• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Model Pembelajaran Guided Discovery

2. Tahapan Model Pembelajaran Guided Discovery

Merencanakan pelajaran dengan model Guided Discovery melibatkan tiga langkah penting yaitu; mengidentifikasi topik, menentukan tujuan belajar, dan menyiapkan contoh dan noncontoh.

28

a. Mengidentifikasi topik

Dalam mengidentifikasi topik berarti merencanakan satu pelajaran atau unit yang melibatkan satu topik. Topik-topik bisa datang dari standar, buku teks, panduan kurikulum, atau sumber-sumber lain, termasuk guru itu sendiri.

b. Menentukan tujuan belajar

Setelah megidentifikasi topik, selanjutnya adalah memutuskan hal apa yang diinginkan guru untuk diketahui siswa mengenai topik tersebut. Keputusan ini mengidentifikasi tujuan belajar, pernyataan yang menetukan apa yang semestinya diketahui, dipahami, atau mampu dilakukan siswa terkait topik tersebut. Tujuan belajar yang jelas tersebut penting karena memberikan kerangka kerja bagi pikiran ketika merencanakan dan menerapkan pelajaran. Saat mengajarkan konsep apapun, tujuan belajarnya adalah supaya siswa mampu mengidentifikasi karakteristik- karakteristik konsep tersebut. Dalam setiap generalisasi, tujuan belajarnya adalah siswa mampu menggambarkan hubungan yang ada antara konsep-konsep di dalam generalisasi.

c. Menyiapkan contoh dan noncontoh

Contoh yang berkualitas tinggi adalah contoh yang mengandung segala informasi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Contoh dan noncontoh berfungsi untuk megajarkan konsep yang saling terkait. Tidak ada batasan untuk pemberian contoh karena semakin banyak contoh yang diberikan maka akan semakin maksimal untuk menggambarkan cakupan sebuah topik.

29

Penerapan pelajaran menggunakan model pembelajaran Guided Discovery menggunakan empat fase yang saling terkait diantaranya:

a. Fase 1: Pendahuluan

Fase 1 memulai pelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harus diikuti. Fase ini bisa dimulai dengan berbagai cara dan dapat terdiri dari pernyataan-pernyataan sederhana, seperti “Hari ini, Ibu/Bapak akan memberi kalian sejumlah contoh. Ibu/Bapak ingin kalian menjadi pengamat yang baik dan berusaha mencari jenis pola apa yang ada di dalam contoh-contoh tersebut.”; “Mari kita lihat contoh- contoh berikut dan melihat apa persamaan contoh-contoh itu.” Setelah pendahuluan ini, pelajaran langsung berpindah ke fase 2.

b. Fase 2: Fase Berujung-terbuka (Open-ended Phase)

Fase berujung terbuka bertujuan mendorong keterlibatan siswa dan memastikan keberhasian awal mereka. Cara yang dapat dilakukan dalam fase ini antara lain: 1) Memberikan contoh dan meminta siswa mengenali pola-pola di dalam contoh

itu.

2) Melaksanakan pelajaran dalam situasi kelas-utuh, memberi siswa satu cotoh dan meminta mereka megamati dan menggambarkannya. Kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apa yang kalian amati dari contoh ini?” Karena banyak jawaban yang berbeda, guru dapat memanggil sejumlah siswa yang berbeda dengan cepat dan mudah untuk mendorong tingkat keterlibatan tinggi di dalam pelajaran ini.

30

3) Memberikan contoh dan noncontoh serta meminta siswa membandingkan keduanya.

4) Memulai dengan memberikan satu noncontoh dan meminta siswa menggambarkannya.

Opsi manapun yang dipilih, pelajaran berlanjut dengan meminta siswa merespon pertanyaan berujung-terbuka (open-ended), pertanyaan-pertanyaan dimana beragam jawaban bisa diterima. Keuntungan dari pertanyaan berujung- terbuka adalah:

a) Pertanyaan-pertanyaan ini mudah diajukan, sehingga memudahkan juga bagi guru untuk dengan cepat memanggil siswa yang berbeda-beda. Menurut Good & Brophy (2008) dalam Paul Eggen dan Don Kauchak (2012), “semakin banyak jumlah pertanyaan ruang kelas akan mendorong perhatian dan keterlibatan siswa serta meningkatkan prestasi”. Sedangkan menurut Ryan & Deci. (2000) dalam Paul Eggen dan Don Kauchak (2012), “keterlibatan merupakan salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa”.

