• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA IPA KELAS IV BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY MATERI MACAM-MACAM GAYA DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 KURIKULUM 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA IPA KELAS IV BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY MATERI MACAM-MACAM GAYA DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 KURIKULUM 2013."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA IPA KELAS IV BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY MATERI

MACAM-MACAM GAYA DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 KURIKULUM 2013

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Laily Khoiril Hana Wijaya NIM 13108241026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA IPA KELAS IV BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY MATERI

MACAM-MACAM GAYA DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 KURIKULUM 2013

oleh: Laily Khoiril Hana Wijaya

NIM 13108241026 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa IPA kelas IV berbasis model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku materi Macam-macam Gaya Kurikulum 2013 yang memenuhi kelayakan secara teoritis.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dengan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Borg dan Gall, namun hanya dilakukan dengan 9 langkah yaitu studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, uji coba lapangan awal, revisi produk, uji coba lapangan utama, revisi produk operasional, uji coba lapangan operasional, dan revisi produk akhir. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif kuantitatif.

Karakteristik dan hasil pengembangan produk adalah Lembar Kerja Siswa IPA Macam-macam gaya berisi kegiatan untuk mengidentifikasi gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dilengkapi dengan panduan untuk guru yang berisi kunci jawaban untuk menilai aspek kognitif dan juga rubrik penilaian afektif dan psikomotorik. Setiap kegiatan pada Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan sesuai dengan model pembelajaran Guided Discovery. Hasil pengembangan Lembar Kerja Siswa berupa validasi dari dosen ahli materi dan ahli media. Validasi terakhir dari segi materi memperoleh skor rata rata 4,14 dengan kriteria “baik”. Validasi terakhir dari segi media memperoleh skor rata-rata 4,18 dengan kriteria “baik”. Uji coba lapangan operasional memperoleh skor rata-rata 4,68 dengan kriteria “sangat baik”. Dengan demikian, Lembar Kerja Siswa IPA kelas IV berbasis model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku materi Macam-macam Gaya Kurikulum 2013 dikatakan memenuhi kelayakan secara teoritis dan dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.

(3)

iii

THE DEVELOPMENT OF SCIENCE STUDENT WORKSHEET FOR 4th

GRADE BASED ON GUIDED DISCOVERY TEACHING MODEL IN KINDS OF FORCE AT SD NEGERI DEMAKIJO 1 CURRUCULUM 2013

by: Laily Khoiril Hana Wijaya

NIM 13108241026 ABSTRACT

This research aims at developing science worksheet for 4th grade based on Guided Discovery teaching model in material kinds of force of SD Negeri Demakijo 1 curriculum 2013 that feasible theoretically.

This research was a kind of research and development method which refered to Borg and Gall model, but in this research just following nine steps there are research and information collecting, planning, develop preliminary product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational field testing, and final product revision. Data collection used interview, questioner, and observation teqnique. The analize of data used descriptive quantitative statistic.

The characteristics of this science worksheet consist of five activities about force there are muscle force, electricity force, magnetic force, gravitation force, and friction force. Science worksheet that developed be equipped with guided for teacher. This science worksheet based on Guided Dscovery teaching models and consist of assessment guidelines of cognitive, affective, and psicomotoric. The result of this reseach shows that the last material validation got average score 4,14 which is good criteria. The last media validation got average score 4,18 which is good criteria. Operational field testing got average score 4,68 which is very good criteria. Therefore, science worksheet for 4th grade based on Guided Discovery teaching model in material kinds of force of SD Negeri Demakijo 1 curriculum 2013 that feasible theoretically and possible to be used for one of teaching materials by 4th grader and supporting implementation of curriculum 2013.

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ayah saya Bapak Parsono dan ibu saya Ibu Sulikah yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Kakak saya Khoiruddin Aria Wijaya dan adik saya Khoirul Garda Wijaya yang telah memberi motivasi dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman yang senantiasa memberi semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(8)

viii

MOTTO

“Pendidikan sejalan dengan pengembangan yang dinamis.”

(Penulis)

Dunia Pendidikan membutuhkan adanya inovasi dan pengembangan yang dinamis sesuai dengan tuntutan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pengembangan dalam setiap komponen pendidikan dan pembelajaran sangat

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Kelas IV Berbasis Model Pembelajaran Guided Discovery Materi Macam-Macam Gaya Di SD Negeri Demakijo 1 Kurikulum 2013” disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

sarjana pendidikan.

Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini banyak mendapatkan bantuan, dorongan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar dan ikhlas memberi masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan bekal ilmu dan pengalaman untuk masa yang akan datang.

(10)

x

6. Ibu Rita Rochyuni Laxmi, S.Pd. wali kelas IV A SD Negeri Demakijo 1 yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

7. Bapak Rudu Afianto, S.Pd. SD. wali kelas IV B SD Negeri Demakijo 1 yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

8. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan dan memberi motivasi serta semangat bagi penulis.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi diri pribadi penulis pada khususnya, serta bagi perkembangan ilmu pendidikan pada umumya, amin.

Yogyakarta, 7 Mei 2017 Penulis ,

(11)

xi

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Pengembangan ... 5

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 6

G. Manfaat Pengembangan ... 6

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 7

BAB II ... 10

KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kurikulum 2013 ... 10

B. Pembelajaran IPA ... 16

(12)

xii

2. Komponen-komponen IPA ... 17

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 21

D. Model Pembelajaran Guided Discovery ... 25

1. Hakikat Model Pembelajaran Guided Discovery ... 25

2. Tahapan Model Pembelajaran Guided Discovery ... 27

3. Manfaat Model Pembelajaran Guided Discovery ... 34

E. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 35

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 35

2. Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 36

3. Komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 36

4. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 37

5. Prosedur Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 40

6. Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 44

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 46

G. Kerangka Berpikir ... 47

BAB III ... 48

METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Prosedur pengembangan ... 48

C. Desain Uji Coba Produk ... 52

1. Desain Uji Coba ... 53

2. Subjek Coba ... 53

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 54

(13)

xiii

BAB IV ... 62

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Penelitian dan Pengumpulan Data ... 62

