• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pertambangan Emas Agincourt Resources Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Batangtoru Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pertambangan Emas Agincourt Resources Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Batangtoru Tapanuli Selatan"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PERTAMBANGAN EMAS AGINCOURT RESOURCES DALAM

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BATANGTORU TAPANULI SELATAN

TESIS

Oleh

ARIFIN SALEH

087024043/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PERTAMBANGAN EMAS AGINCOURT RESOURCES DALAM

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BATANGTORU TAPANULI SELATAN

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

ARIFIN SALEH

087024043/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pertambangan Emas Agincourt Resources Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Batangtoru Tapanuli Selatan

Nama Mahasiswa : Arifin Saleh

Nomor Induk Mahasiswa : 087024043

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Drs. Agus Suriadi, M.Si

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan FISIP USU

(4)

Tanggal Lulus: 3 Juni 2010 Telah diuji pada

Tanggal 3 Juni 2010

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. Anggota : 1. Drs. Agus Suriadi, M.Si

2. Drs. Zulkifli Lubis, MA 3. Drs. Irfan, M.Si

(5)

PERNYATAAN

PERAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN EMAS AGINCOURT RESOURCES DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BATANGTORU TAPANULI SELATAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2010

(6)

ABSTRAK

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) mewajibkan perusahaan untuk memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud di antaranya adalah para karyawan (buruh), kostumer, masyarakat, komunitas lokal, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). PT Agincourt Resources (PTAR), perusahaan pertambangan emas yang beroperasi di Batangtoru, Tapanuli Selatan sudah lama menerapkan CSR-nya. Dana CSR tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti sosialisasi kegiatan explorasi pertambangan, memberikan bantuan kepada masyarakat dalam berbagai aspek misalnya bantuan sosial, kesehatan, peralatan kedokteran untuk Puskesmas Batangtoru, bantuan pendidikan, dan bantuan infrastruktur.

Melihat pentingnya peran CSR itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat, maka menarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya peran CSR dalam upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan emas. Rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana peran tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan emas Agincourt Resources dalam upaya pemberdayaan masyarakat (bidang sosial, ekonomi, lingkungan) di Batangtoru, Tapsel?

Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode diskriptif dengan pendekatan gabungan kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran tanggung jawab sosial perusahaan PT Agincourt Resources (PTAR) dalam upaya pemberdayaan masyarakat Batangtoru di bidang sosial, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan memang sudah berjalan, misalnya dalam hal bantuan kegiatan dan sarana di bidang keagamaan, olahraga, kesehatan, pendidikan, dan sosialisasi/komunikasi, pelatihan-pelatihan, dan bantuan modal. Hanya saja bantuan itu dinilai belum memadai sehingga masyarakat juga masih ragu-ragu apakah bantuan tersebut bermanfaat kepada pemberdayaan mereka. Peran tanggung jawab sosial perusahaan dalam hal ini belum menyentuh kebutuhan langsung dari masyarakat dan masih layak dipertanyakan serta belum bisa meningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

(7)

ABSTRACT

Corporate social responsibility (CSR) requires companies to meet and consider the interests of stakeholders in its operations for profit. Stakeholder in question of who are employees (workers), customers, communities, local communities, governments and nongovernmental organizations (NGOs). PT Agincourt Resources (PTAR), a gold mining company with operations in Batangtoru, South Tapanuli has been implementing CSR. CSR funds are used for various activities, such as the socialization of mining exploration activities; provide assistance to communities in various aspects such as social assistance, health, medical equipment for PHC Batangtoru, education assistance, and infrastructure assistance.

Seeing the importance of CSR's role in community empowerment, it is interesting to examine how the actual role of CSR in an effort to empower communities around the gold mining company. Formulation of the problem in research is how the role of corporate social responsibility Agincourt Resources in the gold mining community empowerment (social, economic, environmental) in Batangtoru, South Tapanuli?

The method used in this research is descriptive method with a combination of quantitative and qualitative approaches.

This study has shown that the role of corporate social responsibility PT Agincourt Resources (PTAR) Batangtoru community empowerment efforts in the social, economic, and environmental fields is already under way, for example in terms of activities and means of assistance in the field of religion, sports, health, education, and socialization/communication, training, and provision of capital. It's just that it was not considered adequate assistance so that people are still in doubt whether the aid is beneficial to their empowerment. The role of corporate social responsibility in this regard has not been touched directly the needs of society and is still questionable and has not been able to improve the socio-economic life of society.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Tesis yang berjudul Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pertambangan Emas Agincourt Resources Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Batangtoru Tapanuli Selatan ini ditulis sebagai salah satu persyaratan akhir guna memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) pada program Pascasarjana Studi Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Banyak pihak yang memberi andil dalam proses perkuliahan, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian hingga rampung menjadi Tesis, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati , penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan serta saran selama penulisan Tesis ini.

4. Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si, selaku anggota pembimbing yang banyak memberikan arahan dan bimbingan hingga Tesis ini selesai dan juga memberikan motivasi dalam setiap diskusi selama menjalani dan di sela-sela perkuliahan sehingga mendorong penulis untuk secepatnya menyelesaikan studi.