b) Peregoy & Boyle (2008) dalam Paul Eggen dan Don Kauchak (2012) berpendapat bahwa, “pertanyaan berujung-terbuka meningkatkan partisipasi minoritas kultural dan siswa dengan kefasihan Bahasa Inggris yang terbatas”. c. Fase 3: Fase Konvergen

Fase berujung-terbuka dirancang untuk memastikan keberhasilan siswa dan meningkatkan keterlibatan serta motivasi mereka. Untuk mencapai tujuan belajar objektif yang dicapai siswa, guru harus mempersempit rentang respons siswa

31

supaya respons siswa seragam terhadap satu tujuan belajar spesifik, yang disebut fase konvergen. Inilah fase dimana siswa secara aktual membangun pengetahuan mereka tentang konsep atau generalisasi.

d. Fase 4: Penutup dan Penerapan

Penutup terjadi kala siswa mampu secara lisan menyataka karakteristik- karakteristik dari konsep atau secara verbal menggambarkan hubungan yang ada dalam generalisasi. Memonitor secara cermat dan membahas upaya awal siswa dalam fase penerapan akan memperkuat pembelajaran dengan membantu siswa menjembatani kesenjangan antara kegiatan belajar yang dibimbing guru dan praktik mandiri.

Tabel 2. Fase-fase di dalam Menerapkan Pembelajaran dengan Model Guided Discovery

Fase Deskripsi

Fase 1: Pendahuluan Guru berusaha menarik perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran.

Fase 2: Fase Terbuka Guru memberi siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh.

Fase 3: Fase Konvergen Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi.

Fase 4: Penutup dan Penerapan

Guru membimbing siswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru.

32

Carin dan Sund (1989: 99) juga mengemukakan tahapan belajar dalam Guided Discovery yaitu exploration, invention, dan discovery. Contoh penerapan tahapan belajar dalam Guided Discovery menurut Carin dan Sund (1989: 100). 1. Exploration

Memberi siswa berbagai macam kancing kemudian meminta mereka untuk mengelompokkannya sesuai dengan keinginan siswa. Guru membantu mendampingi siswa untuk menemukan karakteristik kancing-kancing tersebut. 2. Invention

Tanpa memberi tahu siswa bahwa kancing-kancing tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan warna, bentuk, tekstur, ukuran, maupun jenis bahannya, guru dapat menanyakan “Apakah semua kancing Alice memiliki kesamaan?” atau “Apa ada kesamaan di antara semua kancing Harry yang telah dikelompokkan?”. Berdasarkan hal tersebut, guru dapat mengatakan hal-hal seperti, “Ketika kalian mengelompokkan kancing-kancing berdasarkan warna, bentuk, permukaan, dan sebagainya, ilmuwan mengatakan bahwa kalian telah mengelompokkan berdasarkan sifatnya.

3. Discovery

Memberi siswa berbagai macam benih dan bertanya, “Bagaimana sekarang kita dapat mengelompokkan benih-benih ini berdasarkan sifatnya?”. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk megaplikasikan apa yang telah mereka pelajari dalam tahapan exploration dan invention dalam situasi yang baru.

33

Gambar 1. Tahapan belajar dalam Guided Discovery (Carin dan Sund, 1989: 99) Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 37) dalam Guided Discovery guru memiliki peran diantaranya: a) memberikan bimbingan dan pengarahan agar siswa dapat mencapai tujuan atau dapat menemukan konsep- konsep IPA, b) melontarkan masalah serta memberikan alternatif pemecahannya, c) memonitor proses belajar, d) menolong siswa yang mengalami hambatan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan, dan e) memberikan penilaian. Guided Discovery dapat digunakan untuk semua usia, namun yang paling tepat adalah untuk anak usai SD. Dalam proses belajar, siswa aktif melakukan eksplorasi, observasi, investigasi atas bimbingan guru. Kegiatan ini berdampak positif terhadap perkembangan intelektual siswa. Hasil belajar dan retensi menjadi tinggi serta dapat mengembangkan sikap yang positif terhadap Ilmu Pengetahuan Alam.

1. EXPLORATION (kegiatan siswa) 3. DISCOVERY 2. CONCEPTION INVENTION (peran guru)

34

Dokumen terkait