• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Relevan

2.6 Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Anak

Kemampuan berbahasa merupakan suatu potensi yang dimiliki semua anak manusia yang normal. Perkembangan bahasa pada anak merupakan pendeteksian gejala-gejala yang terjadi pada anak dalam proses pengembangannya. Tahap perkembangan bahasa pada anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik.

2.6.1 Tahap Pralinguistik (Masa Meraban)

Pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi-bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata atau makna tertentu. Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan anak yang dialami oleh anak berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke dalam dua tahapan, dapat dilihat di bawah ini.

2.6.1.1 Tahap Meraba Pertama

Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian kelompok ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak.

Usia o-2 bulan, sudah dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah dapat membedakan suku kata, mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosioanal suara manusia mislalnya, mereka akan tersenyum jika mendengar suara yang ramah atau sebaliknya, mereka akan menangis jika mendengar suara dengan nada ramah. Anak hanya dapat mengeluarkan bunyi-bunyi reflektif untuk menyatakan rasa lapar, sakit atau ketidaknyamanan yang menyebabkan anak menangis dan rewel. Umumnya, bunyi seperti bunyi vocal dengan suara yang

agak serak. Sekalipun bunyi-bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya.

Usia 2-5 bulan, pada usia 3-4 bulan bayi dapat membedakan suara laki-laki dan perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain.

Pada usia 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi (rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n/ sudah mulai muncul.

2.6.1.2 Tahap Meraba Kedua

Usia 6-12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba ba/, ma ma ma/, dad a da/. Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia 6 bulan sampai satu tahun. Secara fisik ia sudah mulai melakukan gerakan-gerakan. Cara berkomunikasi pada tahapan ini lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh, tersenyum dan menangis saja tapi ditambah dengan memegang, mengangkat, atau menunjuk.

2.6.2 Tahap Linguistik

Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni sebagai berikut. 2.6.2.1 Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)

Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada peroide ini disebut holofrase, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu. Contoh kalimat “Akut (sambil menunjukkan laba-laba)”.

Antara usia dua belas dan delapan belas bulan, anak-anak mulai menghasilkan bermacam ucapan tunggal yang bisa dipahami. Masa ini, umumnya disebut tahap satu kata, dicirikan dengan ujaran dimana istilah-istilah tunggal diucapkan untuk benda-benda sehari-hari seperti “susu”, “kue”, “kucing”, “cangkir” dan “sendok” (biasanya diucapkan [pun]) (Yule,2014:258).

2.6.2.2 Ucapan Dua Kata

Berlansung sewaktu anak berusia 1,5-2 tahun. Tahap ini memasuki tahap pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta.

Pada tahap ini, kosakata dan gramatika anak berkembangan dengan cepat. Tuturan mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah kata-kata yang penting saja, seperti kata-kata benda, kata-kata sifat, dan kata-kata kerja. Contohnya mamah,makan! Ada pun yang ingin dikomunikasikan anak melalui ungkapan-ungkapan tersebut, konsekuensinya fungsional yang penting adalah bahwa orang dewasa dan lebih sering adalah anak-anak yang lebih besar di rumah, berprilaku seolah-olah komunikasi sedang berlansung (Yule, 2014:260).

2.6.2.3 Pengembangan Tata Bahasa

Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini ditandai dengan penggunaan kaliat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini umumnya dialami oleh anak usia sekitar 3 sampai 5 tahun.

2.6.2.4 Tahap Bahasa Menjelang Dewasa

Pada tahap ini anak mulai menyusuaikan pengucapan untuk pendengae informasi, susunan kalimat dan tata bahasa yang benar. Tahap perkembangan bahasa anak yang ke empat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun ke atas. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit (Zubaidah, 2003:16).

Tahap perkembangan bahasa anak yang ke empat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit (Rahmatika, 2016:56).

2.7 Karangan

Keterampilan mengarang merupakan bagian dari keterampilan berbahasa Indonesia yang harus dimiliki oleh siswa. Untuk mengasah keterampilan pada siswa tentunya perlu latihan menulis terus menerus, dan pengetahuan mengenai pembentukan kata, serta pengembangan paragraf.

Mengarang merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan gragologi (ilmu yang berkenaan dengan tulisan, struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis

tidak datang secara otomatis melainkan melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan,2008:3-4).

Tarigan (2008:23), menyatakan karangan merupakan suatu bentuk berpikir, justru berpikir bagi membaca tertentu. Karangan adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik (Arifin dan Tasai, 2008:115), sedangkan menurut Semi (2007:40) karangan merupakan suatu proses kreatif. Artinya, menulis itu merupakan sebuah keterampilan yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif.

Jadi karangan adalah suatu proses bernalar yang dituangkan dalam karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkkapkan gagasan dan menyampaikan bahasa tulis kepada pembaca untuk dipaham. Karangan naratif merupakan cara ingin menceritakan pada orang lain kejadian–kejadian atau peristiwa yang terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain. Narasi sendiri diartikan sebagai bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa itu tamcak seolah–olah pembaca (Mulyati, 2016:105 –107).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa narasi bertujuan menyajikan suatu peristiwa kepada pembaca, mengisahkan apa yang terjadi, dan bagaimana kejadian itu berlansung, yang perlu digaris bawahi untuk membedakan wacana lainnya adalah bahwa narasi ditulis secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu tertentu.

Karangan narasi juga berkaitan erat dengan penceritaan atau pendongeng dari sesuatu. Karangan naratif banyak ditemukan dalam cerita pendek, pendongengan, novel dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menghibur para pembaca, kadangkala, bahkan membawa para pembaca bertualang bersama, karena demikian terpesona dengan apa yang dinarasikan (Bahtiar dan Fatimah, 2014:69). Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, karangan narasi merupakan cara seorang penulis untuk mengungkapkan sebush kejadian atau pengalaman yang pernah dialami penulis secara beruntun dan alur cerita mempengaruhi imajinasi penulis untuk memahami isi cerita.

Dokumen terkait