• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Family Centered Care (FCC) Bagi Caregiver Yang Merawat Pasien Stroke Gangguan Disfagia Di Rumah Dalam Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Model Family Centered Care (FCC) Bagi Caregiver Yang Merawat Pasien Stroke Gangguan Disfagia Di Rumah Dalam Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan Chapter III VI"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan rangkaian metode yang akan dipakai dalam penelitian. Ada beberapa hal yang akan dijelaskan meliputi: 1) Jenis Penelitian, 2) Lokasi dan Waktu Penelitian, 3) Partisipan, 4) Metode Pengumpulan Data, 5) Definisi Operasional, 6) Metode Analisa Data, 7) Pertimbangan Etik, dan 8) Tingkat Keabsahan Data (Trusthworthines of Data).

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan action research (AR). Penelitian ini melibatkan partisipasi aktif dari partisipan untuk memutuskan dan melakukan perawatan pasien stroke di rumah sehingga akan berdampak pada peningkatan kemandirian pasien tersebut.

Action research terdiri dari empat tahapan yaitu: reconnaissance, planning, action and observing, dan reflecting (Kemmis & McTaggart, 1988). Action research juga memungkinkan adanya keterlibatan antara peneliti dengan partisipan dalam bentuk kolaborasi dan menitikberatkan terhadap pendekatan naturalistic dan humanistic (Holter, Schwartz, & Barcott, 1993). Melalui

(2)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan di Puskesmas Simalingkar Medan. Untuk pengumpulan data pada saat focus group discussion (FGD) telah dilaksanakan di puskesmas agar bisa menjaga netralitas dan kenyamanan dalam proses FGD. Menurut Freitas, Oliveira, Jenkins, dan Popjoy (1998), Polit dan Beck (2003), mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat untuk FGD yaitu: 1) lokasi mudah ditemukan dan mudah diakses, 2) bebas dari gangguan, 3) dapat memudahkan untuk mengatur posisi partisipan ketika acara berlangsung, dan 4) mudah untuk merekam audio (suara) atau video (gambar).

Pengambilan data FGD pada tahap reconnaissance akan dibagi menjadi 2 sesi, yaitu 1) untuk pihak perawat puskesmas, dan 2) caregiver, dengan waktu pelaksanaan yang berbeda. Hal ini dikarenakan, untuk menghilangkan bias pada saat FGD agar partisipan merasa nyaman untuk berbicara pada saat FGD berlangsung, sehingga partisipan yang dipilih harus homogen untuk memperkaya informasi pada saat proses diskusi (Morgan, 1998, dalam Freitas, Oliveira, Jenkins, & Popjoy, 1998). Pengambilan data dan pelaksanaan kegiatan berdasarkan siklus action research akan dilaksanakan mulai bulan Juni 2016.

3.3 Partisipan

(3)

Sedangkan untuk pengumpulan data melalui self report mengunakan teknik total sampling.

Proses pemilihan partisipan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling, dimana setiap orang yang mempunyai pengalaman tentang fenomena yang sedang diteliti berhak menjadi partisipan atau orang-orang yang terlibat langsung dalam pengembangan model family centered care yaitu perawat puskesmas, caregiver dan pasien stroke (Streubert, & Carpenter, 2003). Pemilihan subjek penelitian ini sesuai dengan pendapat Polit dan Beck (2008), yang menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif subjek penelitian atau dikenal dengan partisipan adalah subjek yang pernah mengalami substansi yang akan diteliti dan pemilihan partisipan tersebut akan dilakukan peneliti pada saat focus group discussion (FGD) dan penyebaran kuesioner (self report).

Teknik pemilihan partisipan dilakukan dengan cara: 1) mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi lapangan, dan 2) mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan mempertimbangkan berbagai variasi untuk memperkaya data hasil penelitian.

(4)

mempublikasikan hasil penelitian. Partisipan FGD pada tahap reconnaissance terbagi atas 2 grup, yaitu perawat, dan caregiver pasien stroke. Untuk pasien sebagai partisipan adalah partisipan stroke gangguan disfagia yang dirawat di rumah.

Partisipan untuk penyebaran kuesioner (self report) pengkajian status fungsi disfagia sebagai berikut, yaitu: 1) telah dirawat di rumah, dan 2) mempunyai caregiver yang merawat pasien stroke di rumah, 3) bersedia berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian, sedangkan kriteria inklusi untuk penyebaran kuesioner family centered care (FCC) adalah: 1) perawat dan caregiver yang telah mengikuti pelatihan model family centered care (FCC) bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia di rumah, 2) perawat dan caregiver bersedia menjadi partisipan.

Jumlah partisipan pada penelitian kualitatif tidak ada ketentuan jumlah yang pasti. Prinsip pengambilan data dalam penelitian kualitatif adalah tercapainya saturasi data, yaitu bila tidak ada informasi baru lagi yang bisa didapatkan dari partisipan (Polit, Beck, & Hungler, 2001).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pokok bahasan ini akan menjelaskan tentang: alat dan teknik pengumpulan data, dan tahapan penelitian action research .

3.4.1 Alat pengumpulan data

(5)

penelitian (Polit & Beck, 2012). Data dikumpulkan dengan menggunakan voice recorder panduan FGD, panduan observasi, kuesioner (self report) dan field notes.

Voice recorder digunakan pada saat dilakukan focus group discussion serta kegiatan lain baik secara formal maupun informal yang membutuhkan informasi untuk direkam. Kemudian data yang sudah direkam didokumentasikan dalam bentuk transkrip yang selanjutnya ditentukan menjadi tema.

Panduan FGD dikembangkan oleh peneliti melalui kajian literatur. Format FGD terdiri dari 2 format yaitu, format FGD pada tahap reconnaissance dan reflection. Pertanyaan FGD pada tahap reconnaissance dan reflection terdiri atas 5 (lima) pertanyaan. Pada format panduan FGD peneliti akan menuliskan bahwa pada saat memulai proses FGD peneliti terlebih dahulu akan menjelaskan etik dalam melakukan FGD yaitu menjelaskan tujuan FGD dan menjelaskan prinsip kerahasiaan (confidentiality) (Mack, Woodsong, Macqueen, Guest, & Namey, 2011).

(6)

Kuesioner yang akan digunakan yaitu format untuk menilai status fungsi disfagia pasien dalam penelitian ini menggunakan Parramata Hospital Dysphagia Assessment modifikasi dari The Royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke (RAPIDS) (lampiran 1r). Parramata Hospital Dysphagia Assessment atau RAPIDS ini dikembangkan oleh Broadley, Cheek, Salonikis, Whitham, Chong, Cardone et al, (2004), terdiri dari 13 item yang harus dikaji yang meliputi 1) suara nafas, 2) komprehensi, 3) bicara, 4) motorik bibir, 5) gerakan lidah, 6) palatum, 7) reflek gag, 8) fonasi, 9) batuk, 10) mengunyah, 11) gerakan oral, 12) faring, dan 13) toleransi menelan dengan skor terendah 18 dan skor tertinggi 90. Format untuk menilai status fungsi disfagia skala ukur ordinal 70-90 dikatakan normal dan <70 dikatakan tidak normal.

(7)

skor (108-160) menyatakan riset partisipan melakukan family centered care dengan baik di Puskesmas Simalingkar.

Pengembangan kuesioner akan dilakukan melalui kajian literature dan konsultasi.

3.4.2 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang telah digunakan adalah focus groups discussion, dan self-report. Focus groups ini bertujuan untuk mengeksplorasi perasaan, masalah, hambatan yang akan ditemui selama proses penelitian, dan pendapat partisipan terhadap teori yang akan digunakan dan model family centered care yang akan diterapkan. Self report dilakukan dengan cara pengisian kuesioner tentang status fungsi disfagia pasien.

(8)

untuk menyelesaikan kendala tersebut. Hasil pengumpulan data melalui FGD dianalisa agar diperoleh masalah, penyebab masalah dan dampak yang ditimbulkan terkait pelaksanaan family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah.