2. Perencanaan ... 63

3. Pengembangan bentuk awal produk ... 64

4. Uji Coba Lapangan Awal ... 89

5. Revisi Produk Utama ... 92

6. Uji Coba Lapangan Utama ... 92

7. Revisi Produk Operasional ... 94

8. Uji Coba Lapangan Operasional ... 94

9. Revisi Produk Akhir ... 96

B. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk ... 97

C. Pembahasan ... 99

BAB V ... 105

SIMPULAN DAN SARAN ... 105

A. Simpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Tahapan Operasional Konkret Piaget………... 24

Tabel 2. Fase-fase di dalam Menerapkan Pembelajaran dengan model Guided Discovery……….. 31

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Media……….. 57

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi……….. 58

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Uji Lapangan………. 59

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif Menjadi Data Kualitatif………….. 60

Tabel 7. Data Hasil Validasi Meteri Tahap Pertama……….. 66

Tabel 8. Tujuan Kegiatan dalam Lembar Kerja Siswa………... 69

Tabel 9. Kesimpulan dalam Lembar Kerja Siswa……….. 73

Tabel 10. Data Hasil Validasi Materi Tahap Kedua………. 75

Tabel 11. Data Hasil Validasi Media Tahap Pertama………... 77

Tebel 12. Data Hasil Validasi Media Tahap Kedua………. 83

Tabel 13. Data Hasil Validasi Media Tahap Ketiga………. 88

Tabel 14. Hasil Uji Coba Lapangan Awal dengan 2 Responden……….. 90

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1 Tahapan Belajar dalam Guided Discovery ………. 33

Gambar 2 Peta pikiran sebelum revisi ……… 68

Gambar 3 Peta pikiran setelah revisi ………... 68

Gambar 4 Penilaian gaya otot sebelum revisi ………. 70

Gambar 5 Penilaian gaya otot setelah revisi ………. 70

Gambar 6 Gaya listrik sebelum revisi ……….. 71

Gambar 7 Gaya listrik setelah revisi ………. 71

Gambar 8 Kuda menarik delman sebelum direvisi ………... 72

Gambar 9 Mendengarkan musik hasil dari penggantian gambar kuda menarik delman ……… 72

Gambar 10 Informasi guru untuk gaya gesekan ………. 74

Gambar 11 Informasi guru untuk gaya gravitasi ……..………... 74

Gambar 12 Informasi guru untuk gaya magnet ……..………. 74

Gambar 13 Informasi guru untuk gaya listrik ……….………. 74

Gambar 14 Diagram batang penilaian ahli materi tahap pertama dan tahap kedua ………..……….. 76

Gambar 15 Tulisan judul pada cover sebelum revisi ……….…….. 78

Gambar 16 Tulisan judul pada cover setelah revisi……….. 78

Gambar 17 Layout background sebelum revisi……… 79

Gambar 18 Layout background setelah revisi……….. 79

Gambar 19 Redaksi pada panduan untuk guru sebelum revisi………. 80

Gambar 20 Redaksi pada panduan untuk guru setelah revisi…………... 80

Gambar 21 Gaya otot halaman 1 sebelum revisi………... 81

Gambar 22 Gaya otot halaman 1 setelah revisi……… 81

Gambar 23 Gaya otot halaman 2 sebelum revisi……….. 82

Gambar 24 Gaya otot halaman 2 setelah revisi……… 82

Gambar 25 Benda-benda pada gaya gravitasi sebelum revisi……….. 84

Gambar 26 Benda-benda pada gaya gravitasi setelah revisi... 84

(16)

xvi

Gambar 28 Benda-benda pada gaya gesekan setelah revisi………. 85

Gambar 29 Cover sebelum revisi………. 86

Gambar 30 Cover setelah revisi……… 86

Gambar 31 Identitas siswa sebelum revisi……… 87

Gambar 32 Identitas siswa setelah revisi……….. 87

Gambar 33 Diagram batang penilaian ahli media tahap pertama, tahap kedua, dan tahap ketiga……….. 89

Gambar 34 Kegiatan Siswa Pada Uji Coba Lapangan Awal……… 91

Gambar 35 Kegiatan Siswa Pada Uji Coba Lapangan Utama……….. 94

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas IV

Kurikulum 2013……… 111

Lampiran 2. Hasil Validasi Instrumen Penilaian 113 Lampiran 3. Surat KeteranganExpert Judgement 114 Lampiran 4. Lembar Penilaian Ahli Materi Tahap Pertama………. 115

Lampiran 5. Lembar Penilaian Ahli Materi Tahap Kedua……… 118

Lampiran 6. Surat Keterangan Validasi Ahli Materi……… 121

Lampiran 7. Lembar Penilaian Ahli Media Tahap Pertama………. 122

Lampiran 8. Lembar Penilaian Ahli Media Tahap Kedua……… 125

Lampiran 9. Lembar Penilaian Ahli Media Tahap Ketiga……… 128

Lampiran 10. Surat Keterangan Validasi Ahli Media………. 131

Lampiran 11. Lembar Angket Siswa dalam Uji Coba Lapangan Awal…….. 132

Lampiran 12. Lembar Angket Siswa dalam Uji Coba Lapangan Utama…… 135

Lampiran 13. Lembar Angket Siswa dalam Uji Coba Lapangan Operasional……… 138

Lampiran 14. Rekap Nilai Angket Siswa pada Uji Coba Lapangan Awal….. 141

Lampiran 15. Rekap Nilai Angket Siswa pada Uji Coba Lapangan Utama… 142 Lampiran 16. Rekap Nilai Angket Siswa pada Uji Coba Lapangan Operasional………. 144

Lampiran 17. Dokumentasi Kegiatan Uji Coba Produk……….……….. 147

Lampiran 18. Surat Izin Penelitian………... 148

Lampiran 19. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian……….. 151

Lampiran 20. Desain Lembar Kerja Siswa………... 152

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan adalah kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan di Indonesia seringkali mengalami perubahan dan perkembangan. Sampai pada tahun 2016 tercatat pergantian kurikulum dari kurikulum awal, CBSA, KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013. Keberadaan kurikulum menjadi pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan yakni belajar dan pengajaran di sekolah, termasuk pada jenjang sekolah dasar.

Kurikulum 2013 diimplementasikan dengan beberapa tema dengan satu tema dipecah menjadi tiga subtema dan satu subtema terbagi ke dalam enam pembelajaran. Tahapan pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik 5M yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mencoba, dan mengkomunikasikan. Dalam setiap pembelajaran yang dilakukan, siswa dituntut untuk aktif sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator. Implementasi Kurikulum 2013 tidak terlepas dari usaha guru untuk memaksimalkan rencana dan proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar siswa menjadi lebih bermakna.

