• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis jenis kalimat berdasarkan bentuk dan makna pada karangan narasi kelas V SDK To`e kampung Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis jenis kalimat berdasarkan bentuk dan makna pada karangan narasi kelas V SDK To`e kampung Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ANALISIS JENIS KALIMAT BERDASARKAN BENTUK DAN MAKNA PADA KARANGAN NARASI KELAS V SDK TO’E KAMPUNG LOHA MANGGARAI BARAT NUSA TENGGARA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh: Margaretha Novera NIM: 141224076. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk:  Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu  Kedua orang tua tercinta, Simon Alle Gerhaman dan Ibu Josephina Sri Madia yang selalu setia memberikan dukungan moril dan materi serta doa yang tanpa henti untuk kesuksesan saya.  Kakak Albarik Edis dan kedua adik tercinta (Yohanes S. Diego dan Anastatasya K. Allesa) yang sudah memberikan dukungan, semangat dan doanya untuk keberhasilan saya  Dosen pembimbing dan penguji yang sudah meluangkan waktunya untuk membimbing dan menuntun saya sampai skripsi ini selesai  Sahabat dan teman tersayang yang sudah membantu, memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran skripsi ini, serta semua teman-teman pendidikan PBSI 2014 untuk semua canda, tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama selama ini. Terimakasih untuk kenangan manis yang terukir selama ini, mudah-mudahan kita semua bisa menjadi orang yang sukses meskipun ditempat dan pilihan yang berbeda.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan (Soe Hok Gie).. Jangalah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. Yesaya 41:10. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Novera, Margaretha. 2018. Analisis Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuk dan Makna Pada Karangan Siswa Kelas V SDK To’e/ Loha Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. 2018. Skripsi. Yogyakarta: PBSI.FKIP. Penelitian ini mengkaji tentang jenis kalimat yang dihasilkan oleh siswa kelas V SDK Toe Loha Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan bentuk dan makna yang terdapat pada karagan narasi siswa kelas V SDK Toe Loha, Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Jenis kalimat berdasarkan bentuk dibagi menjadi dua bagian yaitu kalimat tunggal dan majemuk sedangkan kalimat berdasarkan makna dibagi menjadi kalimat deklaratif, kalimat interogratif, dan kalimat perintah yang dibagi menjadi 3 bagian (kalimat perintah halus, permohonan dan larangan). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena penelitian ini akan membahasa hasil penelitian dalam bentuk deskriptif. Penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Selain itu semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci apa yang diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik tes tertulis (writing tes) karena memuat soal-soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk uraian atau tulisan. Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh jawaban-jawaban dari siswa yakni berupa karangan. Dari analisis data dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa kelas V SDK Toe Loha Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur sudah dapat menghasilkan jenis kalimat berdasarkan bentuk maupun berdasarkan makna, pada karangan narasi yang dihasilkan oleh siswa kelas V terdapat 33 kalimat ekatransitf, 20 kalimat taktransitif sedangkan kalimat dwitransitif terdapat 4 kalimat yang dihasilkan oleh siswa kelas V pada karangan narasi tersebut. Kalimat majemuk dibagi menjadi dua bagian yakni kaimat majemuk setara dan tak setara. Kalimat majemuk setara dibagi menjadi dua bagian yakni kalimat majemuk verba klausa 1 dan kalimat mejemuk verba klausa 2. Kalimat majemuk tak setara dibagi lagi menjadi 2 bagian yakni kalimat verba klausa induk dan kalimat verba klausa anak. Pada karangan narasi siswa kelas V terdapat beberapa kalimat-kalimat yang tergolong ke dalam jenis kalimat ini. Kalimat majemuk setara terdapat sebanyak 12 kalimat, sementara kalimat majemuk tak setara terdapat 12 kalimat. Sementara jenis kalimat berdasarkan makna siswa kelas V sudah menghasilkan jenis kalimat deklaratif sebanyak 13 kalimat, pertanyaan sebanyak 8 kalimat, kalimat perintah halus sebanyak 8 kalimat, kalimat perintah permintaan sebanyak 4 kalimat dan kalimat perintah larangan sebanyak 10 kalimat. Kata kunci: kalimat, jenis – jenis kalimat, kalimat tunggal,kalimat majemuk dan karangan narasi.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. Novera, Margaretha. 2018. Analysis Of Sentence Types Based On Shape And Meaning On Student's Essay V SDK To’e/ Loha West Manggarai, East Nusa Tenggara. 2018. Thesis. Yogyakarta: PBSI.FKIP. This study examines the types of sentences produced by grade V SDK Toe Loha Manggarai Barat, East Nusa Tenggara. The purpose of this study describes the type of sentence based on the form and meaning contained in narrative text class V SDK Toe Loha, West Manggarai East Nusa TenggaraTimur. The type of sentence based on the form is divided into two parts namely single sentence and compound while sentence based on meaning is divided into two also that is equivalent and multilevel compound. This type of research is descriptive qualitative, because this research will discuss the results of the research in descriptive form. Descriptive research is data collected in the form of words, pictures and not numbers. Besides that all that is collected may be the key to what is being studied. This study uses a written test technique (writing test) because it contains questions and answers given to students in the form of descriptions or writing. This test consists of a number of written questions to obtain answers from students namely in the form of essays. Data collection techniques use test techniques. Data retrieval in the form of information about knowledge of attitudes, talents and others can be done with tests. The test that the researcher will give later is in the form of a written test (description test). Written test is a test in which the questions and answers given to students are in writing. This test consists of a number of written questions to reveal the state or level of development of aspects of psychology. From the data analysis in this study, it can be deduced that there are In the narrative artifacts produced by the students of class V there are 33 sentences ekatransitf, 20 sentence titifransitif sentence while there are 4 sentences produced by students of class V on the article narrative. Compound sentences are divided into two parts equivalent and unequal equivalent compounds. The equivalent compound sentence is divided into two parts the compound verb clause 1 and the sentence of the verb clause 2. The unequal compound sentence is subdivided into 2 parts ie the verb clause of the parent clause and the verb sentence of the child clause. In the narrative text of class V students there are several sentences that belong to this type of sentence. The equivalent compound sentence contains as many as 12 sentences, while the unequal compound sentence is 12 sentences. While the type of sentence based on the meaning of class V students has produced declarative sentences of 13 sentences, 8 sentences, 8 subtle command sentences, 4 sentences and 4 sentences and 10 sentences. Keywords: sentence, sentence type, single sentence, compound sentence and narrative text. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan. Selama penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo S. Pd., M. Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang sudah memberikan banyak dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Bapak Danang Satria Nugraha, S. S, M. A. selaku wakil ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 4. Bapak Dr. B. Widharyanto, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang sudah banyak memberikan dukungan, menyediakan berbagai fasilitas dan meluangkan waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini serta telah banyak membantu memberikan bimbingan, kritikan serta saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv. MOTT O................................................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................................................ vii. ABSTRAK ............................................................................................................... viii. ABSTRAC ................................................................................................................. ix. KATA PENGANTAR.............................................................................................. x. DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi. BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1. 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1. 