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Polit & Beck, 2008). Observasi pada penelitian ini bertujuan untuk mengamati bagaimana proses implementasi family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah.

Self report dilakukan dengan cara masing-masing partisipan melakukan pengkajian status fungsi menelan dan kuesioner family centered care kemudian hasil pengukuran dalam bentuk angka.

3.4.3 Tahapan Penelitian action research

Langkah-langkah proses action research pengembangan model family center care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah dalam wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Medan adalah sebagai berikut: reconnaissance phase, tahap planning, tahap action, observation, dan tahap reflection.

Reconnaissance phase (tahap persiapan)

(9)

pengkajian dan self report untuk memperoleh gambaran permasalahan terkait dengan masalah yang diteliti.

(10)

Tahap Planning

Adapun kegiatan yang akan peneliti lakukan pada tahap planning adalah: 1) peneliti akan melakukan diskusi hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance, 2) merencanakan pembentukan tim untuk pengembangan model family centered care bagi caregiver, 3) merencanakan untuk sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance kepada pihak puskesmas, dan 4) berkoordinasi dengan pejabat struktural tentang pelaksanaan kegiatan pengembangan model family centered care bagi caregiver agar kegiatan dapat dirincikan dengan jelas.

Tahap Acting dan Observing

(11)

Tahap Reflecting

(12)

4. Persiapan pengkajian status menelan (disfagia) 5. Persiapan panduan latihan

menelan

6. Pengambilan data dengan Focus group discussion

7. Field note 8. Test

Tahap 1: Mencari permasalahan

Tahap 2:Perencanaan

bagi caregiver yang merawat pasien stroke dirumah 3. Perumusan model FCC bagi

caregiver (instrument penelitian), alur dan format observasi

4. Sosialisasi FCC kepada perawat dan caregiver pasien stroke ggu menelan 4. Observasi aplikasi pengkajian

(13)

3.4.4 Siklus action research

Siklus penelitian AR terdiri dari tahap planning, action dan observation, serta reflection. Kegiatan dalam siklus AR melibatkan partisipan dalam merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan pengembangan family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah, mengamati dan memantau kegiatan implementasi merawat pasien stroke di rumah, menganalisis masalah yang ditemukan, dan akhirnya menyusun laporan kemajuan pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah. Pelaksanaan kegiatan dalam tahap penelitian AR dapat dilakukan pada periode waktu yang sama. Kegiatan dapat berhenti dengan awal kegiatan baru atau langkah-langkah lebih lanjut yang terus dioperasikan. Hal tersebut dapat terjadi karena jenis penelitian AR tidak kaku sehingga dapat ditingkatkan atau diubah sesuai keadaan yang terjadi.

3.5 Definisi Operasional

(14)

Kerja Puskesmas Simalingkar Medan. Model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia di rumah berdampak pada kemandirian pada caregiver dan pasien stroke. Teknik evaluasi yang digunakan untuk mengukur implementasi model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah tersebut adalah dengan cara self report dan observasi.

2) Perawat adalah orang yang menjalin kerjasama dengan caregiver dan pasien stroke disfagia dalam pengambilan keputusan terhadap masalah disfagia yang menimbulkan kesulitan menelan cairan dan makanan pada pasien dengan mengajarkan caregiver pengkajian status fungsi disfagia dan latihan disfagia untuk mengukur implementasi dari tugas perawat terhadap caregiver dan pasien stroke disfagia dengan cara self report pengkajian status fungsi disfagia dan observasi.

3) Caregiver adalah salah satu anggota keluarga yang memberikan perawatan pasien stroke gangguan disfagia yang bertugas melakukan pengkajian status fungsi disfagia, dan mengajarkan latihan disfagia untuk mengukur implementasi caregiver adalah dengan cara self report pengkajian status fungsi disfagia dan observasi.

(15)

3.6 Metode Analisa Data

(16)

sintesis dari semua kelompok tema dan makna yang dirumuskan dan dijelaskan oleh peneliti, 6) mengidentifikasi landasan struktur dari fenomena tersebut. Struktur dasar mengacu kepada esensi dari fenomena pengalaman yang diungkapkan dengan analisis ketat dari setiap deskripsi lengkap dari fenomena tersebut, dan 7) kembali ke partisipan untuk melakukan validasi. Pertemuan untuk tindak lanjut dibuat antara peneliti dengan masing-masing partisipan untuk tujuan memvalidasi esensi dari fenomena dengan partisipan. Setiap perubahan yang dibuat disesuaikan dengan umpan balik partisipan. Setiap perubahan yang dibuat disesuaikan dengan umpan balik partisipan untuk memastikan makna yang dimaksudkan partisipan tersampaikan dalam struktur dasar dari fenomena tersebut. Integrasi dari informasi tambahan oleh partisipan untuk dimasukkan ke dalam deskripsi final dari fenomena yang terjadi saat ini.

Analisis data kuantitatif dilakukan berdasarkan data dari kuesioner format status fungsi disfagia dan family centered care. Data dianalisa dengan menggunakan statistik ditribusi frekuensi untuk melihat rata-rata (mean) kemampuan menelan pada pasien stroke dan family centered care sebelum dan sesudah penerapan model family centered care dan latihan menelan.

3.7 Pertimbangan Etik

(17)

menaruh hormat atas martabat manusia. Menurut peraturan pemerintah (PP) No. 39/1995 tentang penelitian dan pengembangan kesehatan, wajib memperhatikan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat yang bersangkutan. Secara internasional disepakati bahwa prinsip dasar penerapan etik penelitian kesehatan adalah: 1) menghormati hak orang lain, 2) tidak merugikan orang lain, 3) menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan, 2007).

Peneliti juga akan menekankan bahwa apapun hasil dari penelitian ini tidak akan berdampak terhadap partisipan, agar partisipan bebas mengungkapkan ide-ide, pendapat-pendapat tentang harapan-harapan atas pengembangan model family centered care bagi caregiver.

Menurut Polit, Beck, dan Hungler, (2001); Streubert dan Carpenter (2003) untuk melindungi partisipan dari berbagai kekhawatiran akan dampak sebuah penelitian maka perlu menerapkan prinsip-prinsip etik dalam penelitian kualitatif, yaitu beneficience, nonmaleficience, protection from discomfort, self determination, full disclosure, confidentiality dan anonymity. Patton (1990), menyatakan bahwa prinsip etik yang harus diperhatikan dalam penelitian kualitatif adalah prinsip tidak merugikan orang lain, prinsip menjaga kerahasiaan, prinsip menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan prinsip legal dan menghargai martabat manusia. Oleh karena itu perlu digunakan informed consent sebelum penelitian dimulai.

(18)

tidak merugikan orang lain diterapkan dengan menumbuhkan kenyamanan hubungan antara peneliti dan partisipan melalui hubungan saling percaya, serta senantiasa memfasilitasi penyaluran emosi dan perasaan partisipan. Selain itu, prinsip ini akan diterapkan dengan memberikan kesempatan kepada partisipan dan dengan memberikan informasi tertulis tentang bagaimana partisipan dapat menghubungi peneliti. Peneliti akan menyerahkan keputusan mengenai waktu dan tempat dilakukan wawancara dan FGD sepenuhnya kepada partisipan dengan tidak mengganggu kegiatan partisipan (Polit & Hungler, 1999).

Prinsip bebas dari eksploitasi diterapkan dengan tidak menempatkan partisipan dalam situasi yang tidak menguntungkan atau menempatkan partisipan pada kondisi yang tidak siap untuk dihadapi, serta tidak menggunakan data penelitian untuk melawan partisipan dalam cara apapun. Pada penelitian ini peneliti hanya membutuhkan kesediaan partisipan meluangkan waktu. Hasil pengumpulan data tidak akan di berikan kepada orang lain kecuali dengan pembimbing untuk keperluan analisis data penelitian. Peneliti akan menjelaskan peran dan posisi peneliti, untuk menghindari unsur subyektifitas dan benar-benar membutuhkan data penelitian seobjektif mungkin (Polit & Hungler, 1999).