(19)

2

Dari segi istilah, Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang

“Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan

yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1991: 2).

Dalam keberlangsungan kegiatan pembelajaran oleh guru dan siswa, komponen pembelajaran juga sangat dibutuhkan untuk menunjang ketercapaian tujuan yang diharapkan. Salah satu komponen pembelajaran yang penting untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah bahan ajar yang berupa lembar kerja siswa. Dengan menggunakan lembar kerja siswa, diharapkan siswa dapat menggali konsep belajarnya sendiri melalui percoban-percobaan dengan bimbingan guru.

(20)

3

Untuk mendukung terciptanya pengalaman langsung dalam pembelajaran IPA pada kurikulum 2013, maka diperlukan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa dengan berbasis pada model pembelajaran Guided Discovery agar siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri melalui percobaan serta dapat memberikan pengalaman langsung dan pengalaman bermakna kepada siswa. Namun, Lembar Kerja Siswa yang ada selama ini belum sesuai dengan tujuan LKS yang diharapkan dan belum sesuai dengan panduan kegiatan siswa. LKS yang ada selama ini lebih mengarah pada bentuk modul yang di dalamnya memuat informasi yang dipaparkan dalam bentuk teks. Tugas-tugas di dalamnya memuat pertanyaan berdasarkan isi teks, sehingga siswa dapat menggali informasi berdasarkan teks tersebut. Padahal, ada beberapa materi IPA yang menuntut dilaksanakan kegiatan percobaan melalui LKS sehingga siswa dapat lebih berperan aktif untuk menemukan konsep belajarnya sediri atau melakukan pembuktian konsep yang sudah ada.

Siswa sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret dimana dalam belajar siswa membutuhkan contoh yang nyata sehingga masih membutuhkan dampingan dan bimbingan guru. Berdasarkan alasan tersebut maka perlu dikembangkan LKS berbasis model pembelajaran Guided Discovery agar dapat memudahkan siswa untuk mempelajari konsep-konsep pada materi IPA yang memerlukan percobaan untuk membuktikan suatu konsep.

(21)

4

menuntut dilaksanakannya percobaan IPA. Berdasarkan kondisi tersebut, guru membutuhkan adanya pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tervalidasi. Dalam penelitian pengembangan ini, produk pengembangan yang akan dihasilkan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas IV yang sesuai dengan model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku materi macam-macam gaya. Hal ini dikarenakan materi yang ada dalam tema tersebut membutuhkan kegiatan yang menuntut siswa untuk aktif melakukan pembuktian konsep melalui percobaan dengan bimbingan dari guru sesuai dengan konsep model pembelajaran Guided Discovery.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Ada beberapa materi dalam IPA yang memerlukan kegiatan percobaan untuk membuktikan konsep.

2. Siswa usia sekolah dasar berada dalam tahap perkembangan kognitif operasional konkret sehingga membutuhkan contoh nyata dalam belajar dan membutuhkan dampingan guru untuk mempelajari suatu konsep materi. 3. Kurikulum 2013 membutuhkan bahan ajar yang dapat meningkatkan peran

aktif siswa dalam pembelajaran.

4. LKS sebagai bahan ajar yang ada selama ini belum sesuai dengan panduan kegiatan siswa.

(22)

5

C. Pembatasan Masalah

Guru belum pernah mengembangkan komponen pembelajaran berupa LKS IPA secara mandiri untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA kelas IV berbasis model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku Materi Macam-macam Gaya?

2. Bagaimana hasil pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA kelas IV berbasis model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku Materi Macam-macam Gaya?

E. Tujuan Pengembangan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA kelas IV yang memiliki karakteristik berbasis model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku Materi Macam-macam Gaya.

(23)

6

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah: 1. Lembar Kerja Siswa IPA Macam-macam Gaya untuk kelas IV (empat)

berbentuk media cetak yang memuat materi percobaan pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku.

2. Lembar Kerja Siswa IPA Macam-macam Gaya dicetak dengan ukuran kertas A4.

3. Halaman sampul Lembar Kerja Siswa dicetak menggunakan kertas Ivory 230, sedangkan halaman isi dicetak menggunakan kertas HVS 80 gram.

4. Lembar Kerja Siswa disusun sesuai dengan standar isi Kurikulum 2013. 5. Memuat komponen – komponen dalam Lembar Kerja Siswa.

6. Lembar Kerja Siswa IPA Macam-macam Gaya dilengkapi dengan panduan untuk guru.

7. LKS memuat cover, identitas siswa, petunjuk belajar, serta kegiatan percobaan Macam-macam Gaya.

8. Panduan untuk guru memuat cover, petunjuk belajar, kunci jawaban, serta pedoman penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik.

G. Manfaat Pengembangan

(24)

7

1. Manfaat Teoritis

Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang pengembangan Lembar Kerja Siswa Kelas IV berbasis model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku Materi Macam-macam Gaya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui karakteristik dan hasil pengembangan Lembar Kerja Siswa Kelas IV berbasis model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku Materi Macam-macam Gaya. b. Bagi Guru di Sekolah Dasar

Guru dapat memanfaatkan lembar kerja siswa yang telah dikembangkan dalam pembelajaran untuk kelas IV. Pada tahap selanjutnya, guru dapat mengembangkan lembar kerja siswa serupa secara mandiri.

c. Bagi Siswa Sekolah Dasar

Melalui Lembar Kerja Siswa Kelas IV berbasis model pembelajaran Guided Discovery pada Subtema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku Materi

Macam-macam Gaya, siswa dapat memahami materi dalam mata pelajaran dengan lebih mudah dan menyenangkan.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Pengembangan

(25)

8

Agama di Negeriku Materi Macam-macam Gaya dikembangkan dengan beberapa asumsi, yaitu:

a. Menurut Sujarwo, pembelajaran penemuan (discovery) adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran penemuan lebih mengutamakan proses dari pada hasil belajar. Pembelajaran penemuan sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV SD.

b. Dalam Depdiknas tahun 2008, Lembar Kerja Siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kerja siswa biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.

c. Melalui lembar kerja siswa berbasis model pembelajaran Guided Discovery, siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui kegiatan percobaan sehingga siswa akan mendapatkan pemahaman materi dengan lebih bermakna. 2. Keterbatasan Pengembangan

Dalam pengembangan lembar kerja siswa berbasis model pembelajaran Guided Discovery terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:

a. Pada kisi-kisi instrumen penilaian untuk ahli materi, kesesuaian LKS dengan model pembelajaran Guided Discovery belum dirinci sampai pada sintak model pembelajaran, namun hanya kesesuaian secara umum.

b. Dalam penelitian ini belum ada angket untuk melihat respon guru terhadap produk LKS yang telah dikembangkan.