(9)

6. Ayahanda Abdul Muluk Siregar (alm) dan Ibunda Masmur B. Harahap yang senantiasa berdoa dan terus memberi semangat untuk perjuangan dan keberhasilan penulis.

7. Istri tercinta Leny Rangkuty, S.Sos yang selalu membantu dan memberi semangat serta mendampingi penulis hingga tesis ini selesai. Begitu juga kepada anak-anak saya Fatih Fauzan Saleh Siregar, M. Jemkhairil Saleh Siregar, dan Lutfi Yafi Saleh Siregar. Mudah-mudahan Tesis ini nantinya menjadi motivasi bagi mereka untuk sekolah yang lebih tinggi lagi.

8. Abang H. M. Kahfi Siregar, S.Sos, Kakanda Hj. Syulhenni Sari Siregar, S.Sos, M.AP, Adinda Juli Damayanti Siregar, SPd, Asrul Hanapi Siregar, SH, dan Rusman Hidayat Siregar, S.Sos yang juga berperan dalam membantu perjuangan penulis dalam menyelesaikan studi ini.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa MSP angkatan XIII dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang sedikit banyaknya sudah ikut membantu dalam penyelesaian Tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, dan semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu penulis tetap mengharapkan saran dan kritik membangun demi kesempurnaan Tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Juni 2010

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Arifin Saleh, S.Sos Nomor Induk Mahasiswa : 087024043

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan/30 Januari 1974 Alamat : Perumahan Alam Patumbak Permai

Blok H No. 9 Patumbak, Deliserdang Alamat Email : arifinsiregar@yahoo.com Status Perkawinan : Kawin

Nama Istri : Leny Rangkuty, S.Sos

Nama anak : 1. Fatih Fauzan Saleh Siregar 2. M.Jemkhairil Saleh Siregar 3. Lutfi Yafi Saleh Siregar

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1980 – 1986 (tamat) SD Negeri 142436 Padangsidimpuan 2. Tahun 1986 – 1989 (tamat) SMP Negeri 4 Padangsidimpuan 3. Tahun 1989 – 1992 (tamat) SMA Negeri 1 Padangsidimpuan

4. Tahun 1993 – 1997 (tamat) Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU Medan

5. Tahun 2008 - Sekarang Mahasiswa Program Magister Studi Pembangunan, Pascasarjana USU

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 2000–2001 Wartawan Tabloid Politik OTONOM (Media Kerjasama Parliament Watch dengan USAID) 2. Tahun 2001 – 2008 Redaktur Harian Sumut Pos (Jawa Pos Grup) 3. Tahun 2005 – sekarang Dosen Kopertis Wilayah I Sumut/NAD dpk.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR xi

BAB I : PENDAHULUAN 2.1.1. Arti Penting CSR dan dan Ruang Lingkupnya 15 2.1.2. CSR dan Teori Triple Bottom Line 19 2.2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat 22 2.2.1. Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Program dan Proses 25 2.2.2. Dimensi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat 27 2.2.3. Pemberdayaan Masyarakat oleh Dunia Usaha 31 2.2.4. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 34 2. 3. Penerapan CSR di Indonesia 36 2.3.1. Peran CSR dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat 42 2.3.2. Model Pemberdayaan Melalui CSR 47 2.3.3. Program CSR dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat 51

(12)

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Batangtoru 60 4.2. Gambaran Umum PT Agincourt Resources 69 4.3. Program PT Agincourt Resources Terkait CSR 71

4.4. Identitas Responden 72

4.4.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam

Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Sosial 75 4.4.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam

Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Ekonomi 92 4.4.3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam

Upaya Pemeliharaan Bidang Lingkungan 104

BAB V : PENUTUP

5.1. Kesimpulan 114

5.2. Saran 116

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1 Beberapa Perusahaan yang Telah Melaksanakan CSR 40

Tabel 2 Topografi Desa/Kelurahan 61

Tabel 3 Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Dirinci

Menurut Desa/Kelurahan 62

Tabel 4 Jumlah Penduduk Dirinci

Menurut Jenis Kelamin Dan Desa/Kelurahan 63 Tabel 5 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga Dirinci

Menurut Desa/Kelurahan 64

Tabel 6 Luas Panen, Rata-rata Produktivitas dan Produksi Padi

dan Palawija menurut Jenis Tanaman 65 Tabel 7 Luas Panen, Rata-rata Produktivitas dan

Produksi Sayur-sayuran menurut Jenis Tanaman 66 Tabel 8 Luas Tanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat

menurut Jenis Tanaman 67

Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin 73 Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Agama 73 Tabel 11 Distribusi Responden Menurut Suku 73 Tabel 12 Distribusi Responden Menurut Pendidikan 74 Tabel 13 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan 74 Tabel 14 Pengetahuan Tentang Program-program Tanggung Jawab Sosial

(14)

Tabel 17 Bantuan dalam Kegiatan atau Sarana Bidang Olahraga 77 Tabel 18 Bantuan-bantuan yang Diberikan Sudah Memadai atau Tidak 78 Tabel 19 Bantuan-bantuan yang Diberikan Bermanfaat atau Tidak 79 Tabel 20 Program CSR dalam Upaya Membangun Hubungan/Komunikasi