(19)

informasi yang diberikan oleh partisipan. Data hasil pengumpulan data hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian, dan tidak akan disebarluaskan untuk hal yang tidak berkaitan dengan penelitian. Hasil pengumpulan data akan dimusnahkan setelah keseluruhan proses penelitian telah selesai dilakukan (Polit & Hungler, 1999).

Prinsip menghargai martabat manusia (respect for human) digunakan dengan menerapkan hak untuk menentukan nasib diri sendiri dan hak mendapatkan penjelasan yang lengkap. Partisipan boleh menolak atau menyetujui sebagai partisipan. Partisipan berhak untuk meminta penjelasan kembali tentang tujuan serta prosedur penelitian, berhak menolak memberikan informasi, menolak dilibatkan dalam penelitian, juga berhak untuk mundur atau berhenti bila dalam proses pengambilan data partisipan tidak lagi bersedia untuk terlibat dalam penelitian. Hak mendapatkan penjelasan yang lengkap adalah hak partisipan untuk memperoleh penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan, hak untuk menolak berpartisipasi, tangggung jawab peneliti, serta risiko dan keuntungan yang mungkin didapatkan oleh partisipan selama dan setelah penelitian. Keseluruhan prinsip penghargaan martabat manusia dalam penelitian ini akan diterapkan melalui penggunaan informed consent.

3.8 Keabsahan Data (Trustworthiness of Data)

(20)

kebergantungan (dependability), kepastian (confirmability) dan keaslian (Authenticity).

Credibility akan dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement dan member check. Prolonged engagement dilakukan peneliti dengan cara melakukan pendekatan secara intensif selama 3 bulan pada tahap reconnaisance. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan meliputi pendekatan kepada pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan dalam hal ini pimpinan puskesmas tempat penelitian. Pendekatan juga dilakukan kepada para caregiver dan juga pasien yang terlibat dalam penelitian. Tujuan dari semua pendekatan yang dilakukan adalah untuk mengenal dan memahami situasi atau setting penelitian sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki hubungan yang dekat sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka, dan muncul hubungan saling percaya, dengan demikian partisipasi para partisipan dapat terwujud. Member Check dilakukan dengan menyerahkan dokumen temuan data dalam bentuk transkrip verbatim untuk dibaca oleh partisipan pada tahap validasi data sebagai upaya untuk memperoleh kepastian atau objektifitas data yang diperoleh.

(21)

untuk memungkinkan seseorang tertarik dalam membuat transfer untuk mencapai kesimpulan apakah transfer dapat dipikirkan sebagai kemungkinan.

Dependability mengacu pada stabilitas (reliability) data dari waktu ke waktu dan kondisi. Artinya bahwa jika pekerjaan itu diulang dalam konteks yang sama, dengan metode yang sama dan dengan peserta yang sama maka hasil yang sama akan diperoleh. Peneliti akan menggunakan teknik “overlapping methods” (metode tumpang tindih) yaitu pengambilan data melalui wawancara dengan focus group discussion (FGD).

Confirmability mengacu pada objektifitas atau netralitas data, dimana tercapai persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data. Confirmability tercapai jika peneliti dapat meyakinkan orang lain bahwa data yang dikumpulkan adalah data yang objektif, seperti apa adanya di lapangan. Peneliti akan melakukan teknik triangulasi, check expert dan “audit trail”. Triangulasi data dilakukan dengan melakukan pengambilan data dengan cara focus group discussion (FGD) dan self report. Audit trail dilakukan dengan cara membuat tabel atau diagram yang berisi tentang alur kegiatan secara rinci yang meliputi jenis kegiatan, tujuan, sasaran, partisipan dan waktu pelaksanaan kegiatan. Check expert dilakukan ke pembimbing untuk validasi hasil coding dan tema yang ditemukan saat melakukan analisa data.

(22)
(23)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada Bab ini akan memaparkan hasil penelitian pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan. Penelitian action research yang dilakukan sebanyak 3 siklus, berlangsung selama 5 bulan di Puskesmas Simalingkar Medan, dimulai 30 Juni sampai 11 November 2016 di Puskesmas Simalingkar Medan.

Kegiatan action research dilaksanakan dalam 3 siklus dan terdiri dari 8 tahapan. Adapun pokok bahasan yang menjabarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Visi dan Misi Puskesmas Simalingkar Medan

4.2 Karakteristik Demografi Partisipan

4.3 Proses pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah yang dijabarkan dalam 3 siklus seperti dibawah ini :

4.3.1 Siklus 1

4.3.1.1 Tahap 1: Reconnaissance

(24)

4.3.1.1.3 Pelaksanaan family centered care pada pasien stroke gangguan disfagia di rumah

4.3.1.2 Tahap 2: Planning

4.3.1.3 Tahap 3: Acting dan Observing 4.3.1.4 Tahap 4: Reflecting

4.3.2 Siklus 2

4.3.2.1 Tahap 5: Planning

4.3.2.2 Tahap 6: Acting dan Observing 4.3.3 Siklus 3

4.3.3.1 Tahap 7: Reflecting 4.3.3.2 Tahap 8: Planning 4.4 Outcome action research

4.5 Dampak family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah

4.1Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Simalingkar berdiri tahun 1991 yang diresmikan oleh dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas Simalingkar terletak di Jalan Bawang raya No. 37 Perumnas Simalingkar, Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan.

(25)

berbatasan dengan kelurahan Sempakata, kecamatan Medan Johor, (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang, (3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Simalingkar B, (4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Simpang Selayang.

Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar memiliki luas sekitar 1.241 Ha yang terdiri dari 3 Kelurahan yaitu: Kelurahan Simalingkar B, Kelurahan Mangga, dan Kelurahan Simpang Selayang, 46 lingkungan, dengan jumlah penduduk 74.137 jiwa. Pada periode Januari-Desember 2015 jumlah penduduk terbanyak adalah di Kelurahan Mangga dengan jumlah penduduk 45.933 jiwa dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 6.504 serta jumlah lingkungan 24 lingkungan, jumlah penduduk terbanyak kedua adalah di Simpang Selayang dengan jumlah penduduk 21.663 jiwa dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 3.120 serta jumlah lingkungan 17 lingkungan, dan jumlah penduduk terendah adalah di Kelurahan Simalingkar B dengan jumlah penduduk 6.541 jiwa, jumlah KK 1.032, serta jumlah lingkungan adalah 5.

(26)

Program UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) merupakan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan sangat membantu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Masyarakat ikut berperan aktif didalam kegiatan program kesehatan dengan membuat suatu upaya kegiatan demi meningkatkan derajat kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas. Salah satu kegiatannya adalah posyandu dan poskeskel. Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar terdiri dari 2 posyandu yakni posyandu balita yang berjumlah 33 posyandu dan posyandu lansia sebanyak 8 posyandu. Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) Berdasarkan data jumlah poskeskel di Wilayah Kerja Puskesmas adalah sejumlah 3.

Berdasarkan data Puskesmas Simalingkar tahun 2015 diketahui 10 daftar penyakit terbesar yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar adalah 1) penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas dengan 7.070 kasus, 2) penyakit pada sistem otot & jaringan pengikat (penyakit tulang belulang, radang sendi termasuk rematik) dengan 2.637 kasus, 3) penyakit tekanan darah tinggi dengan 2.087 kasus, 4) diare (termasuk tersangka kolera) dengan 1.257 kasus, 5) penyakit observasi febris dengan 983 kasus, 6) penyakit gingivitis dan penyakit periodontal dengan 900 kasus, 7) penyakit diabetes mellitus dengan 830 kasus, 8) penyakit pulpa dan jaringan periapikal dengan 738 kasus, 9) penyakit gastritis dengan 700 kasus, 10) penyakit kulit alergi dengan 609 kasus.

