• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Konsep Pengembangan

3. Tahapan dan metode Pendidikan dan Pelatihan

Proses pendidikan dan pelatihan ialah rangkaian proses yang akan memberikan perilaku yang baik terhadap peserta pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan akan mampu merubah perilaku dari sasaran peserta pendidikan dan pelatihan. Notoatmodjo (2009: 19) ada 2 faktor yang mempengaruhi proses pendidikan dan pelatihan yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak dalam proses pendidikan dan pelatihan ini meliputi kurikulum, organisasi pelatihan, peraturan, metode belajar-mengajar, dan tenaga pengajar atau pendidik atau pelatih itu sendiri. Sedangkan perangkat keras yang besar juga efeknya terhadap proses yakni fasilitas yang mencakup gedung, perpustakaan, alat bantu pendidikan, dan sebagainya.

Notoatmodjo (2009: 23) pendidikan dan pelatihan terhadp pegawai atau karyawan disuatu organisasi atau institusi dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a. Pre-service Training, sebelum karyawan/pegawai menjalankan tugasnya atau pekerjaannya, karyawan perlu mengikutii pelatihan yang biasa disebut pelatihan pra-jabatan atau pre-service training.

b. In-service Training, pelatihan ini ditunjukkan kepada karyawan yang telah bekerja diberbagai devisi dari suatu organisasi atau institusi, oleh karena itu disebut pelatihan dalam jabatan.

Menurut Siagian (2001: 185) bahwa ada langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelatihan. Langkah-langkah tersebut, yakni:

1. Penentuan kebutuhan, analisis kebutuhan harus bisa menenentukan2 hal, yakni masalah yang sedang dialami sekarang dan berbagai macam masalah dimasa depan.

2. Penentuan sasaran, sasaran yang inign dicapai itu bersifat teknikal tetapi dapat pula menyangkut keperilakuan. Berbagasi macam harus dinyatakan jelas dan kongkret, baik bagi para pelatih maupun para peserta.

3. Dalam menetapkan kandungan program pelatihan ditentukan paling kurang 2 faktor, yaitu menganalisis penentuan kebutuhan serta sasaran yang ingin dicapai.

4. Identifikasi prinsip-prinsip belajar, prinsip belajar yang perlu dipertimbangkan agar bisa dilaksanakan, yaitu repetisi, partisipasi,pengalihan, relevansi dan umpan balik.

5. Pelaksanaan program, penyelenggaraan program pelatihan sangat situasisonal sifatnya. Artinya penekanan terhadap kepentingan suatu

organisasi dan kebutuhan peserta, penerapan prinsip-prinsip belajar tergambarkan dalam penggunaan teknik tertentu saat proses berlangsung. 6. Penilaiaan pelaksanaan program, indikator keberhasilan dalam pelaksanaan proram pelatihan itu bisa dilihat dari diri peserta pelatihan apabilsa terjadiperubahan yang signifikan. Hal itu dilihat dari meningkatnya kemampuan saat menjalankan tugas dan perubahan sikap perilaku yang terlihat dari sikap, disiplin dan etos kerja

Dalam Dessler (2015: 284), indikator pelatihan terbagi menjadi 5 yaitu:

1. Instruktur, mengingatkan pelatihan umumnya bertujuan untuk meningkatan keahlian, oleh karena itu dibutuhkan pelatih yang ditunjuk dan dapat memberikan materi yang berkompeten serta mempunyai kapabilitas yang memadai sesuai dengan bidangnya, professional dan berkompeten.

1) Kualifikasi/kompetensi yang memadai 2) Motivasi peserta

3) Kebutuhan umpan balik.

2. Peserta pelatihan, ada proses penyeleksian sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dan kualifikasi yang memadai.

a. Semangat mengikuti pelatihan b. Keingingan untuk memperhatikan

3. Metode, metode pelatihan bisa menjadi jaminan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan sumber daya manusia yang efektif, jika singkron dengan materi dan keahlian peserta latihan.

a. Menambah kemampuan

b. Kesesuaian metode dengan tujuan pelatihan

4. Materi, pelatihan sumber daya manusia ialah materi atau kurikulum yang berhubungan dengan tujuan pelatihan sumber daya manusia yang akan dicapai oleh organisasi.

a. Keterampilan peserta pelatihan

b. Kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan

5. Tujuan pelatihan, pelatihan memerlukan tujuan yang telah ditetapkan, khususnya terkait dengan penyusunan rencana aksi (action plan) dan penetapan sasaran, serta hasil yang dambakan atas pelatihan yang diselenggarakan.

a. Keterampilan peserta pelatihan

b. Pemahaman etika kerja peserta pelatihan

Metode pendidikan dan pelatihan adalah suat proses atau cara yang teratur yang bisa memberikan pemahaman secara luas dan dapat membuat suatu kondisi tertentu dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan untuk mendongkrak pengembangan peserta secara efektif. Metode pendidikan pelatihan juga harus memiliki tujuan yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai. Serta mampu melihat seluruh elemen yang dibutuhkan saat proses pendidikan dan pelatihan.

