• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggapan Humas Terhadap Berita yang Bernada Negatif atau Tidak Dimuat dan Solusi yang Diambil oleh Humas

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Kegiatan Informal 1 Coffe Morning

4.4.5 Tanggapan Humas Terhadap Berita yang Bernada Negatif atau Tidak Dimuat dan Solusi yang Diambil oleh Humas

Sebelumnya telah disinggung mengenai perbedaan kepentingan yang dimiliki Humas dan wartawan dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Humas yang mewakili sebuah lembaga tentunya menginginkan adanya pemberitaan yang positif terhadap lembaganya, sebaliknya yang diharapkan wartawan bukanlah semata-mata berita yang bernada positif. Wartawan cenderung ingin menulis berita yang memilikinewsvaluedan terkadang bersifat mengkritisi.

Seluruh informan wartawan mengaku pernah menulis berita yang bernada negatif. Bernada negatif disini merujuk pada penulisan berita yang sifatnya mengkritisi kekurangan, kelemahan, serta kegagalan program dan kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Sibolga. Ketika ditanya mengenai tanggapan dari humas terhadap pemberitaan tersebut, informan humas mengatakan bahwa biasanya humas bersama staf Dokumentasi dan Pemberitaan akan mendiskusikan terlebih dahulu pemberitaan negatif tersebut, apakah perlu diberi tanggapan atau tidak. Jika perlu, maka tindakan yang akan dilakukan adalah mengadakan jumpa pers untuk mengklarifikasi pemberitaan yang dianggap keliru. Berikut diungkapkan informan HL :

Humas biasanya langsung merangkul baik itu wartawannya, lalu melakukan jumpa pers untuk menyamakan persepsi dari Pemerintah Kota dengan media massa”. (Informan HL)

Lebih lanjut, informan SA mengatakan pemberitaan yang buruk merupakan hak media untuk memberitakannya. Humas tidak berhak melarang seseorang untuk tidak memberitakan sesuatu karena hal itu melanggar undang-undang informasi publik.

“Humas menanggapinya ya.. itu merupakan hak dari pada media tersebut memberitakan misalnya berita kesalahan institusi SKPD. Kalau untuk melarang seseorang untuk tidak memberitakan sesuatu itu bertentangan dengan undang- undang informasi publik”. (Informan SA)

Informan AM mengatakan adanya pemberitaan negatif merupakan suatu hal yang wajar. Seharusnya, pemerintah bersyukur jika ada pemberitaan negatif mengenai kinerja pemerintah sehingga pemberitaan negatif tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi ataupun koreksi untuk pemerintah agar pemerintah dapat menjalankan proses pemerintah lebih berhati-hati lagi.

Kalau saya pribadi ya itu sudah alamnya demokrasi, sekarang ini kan bebas berbicara dan bebas berpendapat. Berpendapat juga tidak selamanya pro ada juga pendapat yang bersifat kontra, kalau saya sih itu hal yang wajar justru ada manfaatnya karena kalau semua pendapat masyarakat itu bersifat pro kita repot juga artinya tidak ada bahan koreksi ataupun evaluasi jadi tetap saja berguna pendapat-pendapat yang kontra itu agar Pemerintah dapat berjalan hati-hati”. (Informan AM)

Semua berita-berita negatif mengenai Pemerintah Kota Sibolga pada dasarnya ditampung oleh humas. Seluruh informan wartawan mengatakan humas menerima pemberitaan negatif yang mereka beritakan selagi pemberitaan tersebut benar adanya, bersifat membangun, dan tetap mengikuti etika jurnalistik. Seluruh informan wartawan mengatakan humas juga tidak pernah meminta wartawan untuk tidak memberitakan suatu isu. Berikut salah satu pernyataan dari wartawan :

Oh tidak pernah karena mereka tidak mau menginterpretasi kita”. (Informan J)

Semua pemberitaan-pemberitaan mengenai Pemerintah Kota Sibolga akan ditampung. Informan ZI menjelaskan, semua berita-berita baik maupun negatif akan di kliping. Kemudian berita yang sudah di kliping tadi akan dinotakan dan

84

akan diberikan kepada Walikota melalui Kabag Humas, Asisten, maupun Sekertaris daerah.