(27)
(28)
(29)

4.1.1 Visi dan misi rumah sakit

Visi Puskesmas Simalingkar: “Masyarakat Kecamatan Medan Kota yang Sehat Sejahtera”. Misi Puskesmas Simalingkar: (1) menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, (2) mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat, (3) pelayanan yang bermutu, terjangkau, adil dan merata yang bermuara pada kepuasan, (4) meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat. Motto Puskesmas Simalingkar: Pelayanan yang baik dan bermutu kunci utama keberhasilan Puskesmas.

4.2 Karakteristik demografi partisipan

Partisipan dalam penelitian pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah adalah caregiver yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar. Partisipan tingkat pendidikan SMA 14 orang (45,3%), tingkat umur caregiver 21–30 tahun 13 orang (42%), jenjang pendidikan caregiver SMA sebanyak 14 orang (45,3%), status perkawinan caregiver belum menikah sebanyak 16 orang (51,6%), dan pekerjaan caregiver wiraswasta 22 orang (71%).

4.3 Proses Pengembangan Model Family Centered Care Bagi Caregiver Yang Merawat Pasien Stroke Di Rumah Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan

(30)

di lahan penelitian sampai dengan mendapatkan masalah untuk diteliti. Tahap ini dapat disebut juga tahap preliminary study. Tahap kedua sampai kedelapan menjelaskan tentang tiga siklus action research mulai dari tahap planning, action, dan observating serta reflecting.

4.3.1 Siklus 1

4.3.1.1Tahap 1: Reconnaissance (01 Juli-30 September 2016)

Tahap ini dilaksanakan dalam rentang waktu 3 bulan yaitu mulai dari bulan Juli-September 2016. Pendekatan dilakukan peneliti dengan cara berbaur dengan partisipan untuk mencari data awal dan masalah yang akan diteliti. Pendekatan kepada pejabat struktural untuk mendapatkan izin dan mendukung dilakukannya penelitian.

Tahap reconnaissance dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang yaitu (1) perspektif partisipan tentang family centered care dalam merawat pasien stroke di rumah, (2) status fungsi menelan pasien stroke, (3) pelaksanaan family centered care pada pasien stroke gangguan disfagia di rumah. Untuk memperoleh data tersebut peneliti melakukan FGD dan menyebarkan kuesioner family centered care dan pengkajian status menelan pasien stroke gangguan menelan. Adapun uraian tahap reconnaissance adalah sebagai berikut

Perspektif partisipan tentang family centered care dalam merawat pasien

stroke di rumah

(31)

istirahat kerja yaitu pukul 12.00. FGD dilakukan selama 40-60 menit. Hasil FGD yang dilakukan peneliti pada 2 sesi tersebut ditemukan 10 tema yaitu keluarga sebagai unsur yang konstan, memfasilitasi kolaborasi keluarga, meningkatkan kekuatan keluarga, informasi lebih komplit, menimbulkan kelompok support, memanfaatkan system pelayanan kesehatan, melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, menunjukkan desain perawatan kesehatan, hambatan yang dihadapi dalam penerapan family centered care, dan strategi penerapan family centered care.

Pengkajian status fungsi menelan pasien stroke

Hasil penyebaran kuesioner pengkajian status menelan pasien stroke yang yang dilakukan caregiver bahwa sebanyak 31 orang caregiver (100%) mendapatkan hasil tingkat status fungsi menelan pasien stroke yang dirawat di rumah tidak normal dalam Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan.

Pelaksanaan family centered care pada pasien stroke gangguan disfagia di

rumah

Hasil penyebaran kuesioner family centered care pada caregiver pasien stroke gangguan disfagia di rumah didapatkan data bahwa sebanyak 28 orang (90,3%) merasa kurang dan sebanyak 3 orang (9,7%) merasa cukup atas pelaksanaan family centered care pada caregiver pasien stroke gangguan disfagia di rumah dalam Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar.

(32)

stroke di rumah. Secaragaris besar ada beberapa masalah yang muncul pada tahap reconnaissance yaitu: 1) kegiatan family centered care belum ada di Puskesmas Simalingkar, 2) belum adanya format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan di Puskesmas Simalingkar Medan.

Permasalahan yang ditemukan pada tahap reconnaissance menjadi acuan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada 3 siklus tahapan action research. Pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia di rumah dalam Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan dilaksanakan dengan pendekatan action research melalui 8 tahapan. Pada setiap tahapan action research peneliti melakukan beberapa kegiatan (Kemmis & Taggart, 1998).

4.3.1.2 Tahap 2: planning (28 September 2016)

(33)

Hasil pre conference pertemuan pada tanggal 19 Juli 2016 dengan Kepala Puskesmas Simalingkar adalah: 1) pertemuan dengan pihak stuktural Puskesmas akan di koordinasikan, 2) pembentukan Tim untuk perumusan family centered care, perumusan pengkajian status fungsi menelan dan panduan latihan menelan akan dikoordinasi kepada Kepala Puskesmas, dan 3) akan dikonfirmasikan kepada caregiver yang merawat pasien stroke di rumah dalam Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan.

4.3.1.3 Tahap 3: Action dan observing (20 September 2016)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) pertemuan dengan pejabat struktural Puskesmas dan menjelaskan alur penelitian, 2) membentuk tim penyusun pengkajian satatus menelan dan panduan latihan menelan, 3) sosialisasi dan aplikasi family centered care oleh perawat dan caregiver di Puskesmas Simalingkar.

Pertemuan dengan kepala Puskesmas Simalingkar

Pada hari Rabu tgl 20 Juli 2016 bertempat di ruang Kepala Puskesmas Simalingkar diadakan pertemuan dengan Kepala Puskesmas. Peneliti menyampaikan tentang rencana penelitian action research pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia di rumah dan hasil pengumpulan data reconnaissance.

(34)

ststus menelan dan panduan latihan menelan akan di tanyakan kepada Kepala Puskesmas untuk dibentuk tim khusus di Puskesmas Simalingkar, 3) menanyakkan kepada Kepala Puskesmas perawat yang S1 untuk ikut dalam tim perumusan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan, 4) menjelaskan alur penelitian mulai dari tahap reconnaissance yang sudah berlangsung pada 01 Juli 2016 setting tempat dan untuk melakukan sosialisasi yang rencana akan dilakukan pada tanggal 28 September 2016.

Pembentukan tim pengembangan format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan

Pembentukan tim pengembangan format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan dibahas pada pertemuan antara peneliti dengan perawat Puskesmas Simalingkar pada tanggal 20 September 2016.

Perumusan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan

(35)

Hasil pembahasan pertemuan tersebut didapatkan bahwa: 1) penyusunan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan berpedoman pada NIC (Nursing Intervetions Classification), 2) format dan isi pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan berdasarkan indikator NOC (Nursing Outcome Classification). Untuk setiap pengkajian sudah dirincikan untuk mempermudah caregiver dalam melakukan pengkajian pada pasien stroke gangguan menelan. Dan untuk panduan latihan menelan setiap tindakan dibuat keterangan gambar agar pasien dapat mengikuti gerakkan tersebut, 3) pada hari Kamis, tanggal 22 September2016 direncanakan perumusan formatpengkajian status menelan dan panduan latihan menelan.

Pertemuan rapat hari kedua perumusan panduan latihan menelan diadakan pada tanggal 21 September 2016, yang dihadiri oleh seluruh anggota tim dan peneliti bertempat diruang KIA Puskesmas Simalingkar. Agenda rapat pada tanggal 21 September 2016 membahas tentang: 1) isi format panduan latihan menelan, dan 2) formulir khusus lembar kegiatan setiap melakukan latihan menelan caregiver melakukan paraf.

