• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Ekonom

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Program PT Agincourt Resources Terkait CSR

4.4.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Ekonom

Perusahaan pertambangan emas PT Agincourt Resources memiliki tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) dalam bidang ekonomi mencakup berbagai kegiatan, misalnya mengutamakan calon tenaga kerja dalam sistem perekrutan baik untuk memenuhi kebutuhan karyawan PTAR maupun kontraktornya. Hal ini dilakukan melalui sistem database calon tenaga kerja yang mekanisme pengumpulan datanya melalui anggota Komite Perwakilan Masyarakat Desa (KPMD/MC3) di 11 desa terdekat dengan wilayah tambang.

Kemudian penelitian dan pengembangan usaha yang potensial, konsultasi dan advokasi usaha, pelatihan usaha dan pemantauan usaha, pengembangan ekonomi lokal dan bisnis lokal. Tujuan program ini untuk menciptakan pengusaha mandiri yang nantinya memiliki daya saing.

Analisis Data Kuantitatif

Berikut ini adalah tabel-tabel yang menggambarkan peran tanggung jawab sosial PTAR di bidang ekonomi di mata masyarakat Batangtoru secara kuantitatif.

Tabel 25 Pengetahuan Tentang Program-program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR Dalam Bidang Ekonomi

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Mengetahui 12 48

2 Ragu-ragu 11 44

3 Tidak mengetahui 2 8

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari 25 responden, perbandingan yang sudah mengetahui tentang program- program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dilakukan perusahaan di

bidang ekonomi cukup berimbang dengan yang ragu-ragu. Sebanyak 12 responden (48 %) mengaku mengetahui program bidang ekonomi tersebut, kemudian 11 responden (44 %) masih ragu-ragu, dan hanya 2 responden (8 %) yang menjawab tidak mengetahui.

Responden yang menjawab mengetahui mengatakan bahwa program-program bidang ekonomi itu antara lain pembukaan lapangan kerja baru, pelatihan-pelatihan di berbagai bidang usaha.

Tabel 26 Program Berupa Penciptaan Lapangan Kerja Baru Bagi Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Ada 10 40

2 Ragu-ragu 15 60

3 Tidak ada - -

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Mayoritas responden atau 15 orang (60 %) menyatakan masih ragu-ragu apakah program tanggung jawab sosial perusahaan di bidang ekonomi itu berupa penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Sementara itu ada 10 responden (40 %) menyatakan memang ada penciptaan lapangan kerja baru, dan tidak satu pun responden yang menjawab tidak ada.

Responden yang menjawab ada mengatakan munculnya perusahaan pertambangan memberi lapangan pekerjaan baru bagi mereka. Sedangkan yang ragu- ragu mengatakan program tanggung jawab sosial perusahaan itu tidak termasuk dalam hal pekerjaan baru di pertambangan.

Hasil pengamatan peneliti, beberapa pekerjaan baru memang muncul di Batangtoru setelah kehadiran pertambangan, misalnya usaha perbengkelan, warung

nasi, dan jahit menjahit pakaian. Salah satu usaha perbengkelan las yang ada di Desa Aek Pining memang lumayan hidup. Menurut mekanik bengkel, besi-besi yang kerjakan umumnya adalah pesanan pihak PTAR atau perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan pertambangan tersebut.

Tabel 27 Program Ekonomi dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Ada 5 20

2 Ragu-ragu 8 32

3 Tidak ada 12 48

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Meski tanggung jawab sosial perusahaan mencakup bidang ekonomi, tapi sebagian besar responden yakni sebanyak 12 orang (48 %) menyatakan tidak ada program bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat. Kalaupun program ekonomi ada, tapi menurut responden itu hanya sebatas program dan belum bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Selain itu ada 8 responden (32 %) yang menjawab ragu-ragu dan hanya 5 responden (20 %) yang menjawab memang ada program ekonomi peningkatan ekonomi masyarakat, misalnya pelatihan-pelatihan.

Tabel 28 Pelatihan-pelatihan untuk Menambah Keterampilan Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Ada 16 64

2 Ragu-ragu 5 20

3 Tidak ada 4 16

Sebanyak 16 responden atau 64 % menyatakan ada pelatihan-pelatihan untuk menambah keterampilan masyarakat. Menurut responden pelatihan-pelatihan itu berupa pelatihan mekanik, listrik, pengelolaan keuangan keluarga, dan pelatihan kewirausahaan. Sementara itu 5 responden (20 %) menyatakan ragus-ragu dan 4 responden (16 %) menyatakan tidak ada pelatihan untuk menambah keterampilan masyarakat.