(26)

9

ini, uji coba lapangan awal dan uji coba lapangan utama dilakukan dengan jumlah subjek yang genap.

(27)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki empat pilar diantaranya; pembelajarannya tematik integratif, menggunakan pendekatan saintifik, penilaiannya autentik, dan berbasis IT. Kurikulum2013 tidak hanya menilai hasil belajar siswa namun juga menilai proses pembelajaran. Penilaian dalam kurikulum 2013 mencakup tiga aspek dalam ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik.

1. Proses Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan:

Eko Putro Widoyoko (2016: 38) mengemukakan bahwa proses Kognitif merupakan cara yang dipakai siswa secara aktif dalam proses mengkonstruksi makna. Proses Kognitif menurut Anderson (2015:100) dibagi menjadi enam jenjang dimulai dari jenjang yang paling rendah ke jenjang yang paling tinggi, yaitu:

a. Mengingat, yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang terdiri dari kemampuan mengidentifikasi dan mengambil ingatan dari memori jangka panjang.

(28)

11

c. Mengaplikasikan, yaitu menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu terdiri dari kemampuan mengeksekusi dan mengimplementasikan.

d. Menganalisis, yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan keseluruhan struktur atau tujuan terdiri dari kemampuan membedakan, mengorganisasikan, dan mendekonstruksikan.

e. Mengevaluasi, yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar yang terdiri dari kemampuan memeriksa dan mengkritik.

f. Mencipta, yaitu memadukan bagian-bagian unuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil yang terdiri dari kemampuan merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

2. Afektif

Menurut Eko Putro Widoyoko (2016: 52) ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Maisa (1964) dalam Eko Putro Widoyoko (2016: 52) dibedakan menjadi lima jenjang yaitu:

a. Receiving/attending (menerima/memperhatikan)

(29)

12

menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving/attending juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.

b. Responding (menanggapi)

Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya. Pada tingkat ini siswa tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah siswa tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi segala sesuatu yang dipelajari.

c. Valuing (menilai atau menghargai)

Valuing artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri siswa untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah, maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

d. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)

(30)

13

satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Hasil pembelajaran pada jenjang ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.

e. Characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai)

Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai, merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Jenjang ini merupakan tingkat afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshoppy of life yang mapan. Peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten, dan

dapat diramalkan.

Eko Putro Widoyoko (2016: 56) mengungkapkan bahwa dalam kurikulum 2013, sikap dipilah menjadi dua macam yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. a. Sikap Spiritual

(31)

14

b. Sikap Sosial

Sikap sosial terkait dengan pembentukan siswa yang berakhlak mulia mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Sikap sosial merupakan kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Objek sosial dalam sikap sosial adalah orang banyak dalam kelompok. Dalam kurikulum 2013, sikap sosial terdiri dari sikap: jujur, disiplin, tanggung jawab, toleran, gotong royong, santun, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, seperti dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Psikomotorik

Aspek keterampilan atau psikomotorik menurut Eko Putro Widoyoko (2016: 58) merupakan hasil belajar yang pencapaiannya melibatkan otot dan kekuatan fisik. Kurikulum 2013 membedakan ranah keterampilan menjadi dua, keterampilan konkret dan keterampilan abstrak. Ranah keterampilan konkret menurut Bloom dibedakan menjadi tujuh, yaitu: Perception (persepsi), Set (kesiapan), Guided Response (respon terpimpin), Mechanism (mekanisme), Complex Overt Response (respon tampak yang kompleks), Adaptation (adaptasi), dan Origination (penciptaan). Adapun yang termasuk keterampilan abstrak dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

a. Mengamati

(32)

15

suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.

b. Menanya

Keterampilan menanya merupakan keterampilan menggali informasi atau pengetahuan secara lisan yang merupakan keterampilan mengajukan berbagai jenis pertanyaan, keterampilan mengajukan pertanyaan yang berkualitas, baik pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, maupun hipotetik.

c. Mengumpulkan informasi/ mencoba

Keterampilan mengumpulkan informasi merupakan keterampilan dalam mencari, menemukan, dan menggali sumber pengetahuan atau informasi yang memadai baik dari segi jumlah, kualitas, kelengkapan informasi, valditas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

d. Menalar/ mengasosiasi

Keterampilan menalar atau mengasosiasi merupakan keterampilan mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi.

e. Mengkomunikasikan

Keterampilan mengkomunikasikan merupakan keterampilan dalam menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafik, media elektronik, multi media, dan lain-lain.

(33)

16

hasil belajar. Penilaian siswa pada Kurikulum 2013 dipandang dalam tiga ranah yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 melibatkan siswa secara aktif sehingga diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna.

B. Pembelajaran IPA 1. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam Bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Patta Bundu (2006:9) mengungkapkan bahwa natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan, sehingga IPA atau sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Usman Samatowa (2010:3) juga mengungkapkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis dengan didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

Dari segi istilah, Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang

“Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan

(34)

17

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu tentang alam yang dapat dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu. IPA merupakan ilmu yang dekat dengan kehidupan manusia dan dapat dipelajari menurut gejala-gejalanya. IPA mempelajari alam semesta dengan segala isinya yang dapat diterima secara rasional dan objektif.

2. Komponen-komponen IPA

Abruscato (Patta Bundu, 2006:9) mengungkapkan bahwa.

Science is the name we give to group of processes through which we can systematically gather information about the natural world. Science is also the knowledge gathered through the use of such processes. Finally, science is characterized by those values and attitudes possessed by people who use scientific processes to gather knowledge.

Pendapat Abruscato memberikan pengertian bahwa, (a) IPA merupakan proses mengumpulkan informasi tentang alam sekitar, (b) IPA juga merupakan pengetahuan yang dihimpun melalui proses kegiatan tertentu, dan (c) IPA dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap-sikap yang dimiliki oleh seseorang yang menggunakan proses IPA untuk menghimpun pengetahuan.