Semua berita yang ada kita kliping baik itu pemberitaan positif maupun pemberitaan negatif. Berita yang kita klipingkan kita notakan, kemudian kita berikan kepada Pak Walikota melalui Pak Kabag Humas, Assisten, ataupun Sekda”. (Informan ZI)

ZI menambahkan, setelah nota tersebut diserahkan kepada Walikota humas akan menunggu perintah dari Walikota. Misalnya perintah dari Walikota harus terjun ke lapangan, lalu Kabag Humas akan mengkonfirmasi ke lapangan, memanggil wartawan untuk mengklarifikasi masalah tersebut karena humas memiliki hak jawab. ZI juga mengatakan walaupun humas sudah mengklarifikasi masalah tersebut namun terkadang ada juga wartawan yang tidak terima dengan penjelas dari humas. Kemudian humas akan berunding dengan wartawan tersebut sampai mendapatkan titik temu dari permasalahan tersebut.

Setelah nota tadi kita serahkan ke Pak Walikota, disposisi dari Pak Walikota untuk menindak lanjuti berita itu misalnya, disposisi tersebut kita harus ke lapangan. Kemudian Kabag Humas mengkonfirmasi ke bagian yang di beritakan kemudian memanggil wartawan untuk mengklarifikasi masalah tersebut karena kita memiliki hak jawab. Tapi memang tidak semua berhasil, karena terkadang ada media yang tidak terima dengan penjelasan yang kita sampaikan tapi biasanya setelah berunding pasti ada titik ketemu dari permasalahan itu”. (Informan ZI)

Selain tanggapan secara institusional berupa jumpa pers, pendekatan secara personal kepada wartawan juga sering dilakukan oleh humas. Informan SA mengaku pendekatan secara personal yang dilakukan adalah pendekatan emosional, dan pendekatan sosial kontrol dengan tujuan agar tugas antara humas dan wartawan dalam menyebarkan informasi kepada publik dapat berjalan sinkron.

Pendekatan secara personal kepada insan pers ada, pendekatan emosional ada, pendekatan sosial kontrol ada, yang penting bagaimana tugas antara insan pers dengan humas berjalan sinkron atau berjalan dengan beriringan bersama- sama menyuarakan transformasi informasi dari kita (Humas) untuk diketahui oleh publik”. (Informan SA)

Menurut informan AM, pendekatan yang dilakukan kepada wartawan selama komunikasi masih terbuka wartawan akan diundang datang ke kantor untuk

diberikan penjelasan ataupun konfirmasi mengenai suatu masalah. Jika wartawan tersebut tidak mau datang dan bersifat menyerang dari jauh saja, maka humas tidak akan memaksakan diri untuk menjangkau wartawan tersebut. Humas akan memberikan konfirmasi mengenai masalah tersebut melalui media yang memiliki hubungan yang baik dengan humas dan menerima konfirmasi dari humas.

Sepanjang masih bisa komunikasi terbuka ya mereka kita undang. Misalnya ada wartawan menulis hal-hal yang salah, sepanjang bisa berkomunikasi dengan dia ya kita undang datang untuk kita berikan konfirmasi. Tapi, kalau dia tidak bersedia datang dan hanya bersifat menyerang dari jauh saja ya apa boleh buat kita tidak bisa memaksakan diri untuk menjangkau dia karena kita masih bisa menyampaikan konfirmasi lewat media lain yang memiliki komunikasi yang baik dengan humas. Lewat media lain ini kita berikan konfirmasi mengenai berita yang bersifat menyerang itu. Jadi kita tidak terlalu memaksakan pendekatan personal dengan media yang tidak mau mendengar konfirmasi dari kita itu”. (Informan AM)

Adanya pemberitaan negatif sering sekali dikaitkan dengan permasalahan uang amplop. Budaya memberi uang amplop memang sering kali dilakukan oleh humas, demi mendapatkan pemberitaan yang positif disebuah media. Menanggapi hal tersebut, informan SA mengatakan dilingkungan Humas Pemerintah Kota Sibolga tidak diberlakukan uang amplop. SA mengatakan, Humas Pemerintah Kota Sibolga hanya memberikan uang kepada wartawan jika wartawan mengikuti kegiatan Pemerintah Kota Sibolga di dalam kota dan kegiatan ke luar kota.