Tabel 29 Pelatihan-pelatihan Bisa Menciptakan Lapangan Kerja yang Baru

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Bisa 6 24

2 Ragu-ragu 12 48

3 Tidak bisa 7 28

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Meski masyarakat mendapat pelatihan-pelatihan sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan, tapi sebagian besar responden atau 12 orang (48 %) menyatakan masih ragu-ragu apakah pelatihan itu bisa menciptakan lapangan kerja baru. Hanya 6 responden (24 %) yang menjawab bisa menciptakan lapangan kerja dan 7 respoden lainnya (28 %) menyatakan tidak bisa.

Tabel 30 Bantuan Permodalan untuk Usaha-usaha Ekonomi yang Dilakukan Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Dapat bantuan 1 4

2 Ragu-ragu 4 16

3 Tidak dapat bantuan 20 80

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Salah satu bantuan yang diharapkan masyarakat, yakni berupa bantuan permodalan untuk usaha ternyata tidak diperoleh dari program ekonomi yang

merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Ini terbukti dari sebagian besar responden yakni sebanyak 20 orang (80 %) menyatakan tidak ada mendapat bantuan. Padahal menurut responden, masyarakat sangat membutuhkan bantuan modal usaha tersebut. Hanya 1 responden (4 %) yang menyatakan mendapat bantuan dan 4 responden lainnya manjawab ragu-ragu.

Tabel 31 Program, Pelatihan, dan Bantuan Bermanfaat bagi Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Bermanfaat 7 28

2 Ragu-ragu 12 48

3 Tidak bermanfaat 6 24

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Sebagian besar responden yakni sebanyak 12 orang (48 %) menyatakan masih ragu-ragu apakah program, pelatihan, dan bantuan tersebut memberi manfaat bagi masyarakat. Ada 7 responden (28 %) yang menyatakan bermanfaat, dan 6 responden lainnya (24 %) menyatakan tidak bermanfaat.

Mereka yang menjawab bermanfaat mengaku sebagian masyarakat sudah ada yang mendapatkan pekerjaan setelah mendapat pelatihan.

Tabel 32 Program, Pelatihan, dan Bantuan Bisa Meningkatkan Kehidupan di Bidang Ekonomi yang Lebih Baik

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Bisa 5 20

2 Ragu-ragu 16 64

3 Tidak bisa 4 16

Meski masyarakat mendapat pelatihan, bantuan dan ada penciptaan lapangan kerja baru, tapi sebagian besar responden atau 16 (64 %) menyatakan masih ragu- ragu kalau semua program bidang ekonomi itu bisa meningkatkan kehidupan ekonomi yang lebih baik. Responden beralasan belum yakin dengan kelanjutan program-program tersebut. Ada kekuatiran jika perusahaan sudah hengkang, maka program tersebut dengan sendirinya akan hilang. Sementara itu, 5 responden (20 %) menyatakan bisa dan 4 responden lainnya (16 %) tidak bisa.

Tabel 33 Pendapatan Masyarakat Meningkat

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Meningkat 5 20

2 Ragu-ragu 8 32

3 Tidak meningkat 12 48

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Sejalan dengan keragu-raguan masyarakat apakah program bidang ekonomi itu bisa menciptakan kehidupan yang lebih baik, ternyata sebagian besar responden atau 12 orang (48 %) juga menyatakan bahwa pendapatan masyarakat tidak meningkat meski sudah ada program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi. Hanya 5 responden (20 %) yang menjawab bahwa pendapatan meningkat dan 8 responden (32 %) menjawab ragu-ragu.

Tabel 34 Masyarakat Memiliki Tabungan Baik di Bank maupun di Rumah Setelah Ada Program Bidang Ekonomi

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Memiliki Tabungan 4 16

2 Ragu-ragu - -

3 Tidak memiliki tabungan 21 84

Meski perusahaan memiliki program bidang ekonomi sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dan juga sudah ada penciptaan lapangan kerja baru, tapi sebagian besar responden atau 21 orang (84 %) mengaku tidak memiliki tabungan, sebagai salah satu bukti bahwa ekonomi masyarakat mengalami perbaikan. Selebihnya, 4 responden (16 %) menyatakan memiliki tabungan, tapi itu pun di simpan dalam bentuk celengan di rumah.

Tabel 35 Masyarakat Memiliki Tambahan Aset/Kekayaan Berupa

Barang/Benda Setelah ada Program Bidang Ekonomi

No Jawaban Responden Frekuensi Persen

1 Kekayaan bertambah 3 12

2 Ragu-ragu - -

3 Kekayaan tidak bertambah 22 88

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Program bidang ekonomi dari tanggung jawab sosial perusahaan juga tidak membuat kekayaan masyarakat bertambah banyak, misalnya berupa asset bergerak dan tidak bergerak. Sebanyak 22 responden (88 %) menyatakan kekayaannya tidak bertambah dan hanya 3 orang (12 %) yang menjawab kekayaannya bertambah. Itu pun berupa sepeda motor karena diperlukan untuk menunjang aktivitas.