(35)

18

a. IPA sebagai Proses

Pengkajian IPA dari segi proses disebut juga keterampilan proses IPA (science process skills). Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. Dengan keterampilan proses siswa dapat mempelajari IPA sesuai dengan apa yang para ahli IPA lakukan, yakni melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen.

Menurut Rezba et. al. (1995) dalam Patta Bundu (2006: 12) keterampilan dasar proses IPA (basic science process skills) untuk SD meliputi keterampilan mengamati (observing), mengelompokkan (classifying), mengukur (measuring), mengkomunikasikan (communicating), meramalkan (predicting), dan menyimpulkan (inferring). Hasil belajar IPA melalui proses IPA menghasilkan kesan yang lama, tidak mudah dilupa, dan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

b. IPA sebagai Produk

IPA merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk mengetahui diri dan lingkungannya. IPA sebagai produk keilmuan akan mencakup konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori yang dikembangkan sebagai pemenuhan rasa ingin tahu manusia, dan juga untuk keperluan praktis manusia.

(36)

hukum-19

hukum, dan teori-teori IPA. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing produk IPA tersebut.

1) Fakta; Fakta merupakan kebenaran-kebenaran terhadap objek kajian dan sudah dibuktikan secara objektif dan teruji.

2) Konsep; Konsep merupakan hubungan antara fakta-fakta yang saling berkorespondensi.

3) Prinsip; Prinsip merupakan generalisasi tentang hubungan konsep-konsep. 4) Hukum; Hukum merupakan prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya

secara luas, tetapi memiliki daya uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.

5) Teori; Teori merupakan kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, dan hukum, berupa gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam.

c. IPA sebagai Sikap Ilmiah

(37)

20

mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain, (3) kemauan untuk melakukan eksperimen atau percobaan dengan hati-hati, dan (4) menyadari keterbatasan dalam penemuan keilmuan.

Selanjutnya, sikap yang termasuk pada kelompok dua, meliputi (1) rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya, (2) pengakuan bahwa IPA dapat membantu pemecahan masalah individu dan global, (3) memiliki rasa antusiasme untuk menguasai pengetahuan dengan metode ilmiah, (4) pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan, (5) pengakuan bahwa IPA merupakan aktivitas manusia, dan (6) pemahaman hubungan antara IPA dengan bentuk aktivitas manusia yang lain. Sikap-sikap tersebut sangat jelas berhubungan dengan IPA dan potensial untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA.

Pendapat tersebut sejalan dengan definisi tiga komponen dalam IPA yang dikemukakan oleh Carin dan Sund (1985: 2) yaitu:

1. Proses (metode), merupakan langkah mengidentifikasi masalah. Contohnya: membuat hipoteses, merencanakan percobaan, mengevaluasi data, mengukur, dan sebagainya.

2. Produk, merupakan fakta, prinsip, hukum, teori. Contohnya: logam bila dipanaskan akan memuai.

3. Sikap ilmiah, merupakan keyakikan, nilai-nilai, dan pendapat. Contohnya: menangguhkan penilaian sebelum mendapatkan data yang mendukung dan sesuai dengan permasalahan. Selalu berusaha untuk menjadi objektif.

(38)

21

tersebut saling terkait satu sama lainnya. Setiap komponen saling mendukung satu sama lain. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan salah satu produk IPA yang diharapkan dapat mendukung proses dalam IPA dan meningkatkan sikap IPA.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Piaget dalam Rita Eka Izzaty (2013: 104), masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas, sekarang menjadi lebih konkret. Guru atau pendidik perlu memahami bahwa semua siswa memiliki kebutuhan meskipun intensitas kebutuhan bervarisi antara siswa yang satu dengan yang lain sesuai dengan tahapan perkembangannya. Kuswono (2013: 155), mengemukakan bahwa anak tidak dilihat sebagai orang dewasa muda, tetapi harus dilihat dari struktur kognitif pada setiap proses yang berbeda. Pengembangan melalui tahapan berdasarkan pada karakteristik urutan perkembangan. Setiap tahap memberikan kemajuan dalam urutan yang sama. Tidak ada tahapan yang terlewatkan, dan saling berhubungan dengan periode usia nyata (kronologi dan mental), meskipun perbedaan individual dapat diamati secara jelas secara kualitatif.

(39)

22

membagi wilayah perkembangan siswa SD yaitu masa kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas tinggi sekolah dasar.

1. Masa kelas-kelas rendah SD, yaitu usia 6 atau 7 tahun sampai usia 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak pada masa kelas rendah yaitu:

a. Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat maka banyak prestasi yang diperoleh).

b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional. c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri). d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.

e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suat soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

f. Pada usia 6 – 8 tahun, anak menghendaki nilai rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. 2. Masa kelas-kelas tinggi SD, yaitu usia 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun.

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini yaitu:

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

(40)

23

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

e. Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat bermain bersama-sama.

(41)

24

Tabel 1. Tahapan Operasional Konkret Piaget (Kuswono, 2013: 157)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa sekolah dasar berada pada tahap perkembagan kognitif operasional konkret sehingga dalam proses belajarnya, siswa membutuhkan benda-benda serta contoh konkret. Siswa kelas IV sekolah dasar merupakan siswa kelas tinggi dengan karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan siswa kelas rendah. Karakteristik yang dimiliki siswa kelas tinggi yaitu (1) dalam tahap ini siswa sudah mampu melakukan pengurutan dan mengidentifikasi objek serta benda-benda dan dapat mempertimbangkan beberapa aspek untuk memecahkan suatu permasalahan, (2) membutuhkan benda-benda konkret untuk menolong pengembangan kemampuan intelektualnya, (3) adanya minat terhadap kehidupan praktis

sehari-Seriaton Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.

Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke benda yang paling kecil.

Classification Kemampuan untuk memberi nama atau megidentifikasi serangkaian benda

menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animism (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).

Decentering Anak mulai memertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk

bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar dan pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian

kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Conservation Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda tidak

berhubungan dengan pengaturan atau tampilan objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, jika anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tau bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

Elimination of

Egocentrism

(42)

25

hari yang konkret, (4) memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. Hal ini sejalan dengan prinsip pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti yakni mengembangkan Lembar Kerja Siswa yang disesuaikan dengan karakteristik siswa SD kelas tinggi dan mengutamakan kegiatan aktif siswa untuk mengidentifikasi serta melakukan pemecahan masalah dalam IPA.