(36)

menurut Kepala Puskesmas sudah sesuai dengan NOC dan NIC, dan 2) pada hari Rabu tanggal 28 September 2016 direncanakan sosialisasi format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan di Puskesmas Simalingkar dan sosialisasi di rumah caregiver pasien stroke pada jam yang berbeda-beda.

Sosialisasi family centered care bagi caregiver pada pasien stroke gangguan disfagia

Kegiatan sosialisasi family centered care bagi caregiver pada pasien stroke gangguan disfagia diadakan pada hari Rabu tanggal 28 September 2016 di ruang KIA Puskesmas Simalingkar.

(37)

gangguan disfagia dapat lebih mudah dijelasakan dan diaplikasikan kepada pasien stroke gangguan disfagia.

4.3.1.4 Tahap 4: reflecting (30 September 2016)

Evaluasi siklus 1 penelitian action research pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia di rumah dalam Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan yang dilakukan tim dan peneliti pada tanggal 30 September 2016 didapatkan bahwa: 1) selama siklus 1 penelitian action research pengembangan model model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia di rumah didapatkan bahwa seluruh proses perumusan format pengkajian status menelan, panduan latihan menelan dan sosialisasi berjalan sesuai dengan rencana, dan 2) tim dan peneliti dapat bekerjasama, dan saling membantu proses penelitian.

(38)

perumus dan peneliti akan bekerjasama baik dalam sosialisasi, role play dan observasi aplikasi family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah, dan 5) isi dari format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan mengacu pada NOC dan NIC 2015-2017 dan sudah dikoordinasikan dengan Kepala Puskesmas Simalingkar Medan.

(39)

akan dijalankan di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan. Pelaksanaan role play berjalan tanpa ada kendala, setelah role play selesai caregiver mengungkapkan bahwa family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah harus segera dijalankan, karena sangat bermanfaat bagi pasien stroke sebagai penerima perawatan.

4.3.2 Siklus 2

4.3.2.1 Tahap 5: planning (01 Oktober 2016)

(40)

pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah, 3) seluruh format pengkajian dan panduan latihan menelan sudah selesai dan akan diaplikasikan pada awal Oktober, setelah pemberian sosialisasi dan pelatihan pada caregiver di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan.

Kegiatan kedua yang dilakukan pada tahap 5 (planning) pada siklus 2 adalah pelatihan pada caregiver di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan, kegiatan ini dilaksanakan mulai pada tanggal 03 Oktober 2016 dan dihadiri oleh 8 orang caregiver untuk setiap rumah yang merawat pasien stroke gangguan disfagia di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan. Agenda pelatihan berisi tentang: 1) penyampaian tentang isi format pengkajian status menelan, 2) penjelasan format pengkajian status menelan, 3) penjelasan panduan latihan menelan. Caregiver menyatakan sudah mengerti tentang isi dari format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan.

Hasil dari pelatihan menunjukkan bahwa: 1) caregiver menyatakan sudah mengerti tentang format pengkajian status menelan, 2) panduan latihan menelan untuk mendukung aplikasi kemampuan menelan pasien stroke yang diberikan peneliti sudah sangat jelas menurut caregiver, 3) caregiver menyatakan sudah mengerti mengenai tata cara aplikasi format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan, dan 4) aplikasi format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan akan mulai dijalankan pada tanggal 03 Oktober 2016. 4.3.2.2Tahap 6: acting dan observing (3 Oktober-17 Oktober 2016)

(41)

stroke di rumah. Kegiatan yang dilakukan pada tahap acting dan observing ada empat kegiatan yaitu: 1) aplikasi model siklus ke 2, 2) aplikasi pelatihan pengkajian status menelan oleh caregiver, 3) aplikasi pelatihan panduan menelan oleh caregiver, 4) observasi aplikasi pengkajian dan panduan latihan menelan yang dilakukan oleh caregiver.

Kegiatan aplikasi model siklus 2

Kegiatan aplikasi format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan pada tahap acting diikuti oleh seluruh caregiver (31 partisipan) di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan. Aplikasi format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan di mulai pada tanggal 3 Oktober 2016 sampai dengan 17 Oktober 2016.

Semua partisipan melakukan latihan menelan sebanyak 1 kali dalam sehari, sebelumnya caregiver partisipan telah mendapatkan bimbingan dan role play. Walaupun seluruh partisipan saat melakukan latihan menelan masih terlihat kaku dan ragu-ragu. Akan tetapi partisipan antusias untuk melakukan latihan menelan setiap hari di rumah ketika ada kesempatan luang.

(42)

terlihat dari hasil status menelan yang rata-rata bernilai normal. Menurut peneliti dan tim, partisipan bisa melakukan latihan menelan sesering mungkin saat berada di rumah.

Observasi untuk mengevaluasi aplikasi model siklus 2

(43)

caregiver sudah menerapkan panduan latihan menelan selama merawat pasien stroke di rumah. Pernyataan kinerja caregiver dalam pelaksanaan panduan menelan nomor 2 s/d 13, 17, 18, 26, dan 27 seluruh partisipan (100%) sudah melakukannya kepada pasien stroke. Pernyataan pelaksanaan panduan latihan menelan nomor 19, 20, 21, 22, dan 25 sebanyak 30 partisipan (97%) yang melakukan panduan latihan menelan. Pernyataan pelaksanaan panduan latihan menelan nomor 14 dan 23 sebanyak 29 partisipan (94%) yang melakukan panduan latihan menelan. Pernyataan pelaksanaan panduan latihan menelan nomor 15 dan 16 sebanyak 27 partisipan (87%) yang melakukan panduan latihan menelan. Sedangkan untuk pernyataan pelaksanaan panduan latihan menelan nomor 1 sebanyak 23 (74%) yang melakukan panduan latihan menelan.

4.3.3 Siklus 3

4.3.3.1Tahap 7: Reflecting (25 Oktober 2016)

Kegiatan yang dilakukan pada siklus 3 tahap 7: reflecting adalah: 1) evaluasi siklus 2 proses kegiatan tentative pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia, 2) penyebaran kuesioner family centered care dan pengkajian status menelan, dan 3) post conference.

Evaluasi proses kegiatan tentative model family centered care bagi caregiver

yang merawat pasien stroke di rumah

(44)

sudah berjalan mulai tanggal 03 Oktober sampai dengan 25 Oktober 2016, dan selama caregiver mengaplikasikan sudah dilakukan observasi oleh peneliti, berdasarkan hasil observasi peneliti, caregiver sudah mampu untuk menerapkan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan di rumah. Kendala yang dihadapi hanya masalah caregiver yang belum terbiasa melatih pasien stroke panduan latihan menelan di rumah, dikarenakan latar belakang pendidikan keluarga pasien tersebut, dan caregiver dalam melatih tentang latihan menelan tetap membaca dan melihat modul yang diberikan dikarenakan caregiver takut akan ada salah satu gerakan yang tidak sesuai dengan panduan yang diberikan.

Peneliti dan tim Puskesmas Simalingkar telah menyediakan semua format yang dibutuhkan untuk mendukung penerapan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan yang diberi keterangan gambar sehingga caregiver dan pasien stroke gangguan disfagia mudah untuk memahami dalam mempraktekkannya.

Proses aplikasi dan observasi berjalan sesuai dengan rencana, seluruh perawat Puskesmas sudah memahami pengkajian dan panduan latihan menelan dan menerapkannya di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar. Pada hasil rapat dalam melakukan latihan menelan di karenakan kondisi tubuhnya pasien stroke yang mengalami paralisis. Berdasarkan temuan tersebut tim dan peneliti menganjurkan kepada caregiver untuk mengkaji status menelan dan latihan menelan dilakukan dengan kondisi berbaring ditempat tidur.

(45)

Puskesmas dan caregiver yang telah ikut serta dalam aplikasi family centered care di Puskesmas Simalingkar, FGD dilakukan pada tanggal 2 November 2016. Proses kegiatan aplikasi family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia dilakukan monitoring dan evaluasi (MONEV) oleh peneliti dan format MONEV sudah disiapkan oleh tim.

