• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4 Analisis Tanda-Tanda Semiotik Dalam Novel

3.4.1 Tanda Semiotik Pada Penokohan

Membaca sebuah novel, biasanya, kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan di dalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan masing-masing tokoh tersebut tak sama.

Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.Untuk itu diperlakukan pemakaian tanda semiotik yaitu tanda indeks yang mempunyai fungsi untuk memahami perwatakan tokoh, baik itu tokoh utama tokoh tambahan.

lxv

a. Tokoh Utama dalam novel / / atun‘inda

nuqtati al-sifri / ‛Perempuan di Titik Nol ’Karya Nawal Al-Sa‛dawi adalah Firdaus, karena tokoh ini adalah tokoh yang paling sering muncul.yang mendasari pemikiran penulis dalam menentukan tokoh dalam novel ini.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku yang bersangkutan. Seperti pada kutipan dibawah ini :

/Wa asbahtu mumisan najihatan ahsalu ala a’li samanin, wa yatanafasu”alayya a’zamu al-rijali/

“saya telah menjadi pelacur yang sangat sukses. Saya menerima bayaran yang paling mahal, dan orang-orang yang penting pun bersaing untuk disenagi oleh saya”(al-Sa’dawi, 2000: 130).

Tanda semiotik pada kutipan diatas berupa indeks sebab ia (Firdaus) telah menjadi seorang pelacur yang sukses mengakibatkan ia menerima bayaran yang sangat mahal dan disenangi bayak orang penting. Dengan kata lain, Firdaus telah menjadi pelacur kelas atas yang disenangi kalangan pejabat

B. Tokoh Tambahan (Figuran)

Dalam novel

/

-sifri/

‘perempuan di titik nol’ memiliki beberapa tokoh tambahan antara lain :

a). Ayah Firdaus

Tokoh ayah adalah orang tua Firdaus yang memiliki sifat licik dan ringan tangan. Sebagaimana kutipan berikut :

lxvi /abī faqīru fallāhi lam yaqru wa lam yaktub, wa lam ya‛rif min al -hayāti illa an yazra‛a al-ardi, wa yabī‛u al-jāmūsati al-masmūmati qabla an tamūta. Wa yabī‛u abnitahu al-użarāi qabla an tabūra. Wa yusriqu zirā‛ata jārihi qabla an yusriqahu jārihi wa yunhinī ‛alā yadī al-‛umdati dūna an yuqbalahā, wa yadribu zaujatahu kulla lailatin hattā ta‛iddu al -ardi/ “ayah saya seorang petani miskin, yang tak dapat membaca dan menulis, sedikit pengetahuannya dalam kehidupan. Kecuali bagaimana caranya bertanam. Bagaimana menjual kerbau yang telah diracun oleh musuhnya sebelum mati, bagaimana menukar anak gadisnya dengan imbalan mas kawin bila masih ada waktu, bagaimana caranya mendahlui tetangganya mencuri tanaman pangan yang matang di ladang . bagaimana meraih tangan ketua kelompok dan berpura-pura menciumnya, bagaiman memukul istrinya dan memperbudaknya tiap malam”( Al-Sa’dawi, 2000: 16-17)

Tanda semiotik pada kutipan diatas yang menunjukkan ikon adalah kata /abī/ ‘ayah’ merupakan gambaran orang tua yang mempuanyai sifat licik dan ringan tangan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia ( 1995 : 68 ) ayah adalah orang tua kandung laki-laki.

Indeks, sebab minimnya pengetahuan ayah dalam bercocok tanam mengakibatkat ia berfikir baagiman a menjual kerbau yang telah diracun oleh musuhnya sebelum mati, menukarkan anak gadis dengan imbalan mas kawin, mendahului tetangga untuk mencuri tanaman di ladang, memukul istri dan memperbudaknya tiap malam. Tindakan ayah Firdaus pada penjelasan di atas merupakan indeks sifat licik dan ringan tangan.