D. Model Pembelajaran Guided Discovery

1. Hakikat Model Pembelajaran Guided Discovery

Guided Discovery adalah satu model pembelajaran dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. Model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa dan membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tetang topik-topik yang jelas (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012: 177).

Carin dan Sund (1989: 94) mengemukakan bahwa:

Guided Discovery teaching/learning tries to help student learn to learn. Guided Discovery helps student acquire knowledge that is uniquely their own because they discovered it themselves.

(43)

26

mengorganisasikan, dan membangun ide. Model pembelajaran Guided Discovery menggabungkan teknik teacher-centered dan student-centered berdasarkan seberapa banyak dominansi guru dan usia dan/atau perkembangan mental siswa.

Siswa yang usianya lebih muda, maka guru lebih banyak memberikan informasi dan pendampingan, semakin besar usia siswa, maka semakin sedikit pula informasi-informasi yang diberikan oleh guru. Siswa akan lebih berinisiatif untuk menjadikan guru sebagai fasilitator, sumber informasi, pemberi penguatan, dan pemberi panduan.

Pendapat lain, Eggen, Jacobson & Kauchak (2009:209) mengemukakan bahwa selama penerapan model pembelajaran guided discovery, guru masih memberikan susunan (structure) dan bimbingan (guidance) untuk memastikan bahwa abstraksi yang sedang dipelajari sudah akurat dan lengkap. Dengan demikian, ciri khas dari model pembelajaran guided discovery adalah adanya bimbingan dari guru selama aktivitas penemuan dalam kegiatan pembelajaran.

Carin dan Sund (1985) dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 35) menyatakan bahwa anak usia SD paling tepat menggunakan model pembelajaran Guided Discovery untuk mempelajari IPA, dikarenakan dalam Guided Discovery terdapat gabungan antara pendekatan ekspositori dengan pendekatan inkuiri.

(44)

27

menemukan sendiri konsep-konsep IPA. Materi yang diajarkan pada model Guided Discovery adalah konsep dan generalisasi. Konsep berisi kategori-kategori dengan

karakterstik umum, sedangkan generalisasi merupakan hubungan antara konsep. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Guided Discovery merupakan model pembelajaran dimana siswa terlibat secara aktif untuk mencari pengetahuannya sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang dipersiapkan oleh guru. Guru berperan mendampingi dan menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Model pembelajaran Guided Discovery merupakan model pembelajaran penemuan yang tidak terbatas

pada penemuan yang sepenuhnya baru tetapi lebih mengarah pada penemuan konsep dan membangun ide.

Model pembelajaran Guided Discovery efektif untuk mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu konsep atau materi pembelajaran. Dalam model ini, guru berperan mendampingi siswa dan memfasilitasi siswa dalam membangun konsepnya, sehingga dapat dikatakan peran guru tidak lebih dominan daripada siswa. Model Guided Discovery ini sesuai dengan karakteristik dalam implementasi kurikulum 2013.

2. Tahapan Model Pembelajaran Guided Discovery

(45)

28

a. Mengidentifikasi topik

Dalam mengidentifikasi topik berarti merencanakan satu pelajaran atau unit yang melibatkan satu topik. Topik-topik bisa datang dari standar, buku teks, panduan kurikulum, atau sumber-sumber lain, termasuk guru itu sendiri.

b. Menentukan tujuan belajar

Setelah megidentifikasi topik, selanjutnya adalah memutuskan hal apa yang diinginkan guru untuk diketahui siswa mengenai topik tersebut. Keputusan ini mengidentifikasi tujuan belajar, pernyataan yang menetukan apa yang semestinya diketahui, dipahami, atau mampu dilakukan siswa terkait topik tersebut. Tujuan belajar yang jelas tersebut penting karena memberikan kerangka kerja bagi pikiran ketika merencanakan dan menerapkan pelajaran. Saat mengajarkan konsep apapun, tujuan belajarnya adalah supaya siswa mampu mengidentifikasi karakteristik-karakteristik konsep tersebut. Dalam setiap generalisasi, tujuan belajarnya adalah siswa mampu menggambarkan hubungan yang ada antara konsep-konsep di dalam generalisasi.

c. Menyiapkan contoh dan noncontoh

(46)

29

Penerapan pelajaran menggunakan model pembelajaran Guided Discovery menggunakan empat fase yang saling terkait diantaranya:

a. Fase 1: Pendahuluan

Fase 1 memulai pelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harus diikuti. Fase ini bisa dimulai dengan berbagai cara dan dapat terdiri dari pernyataan-pernyataan sederhana, seperti “Hari ini, Ibu/Bapak akan memberi kalian sejumlah contoh.

Ibu/Bapak ingin kalian menjadi pengamat yang baik dan berusaha mencari jenis pola apa yang ada di dalam contoh-contoh tersebut.”; “Mari kita lihat contoh -contoh berikut dan melihat apa persamaan -contoh--contoh itu.” Setelah pendahuluan

ini, pelajaran langsung berpindah ke fase 2.

b. Fase 2: Fase Berujung-terbuka (Open-ended Phase)

Fase berujung terbuka bertujuan mendorong keterlibatan siswa dan memastikan keberhasian awal mereka. Cara yang dapat dilakukan dalam fase ini antara lain: 1) Memberikan contoh dan meminta siswa mengenali pola-pola di dalam contoh

itu.

(47)

30

3) Memberikan contoh dan noncontoh serta meminta siswa membandingkan keduanya.

4) Memulai dengan memberikan satu noncontoh dan meminta siswa menggambarkannya.