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5. 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................ 5. 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................. 6. 1.5 Batasan Istilah ................................................................................................... 8. 1.6 Sistematika Penulisan........................................................................................ 8. BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 10. 2.1 Penelitian Relevan ............................................................................................ 10. 2.2 Landasan Teori .................................................................................................. 10. 2.2.1 PengertianKalimat .......................................................................................... 14. 2.2.2 Kategori dan Fungsi Kalimat ......................................................................... 13. 2.2.3 Struktur Pola Kalimat..................................................................................... 20. 2.2.4 Jenis-jenis Kalimat ........................................................................................ 24. 2.2.4.1 Kalimat Berdasarkan Bentuk ................................................................ 24. 2.2.4.2 Kalimat Tunggal ................................................................................... 24. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.2.4.2.1 Kalimat taktransitif ........................................................................... 26. 2.2.4.2.2 Kalimat ekatransitif ........................................................................... 27. 2.2.4.2.3 KalimaDwitransitif............................................................................ 27. 2.2.4.2.4 Kalimat Majemuk ............................................................................. 28. 2.2.4.2.4.1 Kalimat Majemuk Setara................................................................ 28. 2.2.4.2.4.2 Kalimat Majemuk Bertingkat ......................................................... 29. 2.3 Kalimat Berdarkan Makna ................................................................................. 29. 2.3.1 Kalimat berita ........................................................................................... 29. 2.3.2 Kalimat pernyatan ..................................................................................... 30. 2.3.3 Kalimat pertanyaan ................................................................................... 30. 2.3.4 Kalimat perintah ....................................................................................... 30. 2.4 Pemerolehan bahasa ........................................................................ ……... ….. 30. 2.4.1.1 Proses Pemerolehan Sintaksis .............................................................. 33. 2.5 Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa ................................................................... 34. 2.5.1 Tahap Pralinguistik .................................................................................. 34. 2.5.2 Tahap Linguistik ..................................................................................... 36. 2.6 Karangan ........................................................................................................... 38. 2.7 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 38. BAB III.................................................................................................................... 34. 3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 39. 3.2 Sumber Data dan Data....................................................................................... 39. 3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 40. 3.4 Teknik Analisis Data .......................................................................................... 43. 3.5 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 44. 3.6 Pengkodean Data ............................................................................................... 45. 3.7 Triangulasi ......................................................................................................... 47. BAB 1V .................................................................................................................... 48. 4.1 Deskripsi Data ................................................................................................... 48. 4.2 Analisis Data....................................................................................................... 49. 4.2.1 Analisis Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuk ...................................................... 49. 4.2.1.1 Kalimat Tunggal ............................................................................................. 50. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.2.1.1.1 Kalimat tak transitif ..................................................................................... 50. 4.2.1.1.2 Kalimat ekatransitif ..................................................................................... 51. 4.2.1.1.3 Kalimat Dwitransitf ..................................................................................... 52. 4.2.2.2. Kalimat Majemuk .......................................................................................... 53. 4.2.2.2.1 Kalimat Majemuk Setara ............................................................................ 53. 4.2.2.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat ..................................................................... 54. 4.2.2 Analisis Jenis Kalimat Berdasarkan Makna ..................................................... 55. 4.2.2.1 Kalimat Deklaratif .......................................................................................... 57. 4.2.2.2 Kalimat Pertanyaan......................................................................................... 57. 4.2.2.3 Kalimat Perintah ............................................................................................. 58. 4.3 Pembahasan ......................................................................................................... 62. BAB V ........................................................................................................................ 79. 5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 79. 5.2 Saran ..................................................................................................................... 72. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 82. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambing bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai lambangdan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus (Mulyati, 2016:4). Kalimat adalah satuan bahasa yang menjadi inti dalam pembicaraan sintaksis. Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009: 44). Menurut Kridalaksana (2002: 43-44), satuan bahasa itu membentuk hierarkis mulai dari kata, frasa, klausa, kalimat, gugus kalimat, paragraf, sampai wacana. Terdapat dua konsep penting yang berkenaan dengan kalimat, yaitu konstituen dasar dan intonasi final (Ahmad, 2002: 144).. Konstituen Dasar. kalimat biasanya berupa klausa karena dalam klausa sudah terdapat fungsi internal bahasa yaitu fungsi semantik, fungsi sintaksis dan fungsi pragmatik. Beberapa fungsi ini membangun keutuhan makna sebuah klausa. Jika sebuah klausa diberi tanda baca atau intonasi final maka terbentuklah kalimat.. 1.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Klausa merupakan konstituen inti kalimat karena secara aktual dan potensial dapat menjadi kalimat (Khirah & Ridwan, 2014: 146 -147) . Analisi kalimat merupakan kajian sintaksis yang menelaah unsur-unsur yang terdapat dalam karangan narasi anak SD nanti, baik berkaitan kategori kata yang menduduki setiap fungsi kalimat, dan peran semantisnya. Siswa sebagai bagian dari masyarakat ilmiah yang kelak akan mengembangkan dirinya dalam disiplin ilmu tertentu harus menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik akan membuat siswa dapat menuangkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, dan pengalamannya dengan baik dan runtut dalam sebuah karangan. Namun, keterampilan seseorang dalam mewujudkan sebuah tulisan menjadi karangan tidaklah mudah, tetapi perlu adanya latihan berulang. Mengarang atau menulis merupakan salah satu keterampilan dalam aspek berbahasa. yang. memegang. peran. penting. dalam. kehidupan. manusia.. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang teratur. Sebuah karangan yang baik mempunyai kesinambungan ide yang berterusan. Kesinambungan ini berdasarkan kemampuan pengetahuan para siswa. Kemampuan siswa menyampaikan ide secara kritis dan kreatif akan membantu para siswa mendapat sebuah karangan yang tinggi. Siswa harus memiliki pengetahuan kebahasaan jika ingin menghasilkan karangan yang baik. Pengetahuan kebahasaan tersebut berupa penguasaan kosa kata dan penguasaan kaidah-kaidah kebahasaan salah satunya jenis-jenis kalimat.Kalimat pada dasarnya dibentuk dari kata atau kelompok kata. Keterampilan merangkai kata-.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. kata atau kelompok kata dapat menjadikan satu kesatuan yang bermakna yaitu kalimat. Jika ini tidak dapat dikuasai, mungkin akan terjadi pengumpulan kata atau kelompok kata yang tidak bermakna. Kemampuan siswa dalam keterampilan menulis dipengaruhi juga oleh pemerolehan bahasa pada anak-anak ketika belajar berbicara. Bahasa yang diperoleh pertama kali disebut sebagai bahasa ibu (native language). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa yang pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Karangan narasi juga berkaitan erat dengan penceritaan atau pendongeng dari sesuatu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa narasi bertujuan menyajikan suatu peristiwa kepada pembaca, mengisahkan apa yang terjadi, dan bagaimana kejadian itu berlansung, yang perlu digaris bawahi untuk membedakan wacana lainnya adalah bahwa narasi ditulis secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu tertentu. Hal ini berkaitan erat dengan pemahaman siswa sekolah dasar dalam menulis karangan khususnya karangan narasi. Pada umunya siswa sekolah dasar (masa kanank-kanak) sangat gemar menceritakan peristiwa yang dialami atau dirasakannya, sehingga mereka lebih tertarik pada cerita narasi. Pada penelitian ini, peneliti tertarik membahas jenis kalimat berdasarkan bentuk dan makna yang ada dalam karangan siswa kelas V SDK To’e kampung Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Keterampilan menulis sudah mulai dipelajari sejak di tingkat sekolah dasar. Mengenalkan menulis sejak usia sekolah dasar dapat.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. membuat siswa lebih gemar menulis dan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan menulis di tingkat lebih lanjut yaitu di tingkat SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi. Namun, kenyataan di lapangan berdasarkan observasi di kelas dan diskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa rata-rata masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis disebabkan karena pembelajaran menulis di sekolah dasar sering dianaktirikan. Karangan. narasi. berkaitan. erat. dengan. penceritaan. atau. pendongeng dari sesuatu. Sehingga hal ini mempengaruhi siswa untuk menuangkan ide atau pikiran serta pengalaman yang mereka alami. Penelitian ini mengambil lokasi SDK Toe Loha Manggarai Barat NTT dengan subjek penelitian siswa kelas VA. Peneliti mengambil subjek penelitian siswa kelas V dengan pertimbangan bahwa keterampilan menulis kelas V SDK Loha Manggarai Barat NTT masih rendah bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Hasil keterampilan menulis karangan narasi berdasarkan pengamatan (observasi) yang dilakukan pada pembelajaran Bahasa Indonesia serta wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di kelas V. Sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan ide yang mereka miliki ke dalam bentuk karangan narasi. Hal ini dapat terlihat dari hasil karangan yang mereka kumpulkan. Belum ada keruntutan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lainnya. Kurangnya kosakata yang mereka miliki sehingga masih banyak yang menggunakan kosakata dalam bahasa Indonesia yang kurang baik. Alasan yang mendasari peneliti membahas atau menganalisis kalimat yang ada pada karangan.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. siswa berdasarkan hasil analisis data, masih banyak siswa yang kurang memahami bagaimana penyusunan kalimat sesuai dengan pola struktur kalimat, berdasarkan bentuk kalimat, makna suatu kalimat serta kategori dan fungsi dari kalimat itu sendiri. Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa pada umumnya masih banyak siswa yang belum mahir dalam menulis karangan, hal ini dikarenakan para siswa sering menggunakan bahasa daerah (B1) daripada bahasa Indonesia sehingga siswa masih kaku dan juga kebingungan dalam menulis karangan. Minimnya penguasaan kosa kata bahasa Indonesia juga mempenagruhi siswa kurang mahir dalam menulis karangan khususnya karangan narasi. Keadaan geografis sekolah juga yang bisa dikatakan masih kurang maju jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di daerah Jawa. Fasilitas sekolah yang masih kurang memadai dalam mengasah kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam keterampilan berbahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis dan dikususkan lagi keterampilan dalam menulis kalimat pada karangan narasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas disusun sub masalahnya sebagai berikut. 1. Dilihat dari segi bentuk, jenis kalimat apa sajakah yang dihasilkan dalam karangan narasi oleh siswa SDK To’e/Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur? 2. Dilihat dari segi makna, jenis kalimat apa sajakah yang dihasilkan dalam karangan narasi oleh siswa SDK To’e/Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur?.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mendeskripsikan jenis kalimat dari segi bentuknya yang dihasilkan oleh siswa SDK To’e/Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. 2. Mendekripsikan jenis kalimat dari segi makna yang dihasilkan oleh siswa SDK To’e/Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini yakni sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khazanahpengetahuansehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan khususnya proses pembelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan keterampilan menulis karangan, khususnya menulis karangan narasi. 2. Manfaat Praktis 1. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu acuan guru untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa khususnya keterampilan menulis. 2. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa khususnya keterampilan menulis karangan..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa khususnya keterampilan menulis karangan. 1.5 Batasan Istilah Dalam penelitian ini peneliti memberikan batasan istilah pada skripsi agar pembaca mudah memahami. Adapun istilah-istilah yang peneliti kajian sebagai berikut. 1.. Kalimat adalah satuan bahasa yang menjadi inti dalam pembicaraan sintaksis. Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Abdul Chaer,2009: 44).. 2.. Kategori kalimat dalam bahasa Indonesia kita memiliki empat kategori utama yakni (1) verba atau kata kerja (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, (4) adverbia. Di samping itu, ada satu kelompok lain yang dinamakan kata preposisi (atau kata depan), konjungsi (atau kata sambung), dan partikel (Tata Bahasa Baku,1988:30).. 3.. Fungsi Kalimat, fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.. 4.. Pola kalimat dasar adalah kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun berdasarkan pola–pola kalimat tertentu yang amat.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. sedikit jumlahnya. Pola kalimat sekurang–kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. 5.. Kalimat menurut bentuk dibagi menjadi kalimat tungga dan kalimat majemuk. 6.. Kalimat menurut maknadibagi menjadi kalimat pertanyaan, kalimat pernyataan, kalimat perintah dan kalimat seruan. 7.. Karangan narasi adalah Karangan naratif merupakan cara ingin menceritakan pada orang lain kejadian – kejadian atau peristiwa yang terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain. Narasi sendiri diartikan sebagai bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa itu seolah – olah dirasakan pembaca.. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada hakikatnya. akan mempermudah dan. mengarahkan hasil penelitian agar tidak menyimpang dari pembahasan yang akan diteliti. Sistematika menjadikan penulisan hasil penelitian menjadi lebih terarah, jelas, mendetail, dan sistematis. Penulisan yang sistematis banyak membantu pembaca dalam memahami hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelimabab itu adalah sebagai berikut. Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjutnya adalah landasan teori, yakni teori yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam penelitian ini yakni melalui pendekatan pragmatik. Kerangka berpikir berisi cara kerja yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini terdiri atas jenis penelitian, sumber data dan data, , teknik pengumpulan data, klasifikasi data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab keempat adalah analisis data. Bab ini menjabarkan analisis terhadap data-data yang menjadi objek penelitian berdasarkan data yang tersedia. Dari analisis ini akan didapatkan hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama. Bab kelima merupakan simpulan. Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian dan dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan proses penelitian yang telah diselesaikan..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Relevan Teori dalam sebuah penelitian dikatakan sangat bermanfaat karena dengan dapat memperdalam pemahaman tentang objek penelitian. Dengan teori yang digunakan kita dapat menggambarkan data atau fenomena yang terjadi. Oleh karena itu teori sangat diperlukan dalam suatu penelitian. Peneliti menemukan suatu penelitian yang relevan dengan peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fella Rahmatika (2016) berjudul Analisis Sintaksis Bahasa Indonesia. Pada. Karangan Narasi Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Candisari Kota Semarang. Penelitian Fella memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu sama-sama menganalisis pada objek yang sama yakni karangan narasi siswa sekolah dasar, tetapi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Fella Rahmatika adalah penelitian Fella Rahmatika membahas secara umum tentang sintaksis bahasa Indonesia sedangkan penelitian ini mencoba mencoba mengkaji sebagian dari sintaksis dari bahasa Indonesia yakni jenis kalimat berdasarkan bentuk dan makna. Adapun penelitian yang relevansi pada peneliti ini yakni penelitian yang dilakukan oleh Maria Riska Wikanrari (2009) yang berjudul Analaisis Kesalahan Struktur Kalimat dalam Karangan Narasi Ekspositois Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur Srumbung. Maria menunjukkan keasalahan pemakaian struktur kalimat pada karangan siswa kelas VII. Kesalahan penggunaan struktur kalimat bahasa Indonesia oleh siswa SMP Pangudi Luhur Srumbung tidak begitu banyak.. 10.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Dari 628 kalimat, hanya 52 kalimat yang memiliki kesalahan struktur. Adapun persamaan anatara kedua penelitian ini yakni sama-sama topik tentang kalimat dan juga mengkaji objek yaitu karangan siswa, sedangkan perbedaan terletak pada topik penelitian yakni Maria membahas tentang struktur kalimat. sementara. penelitian ini mengkaji tentang jenis kalimat dan juga Maria lebih menspesifikan jenis karangan yakni karang narasi ekspositori sementara penelitian ini meneliti tentang karangan narasi secara umum. Adapun penelitian Ariningsih, dkk (2012) yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Karangan Siswa Yang Belum Sesuai Dengan Kaidah Sintaksis” dan juga penelitian Anjarsani (2013) yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Pada Karangan Mahasiswa Asing di Universitas Sebelas Maret”. Penelitian Ariningsih dan Anjarsani mempunyai relevansi dengan penelitian ini yakni sama-sama mengkaji pada karangan siswa, namun ada pula perbedaannya yakni topik peneltian yang berbeda. Penelitian Ariningsih,dkk (2012) membahas faktor-faktor penyebab penggunaan bahasa dan Anjarsani (2013) menganalisis kesalahan berbahsa Indonesia pada karangan mahasiswa asing sementara kelimat ini mengkaji jenisjenis kalimat berdasarkan bentuk dan makna pada karangan narasi siswa kelas V SDK To’e kampung Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Adapun kebaruan dari penelitian ini yakni membahas mengenai jenis-jenis kalimat yang dihasilkan oleh siswa kelas V SDK To’e kampung Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur baik dari segi bentuk kalimat maupun dari segi makna..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Definisi Kalimat Kalimat pada umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Setiap kata termasuk kelas kata atau kategori kata, dan mempunyai fungsi dalam kalimat. Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang dipakai dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan (Tata Bahasa Baku,1988:29-30). Kalimat adalah satuan bahasa yang menjadi inti dalam pembicaraan sintaksis. Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009: 44). Inti dari definisi itu menyatakan bahwa kalimat terdiri dari konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi bila diperlukan.Konstituen dasar biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai intonasi final. Intonasi final yang merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah kalimat dapat berupa intonasi deklaratif (yang dalam bahasa Indonesia ragam tulis diberi tanda titik), intonasi interogatif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda tanya), intonasi imperatif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru, dan intonasi interjektif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru). Tanpa intonasi final ini sebuah klausa tidak akan menjadi sebuah kalimat (Chaer, 2009: 44)..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final. Jika dilihat dari fungsinya, unsur-unsur kalimat terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal, kalimat tunggal dan perluasan serta kalimat majemuk. Kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat (taksetara, dan kalimat majemuk campuran (Zaenal Arifin & Junaiyah, 2008: 54 -55). Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik,tanda seru atau tanda tanya. Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata,frasa dan klausa (Widjono, 2007). Menurut Kridalaksana (2002: 43-44), satuan bahasa itu membentuk hierarkis mulai dari kata, frasa, klausa, kalimat, gugus kalimat, paragraf, sampai wacana. Terdapat dua konsep penting yang berkenaan dengan kalimat, yaitu konstituen dasar dan intonasi final (Ahmad, 2002: 144) dalam (Khairah & Ridwan, 2014: 147). Konstituen Dasar kalimat biasanya berupa klausa karena dalam klausa sudah terdapat fungsi internal bahasa yaitu fungsi semantic, fungsi sintaksis dan fungsi pragmatik. Beberapa fungsi ini membangun keutuhan makna sebuah klausa. Jika sebuah klausa diberi tanda baca atau intonasi final maka terbentuklah kalimat. Klausa merupakan konstituen inti kalimat karena secara actual dan potensial dapat menjadi kalimat (Khirah & Ridwan, 2014: 146 -147) ..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. Beberapa pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat merupakan komponen atau satuan bahasa terkecil, dalam wujud tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh, sedangkan dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda dan diakhiri dengan intonasi. 2.2.2 Kategori dan Fungsi Kalimat Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilakunya. Kata yang mempunyai bentuk dan perilaku yang sama, atau mirip dimasukkan ke dalam kelompok kata yang sama atau sesamanya, tetapi berbeda kelompok yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok kata yang lain. Dengan kata lain, kata itu termasuk dalam kategori kata yang berbeda-beda. Dalam bahasa Indonesia kita memiliki empat kategori utama (1) verba atau kata kerja (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, (4) adverbia. Di samping itu, ada satu kelompok lain yang dinamakan kata preposisi (atau kata depan), konjungsi (atau kata sambung), dan partikel (Tata Bahasa Baku, 1988:30). Pada umumnya kata yang masuk dalam kategori kata tertentu, dan tidak sekaligus masuk ke kategori kata yang lain. Kata meja,agam,dan kertas, misalnya, termasuk kategori nomina. Kata lain seperti pergi, tidur dan datang termasuk kategori verba. Akan tetapi, ada pula kata yang memiliki keangotaan rangkap kata seperti jalan dan telepon misalnya, dapat masuk ke dalam nomina (di jalan itu, tidak. mempunyai telepon) dan verba (Mesin ini tidak jaan,Telepom dia. sekarang)..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. Nomina,verba, dan adjektiva sering dikembangkan dengan tambahan pembatasan tertebtu. Nomina, misalnya dapat dikembangkan dengan nomina lain, dengan adjektiva, atau dengan kategori lain (gedung. gedung sekolah,. gedung bagus, gedung yang bagus itu). Verba dapat dikembangkan, antara lain dengan adverbia seperti telah (makan dikembangkan dengan adverbia seperti sangat. telah makan), dan adjektiva dapat (manis. sangat manis ).. Pada tataran sintaksis, nomina dan perkembangannya disebut frasa nominal, verba dan perkembangannya disebut frasa verbal, serta adjektiva dan perkembangannya disebut frasa adjektival. Preposisi yang diikuti kata atau frasa lain menghasilkan frasa preposisional (Tata Bahasa Baku, 1988:30). Setiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Di samping itu ada fungsi lain seperti atributif (yang menerangkan), koordinatif (yang menggabungkan secara setara) dan subordinatif (yang menggabungkan secara bertingkat) (Tata Bahasa Baku, 1988:30-31). a) Subjek Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat.Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat menga–burkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi; (1) mem–bentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk, (2) Memperjelas makna, (3) Menjadi pokok pikiran, (4) Menegaskan (memfokuskan).