Kalau untuk jumpa pers kemarin kita memberikan suatu pencerahan sosialisasi. Kita memberikan pengganti uang transport mereka ya sekedar layaknya uang transport mereka sekitar 3 atau 4 liter minyak itulah yang dapat kita berikan sebagai pengganti uang transport mereka”. (Informan SA)

Informan ZI menambahkan penjelasan dari informan SA bahwa uang yang diberikan kepada wartawan bukan uang amplop, melainkan uang transport untuk kegiatan di dalam kota, dan uang transport dan akomodasi untuk kegiatan diluar kota dimana biaya tersebut dapat dipertanggung jawabkan kepada pimpinan karena sudah tercantum dalam APBD.

Ada pengganti ongkos atau uang transport istilahnya dalam APBD yang kita siapkan”. (Informan ZI)

86

humas. Informan-informan tersebut mengaku mereka tidak selalu diberikan uang transport, biasanya uang transport tersebut diberikan ketika kegiatan tersebut memang menyediakan dana untuk para wartawan. Berikut beberapa kutipan pernyataan dari salah satu wartawan :

Kadang-kadang , kadang-kadang mereka memberikannya kadang-kadang tidak”. (Informan J)

Informan RB juga menambahkan, bagi RB ada atau tidaknya “uang transport” itu tidak menjadi patokan dan RB tidak akan menuntut Humas untuk memberikan “uang transport” tersebut disetiap kegiatan.

Mereka sering memberikan uang minum atau uang minyak dan saya pikir itu wajar, namun jika tidak di kasih ya kita tidak menuntut dan tidak menjadi patokan. Mereka memberikan uang tersebut tergantung dari acara/kegiatan tersebut apakah memang menyisihkan dana untuk wartawan. Kalau ada ya mereka memberikannya melalui humas kalau tidak ya tidak apa-apa”. (Informan RB)

Ketika ditanya apakah informan wartawan selalu diundang humas untuk datang meliput ketika adanya suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah mereka mengaku selalu diundang. Bahkan J dan RB mengaku tidak pernah merasa di anak tirikan ataupun di anak emaskan ketika mereka selalu diundang di setiap kegiatan yang diadakan Pemerintah Kota Sibolga. Namun meskipun demikian, mereka mengaku memang ada beberapa wartawan yang merasa di anak tirikan ataupun tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Sibolga dalam hal ini humas karena menurut beberapa wartawan tersebut humas hanya memperhatikan media tertentu saja.

Kalau kita menilai positif sajalah. Memang sih mungkin rekan-rekan yang lain banyak yang tidak diundang tapi kita tetap diundang kok”. (Informan J)

Secara pribadi tidak pernah merasa dianak tirikan tapi tidah tahu dengan teman-teman wartawan lainnya. Kami juga tidak pernah merasa dianak emaskan walaupun terkadang banyak teman-teman wartawan yang cerita kalau Humas lebih sering berhubungan dengan media kami”. (Informan RB)

Informan ZI juga membenarkan pernyataan yang disampaikan J dan RB. Dari penjelasan ZI, memang ada tanggapan dari wartawan yang merasa di anak tirikan oleh humas. Namun menurut ZI, humas tidak pernah merasa menganak tirikan seorang wartawan ataupun suatu media, namun humas lebih menilai dari

keaktifan wartawan ataupun media tersebut dalam memberitakan Pemerintah Kota Sibolga. Berikut penjelasan dari informan ZI :

“Tanggapan seperti itu ada, mereka menganggap ada anak emas dan tidak. Tapi setelah diinformasikan dan ada buktinya sesama mereka misalnya mereka sesama mingguan salah satunya bisa dapat dan dia tidak karena wartawan yang dapat tersebut rajin memberitakan tentang kita. Kalau dibandingkan dengan yang harian tentu banyakan yang harian dari pada yang mingguan karena mereka lebih banyak merilis berita dan rajin memberitakan tentang kita”. (Informan ZI)