Opsi manapun yang dipilih, pelajaran berlanjut dengan meminta siswa merespon pertanyaan berujung-terbuka (open-ended), pertanyaan-pertanyaan dimana beragam jawaban bisa diterima. Keuntungan dari pertanyaan berujung-terbuka adalah:

a) Pertanyaan-pertanyaan ini mudah diajukan, sehingga memudahkan juga bagi guru untuk dengan cepat memanggil siswa yang berbeda-beda. Menurut Good & Brophy (2008) dalam Paul Eggen dan Don Kauchak (2012), “semakin

banyak jumlah pertanyaan ruang kelas akan mendorong perhatian dan

keterlibatan siswa serta meningkatkan prestasi”. Sedangkan menurut Ryan & Deci. (2000) dalam Paul Eggen dan Don Kauchak (2012), “keterlibatan merupakan salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa”.

b) Peregoy & Boyle (2008) dalam Paul Eggen dan Don Kauchak (2012) berpendapat bahwa, “pertanyaan berujung-terbuka meningkatkan partisipasi

minoritas kultural dan siswa dengan kefasihan Bahasa Inggris yang terbatas”. c. Fase 3: Fase Konvergen

(48)

31

supaya respons siswa seragam terhadap satu tujuan belajar spesifik, yang disebut fase konvergen. Inilah fase dimana siswa secara aktual membangun pengetahuan mereka tentang konsep atau generalisasi.

d. Fase 4: Penutup dan Penerapan

Penutup terjadi kala siswa mampu secara lisan menyataka karakteristik-karakteristik dari konsep atau secara verbal menggambarkan hubungan yang ada dalam generalisasi. Memonitor secara cermat dan membahas upaya awal siswa dalam fase penerapan akan memperkuat pembelajaran dengan membantu siswa menjembatani kesenjangan antara kegiatan belajar yang dibimbing guru dan praktik mandiri.

Tabel 2. Fase-fase di dalam Menerapkan Pembelajaran dengan Model Guided Discovery

Fase Deskripsi

Fase 1: Pendahuluan Guru berusaha menarik perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran.

Fase 2: Fase Terbuka Guru memberi siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh.

Fase 3: Fase Konvergen Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi.

Fase 4: Penutup dan Penerapan

(49)

32

Carin dan Sund (1989: 99) juga mengemukakan tahapan belajar dalam Guided Discovery yaitu exploration, invention, dan discovery. Contoh penerapan tahapan belajar dalam Guided Discovery menurut Carin dan Sund (1989: 100). 1. Exploration

Memberi siswa berbagai macam kancing kemudian meminta mereka untuk mengelompokkannya sesuai dengan keinginan siswa. Guru membantu mendampingi siswa untuk menemukan karakteristik kancing-kancing tersebut. 2. Invention

Tanpa memberi tahu siswa bahwa kancing-kancing tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan warna, bentuk, tekstur, ukuran, maupun jenis bahannya, guru dapat menanyakan “Apakah semua kancing Alice memiliki kesamaan?” atau “Apa ada kesamaan di antara semua kancing Harry yang telah

dikelompokkan?”. Berdasarkan hal tersebut, guru dapat mengatakan hal-hal seperti, “Ketika kalian mengelompokkan kancing-kancing berdasarkan warna, bentuk,

permukaan, dan sebagainya, ilmuwan mengatakan bahwa kalian telah mengelompokkan berdasarkan sifatnya.

3. Discovery

Memberi siswa berbagai macam benih dan bertanya, “Bagaimana sekarang kita

(50)

33

Gambar 1. Tahapan belajar dalam Guided Discovery (Carin dan Sund, 1989: 99) Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 37) dalam Guided Discovery guru memiliki peran diantaranya: a) memberikan bimbingan dan

pengarahan agar siswa dapat mencapai tujuan atau dapat menemukan konsep-konsep IPA, b) melontarkan masalah serta memberikan alternatif pemecahannya, c) memonitor proses belajar, d) menolong siswa yang mengalami hambatan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan, dan e) memberikan penilaian. Guided Discovery dapat digunakan untuk semua usia, namun yang paling tepat adalah untuk anak usai SD. Dalam proses belajar, siswa aktif melakukan eksplorasi, observasi, investigasi atas bimbingan guru. Kegiatan ini berdampak positif terhadap perkembangan intelektual siswa. Hasil belajar dan retensi menjadi tinggi serta dapat mengembangkan sikap yang positif terhadap Ilmu Pengetahuan Alam.

1. EXPLORATION

(kegiatan siswa)

3. DISCOVERY 2. CONCEPTION

INVENTION

(51)

34

3. Manfaat Model Pembelajaran Guided Discovery

Jerome Bruner dalam Carin dan Sund (1989: 95) mengemukakan empat alasan untuk menggunakan model pembelajaran Guided Discovery, diantaranya:

a. Potensi intelektual

Dari potensi intektual, Bruner mengemukakan bahwa individu belajar dan mengembangkan pemikirannya hanya dengan menggunakan potensi intelektual tersebut. Melalui Guided Discovery, siswa secara perlahan akan belajar bagaimana cara mempersiapkan dan melakukan investigasi (percobaan).

b. Memberi motivasi intrinsik dari pada ekstrinsik

Belajar dapat terjadi dengan respon untuk mendapatkan penghargaan, siswa juga akan termotivasi untuk belajar agar terhindar dari kegagalan. Guided Discovery dapat membantu siswa untuk menjadi lebih otonom, mandiri, dan

bertanggungjawab akan apa yang mereka pelajari. Siswa akan lebih termotivasi sendiri ketika mereka belajar dengan menemukan pengetahuan secara mandiri daripada hanya mendengarkan.

c. Mempelajari penemuan yang heuristik

Siswa aktif terlibat dalam belajar dengan mendengar, berbicara, membaca, melihat, dan berfikir. Siswa akan semakin dominan terlibat dalam pemecahan masalah dengan menggeneralisasikan apa yang telah mereka pelajari pada model penemuan yang telah membantu mereka belajar dengan baik.

d. Menjaga ingatan

(52)

35

E. Lembar Kerja Siswa (LKS)

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Diknas, 2008) . Lembar kerja siswa biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kerja siswa harus jelas KD yang akan dicapai. Lembar kerja siswa dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kerja siswa tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.

Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabai dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kerja siswa adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis (Depdiknas, 2008: 13).

(53)

36

Dari dua pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah bahan ajar yang berbentuk bukan hanya buku tetapi lebih mengarah kepada lembaran-lembaran yang berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk menggali pemahamannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada dalam LKS. Isi LKS disesuaikan dengan KD yang ingin dicapai sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman bermakna dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

2. Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS)

Andi Prastowo (2015: 205) mengemukakan bahwa LKS sebagai bahan ajar cetak mempunyai empat fungsi, yaitu: 1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik. 2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan. 3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. 4) Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

3. Komponen Lembar Kerja Siswa (LKS)

Diknas dalam Andi Prastowo (2015: 208) menjelaskan bahwa bahan ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) terdiri dari enam unsur utama yaitu:

a. Judul

b. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa) c. Kompetensi yang akan dicapai d. Informasi pendukung

(54)

37

4. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar Kerja Siswa akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Menurut Andi Prastowo (2015: 212-214) dalam menyiapkan Lembar Kerja Siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.

b. Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuensi LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

c. Menentukan judul-judul LKS

(55)

38

(MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.

d. Penulisan LKS

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Perumusan KD yang harus dikuasai

2) Penentuan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan

hasil kerjanya.