Penyebaran kuesioner family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke

Proses penyebaran kuesioner family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia dilakukan pada tanggal 02 November 2016. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk melihat dampak dari penelitian action research pengembangan model family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke gangguan disfagia. Dampak dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan menelan pasien stroke.

Hasil penyebaran kuesioner family centered care post test didapatkan data bahwa sebanyak 31 orang partisipan (100%) merasa baik dalam pelaksanaan family centered care yang dilakukan selama ini oleh perawat Puskesmas Simalingkar. Hasil penyebaran format pengkajian status menelan didapatkan data bahwa sebanyak 31 orang pasien (100%) masuk dalam kategori normal status menelan yang dilatih oleh caregiver di rumah selama ini.

Post conference

(46)

3 caregiver. Terdapat 3 tema yang diperoleh berdasarkan refleksi para partisipan perawat pelaksana selama menerapkan pengkajian status menelan dan latihan menelan yaitu: 1) manfaat aplikasi family centered care, 2) kelebihan atau pendukung aplikasi family centered care , 3) hambatan dalam aplikasi family centered care.

Manfaat aplikasi family centered care

Kegiatan FGD yang dilakukan pada partisipan perawat Puskesmas, didapatkan beberapa manfaat yang dirasakan yaitu mementingkan keluarga, sistem kolaborasi, melibatkan keluarga, hemat biaya, melakukan sendiri, mengontrol kondisi pasien, pasien tidak berobat lagi keluar, bisa merawat di rumah, modal pengetahuan yang diajarkan, percaya diri, kerjasama, sharing informasi, gak perlu bolak-balik kerumah sakit, caregiver lebih mengerti, memberdayakan caregiver, mampu mengajarkan pasien stroke dirumah, keluarga mampu untuk mandiri, keluarga mengetahui keberhasilan pasien, terbina hubungan yang baik, meringankan beban kerja perawat, ada kepuasan tersediri, mengurangi angka kesakitan pada pasien, tujuan akhir tercapai, perawatan yang berkualitas, yang tidak tahu menjadi tahu, meminimalkan konflik, memperjelas masalah, mempermudah dalam memberikan pelayanan keperawatan, masukan ilmu, pasien menjadi semangat, dihargai, diperhatikan, perubahan dipasien langsung kelihatan, pasien terbantu. Manfaat tersebut dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

(47)

melainkan bisa melakukan sendiri dirumah atau merawat pasien itu sendiri dirumah...” (partisipan 1, L 38).

“Pandangannya saya manfaat dari penerapan family centered care ya sangat perlu karena kita perlu juga komunikasi ke saudaranya atau family pasien sehingga nantikan terbangun kerjasama ada sharing informasi antara perawat dan caregiver untuk membantu pasien itu tadi. Sangat perlu kita bangun komunikasi kemudian nanti kalau si pasienlah contohnya kan nggak perlu lah bolak balik dibawa ke rumah sakit kan gitu...” (partisipan 2, L 51).

“Manfaatnya sangat banyak membantu sekali ya. Selain kita keluarga pasien mendapatkan ilmu, kita juga bisa kita berbagi untuk orang lain. Bagaimana cara-caranya, jadi kalau ada orang lain yang mengalami hal yang sama seperti kami sekarang, nantinya bertanya bagaimana caranya, ya kami sudah bisa memberitahukan ilmunya kan...” (partisipan 4, L 162).

Kelebihan atau pendukung aplikasi family centered care

Kelebihan atau pendukung dalam menerapkan family centered care antara lain dari pihak perawat, caregiver, dan pasien. Faktor pendukung dari perawat pelaksana berupa mengenal masalah yang dihadapi caregiver sehingga terjalin kerjasama antar keluarga dan pasien stroke, terbentuknya pengkajian latihan menelan, terbentuknya panduan latihan menelan, dan isi panduan latihan menelan sesuai dengan NIC dan NOC. Pendukung dari caregiver berupa caregiver antusias dalam mengajarkan pasien, percaya diri dalam melatih pasien, caregiver kooperatif, terbina hubungan timbal balik caregiver dengan perawat dan kepuasan caregiver karena telah diajarkan latihan menelan. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan berikut ini:

(48)

“Kalau menurut saya kelebihannya karena kita perawat sudah menciptakan terbentuknya pengkajian latihan menelan, terbentuknya panduan latihan menelan dimana isi panduan latihan menelan itu sudah sesuai dengan NIC dan NOC jadi ada buku yang mau kita contoh” (partisipan 1, L 156).

“Dengan adanya aplikasi penerapan family centered care ini membuat keluarga percaya diri baik dalam bertanya dan merawat pasien dan ada komunikasi timbal balik dan keluarga pasien tidak kaku untuk menjalin kerjasama dengan pelayanan kesehatan karena metode ini melibatkan peran aktif dari keluarga pasien itu sendir” (partisipan 1 L168).

“Kalau menurut saya kelebihan dari diajarkan family centered care ini karena ada panduan atau buku kecil yang dikasih sehingga bisa bagi kami keluarga untuk mengajarnya sesuai dengan gambar yang ada dibuku. Dan kami keluarga bisa mandiri dan percaya diri mengajarkan latihan menelan ke bapak dirumah”(partisipan 3 L 234).

Hambatan proses aplikasi family centered care

Aplikasi family centered care selama dijalankan di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar mengalami beberapa hambatan yaitu, keluarga menggunakan obat tradisional, serangan penyakit yang lain, kesadaran pasien kurang, waktu, kesibukan caregiver, pasien malas untuk latihan, pasien manja, malu bertanya, tidak bisa totalitas, kesulitan bertukar informasi, lelah mengurus

pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan beberapa partisipan berikut ini :

“Kalau kendalanya keluarga masih ada yang menggunakaan obat tradisonal dan tidak terbuka pada perawat. Dan sering juga seperti kami terbentur diwaktu bu dalam mengaplikasikannya karena kami ada juga jadwal ke posyandu bu sementara tim tidak semua yang terjun ke lapangan..padahal sudah kita bagi tugas pada tim untuk kelapangan kadang ada kesibukan pribadi yang menyebabkan tidak bisa totalitas dalam aplikasi ini” (partisipan 1, L219).

(49)

contoh pasien saya dia ada diabetes mellitus yang menyerah matanya sehingga untuk membaca mengalami kesulitan yang disebabkan penglihatannya sudah mulai kabur dan jugan pasien hanya tidur saja dirumah sehingga malas untuk melakukan latihan atau enggan...” (partisipan 3, L231)

4.3.3.2Tahap 8: Planning (04 November 2016)

Tahapan akhir dari 3 siklus penelitian action research pengembangan model family centered care pada tahap 8 adalah planning, adapun kegiatan yang dilakukan adalah; 1) kegiatan monitoring dan evaluasi aplikasi family centered care, dan 2) preconference.

Kegiatan monitoring dan evaluasi aplikasi family centered care dilakukan pada tanggal 4 November 2016. Pada saat proses monitoring dan evaluasi caregiver sudah melaksanakan pengkajian status menelan dan latihan menelan sesuai dengan pelatihan yang sudah diikuti dan yang diobservasi peneliti selama tahap acting. Proses tersebut akan ditindak lanjuti agar dapat terus dijalankan di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar.

(50)

4.4 Outcome action research

Proses action research yang dilaksanakan di Puskesmas Simalingkar telah menghasilkan beberapa outcome, seperti telah tersusunnya pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan dengan mengkombinasikan nilai-nilai hirarki kebutuhan dasar manusia menurut abraham maslow didalamnya. Pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan mempermudah caregiver dalam merawat pasien stroke gangguan menelan, sehingga caregiver terlatih untuk mengaplikasikannya di lapangan.

