tim.

Penyebaran kuesioner family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke

Proses penyebaran kuesioner family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia dilakukan pada tanggal 02 November 2016. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk melihat dampak dari penelitian action research pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia. Dampak dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan menelan pasien stroke.

Hasil penyebaran kuesioner family centered care post test didapatkan data bahwa sebanyak 31 orang partisipan (100%) merasa baik dalam pelaksanaan family centered care yang dilakukan selama ini oleh perawat Puskesmas Simalingkar. Hasil penyebaran format pengkajian status menelan didapatkan data bahwa sebanyak 31 orang pasien (100%) masuk dalam kategori normal status menelan yang dilatih oleh caregiver di rumah selama ini.

Post conference

Kegiatan yang dilakukan pada tahap reflecting adalah melakukan focus group discussion (FGD), yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 02 November 2016, bertempat diruang KIA Puskesmas Simalingkar yang dihadiri 3 perawat dan

3 caregiver. Terdapat 3 tema yang diperoleh berdasarkan refleksi para partisipan perawat pelaksana selama menerapkan pengkajian status menelan dan latihan menelan yaitu: 1) manfaat aplikasi family centered care, 2) kelebihan atau pendukung aplikasi family centered care , 3) hambatan dalam aplikasi family centered care.

Manfaat aplikasi family centered care

Kegiatan FGD yang dilakukan pada partisipan perawat Puskesmas, didapatkan beberapa manfaat yang dirasakan yaitu mementingkan keluarga, sistem kolaborasi, melibatkan keluarga, hemat biaya, melakukan sendiri, mengontrol kondisi pasien, pasien tidak berobat lagi keluar, bisa merawat di rumah, modal pengetahuan yang diajarkan, percaya diri, kerjasama, sharing informasi, gak perlu bolak-balik kerumah sakit, caregiver lebih mengerti, memberdayakan caregiver, mampu mengajarkan pasien stroke dirumah, keluarga mampu untuk mandiri, keluarga mengetahui keberhasilan pasien, terbina hubungan yang baik, meringankan beban kerja perawat, ada kepuasan tersediri, mengurangi angka kesakitan pada pasien, tujuan akhir tercapai, perawatan yang berkualitas, yang tidak tahu menjadi tahu, meminimalkan konflik, memperjelas masalah, mempermudah dalam memberikan pelayanan keperawatan, masukan ilmu, pasien menjadi semangat, dihargai, diperhatikan, perubahan dipasien langsung kelihatan, pasien terbantu. Manfaat tersebut dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

“Menurut pendapat saya mengenai penerapan family centered care dipuskesmas membangun sistem kolaborasi antara perawat dengan family untuk mengontrol kondisi pasien jadi dia tidak lagi terapi di luar lagi

melainkan bisa melakukan sendiri dirumah atau merawat pasien itu sendiri dirumah...” (partisipan 1, L 38).

“Pandangannya saya manfaat dari penerapan family centered care ya sangat perlu karena kita perlu juga komunikasi ke saudaranya atau family pasien sehingga nantikan terbangun kerjasama ada sharing informasi antara perawat dan caregiver untuk membantu pasien itu tadi. Sangat perlu kita bangun komunikasi kemudian nanti kalau si pasienlah contohnya kan nggak perlu lah bolak balik dibawa ke rumah sakit kan gitu...” (partisipan 2, L 51).

“Manfaatnya sangat banyak membantu sekali ya. Selain kita keluarga pasien mendapatkan ilmu, kita juga bisa kita berbagi untuk orang lain. Bagaimana cara-caranya, jadi kalau ada orang lain yang mengalami hal yang sama seperti kami sekarang, nantinya bertanya bagaimana caranya, ya kami sudah bisa memberitahukan ilmunya kan...” (partisipan 4, L 162).

Kelebihan atau pendukung aplikasi family centered care

Kelebihan atau pendukung dalam menerapkan family centered care antara lain dari pihak perawat, caregiver, dan pasien. Faktor pendukung dari perawat pelaksana berupa mengenal masalah yang dihadapi caregiver sehingga terjalin kerjasama antar keluarga dan pasien stroke, terbentuknya pengkajian latihan menelan, terbentuknya panduan latihan menelan, dan isi panduan latihan menelan sesuai dengan NIC dan NOC. Pendukung dari caregiver berupa caregiver antusias dalam mengajarkan pasien, percaya diri dalam melatih pasien, caregiver kooperatif, terbina hubungan timbal balik caregiver dengan perawat dan kepuasan caregiver karena telah diajarkan latihan menelan. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan berikut ini:

“Keluarga mandiri dalam merawat pasien stroke dan terbina hubungan timbal balik antara perawat atau pelayanan kesehatan dengan keluarga penderita Itulah kelebihannya” (partisipan 3, L 153).

“Kalau menurut saya kelebihannya karena kita perawat sudah menciptakan terbentuknya pengkajian latihan menelan, terbentuknya panduan latihan menelan dimana isi panduan latihan menelan itu sudah sesuai dengan NIC dan NOC jadi ada buku yang mau kita contoh” (partisipan 1, L 156).

“Dengan adanya aplikasi penerapan family centered care ini membuat keluarga percaya diri baik dalam bertanya dan merawat pasien dan ada komunikasi timbal balik dan keluarga pasien tidak kaku untuk menjalin kerjasama dengan pelayanan kesehatan karena metode ini melibatkan peran aktif dari keluarga pasien itu sendir” (partisipan 1 L168).

“Kalau menurut saya kelebihan dari diajarkan family centered care ini karena ada panduan atau buku kecil yang dikasih sehingga bisa bagi kami keluarga untuk mengajarnya sesuai dengan gambar yang ada dibuku. Dan kami keluarga bisa mandiri dan percaya diri mengajarkan latihan menelan ke bapak dirumah”(partisipan 3 L 234).

Hambatan proses aplikasi family centered care

Aplikasi family centered care selama dijalankan di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar mengalami beberapa hambatan yaitu, keluarga menggunakan obat tradisional, serangan penyakit yang lain, kesadaran pasien kurang, waktu, kesibukan caregiver, pasien malas untuk latihan, pasien manja, malu bertanya, tidak bisa totalitas, kesulitan bertukar informasi, lelah mengurus pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan beberapa partisipan berikut ini :

“Kalau kendalanya keluarga masih ada yang menggunakaan obat tradisonal dan tidak terbuka pada perawat. Dan sering juga seperti kami terbentur diwaktu bu dalam mengaplikasikannya karena kami ada juga jadwal ke posyandu bu sementara tim tidak semua yang terjun ke lapangan..padahal sudah kita bagi tugas pada tim untuk kelapangan kadang ada kesibukan pribadi yang menyebabkan tidak bisa totalitas dalam aplikasi ini” (partisipan 1, L219).

“Kalau menurut saya kendalanya penyakit pasien ini khan sudah manahun ditambah lagi dikuti oleh serangan penyakit yang lain. Untuk

contoh pasien saya dia ada diabetes mellitus yang menyerah matanya sehingga untuk membaca mengalami kesulitan yang disebabkan penglihatannya sudah mulai kabur dan jugan pasien hanya tidur saja dirumah sehingga malas untuk melakukan latihan atau enggan...” (partisipan 3, L231)

Dokumen terkait