Dalam sedarmayanti (2016: 207) ada beberapa metode pelatihan, yakni:

1. On The Job Training ialah metode pelatihan yang dilterapkan didalam tempat kerja sambil bekerja. Metode On The Job Training terbagi 2 jenis yaitu Informal On The Job dalam metode ini tidak tersedia pelatih secara khusus. Peserta pelatihan harus mengamati dan mengikuti pekerja lain yang sementara bekerja agar kemudian mereka mampu mengerjakan pekerjaan itu sendiri. Kemudian Formal On The Job ialah peserta memiliki pelatih khusus, biasanya ditunjuk seseorang pekerja ahli. Pelatih khusus tersebut, sembari menjalankan tugasnya sekaligus diberikan amanah untuk membimbing peserta latihan yang bekerja ditempat kerjaannya). On The Job Training Meliputi:

a. Rotation Of Assignment/Job Rotation/Planned Progression ( pertukaran atau rotasi pekerjaan). Tujuannya ialah memperkaya latar belakang peserta dalam dunia bisnis. Pekerjaan dilakukan oleh pegawai secara rotasi yang dilakukan sepanjang periode enam bulan lalu sampai dua tahun.

b. Coaching and Counselling (bimbingan dan penyuluan), pelatihan dilaksanakan dengan cara peserta wajib melasksanakan tugas dengan dibimbing oleh pejabat senior atau ahli.

c. Appretienceship Training (magang), Magang dilaksanakan dengan metode peserta harus mengikuti pekerjaan/kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemangku jabatan tertentu, untuk mengetahui seperti apa cara melakukan suatu kegiatan.

d. Demonstration and Example (demonstrasi dan pemberian contoh), pelatih harus memberi edukasi dan mencontohkan cara melaksanakan pekerjaan/cara bekerja suatu alat/mesin.

2. Off The Job Training ialah pelatihan yang dilakukan ditempat kerja terpisah atau diluatr tempat kerja dan diluar waktu kerja. Off The Job Training terbagi dari:

a. Simulation (simulasi), dilakukan dengan menggunakan alat/mesin dalam situasi yang persis mirip dengan yang sesungguhnya. Baik Alat/mesin yang digunakan ataupun kondisi lingkungan merupakan desain yang dimiripkan dari kondisi yang sesungguhnya. Metode simulasi ini meliputi:

1) Case Study (Studi kasus), studi kasus ialah penyajian secara tertulis dan narasi atas serangkaian fakta dari persoalan yang dianalisis serta cari jalan keluarnya oleh peserta.

2) Role Playing (bermain peran), peserta diberikan kesempatan untuk memainkan peran tertentu, pada situasi tertentu dalam organisasi tiruan. Peserta dihaarapkan memiliki pemahaman sikap dan perilaku tertentu yang harus diambil dalam kaitannya dengan situasi atau kondisi yang tertentu pula, melalui pengalihan pengetahuan/pengalaman.

3) Business Game (bermain peran dalam bisnis), bentuk latihan simulasi yang dilaksanakan diruang kelas. Pengorganisasian peserta dilaksanakan dengan membagi peserta ke dalam beberapa kelompok yang berperan secara kompetitif memecahkan masalah tertentu dari suatu organisasi tiruan. 4) Vestibule (pelatihan beranda), metode pelatihan yang diterapkan

untuk menggambarkan pelatihan dalam ruangan kelas bagi pekerjaan semi ahli. Penekanan metode ini khusus melatih teller bank, operator mesin, dan sejenisnya.

5) Laboratory Training (Pelatih dengan laboratorium), Metode pelatihan dengan menggunakan perlengkapan laboratorium dilakukan dengan cara peserta dibawa kedalam kondisi yang dapat menyaksikan, merasakan sendiri terkait suatu kejadian/peran supaya pelatihan dapat lebih berkualitas dan akan mengesankan.

6) Sensitivity Training ( pelatihan sensifitas) , Metode pelatihan sensivitas adalah metode pelatihan untuk meningkatkan sensivitas personal dengan menuntut diskusi yang terbuka dan jujur tentang perasaan, sikap, dan perilaku peserta.

7) Outbond/Widerness (pelatihan alam terbuka), metode ini dipakai supaya bisa memberikan gambaran program pengembangan manajemen serta eksekutif yang sedang berlangsung dialam

terbuka yang mencakup pendakian gunung, pelayaran, arung jeram, sepeda gunung.

b. Presentation Information (presentasi informasi), meliputi:

1) Lecture (kuliah), kuliah ialah menyajikan informasi dalam bentuk lisan. Pelatih berargumentasi dan diucapkan secara ilmiah tujuannya memberikan pengajaran dan kuliah merupakan pelatihan paling umum.

2) Conference (konferensi/seminar), Hal ini dilakukan secara berkelompok, berisi diskusi yang diawasi langsung oleh evaluator. Setelah diskusi selesai,evaluator menilai dan mengukur keseluruhan diskusi yang telah dilakukan peserta. 3) Programmed instruction (instruksi terprogram), ialah presentasi

informasi yang sudah menggunakan pola terprogram/tertentu. Dari penjelasan yang diatas, maka dalam proses pendidikan dan pelatihan harus memiliki tujuan yang jelas atas dasar kebutuhan dari organisasi. Maka dari beberapa metode yang ada dalam pelatihan, seharusnya disesuaikan secara matang. Tahap demi tahapan harus diperhatikan dengan baik,sehingga pendidikan dan pelatihan bukan hanya menjadi seremonial belaka. Supaya output dari pelatihan tersebut bisa mendesai kualitas sumber daya manusia yang mempunyai nilai jual dan mampu bersaing.

Dokumen terkait