Dari hasil di atas terlihat jelas bahwa sebagian besar responden menyatakan peran tanggung jawab sosial perusahaan dalam bidang pemberdayaan ekonomi belum bisa menciptakan kehidupan ekonomi yang lebih baik.

Analisis Data Kualitatif

Peran tanggung jawab sosial perusahaan dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi terlihat belum maksimal dan belum memadai. Perusahaan memang sudah melakukan beberapa program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, tapi manfaat dari peran itu masih belum dirasakan masyarakat.

Memperhatikan tabel-tabel di atas, jelas terlihat kalau peran tanggung jawab sosial perusahaan dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi belum memadai. Beberapa program yang termasuk dalam bagian itu dinilai belum bermanfaat dan diyakini belum bisa menciptakan kondisi kehidupan ekonomi yang lebih baik.

Mayoritas informan juga mengatakan bahwa program tanggung jawab sosial perusahaan dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi masih sebatas pelatihan-pelatihan dan belum menyentuh kebutuhan langsung dari masyarakat. Seorang informan yang merupakan tokoh masyarakat (Barnes Harahap) mengatakan:

”Kehadiran perusahaan pertambangan emas memang menjadikan kesempatan untuk berusaha atau mendapatkan pekerjaan bagi masyarakat sedikit terbuka, tapi lapangan pekerjaan itu terfokus di perusahaan. Sementara usaha lainnya yang diharapkan bisa tumbuh belum terlihat. Kalau memang akan terus melakukan pelatihan-pelatihan, sebaiknya perusahaan juga mengikutinya dengan membuka lapangan kerja baru dan pemberian bantuan modal untuk berusaha. Kalau tidak, masyarakat akan tetap berharap bekerja di perusahaan.”

Informan juga masih menunjukkan keragu-raguannya ketika ditanya tentang efektivitas dan keberhasilan program dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ada juga di antara informan yang mengatakan bahwa pelatihan-pelatihan yang diberikan belum menyentuh dan sifatnya masih sekadar untuk mencari muka atau mencari simpati masyarakat bahwa perusahaan memang peduli kepada mereka.

Seharusnya, kalau memang berniat memberdayakan masyarakat secara ekonomi, semua elemen masyarakat harus dilibatkan, kemudian program yang dipilih juga harus sesuai kebutuhan masyarakat, misalnya dalam upaya pengembangan di sektor pertanian. Sebab, sebagian besar masyarakat hidup dari sektor pertanian.

Seorang informan yang juga seorang kepala desa yang termasuk bagian 11 desa lingkar pertambangan menunjukkan kerisauannya dengan program-program tanggung jawab sosial perusahaan di bidang ekonomi. Bahkan ketika wawancara, si informan ini menunjukkan apatisme terhadap keberhasil program dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Menurutnya lagi harus ada program yang memang benar- benar dibutuhkan masyarakat, khususnya pemuda-pemudi dan tenaga kerja yang berusia produktif. Sehingga program yang ada tidak terkesan untuk mencari simpati saja.

Pelatihan-pelatihan keterampilan yang dilakukan pihak perusahaan sebagai program tanggung jawab sosial perusahaannya memang disambut positif masyarakat. Seperti gambar di bawah ini, salah satu kegiatan pembukaan pelatihan bagia kaum ibu.

Gambar 4.4 Pembukaan Pelatihan Pengelolaan Keuangan

Sumber: Dokumentasi PTAR

Hanya saja menurut beberapa informasi, pelatihan itu harus terus berkelanjutan dan ketika sudah bisa dilepas, masyarakat yang sudah dilatih harus diberikan modal untuk membuka usaha. Seorang informan yang juga kepala rumah tangga (Maratakun Ritonga) mengatakan:

”Kalau hanya pelatihan-pelatihan saja untuk apa itu. Sebab, setelah dilatih ke mana mereka akan menyalurkan keterampilannya itu. Tidak banyak tempat di Batangtoru ini yang bisa menyerap keterampilan mereka. Makanya sebaiknya ada juga modal usaha dari pihak perusahaan dan juga bimbingan lanjut agar mereka yang dilatih bisa buka usaha dan produktif di bidang kerjanya.”

Soal peluang bekerja di perusahaan pertambangan, beberapa informan menilai kesempatan itu sangat terbatas bagi masyarakat setempat. Kalau pun ada hanya segelitir orang yang bisa bekerja di perusahaan. Memang, kemampuan atau pendidikan yang dimiliki masyarakat adalah salah satu kendala. Makanya, seharusnya perusahaan bisa membuka lapangan kerja baru yang cocok dengan sumber daya dan pendidikan masyarakat setempat.