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6) membentuk kesatuan pikiran. Subjek yang bukan nominal terlihat pada contoh yang berikut. 1.. Membangun gedung makan biaya. 2.. Berhitung tidak mudah. 3.. Merah adalah warna dasar Adapun ciri–ciri subjek yakni jawaban apa atau siapa, didahului kata. bahwa, berupa kata atau frasa benda/nomina, disertai kata ini,atau itu, disertai pewatas yang, kata sifat didahului kata si atau sang contohnya si cantik, si kecil, sang perkasa, dan tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi,untuk, dari menurut, berdasarkan dan sebagainya,tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dengan kata bukan. Serta subjek kalimat dapat berupa kata dan dapat pula berupa frasa. Berupa kata contohnya Saya sudah mulai mengantuk, malam sudah sangat larut dan orang–orang sudah tertidur lelap. Adapun berupa frasa, contohnya: air sungai kecil itu terus menerus menggericik, pada tepi sungai itu terempas krikil–krikil tajam dan seekor kelinci tiba–tiba keluar dari segerombolan tanaman dekat rel kereta api (Ahmad Bahtiar,2014: 2). b) Predikat Predikat dalam bahasa Indonesia dapat berwujud frasa verbal, adjektival, nominal, dan preposisional. Berikut ini adalah beberapa contoh predikat. 4. Ibu sedang makan di dapur 5. Kita tidak harus pergi sekarang 6. Masalah koperasi sudah ditelaah oleh Pemerintah 7. Gempa minggu lalu keras sekali.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Di samping predikat, kalimat umumnya mempunyai pula subjek. Dalam bahasa Indonesia subjek biasanya terletak di muka predikat. Subjek dapat berwujud nomina, tetapi pada keadaan tertentu kategori kata lain juga dapat menduduki fungsi subjek. Dari contoh di atas tampaklah bahwa subjek untuk kalimat adalah ibu, kita ,masalah koperasi, untuk kalimat gempa minggu lalu, harga makanan. Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi (1) membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk, (2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat,. (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan. pikiran, dan (5) sebagai sebutan. ciri–cirri predikat seperti di bawah ini yakni jawaban mengapa, bagaimana, dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan, dan didahului keterangan aspek akan, sudah, sedang, selalu hampir, didahului keterangan modalitas sebaiknya, seharusnya, seyogyamesti, selayaknya, dan lain– lain, tidak didahului kata yang, jika didahului kata yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek. Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni, Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja , kata sifat atau bilangan. Predikat dapat berupa kata, dan dapat pula berupa frasa. Berupa kata contohnya adalah pengusaha sukses itu menemuklan peluang, bisnis barunya, bisninya berkembang. Adapun. berupa frasa contohnya seperti “pengusaha itu sudah mendapatkan. peluang pengembangan bisninya (Ahmad Bahtiar,2014: 2)..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. c. Objek Subjek dan predikat cendrung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat bersifat transitif mempunyai objek. Biasanya predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me–kan, atau me–i, misalnya mengambilkan, mengumpulkan, me–i misalnya mengambilli, melempari, mendekati. Dalam kalimat, objek berfungsi (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat predikat transitif, (2) memperjelas makna kalimat, dan (3) membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran. Ada juga kaimat yang mempunyai objek. Pada umumnya objek yang berupa frasa nominal berada di belakang predikat yang berupa frasa verbal transitif aktif, objek itu berfungsi sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif. 8. Diego memanggil orang itu. 9. Hal ini merupakan masalah besar. Orang itu adalah objek karena nomina itu berdiri di belakang predikat verbal, dan dapat menjadi subjek bila kalimat (1) diubah menjadi kalimat pasif seperti terlihat pada seperti ini orang itu dipanggil oleh Diego. Ciri–ciri objek adalah berupa kata benda, tidak didahului dengan kata depan, mengikuti secara lansung di belakang predikat transitif, jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif, dan dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasif–kan (Ahmad Bahtiar,2014: 4).

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. d. Pelengkap Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Ciri–ciri pelengkap seperti berikut ini. 1. Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap informasinya mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. 2. Terletak di belakang predikat yang buka kata kerja trasitif, misalnya melengkapi struktur dan mengkhususkan objek seperti berikut ini. Negara Republik Indonesia /. Berdasarkan /Pancasila.. S. P Pel. Ibu / membawa / saya / oleh–oleh. S. P. O. Pel. e. Keterangan Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan–pesan kalimat.Tanpa keterangan, informasi menjadi titik jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan sebagainya. Ciri–ciri keterangan dapat dilihat berikut ini. 1. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap, misalnya: surat undangan, tanpa keterangan tidak komunikatif. 2. Tempat tidak terikat posisi, pada awal,tengah, akhir kalimat..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. 3. Dapat berupa keterangan waktu,tujuan tempat, sebab,akibat dan cara. Keterangan juga menerangkan hak tentang bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan menerangkan S,P,O,K dan bersifat mana suka, yang artinya posisinya bisa saja di awal,di tengah, di akhir kalimat (Ahmad Bahtiar,2014: 5). 2.2.3 Struktur Pola Kalimat Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak,pada hakikatnya disusun berdasarkan. pola–pola tertentu yang yang amat sedikit jumlahnya.. Penguasaan pola kalimat akan memudahkan pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat dapat menyederhanakan kalimat sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Kemudian. itu. dapat. dirasakan. oleh. pemakai. bahasa. dalam. mengekspresikan ide–idenya dan dalam memahami informasi yang diungkapkan oleh orang lain sehingga dapat memperkecil kesalah pahaman dalam berkomunikasi (Widjono, 2007: 156). Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990:32) dalam (Nugrehi, 2017: 82) mengungkapkan pola seperti berikut ini. 1. S–P Contoh pola S-P dapat dilihat dalam kalimat (1 ). (1) Nisa tidur. Frasa Nisa tergolong ke dalam pola subjek dan frasa tidur tergolong ke dalam pola predikat. 2. S–P–O Contoh kalimat S-P-O dapat dilihat dalam kalimat (2 )..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. (2) Tesa makan bakmi goreng. Frasa Tesa tergolong ke dalam pola kalimat subjek, frasa makan tergolong ke dalam pola kalimat predikat dan frasa bakmi tergolong ke dalam pola kalimat objek. 3. S–P–Pel Contoh kalimat S-P-Pel dapat dilihat dalam kalimat (3). (3) Cincinya bertakhtakan berlian. Frasa cicinnya tergolong ke dalam pola subjek, frasa bertakhtakan tergolong ke dalam pola predikat sedangkan berlian tergolong ke dalam pola pelengkap. 4. S–P–K Contoh kalimat S-P-K dapat dilihat dalam kalimat (4 ). (4) Syahrini konser di Tokyo. Frasa Syahrini tergolong ke dalam pola subjek, frasa konser tergolong ke dalam pola predikat dan frasa di Tokyo tergolong ke dalam pola keterangan (tempat). 5. S–P–O–Pel Contoh kalimat S-P-O-Pel dapat dilihat dalam kalimat (5). (5) Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan. Frasa saya tergolong ke dalam pola subjek, frasa sedang mencarikan tergolong ke dalam pola predikat, sementara adik saya menduduki pola objek dan frasa pekerjaan menduduki pola pelengkap. 6. S–P–O–Pel–K Contoh kalimat S-P-O-Pel-K dapat dilihat dalam kalimat. (6).. (6) Saya mengirimi ibu uang setiap bulan. Frasa saya tergolong ke dalam pola subjek, frasa mengirimi tergolong ke dalam pola predikat, ibu.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. tergolong ke dalam pola objek dan frasa uang menduduki pola pelengkap sedangkan frasa setiap bulan menduduki pola keterangan. 