3) Penyusunan Materi

(56)

39

diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.

Andi Prastowo (2015: 217) mengungkapkan batasan umum yang dapat dijadikan pedoman saat menentukan desain LKS, yaitu:

a. Ukuran

Ukuran Lembar Kerja Siswa menggunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. Contohnya, siswa diharapkan untuk membuat bagan alur (sebagai salah sau tujuan pembelajaran yang ingin ditetapkan). Maka, ukuran LKS yang dapat mengakomodasi hal tersebut adalah A4 (kuarto), karena dengan ukuran kuarto, siswa akan mempunyai cukup ruang untuk membuat bagan.

b. Kepadatan halaman

Dalam penyusunan LKS diusahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Sebab, halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian.

c. Penomoran

(57)

40

d. Kejelasan

Dalam penyusunan LKS juga harus memastikan bahwa materi dan instruksi yang ada dalam LKS dapat jelas dibaca oleh siswa. Sesempurna apapun materi yang telah disiapkan, tetapi jika siswa tidak mampu membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberi hasil yang maksimal.

5. Prosedur Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 41-45), LKS yang baik haruslah memenuhi berbagai persyaratan misalnya syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis.

a. Syarat-syarat Didaktik

LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses belajar-mengajar haruslah memenuhi syarat-syarat didaktik, artinya harus mengikuti syarat-syarat belajar-mengajar yang efektif yaitu:

1) Memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik dapat digunakan baik oleh siswa yang lamban, yang sedang, maupun yang pandai. 2) Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehinga LKS berfungsi

sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu. Keliru apabila LKS digunakan sebagai alat untuk memberi tahu. Juga keliru jika tekanannya pada materi.

(58)

41

Satu contoh LKS yang keliru adalah sebagai berikut:

“Bacalah baik-baik karangan berikut ini, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan tepat pada kolom-kolom yang tersedia!”

4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri anak. Jadi tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep-konsep akademis. Untuk keperluan ini diperlukan bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa berhubungan dengan orang lain, mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain, dan bilamana perlu, diadakan suatu display (pajangan atau pameran).

5) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya), dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.

b. Syarat-syarat Konstruksi

Syarat konstruksi ialah syarat yang berkenaan dengan peggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna yaitu anak didik.

1) Menggunakan Bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. Contoh:

“Adanya polutan di udara dapat diketahui dengan analisis instrumental yang

menggunakan GCMS. Sedangkan molekul air akan berkonjugasi dengan nitride di udara.”

(59)

42

2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Hindarkan kalimat kompleks.

b) Hidarkan kata-kata tak jelas misalnya; mungkin, kira-kira, pada suatu hari. c) Hindarkan kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda.

Misalnya:

“Manusia itu tidak tahu tentang ketidaktahuannya.”

d) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif.

3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Apabila konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana terlebih dahulu.

4) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Yang dianjurkan adalah isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

5) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa, misalnya untuk melengkapi isian dalam LKS, anak diminta mencari dari Ensiklopedia dalam Bahasa Inggris di perpustakaan yang jauh dari jangkauan sekolah.

(60)

43

7) Meggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi, namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.

8) Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat “konkret” sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat “formal” atau

abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak.

9) Dapat digunakan oleh anak-anak baik yang lamban maupun yang cepat. 10)Memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari itu sebagai sumber

motivasi.

11)Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.

c. Syarat-syarat Teknis 1) Tulisan

a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi. b) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang

diberi garis bawah.

c) Gunakan tidak lebih dari sepuluh kata dalam satu baris.

d) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. e) Usahakan agar besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

2) Gambar

(61)

44

berkualitas tinggi belum tentu dapat dijadikan gambar LKS yang efektif. Anak praoperasional dan operasional konkret mungkin senang melihat gambar yang bagus tetapi belum tentu dapat menangkap isinya. Oleh karena itu yang lebih peting adalah kejelasan isi/pesan dari gambar itu secara keseluruhan. Untuk menggambarkan alat-alat IPA, sebaiknya menggunakan gambar alat yang ditujukan kepada bagaimana alat itu dapat bekerja dan bukannya badan dari alat itu.

3) Penampilan

Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada penampilan LKS, bukan isinya. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh anak, hal ini menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambar saja, itu tidak mungkin karena pesan/isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.

6. Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS)

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 40) mengemukakan bahwa mengajar menggunakan LKS menjadi semakin populer karena memang banyak manfaatnya dalam proses belajar megajar. Manfaat tersebut antara lain:

a. Memudahkan guru untuk mengelola proses belajar-mengajar, misalnya mengubah suasana “guru sentris”, (dimana guru harus menerangkan, mendikte,

memerintahkan dan sebagainya, dan pada saat itu siswanya mendengar, mencatat, dan mematuhi semua perintah guru); berubah menjadi “siswa

(62)

45

dari perpustakaan, dari luar sekolah atau dapat juga dari pengamatannya sendiri di lapangan).

b. Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktifitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja.

c. Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah, serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya.

Gambar

Gambar 1. Tahapan belajar dalam Guided Discovery (Carin dan Sund, 1989: 99)
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Media.
Tabel 7. Data Hasil Validasi Materi Tahap Pertama
Gambar 2 Peta Pikiran sebelum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produk pengembangan bahan ajar matematika berupa modul dengan pendekatan guided discovery pada materi segiempat ini dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk meningkatkan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 3 siklus dengan menerapkan metode guided inquiry - discovery dalam pembelajaran IPA

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran Guided Discovery Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas IV SD N

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan Guided Discovery pada materi Barisan dan Deret untuk siswa

Produk pengembangan yang akan dihasilkan berupa media pembelajaran matematika pada materi bangun datar untuk peserta didik kelas IV SDN 05 Indralaya. Produk yang dihasilkan dari

Abstrak: Tujuan penelitian adalah mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis discovery learning untuk meningkatkan pemahaman konsep materi daur hidup hewan pada siswa kelas IV

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan metode guided inquiry - discovery dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas

Dalam penelitian ini produk yang dikembangkan adalah LKS berbasis guided discovery penemuan terbimbing pada materi bangun datar segi empat.. Waktu pelaksanakan mulai dari persiapan