Dengan cara seperti itulah, diyakini pendapatan masyarakat akan terus meningkat dan perbaikan kehidupan ekonominya akan tercapai. Dengan demikian, masyarakat juga pelan-pelan akan bisa menambah asset atau kekayaannya. Seorang informan yang juga tokoh masyarakat (Joddar Pulungan) mengatakan:

”Kalau ada pelatihan keterampilan, ada kesempatan bekerja dan membuka usaha baru maka masyarakat akan bisa produktif dan tentu pendapatannya akan meningkat sehingga ia bisa menambah barang- barang harta benda kepunyaannya dan tentu kehidupan ekonominya akan semakin baik. Hal-hal seperti inilah seharusnya yang menjadi perhatian perusahaan dalam melaksanakan program tanggung jawab sosialnya sebagai upaya memderdayakan masyarakat di bidang ekonomi.”

Peran tanggung jawab sosial perusahaan dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi juga masih dianggap belum maksimal. Bahkan belum terasa dalam upaya peningkatan kehidupan masyarakat Batangtoru. Beberapa informan justru mengajukan usul yang cukup menarik dalam hal pelaksanaan program-program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut. Menurut mereka, pihak perusahaan seharusnya memberi kewenangan penuh kepada sebuah lembaga atau kelompok masyarakat untuk melaksanakan berbagai kegiatan tersebut, termasuk pendanaannya.

Pihak perusahaan cukup hanya memantau dan meminta pertanggungjawaban dari kegiatan-kegiatan yang sudah diserahkan kepada lembaga atau kelompok masyarakat tersebut. A. Nasution, seorang informan yang juga kepala desa Aek Pining mengatakan:

”Dana yang sudah dikeluarkan perusahaan dalam kegiatan ini pasti tidak sedikit. Kalau boleh memberi usul, seharusnya dana-dana program itu diberikan pengelolaannya kepada kelompok masyarakat, lembaga atau sejenisnya sehingga pemanfaatannya bisa lebih efektif dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Kalau pihak perusahaan yang melaksanakan,

mereka mungkin menghadapi keterbatasan baik berupa tenaga kerja, kemampuan mendekati masyarakat, dan ketidaktahuan akan kebutuhan- kebutuhan masyarakat. Lembaga atau kelompok masyarakat yang akan mengelola kegiatan dan dana yang diberikan bisa beranggotakan perwakilan masyarakat dan juga utusan pemerintah. Cara ini juga tentu membuat masyarakat lebih berdaya daripada hanya ditangani perusahaan yang kesannya akan membuat masyarakat mengalami ketergantungan.”

Pihak perusahaan memang tidak membantah kalau program-program yang dilaksanakan belum sesuai harapan masyarakat. Hanya saja, komitmen mereka untuk terus memberdayakan masyarakat secara ekonomi tidak berubah dan akan terus dilakukan.

Gambar 4.5. Penandatanganan Kerjasama PTAR dengan Pemkab Tapsel sebagai wujud komitmen untuk membantu masyarakat sekitar

Sumber: Dokumentasi PTAR Stevi Thomas, bagian CD PTAR memaparkan pihak perusahaan akan terus melakukan pengembangan usaha kecil dan menengah, penelitian dan pengembangan usaha yang potensial, konsultasi dan advokasi usaha, pelatihan usaha dan pemantauan

usaha. Tujuan program ini untuk menciptakan pengusaha mandiri yang memiliki daya saing. Stevi juga mengatakan:

”Program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi ke depan akan diarahkan ke pembinaan bisnis yang berkelanjutan, pengelolaan keuangan lembaga atau rumah tangga, melibatkan partisipasi perusahaan lokal dalam setiap proyek yang ada di perusahaan pertambangan. Contoh konkritnya, misalnya mendidik pendere getah agar lebih bagus dalam bekerja dan mengelola keuangan. Kemudian menggali dan menggalakkan potensi desa berbasis desa baik dalam bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan inti plasma. Tujuannya ketika tambang sudah tutup mereka semua menjadi pengusaha yang mandiri.”

Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk lembaga-lembaga pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi juga terus dilakukan pihak perusahaan. Suria Atmadja, selaku community relations PTAR mengatakan:

”Program pemberdayaan ekonomi masyarakat juga melibatkan kerja sama dengan BLK Tapsel dalam hal memberi pelatihan dalam bidang pengelasan, listrik, elektronik. Kegiatan itu akan terus dilakukan sebagai bentuk bentuk komitmen perusahaan dalam memberi kontribusi untuk pemberdayaan masyarakat Batangtoru khususnya masyarakat di 11 desa lingkar tambang.”

4.4.3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Upaya Pemeliharaan Bidang