Komponen-komponen yang terdapat dalam pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan adalah dikombinasi dari Maslow yang terfokus pada hirarki kebutuhan dasar manusia agar bio-psiko-sosio-kultural pasien terpenuhi. Yang meliputi 5 hirarki kebutuhan dasar manusia yaitu: 1) kebutuhan fisiologis, 2) kebutuahankeamanan dan keselamatan, 3) kebutuhan mencintai dan memiliki, dan 4) kebutuhan harga diri, 5) kebutuhan aktualisasi diri. Komponen tersebut telah di elaborasikan dengan langkah-langkah kerja dalam pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan, sehingga diharapkan Puskesmas dapat menggunakan panduan ini dalam mengatasi pasien stroke gangguan disfagia di rumah.

4.5 Dampak family centered care

(51)

merawat pasien stroke gangguan menelan. Sementara perawat menjadi percaya diri untuk meningkatkan profesionalisme perawat Puskesmas dan kemampuan caregiver meningkat tentang bagaimana cara merawat pasien stroke gangguan disfagia di rumah.

Dampak lain yang didapatkan dari hasil pengembangan model family centered care di Puskesmas Simalingkar adalah perawat telah mampu mengaplikasikan nilai-nilai dari abraham maslow, sehingga kebiasaan mengaplikasikan nilai-nilai hirarki kebutuhan dasar manusia saat menerapkan family centered care, diharapkan juga akan terbiasa menerapkannya pada saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Perawat yang telah dapat pembelajaran tentang family centered care bisa menjadi role model bagi perawat Puskesmas yang lain yang akan menerapkan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan.

(52)

1)

3. Persiapan kuesioner (Instrument FCC) 4. Persiapan pengkajian status menelan

(disfagia)

5. Persiapan panduan latihan menelan 6. Pengambilan data dengan Focus group

discussion (perawat dan caregiver ) 7. Field note (perawat dan caregiver) 8. Test (penyebaran kuesioner FCC kpd

caregiver dan pengkajian menelan pasien stroke)

Tahap 1: Mencari permasalahan

Tahap 2:Perencanaan

1. Merencanakan sosialisasi program penelitian dan hasil pengumpulan data reconnaissance kepada pihak puskesmas, caregiver pasien stroke 2. Merencanakan pembentukan tim

pengembangan model FCC bagi caregiver yang merawat pasien stroke ggu menelan dirumah 3. Pre confrence

2. Post Conference

Sosialisasi Model FCC bagi caregiver yang merawat pasien stroke ggu disfagia dirumah kepada perawat, dan caregiver pasien stroke ggu disfagia

Tahap 4: Refleksi

Tahap 3: Implementasi/observasi

1. Rapat dengan perawat puskesmas 2. Pembentukan tim pengembangan model

FCC bagi caregiver yang merawat pasien stroke dirumah

3. Perumusan model FCC bagi caregiver (instrument penelitian), alur dan format observasi

4. Sosialisasi FCC kepada perawat dan caregiver pasien stroke ggu menela 5. Role play latihan menelan da pengkajian

menelan dilakukan oleh perawat kepada caregiver

1.Feed back dari siklus 1 2. Pelatihan cara mengkaji status

menelan yang diajarkan perawat

1. Aplikasi model siklus ke 2

2. Aplikasi pelatihan pengkajian status menelan oleh caregiver

3. Aplikasi pelatihan terapi menelan oleh caregiver

4.Observasi aplikasi pengkajian dan terapi menelan yang dilakukan oleh

(53)

Gambar 4.3

Model Family Centered Care Bagi Caregiver Yang Merawat Pasien Stroke Di Rumah Dalam Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan

(54)

Tabel 4.1 Matriks Tema FGD tahap Reconnaissance Perspektif Partisipan tentang family centered care

No Tema Kategori

1. Keluarga sebagai unsur yang konstan

1. Keluarga yang mengetahui kondisi pasien 2. Keluarga yang mengetahui perkembangan

dan kemajuan pasien

3. Keluarga yang selalu menemani pasien 2. Meningkatkan kekuatan

keluarga

1. Menambah pengetahuan keluarga 2. Mandiri

3. Keluarga percaya diri

4. Informasi lebih komplit 1. Informasi cara melatih pasien disertai buku panduan

5. Kelompok support 1. Keluarga mendukung pasien 2. Dukungan dari perawat

(55)

9. Standard mengajarkan dan melatih

Tabel 4.2 Matriks Tema FGD tahap Reflection Perspektif Partisipan tentang family centered care

No Tema Kategori 8. Pasien tidak berobat lagi keluar 9. Bisa merawat di rumah

10.Modal pengetahuan yang diajarkan 11.Percaya diri

12.Kerjasama 13.Sharing informasi

14.Gak perlu bolak-balik kerumah sakit 15.Caregiver lebih mengerti

16.Memberdayakan caregiver

17.Mampu mengajarkan pasien stroke dirumah

18.Keluarga mampu untuk mandiri 19.Keluarga mengetahui keberhasilan

pasien

20.Terbina hubungan yang baik 21.Meringankan beban kerja perawat 22.Ada kepuasan tersediri

23.Mengurangi angka kesakitan pada pasien

24.Tujuan akhir tercapai 25.Perawatan yang berkualitas 26.Yang tidak tahu menjadi tahu 27.Meminimalkan konflik 28.Memperjelas masalah

(56)

30.Masukan ilmu

31.Pasien menjadi semangat 32.Dihargai

33.Diperhatikan

34.Perubahan dipasien langsung kelihatan

35.Pasien terbantu 2. Kelebihan atau pendukung

dalam menerapkan family centered care

1. Terbentuknya pengkajian latihan menelan

2. Terbentuknya panduan latihan menelan

3. Caregiver lebih percaya diri 4. Pasien antusias

5. Isi panduan latihan menelan sesuai dengan NIC dan NOC

6. Terbina hubungan saling percaya antara perawat dan keluarga

1. Keluarga menggunakan obat tradisional

2. Serangan penyakit yang lain 3. Kesadaran pasien kurang 4. Waktu

5. Kesibukan caregiver 6. Pasien malas untuk latihan 7. Pasien manja

8. Malu bertanya 9. Tidak bisa totalitas

(57)

BAB 5

PEMBAHASAN

Bab ini membahas kesenjangan antara pelaksanaan penelitian dengan teori dan peneliti memberikan argumentasi atau alasan kenapa terjadi kesenjangan tersebut. Pada bab 5 akan dibahas proses pelaksanaan action research, outcome pengembangan model family centered care, dampak pengembangan model family centered care, pelajaran yang didapatkan oleh peneliti (lesson learned), dan keterbatasan penelitian.

5.1 Proses Pelaksanaan Action Research

(58)

Metode action research sangat baik dilakukan untuk mengembangkan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan karena dapat memberdayakan partisipan, menghasilkan pengetahuan baru. Implikasi dari penelitian action research akan memberikan kontribusi yang signifikan untuk praktik klinik berbasis temuan, yang merefleksikan kenyataan dari praktik klinik yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan lingkungan klinik (Karim, 2001).

Pengembangan model family centered care yang menghasilkan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan dilakukan peneliti di Puskesmas Simalingkar Medan, bentuk action research yang dilakukan oleh peneliti dari lingkungan tersebut (insider action research) dapat dengan mudah mempengaruhi terjadinya perubahan (Hotler & Barcott, 1993). Hal ini sesuai dengan penelitian Mitchell, Conlon, Amstrong, dan Ryan (2005) yang melakukan rehabilitasi pada pasien stroke dengan menerapkan prinsip caring.

(59)

melukan siklus yang terlalu lama karena akan sulit untuk mempertahankan komitmen dan mengkaji kemajuan penelitian. Penelitian pengembangan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan.