Kata /abī/ ‘ayah’ dalam cerita ini merupakan simbol yang terdiri dari

lambang-lambang fonem / / /alif tidak dilambangkan, b, y/ memiliki arti

orang tua laki-laki kandung yang tidak suka bekerja keras dan selalu mementingkan diri sendiri.

lxvii Tokoh paman adalah seorang laki-laki yang penuh perhatian. Sebagaimana kutipan berikut :

/Wa maridtu yamān yā lahmī, fajalasa ammī ilā jawārī fī as-sirīri yumsiku ra′sī, wa yarbat biasābiihi al-tawīlati al-kabīrati alā wajhī. Wa namatu tūlu al-laili wa anā umsaka yadahu fī yadī./ “suatu hari saya jatuh sakit demam. Paman duduk ditempat tidur di sebelah saya sambil memangku kepala saya, mengusap-usap muka saya secara halus dengan jarin-jarinya yang besar panjang, dan saya tidur sepanjang malam dengan berpegangan erat pada tangannya”.(Al-Sa’dawi, 2000: 31)

Tanda semiotik pada kutipan diatas yang menunjukkan ikon adalah kata

/amī/ ‘paman’ merupakan gambaran seorang laki-laki yang penyayang. Ia

memberikan kasih sayang penuh pada Firdaus.

Indeks, sebab saya jatuh sakit mengakibatkan paman duduk di sebelah saya sambil memangku kepala saya dan mengusap muka saya secara halus. Tindakan paman yang begitu penuh perhatian merupakan indeks sifat yang penyayang.

c). Syekh Mahmoud

Tokoh Syekh Mahmoud adalah seorang laki-laki yang baru pensiun dan memiliki sifat yang kasar

/khālī al-syaikhu mahmūd rajlu sālihun, wa ma‛āsyahu kabīru, wa laisa lahu aw

lādu, wa huwa wahidu munża mātatu jawjathu al-‛āma al-mādī./ “Pamanku, Syekh Mahmoud adalah seorang yang terhormat. Dia punya pensiun

yang besar dan tak punya anak-anak, dan ia masih hidup sendirian sejak istrinya meninggal tahun yang lalu (Al-Sa’dawi, 2000: 52)

lxviii

Tanda semiotik pada kutipan diatas pada kata / al-syaikh/ ‘Syaikh

maksudnya disini Syaikh Mahmoud merupakan bentuk ikon gambaran seorang laki-laki yang baru pensiun dan hidup sendiri.

Kata /al-syaikh/ terdiri dari lambang-lambang fonem / /

/alif tidak dilambangkan, l, sy, y, kh/ merupakan simbol untuk panggilan orang Arab yang sudah tua, sedangkan kalau di Indonesia Syekh itu adalah panggilan untuk orang alim ulama.

-

/

/fa′ahaża yasīhu bisawtin āla samuhu al-jairāni. Summa bada′a yadribnī bisababin wa bigairi sababin. Darabnī marratan bika‛bin al-hażā′i hatta taurami wajhī wajasdī, fatarakat baitahu wa żahabat ilā ammī. / “pada suatu peristiwa itu ia mempunyai kebiasaan untuk memukul saya, apakah dia mempunyai alasan atau tidak. Pada suatu peristiwa dia memukul seluruh badan saya dengan sepatunya. Muka dan badan saya menjadi bengkak dan memar. Lalu saya tinggalkan rumah dan pergi ke rumah paman”. (Al-Sa’dawi, 2000: 63)

Tanda semiotik pada kutipan diatas adalah indeks, sebab dia memukul seluruh badan saya dengan sepatu mengakibatkan muka dan badan saya jadi bengkak dan memar. Tindakan Syekh Mahmoud memuku istrinya tanpa belas kasihan. Jelas Syekh Mahmoud sangat kejam dan kasar.

d). Marzouk

Tokoh Marzouk adalah seorang germo yang menginginkan Firdaus

-

/wa dahika ar-rajulu al-quwwādu, wa kāna ismuhu “marjauqu”. Wahuwa yurāqibnī min ba‛id, wa anā abhasu an syai′in yahmīnī minhu dūna jadwā./ “Dan lelaki ini, germo ini, yang bernama Marzouk, tertawa besar ketika ia mengamati

lxix saya dari jauh, berupaya keras tanpa hasil mencari sesuatu jalan untuk melindungi dari ancamannya”(Al-Sa’dawi, 2000: 135)

Tanda semiotik pada kutipan diatas yaitu pada kata /al-quwwadu/

‘germo’ maksudnya disini adalah Marzouk merupakan bentuk ikon, gambaran seorang laki-laki yang menginginkan Firdaus. Dalam Kamus Bahasa Indonesia ( 1995 : 314 ) germo adalah pemburu atau induk semang perempuan pelacur.

Kata /al-quwwādu/ ‘germo’ disini terdiri dari lambang-lambang

fonem / / / alif tidak dilambangkan, l, q, w, d/ merupakan simbol

untuk panggilan orang

Dokumen terkait