7. S–P–O–K Contoh kalimat S-P-O-K dapat dilihat dalam kalimat (7 ). (7) adik minum susu kedelai setiap hari. Frasa adik menduduki pola subjek, minum menduduki pola predikat, frasa susu kedelai menduduki pola objek dan frasa setiap hari menduduki pola keterangan. 8. S–P–Pel–K Contoh kaliamat S-P-Pel-K dalam kalimat (8). (8) ia menangis tersedu–sedu ketika mendengarkan berita itu. Frasa ia menduduki pola subjek, frasa menangis menduduki pola perdikat, frasa tersedu-sedu menduduki pola pelengkap, kalimat ketika mendengar berita itu menduduki pola keterangan (waktu). Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya, ada delapan tipe kalimat yang dapat dijadikan sebagai model pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia. Kedelapan tipe kalimat yang dimaksud seperti yang tergambar dalam Tabel 1 berikut ini..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. Tabel 1 Pemetaan Fungsi dan Peran Gramatikal TIPE. FUNGSI. S–P. S–P–O. S–P– Pel. S–P– K. Subjek Orang itu Saya Gambar itu Ayahnya Raihana Mereka Adi Bahasa. Predikat Sedang makan Dosen Bagus Membeli Mendapat Sedang menulis Menjadi Merupakan. Objek – – – Buku Hadiah Makalah – –. Kami. Tinggal. Mengirimi Mengambilkan Mengirimi Menyimpan Memperlakukan Bermain. S–P–O– Pel. Dia Arif S–P–O– Pel–K Dia S– P– O–K Ahmad Beliau S– P –Pel–K Wali Band. Keterangan – – – – – –. –. Pelengkap – – – – – – Ketua kelas Alat komunikasi –. Adiknya Kakaknya Ibunya Uang Kami –. Makanan Minuman Uang – – Musik. C. Di Bali. Setiap bulan Di bank Dengan baik Di studio. 2.2.4 Jenis–Jenis Kalimat Pembagian kalimat dapat dibagi menurut (a) bentuk, dan (b) maknanya (nilai komunikatif). Menurut bentuknya, kalimat yang ada yang tunggal dan ada yang majemuk. Berdasarkan macam predikatnya, kalimat tunggal tak transitif, ekatransitif dan dwitransitif , begitu pula dengan kalimat majemuk dibagi lagi menjadi kalimat majemuk setara dan bertingkat. Dari segi maknanya kalimat tebagi menjadi kalimat berita, perintah, tanya, dan kalimat seruan (Tata Bahasa Baku, 2000:343)..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. 2.2.4.1 Kalimat Menurut Bentuk Menurut bentuk, kalimat terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal terdiri dari kalimat verba, kemudian dibagi lagi menjadi verba ekatknransitif, tak transitif dan dwitransitif. Sementara kalimat majemuk dibagi menjadi dua bagian yakni kalimat majemuk setara dan tak setara. 2.2.4.2 Kalimat Tunggal Kalimat tungal adalah kalimat yang mempunyai satu subjek dan satu predikat.Dengan demikian semua kaliamt dasar adalah juga kalimat tunggal.Akan tetapi, tidak semua kalimat tunggal merupakan kalimat dasar. Kalimat tunggal dapat diperoleh dari beberapa segi. 1. Kalimat tunggal adalah kalimat dasar murni. Contohnya, seperti kalimat dalam 1 Rupiah menguat. 2. Kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang diperluas dengan berbagai keterangan. Contohnya, dapat dilihat pada kalimat 2 wisatawan asing berkunjung ke Indonesia. 3. Kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang berubah susunannya. Perhatikan kalimat dalam 3 Wisatawan asing berkunjung ke Indonesia. Jika kalimat itu diuraikan atas unsur unsur pembentuknya, akan ditemukan unsur berikut.. Frasa berkunjung. tergolong dalam fungsi predikat kalimat,. wisatawan asing tergoolong ke dalam subjek kalimat sementara Ke Indonesia tergolong ke dalam keterangan kalimat (Tata Bahasa Baku, 2000: 345). Unsur keterangan dalam kalimat ditandai oleh sebuah kata depan (preposisi). Kata depan ke yang letaknya mendahului kata Indonesia.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. mengakibatkan ke Indonesia. menjadi unsur keterangan kalimat itu. Dalam. kalimat berdiri aku di senja senyap preposisi di yang letaknya mendahului senja senyap mengakibatkan di senja senyap menjadi unsur keterangan kalimat. Beberapa kata depan yang membentuk unsur keterangan dalam bahasa Indonesia, antara lain, adalah, di, ke, dari, daripada, kepada, pada, untuk, tentang, dalam, bagi, dan dengan. Kalimat tunggal juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian yakni kalimat tunggal berpredikat verba. Ada bermacam-bermacam verba yang masing-masing mempengaruhi macam kalimat yang menggunkannya. Ada beberapa verba yakni verba taktransitif, ekatransitif (monotransitif) dan dwitransitif. 2.2.4.2.1 Kalimat tak transiif Kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap hanya memiliki dua unsur fungsi inti, yakni subjek dan predikat. Pada umumnya urutanya adalah subjek dan predikat. Contoh kalimat verba yang tak berojek dan tak berpelengkap dengan unsur bukan inti diletakkan dalam tanda kurung. Dapat dilihat pada contoh berikut ini. 4. Bu camat sedang berbelanja. 5. Bu Halim belum datang. 6. Dia berjalan (dengan tongkat). 7. Mereka mendarat (di tanah yang tidak datar). Dari contoh di atas tampak pula bahwa verba yang berfungsi sebagai predikat dalam tipe kalimat in,,.i ada yang berpredikat ber danada pula yang berprefiks meng. Dari segi sisematisnya, verba di atas ada yang bermakna proses.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. (seperti. menguning). dan. banyak. pula. yang. bermakna. datar. (seperti. berbelanja,datang,dan mendarat). Karena pusat predikat dalam kalimat tak berobjek dan tak berpelengkap itu adalah verba taktransiif, maka macam kalimat seperti itu dinamakan kalimat taktransitif. Ada pula verba taktransitif yang diikuti oleh nomina, tetapi nomina itu merupakan bagian dari verba tersebut. Contoh seperti kalimat “dia bisa berjalan kaki dan Pak Ahmad akan naik haji”. Hubungan antara berjalan dengan kaki pada kalimat pertama merupakan hubungan yang terpadu artinya tidak ada macam bejalan kaki. Demikian pula hubungan antara naik dengan haji pada kalimat kedua. Kedua kata itu telah membentuk suatu makna baru sehingga dari kata itu tidak bisa diganti oleh kata lain (Tata Bahasa Baku, 2000:345-347). 2.2.4.2.2 Kalimat Ekatransitif Kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur yakni subjek, predikat, dan objek. Verba yang merupakan pusat predikat adalah verba yang tergolong dalam verba ekatransiif. Dari segi sisematis, semua verba predikat bermakna perbuatan. Contoh kalimat ekatransitif dapat dilihat di bawah ini. 8. Pemerintah akan memasok semua kebutuhan Lebaran. 9. Presiden merestui pembentukan Panitia Pelaksana. 10. Nilai Ebtanas Murni menentukan nasib para siswa. 11. Dia memberangkatkan kereta api. Predikat verba pada kalimat di atas masing masing adalah akan, memasok, merestui, menentukan, mempersempit, dan memberangkatkan. Di sebelah kiri.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. tiap tiap verba itu berdiri subjeknya, dan di sebelah kanan objeknya. Dalam kalimat aktif urutan kata dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat,dan objek. Tentu saja ada unsur bukan inti, seperti keterangan tempat, waktu, dan alat, yang dapat ditambahkan pada kalimat ekatransitif (Tata Bahasa Baku, 2000: 348349). 2.2.4.2.3 Kalimat Dwitransitif Verba dwitransitif dalam bahasa Indonesia yang secara semantis mengungkapkan hubungan tiga maujud. Dalam bentuk aktif maujud itu masingmasing merupakan subjek, objek dan pelengkap. Verba itu dinamakan verba dwitransitif. Perhatikan kalimat berikut ini. 12. Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan. 13. Ida sedang mencarikan pekerjaan. Pada kalimat di atas adiknya adalah objek dan pekerjaan adalah pelengkap. Pada kalimat yang kedua pekerjaan lansung mengikuti verba, tetapi tidak menjadi objek karena tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat padanan yang pasif. Adanya objek (dalam hal ini maujud yang dicarikan pekerjaan) tetap tersirat dalam makna verba. Sehingga kalimat yang mempunyai objek dan pelengkap dinamakan kalimat dwitransitif (Tata Bahasa Baku, 2000:349:351)..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. 