Sebelum siklus action research dilakukan terlebih dahulu Peneliti melakukan tahap reconnaissance, bertujuan melakukan pendekatan dengan tempat peneliti untuk mencari permasalahan penelitian yang tepat. Pendekatan peneliti kepada lahan sangat menentukan ditemukannya masalah penelitian yang tepat. Kepercayaan partisipan dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagament yaitu, peneliti melakukan pendekatan dalam waktu sekitar 6 tahun dengan partisipan. Lamanya rentang waktu melakukan pendekatan akan memperoleh kepercayaan yang tinggi antara peneliti dan partisipan sehingga antara peneliti dan pasrtisipan memiliki keterkaitan yang lama menjadi semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai. Menurut Lincon dan Guba (1994 dalam Polit & Beck, 2012), teknik prolonged engagement menunjukkan bahwa penelitian tersebut memenuhi kriteria credibility yang mengacu pada keyakinan kebenaran data dan interpretasi data. Peneliti kualitatif harus berusaha untuk membangun kepercayaan dalam kebenaran temuan bagi peserta dan konteks penelitian.

(60)

stroke di rumah, untuk melihat sejauh mana perawat melaksanakan family centered care. Menurut Sullivan, Hegney, dan Francis (2013) sumber data dapat dikumpulkan melalui kombinasi focus group discussion, catatan pasien. Informasi yang didapatkan dari FGD akan dibandingkan dengan sumber data lain yaitu survey pelaksanaan family centered care, sehingga akan diperoleh sudut pandang yang berbeda dan dapat mengidentifikasi strategi yang diperlukan untuk memperkaya budaya setting penelitian.

(61)

Hal ini sesuai dengan pendapat Hegney dan Francis (2015), faktor yang menentukan kesuksesan penelitian action research yaitu terbinanya komitmen antara peneliti dan orang lain, agenda rutin pelaporan jalanya kegiatan, harapan, dan integritas dari metodologi penelitian.

Tahap acting dan observing, peneliti melaksanakan semua perencanaan yang telah direncankan, seperti yang dinyatakan oleh Kemmis dan McTaggart (1998) bahwa pada tahap acting peneliti melakukan kegiatan yang sudah direncanakan pada tahap planning. Diawali bertemu dengan pihak Kepala Puskesmas. Banyak hal yang dibicarakan terkait dengan rencana penelitian dan langkah-langkah konkrit yang harus dilaksanakan untuk mendukung kegiatan penelitian yang akan dilakukan, diantaranya menyusun tim perumusan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan. Format pengkajian disusun berdasarkan kombinasi Nursing Intervention Classification (NIC) dan kriteria hasil Nursing Outcome Classification (NOC) yang telah memiliki standar yang baku dalam perencanan keperawatan (Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner, 2013).

(62)

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dengan adanya hirarki Maslow membantu dalam memahami hubungan di antara kebutuhan dasar manusia dan menentukan prioritas diantara kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut.

Hirarki Maslow menggambarkan lima tingkat kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan mencintai dan memiliki, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri. Kelima kebutuhan hirarki Maslow dikombinasikan sesuai dengan konsep pengkajian status menelan dan intervensi status menelan. Sebelum finalisasi untuk role play kan format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan mengalami dua kali revisi, terutama mengenai redaksi tata bahasa yang tidak dipahami dengan jelas oleh partisipan.

Langkah observasi dilakukan bersamaan saat format diimplementasikan atau di role play kan oleh partisipan. Untuk membantu observasi, peneliti menggunakan format chek list sehingga akan lebih objektif dalam menilai partisipan dalam menggunakan pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan saat melakukan perawatan pada pasien stroke. Hal ini sesuai dengan responsive, kritis dan peka terhadap hal-hal tak terduga.

(63)

proses, masalah, issue, dan hambatan yang dimanifestasikan dalam suatu tindakan strategis, yang memperhitungkan berbagai aspek perspektif situasi yang akan muncul. Reflection mempunyai aspek evaluative dalam mempertimbangkan pengalaman seseorang dan untuk menilai tindakan yang akan dilakukan.

Siklus 2 tahap 5 adalah perencanaan (planning) penelitian action research family centered care bagi caregiver yang merawat pasien stroke di rumah dan kegiatan yang dilakukan adalah melakukan feed back dari siklus 1, dan melakukan pelatihan bagi caregiver untuk mengaplikasikan fcc di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar. Perawat memainkan peran penting pada pendidikan pasien dan rehabilitasi pasien. Perawat dapat membantu pasien untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan setiap hari dengan mendidik, mengubah prilaku dan berfokus pada kemampuan dari pasien (Aslani, Alimohammadi, Taleghani, & Khorasani, 2016)

(64)

Lutz, Young, Cox, Martz, dan Creasy (2011), dimana caregiver pasien stroke memiliki pemahaman yang baik tentang peran yang dilakukan dan tugas-tugas dasar untuk memenuhi kebutuhan dalam merawat dan memandirikan pasien stroke.

Tahapan observation dilakukan selama proses penelitian dengan menggunakan lembar observasi pengkajian status menelan dan lembar observasi panduan latihan menelan. Pada saat aplikasi family centered care, peneliti membuat catatan lapangan (field note) dan menemukan bahwa ada beberapa pasien masih kaku dan belum terbiasa dalam melakukan latihan menelan, hal ini dikarenakan partisipan masih belum terbiasa mengaplikasikan latihan menelan. Pengarahan yang dilakukan peneliti melalui diskusi, role play dan bimbingan membantu meningkatkan kemampuan partisipan dalam mengajarkan latihan menelan pada pasien stroke. Hal ini terlihat dari observasi partisipan setiap melakukan latihan menelan, semakin hari partisipan semakin percaya diri dalam melakukan latihan menelan. Sesuai dengan pernyatan Marquist dan Houston (2000), menyatakan bahwa pengarahan didefinisikan sebagai cara memotivasi dan memimpin sekelompok orang untuk mengerjakan tugas yang ditentukan.

Tahapan observasi dilakukan selama proses penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa item kegiatan tidak dilakukan oleh caregiver yaitu point 5, 6, 15, dan 18 hal ini disebabkan karena tubuh pasien mengalami kelemahan sehingga tidak mampu untuk menopang tubuhnya untuk duduk tegak.

(65)

hambatan action dan masalah yang timbul. Observation harus direncanakan, responsive, kritis dan harus peka terhadap hal-hal yang tidak terduga.

Tahapan akhir dari 3 siklus penelitian action research yaitu reflection peneliti melakukan evaluasi kegiatan penelitian terhadap enam orang partisipan yang terdiri dari tiga orang perawat Puskesmas dan tiga orang caregiver terkait kelemahan, kelebihan, manfaat dan kendala dari format pengkajian status menelan dan panduan latihan menelan dengan pendekatan FGD.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Kemmis dan Taggart (1988) bahwa tahapan reflection berusaha memahami proses, masalah, issue dan hambatan yang dimanifestasikan dalam tindakan strategis, memperhitungkan berbagai perspektif situasi yang muncul. Reflection biasanya dibantu dengan diskusi peserta kelompok penelitian dengan wacana mengarah ke rekonstruksi makna situasi dan memberikan dasar bagi rencana revisi. Reflection memiliki aspek evaluatif untuk mempertimbangkan pengalaman, menilai efek tindakan yang dilakukan.

Gambar

Gambar 3.1:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Puskesmas Simalingkar
Gambar 4.2
Gambar 4.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

caregiver yang berperan dalam merawat pasien di rumah, (2) perawatan yang sudah dilakukan oleh caregiver untuk pasien di rumah, (3) Kebutuhan informasi perawatan (4)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah koping keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa, meliputi kemampuan memelihara integritas keluarga, kerja sama, dan

Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dukungan keluarga sebelum dan sesudah diberikan supportive educative system berbasis family centered care pada

LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwaSkripsiyang berjudul: GAMBARAN RESILIENSI FAMILY CAREGIVER PASIEN STROKE DI KOTA SEMARANG PADA MASA PANDEMI

LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : GAMBARAN KUALITAS HIDUP FAMILY CAREGIVER PASIEN STROKE DI KOTA SEMARANG PADA MASA