2.2.4.1.2 Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai sehingga paling tidak predikat yang tidak dapat dijadikan suatu kesatuan.Karena sifat itu, maka kalimat majemuk selalu berwujud dua klausa atau lebih. Jika hubungan antar klausa yang lain satu dalam kalimat itu menyatakan hubungan koordinatif (TTB, 2010: 39-40). 2.2.4.1.3 Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih yang digabungkan dengan kata penghubung yang menunjukkan kesetaraan, seperti dan, atau, sedangkan, dan tetapi. Kata penghubung tertentu dapat berfungsi sebagai subjek kalimat (Tata Bahasa Baku, 2000: 40-41). 2.2.4.1.4 Kalimat Majemuk Bertingkat (taksetara) Kalimat majemuk bertingkat terdiri atas unsur anak kalimat dan unsur induk kalimat. Induk kalimat merupakan inti gagasan, sedangkan anak kalimat adalah gagasan yang dipertalikan kepada gagasan induk kalimat.Mari kita perhatikan kalimat berikut ini. 2.3 Kalimat Menurut Makna Menurut fungsi, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah dan kalimat seruan. Semua jenis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif (afirmatif atau dapat pula disajikan dalam bentuk negatif). Dalam ragam lisan, intonasi yang khas dapat menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam ragam tulis, perbedaan jenis itu.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. ditentukan oleh bermacam macam tanda baca (Zaenal Arifin & Junaiyah, 2008: 771). 2.3.1 Kalimat Berita Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. Terkadang perhatian itu disertai anggukan, terkadang pula disertai ucapan ya (Ramlan,2005: 27). Kalimat berita, yaitu kalimat yang memberikan atau memaparkan suatu kejadian atau peristiwa (Nugraheni, 2017:84). Dapat dilihat pada contoh kalimat “hampir saja tadi dia terjatuh”. 2.3.2 Kalimat Pernyataan (deklaratif) Kalimat Pernyataan dipakai jika penutur mengatakan sesuatu dengan lengkap ketika ia ingin meyampaikan informasi kepada lawan bicaranya. Contoh kalimat seperti “ Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri”. 2.3.3 Kalimat Pertanyaan (interogratif) Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban yang diharapkan). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya , seperti bagaimana, dimana, mengapa, atau kapan. Contoh seperti kalimat “Kapan anda berangkat ke Jakarta?”.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. 2.3.4 Kalimat Perintah atau Permintaan Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau menyuruh atau melarang orang melakukan (berbuat sesuat). Contoh kalimat seperti “tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya”.. 2.4 Pemerolehan bahasa Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah ini dibedakan dari pembelajaran yang merupakan padanan dari istilah Inggris learning. Dalam pengertian ini prose situ dilakukan dalam tatanan yang formal, yakni belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian maka proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas adalah pembelajaran (Dardjowidjojo,2003:242). Chaer (2009) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanakkanak mempelajari bahasa kedua, setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa yang pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. 2.5 Proses Pemerolehan Bahasa Meskipun dengan landasan filosofi yang mungkin berbeda-beda, pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak di mana pun juga memperoleh bahasa ibunya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi atau neurologi manusia yang sama tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini. Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik, mana yang dipencet itulah yang akan menyebabkan bola lampu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input dari sekitarnya (Dardjowidjojo, 2003:243). Pemerolehan bahasa pada manusia diawali dari anak -anak ketika belajar berbicara. Bahasa yang diperoleh pertama kali disebut sebagai bahasa ibu (native language). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa yang pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Yulia Dewi, 2014). Di Indonesia, khususnya Manggarai NTT, B1 yang diperoleh adalah bahasa Manggarai, sedangkan di daerah lain sebagai B1 mereka adalah bahasa yang digunakan di daerah mereka, dan B2 adalah bahasa Indonesia. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, di daerah.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. perkotaan sebagian besar anak sudah tidak lagi menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertamanya. Yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru boleh menggunakan bahasa campuran dalam pembelajaran, terutama untuk kelas permulaan. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses aktifdan kompleks. Tidak ada seorang pun di antara kita yang mengetahui seeara pasti proses pemerolehan tersebut, hingga anak mampu berbahasa, Dulay, Burt, dan Krashen (1982). Tampaknya anak dapat berbahasa, karena ia menyatu dalam kehidupan di sekitamya seeara alamiah, hinggaanak memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa tersebut, tentulah ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhinya. Faktor tersebut adalah (i) pengaruh B1 dan (ii) pengaruh B2 dalam jurnal (Zubaidah,2003). 2.5.1.1 Pemerolehan dalam Bidang Sintaksis Dalam bidang sintaksis, anak mulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata). Kata ini, bagi anak, sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu. Dalam pola piker yang masih sederhana tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang informasi lama versus informasi baru. Anak sudah mulai belajar pembentukan unsur tuturan (Dardjowidjojo, 2003:244)..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. 2.6 Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Anak Kemampuan berbahasa merupakan suatu potensi yang dimiliki semua anak manusia yang normal. Perkembangan bahasa pada anak merupakan pendeteksian gejala-gejala yang terjadi pada anak dalam proses pengembangannya. Tahap perkembangan bahasa pada anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik. 2.6.1 Tahap Pralinguistik (Masa Meraban) Pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi-bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata atau makna tertentu. Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan anak yang dialami oleh anak berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke dalam dua tahapan, dapat dilihat di bawah ini. 2.6.1.1 Tahap Meraba Pertama Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian kelompok ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak. Usia o-2 bulan, sudah dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah dapat membedakan suku kata, mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosioanal suara manusia mislalnya, mereka akan tersenyum jika mendengar suara yang ramah atau sebaliknya, mereka akan menangis jika mendengar suara dengan nada ramah. Anak hanya dapat mengeluarkan bunyi-bunyi reflektif untuk menyatakan rasa lapar, sakit atau ketidaknyamanan yang menyebabkan anak menangis dan rewel. Umumnya, bunyi seperti bunyi vocal dengan suara yang.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. agak serak. Sekalipun bunyi-bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya. Usia 2-5 bulan, pada usia 3-4 bulan bayi dapat membedakan suara laki-laki dan perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain. Pada usia 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi (rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n/ sudah mulai muncul. 2.6.1.2 Tahap Meraba Kedua Usia 6-12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba ba/, ma ma ma/, dad a da/. Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia 6 bulan sampai satu tahun. Secara fisik ia sudah mulai melakukan gerakangerakan. Cara berkomunikasi pada tahapan ini lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh, tersenyum dan menangis saja tapi ditambah dengan memegang, mengangkat, atau menunjuk. 2.6.2 Tahap Linguistik Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni sebagai berikut. 2.6.2.1 Tahapan Holofrasis (tahap satu kata).

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada peroide ini disebut holofrase, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu. Contoh kalimat “Akut (sambil menunjukkan laba-laba)”. Antara usia dua belas dan delapan belas bulan, anak-anak mulai menghasilkan bermacam ucapan tunggal yang bisa dipahami. Masa ini, umumnya disebut tahap satu kata, dicirikan dengan ujaran dimana istilah-istilah tunggal diucapkan untuk benda-benda sehari-hari seperti “susu”, “kue”, “kucing”, “cangkir” dan “sendok” (biasanya diucapkan [pun]) (Yule,2014:258). 2.6.2.2 Ucapan Dua Kata Berlansung sewaktu anak berusia 1,5-2 tahun. Tahap ini memasuki tahap pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta. Pada tahap ini, kosakata dan gramatika anak berkembangan dengan cepat. Tuturan mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah katakata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Contohnya mamah,makan! Ada pun yang ingin dikomunikasikan anak melalui ungkapanungkapan tersebut, konsekuensinya fungsional yang penting adalah bahwa orang dewasa dan lebih sering adalah anak-anak yang lebih besar di rumah, berprilaku seolah-olah komunikasi sedang berlansung (Yule, 2014:260)..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. 2.6.2.3 Pengembangan Tata Bahasa Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini ditandai dengan penggunaan kaliat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini umumnya dialami oleh anak usia sekitar 3 sampai 5 tahun. 2.6.2.4 Tahap Bahasa Menjelang Dewasa Pada tahap ini anak mulai menyusuaikan pengucapan untuk pendengae informasi, susunan kalimat dan tata bahasa yang benar. Tahap perkembangan bahasa anak yang ke empat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun ke atas. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit (Zubaidah, 2003:16). Tahap perkembangan bahasa anak yang ke empat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit (Rahmatika, 2016:56). 2.7 Karangan Keterampilan mengarang merupakan bagian dari keterampilan berbahasa Indonesia yang harus dimiliki oleh siswa. Untuk mengasah keterampilan pada siswa tentunya perlu latihan menulis terus menerus, dan pengetahuan mengenai pembentukan kata, serta pengembangan paragraf. Mengarang merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan gragologi (ilmu yang berkenaan dengan tulisan, struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. tidak datang secara otomatis melainkan melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan,2008:3-4). Tarigan (2008:23), menyatakan karangan merupakan suatu bentuk berpikir, justru berpikir bagi membaca tertentu. Karangan adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik (Arifin dan Tasai, 2008:115), sedangkan menurut Semi (2007:40) karangan merupakan suatu proses kreatif. Artinya, menulis itu merupakan sebuah keterampilan yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif. Jadi karangan adalah suatu proses bernalar yang dituangkan dalam karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkkapkan gagasan dan menyampaikan bahasa tulis kepada pembaca untuk dipaham. Karangan naratif merupakan cara ingin menceritakan pada orang lain kejadian–kejadian atau peristiwa yang terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain. Narasi sendiri diartikan sebagai bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa itu tamcak seolah–olah pembaca (Mulyati, 2016:105 –107). Secara singkat dapat dikatakan bahwa narasi bertujuan menyajikan suatu peristiwa kepada pembaca, mengisahkan apa yang terjadi, dan bagaimana kejadian itu berlansung, yang perlu digaris bawahi untuk membedakan wacana lainnya adalah bahwa narasi ditulis secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu tertentu..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. Karangan narasi juga berkaitan erat dengan penceritaan atau pendongeng dari sesuatu. Karangan naratif banyak ditemukan dalam cerita pendek, pendongengan, novel dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menghibur para pembaca, kadangkala, bahkan membawa para pembaca bertualang bersama, karena demikian terpesona dengan apa yang dinarasikan (Bahtiar dan Fatimah, 2014:69). Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, karangan narasi merupakan cara seorang penulis untuk mengungkapkan sebush kejadian atau pengalaman yang pernah dialami penulis secara beruntun dan alur cerita mempengaruhi imajinasi penulis untuk memahami isi cerita. 2.8. Kerangka Berpikir Kalimat adalah satuan bahasa yang menjadi inti dalam pembicaraan. sintaksis. Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009: 44). Analisis kalimat merupakan kajian sintaksis yang menelaah unsur-unsur yang terdapat dalam karangan narasi anak SD nanti,baik berkaitan kategori kata yang menduduki setiap fungsi kalimat, dan peran semantisnya. Siswa sebagai bagian dari masyarakat ilmiah yang kelak akan mengembangkan dirinya dalam disiplin ilmu tertentu harus menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik akan membuat siswa dapat menuangkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, dan pengalamannya dengan baik dan runtut dalam sebuah karangan. Mengarang atau menulis merupakan salah satu keterampilan dalam aspek berbahasa yang memegang peran penting dalam kehidupan manusia..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang teratur. Sebuah karangan yang baik mempunyai kesinambungan ide yang berterusan. Kesinambungan ini berdasarkan kemampuan pengetahuan para siswa. Kemampuan siswa menyampaikan ide secara kritis dan kreatif akan membantu para siswa mendapat sebuah karangan yang tinggi. Siswa harus memiliki pengetahuan kebahasaan jika ingin menghasilkan karangan yang baik. Pengetahuan kebahasaan tersebut berupa penguasaan kosa kata dan penguasaan kaidah-kaidah kebahasaan salah satunya jenis-jenis kalimat. Kalimat pada dasarnya dibentuk dari kata atau kelompok kata.. Kemampuan siswa dalam. keterampilan menulis dipengaruhi juga oleh pemerolehan bahasa pada anak-anak ketika belajar berbicara. Tabel 2 Kerangka Berpikir Kalimatberdasarkanbentuknyan ya;. Kalimat. Kategori. Pola. dan. kalimat. fungsi Kalimat. Jenis kalimat. a). Kalimat Tunggal. b). KalimatMajemuk. KalimatberdasarkanMakna/fungsin ya; a). Kalimatberita. b). Kalimatpernyataan. c). Kalimatpertanyaan. d). Kalimatpermintaan.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena penelitian ini akan membahasa hasil penelitian dalam bentuk deskriptif. Penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Selain itu semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci apa yang diteliti. Dengan demikian, laporan hasil peneliti akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyaji laporan (Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, 34-35: 2014). 3.2 Sumber Data Dan Data Sumber data. dimaksukan untuk mendapatkan data terperinci dan. komprehensif yang menyangkut objek yang diteliti. Di samping itu, hal tersebut juga dimaksudkan untuk mencapai validitas (kredibilitas) dan reliabilitas (konsisten) penelitian. Dengan adanya berbagai sumber data tersebut, penelitian dapat menyakinkan kebenaran dan keakuratan data yang diperoleh (Gunawan, 129-130 : 2013). Sumber data penelitian ini adalah siswa SDK To’e kampung Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Sementara datanya adalah karangan narasi siswa SDK To’e kampung Loha Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel (2) berikut ini.. 40.

Gambar

Tabel 1 Pemetaan Fungsi dan Peran Gramatikal
Tabel 2  Kerangka Berpikir
Tabel  3 Sumber data dan data jenis kalimat berdasarkan bentuk
Tabel 5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar  A.  Standar Kompetensi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Guru kimia SMA/MA/SMK dituntut untuk dapat menggunakan alat ukur maupun alat peraga untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di laboratorium (Permendiknas,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan limbah hotel dalam ransum yang dapat menghasilkan bobot potong yang tinggi, dan karkas dengan proporsi daging maksimal,

Apotek sebagai salah satu bagian pada rumah sakit yang bergerak di bidang layanan kesehatan, perlu memiliki suatu sistem informasi untuk memudahkan dan mengefisienkan sistem atau

[r]

Jika dengan larutan asam atau pH rendah, gugus amino padaprotein akan. bereaksi dengan ion H+, sehingga protein

Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) 7. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi b. Dimiliki hingga jatuh tempo.. d. Cadangan kerugian penurunan

Sekar yang waktu ini telah berganti nama menjadi Jero Kananga ( jero adalah nama yang harus dipakai perempuan kebanyakan yang menikah dengan lelaki bangsawan), memaksakan

Pengukuran fluks neutron pada RSG-GAS di daerah intermediate menggunakan kanal dc logaritmis ( logaritmic dc channel ), karena dalam sistem pengukuran ini instrumen yang