Antarmasyarakat atau Masyarakat dengan Perusahaan 79 Tabel 21 Bantuan Bisa Menciptakan atau Meningkatkan Kehidupan Sosial

dan Keimanan Masyarakat yang Lebih Baik 80 Tabel 22 Program dan Bantuan Bisa Membuat Kondisi Kesehatan

dan Pendidikan Masyarakat Lebih Baik 80 Tabel 23 Program dan Bantuan Berjalan dengan Baik dan Sesuai Harapan 80 Tabel 24 Masih Ada atau Tidak Kegiatan atau Bidang Sosial Lainnya

yang Harus Mendapat Bantuan dari Program CSR 81 Tabel 25 Pengetahuan Tentang Program-program Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan atau CSR Dalam Bidang Ekonomi 92 Tabel 26 Program Berupa Penciptaan Lapangan Kerja Baru

Bagi Masyarakat 93

Tabel 27 Program Ekonomi dalam Upaya Peningkatan

Ekonomi Masyarakat 94

Tabel 28 Pelatihan-pelatihan untuk Menambah Keterampilan Masyarakat 94 Tabel 29 Pelatihan-pelatihan Bisa Menciptakan Lapangan Kerja yang Baru 95 Tabel 30 Bantuan Permodalan untuk Usaha-usaha Ekonomi

yang Dilakukan Masyarakat 95

Tabel 31 Program, Pelatihan, dan Bantuan Bermanfaat bagi Masyarakat 96 Tabel 32 Program, Pelatihan, dan Bantuan Bisa Meningkatkan Kehidupan

di Bidang Ekonomi yang Lebih Baik 96 Tabel 33 Pendapatan Masyarakat Meningkat 97 Tabel 34 Masyarakat Memiliki Tabungan Baik di Bank

(15)

Tabel 35 Masyarakat Memiliki Tambahan Aset/Kekayaan

Berupa Barang/Benda Setelah ada Program Bidang Ekonomi 98 Tabel 36 Pengetahuan Tentang Program-program Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan atau CSR Dalam Bidang Lingkungan 105

Tabel 37 Perusahaan Terus Melakukan Upaya Pemeliharaan

Lingkungan Alam

106

Tabel 38 Masyarakat Dilatih Menjaga Hutan dan Kelestarian Lingkungan Alam

106

Tabel 39 Program Lingkungan Lewat CSR Perusahaan Membuat Lingkungan Alam akan Tetap Terpelihara 107

Tabel 40 Program Lingkungan Sudah Memadai dalam Menjaga

Lingkungan Alam

(16)

ABSTRAK

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) mewajibkan perusahaan untuk memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud di antaranya adalah para karyawan (buruh), kostumer, masyarakat, komunitas lokal, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). PT Agincourt Resources (PTAR), perusahaan pertambangan emas yang beroperasi di Batangtoru, Tapanuli Selatan sudah lama menerapkan CSR-nya. Dana CSR tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti sosialisasi kegiatan explorasi pertambangan, memberikan bantuan kepada masyarakat dalam berbagai aspek misalnya bantuan sosial, kesehatan, peralatan kedokteran untuk Puskesmas Batangtoru, bantuan pendidikan, dan bantuan infrastruktur.

Melihat pentingnya peran CSR itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat, maka menarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya peran CSR dalam upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan emas. Rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana peran tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan emas Agincourt Resources dalam upaya pemberdayaan masyarakat (bidang sosial, ekonomi, lingkungan) di Batangtoru, Tapsel?

Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode diskriptif dengan pendekatan gabungan kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran tanggung jawab sosial perusahaan PT Agincourt Resources (PTAR) dalam upaya pemberdayaan masyarakat Batangtoru di bidang sosial, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan memang sudah berjalan, misalnya dalam hal bantuan kegiatan dan sarana di bidang keagamaan, olahraga, kesehatan, pendidikan, dan sosialisasi/komunikasi, pelatihan-pelatihan, dan bantuan modal. Hanya saja bantuan itu dinilai belum memadai sehingga masyarakat juga masih ragu-ragu apakah bantuan tersebut bermanfaat kepada pemberdayaan mereka. Peran tanggung jawab sosial perusahaan dalam hal ini belum menyentuh kebutuhan langsung dari masyarakat dan masih layak dipertanyakan serta belum bisa meningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

(17)

ABSTRACT

Corporate social responsibility (CSR) requires companies to meet and consider the interests of stakeholders in its operations for profit. Stakeholder in question of who are employees (workers), customers, communities, local communities, governments and nongovernmental organizations (NGOs). PT Agincourt Resources (PTAR), a gold mining company with operations in Batangtoru, South Tapanuli has been implementing CSR. CSR funds are used for various activities, such as the socialization of mining exploration activities; provide assistance to communities in various aspects such as social assistance, health, medical equipment for PHC Batangtoru, education assistance, and infrastructure assistance.

Seeing the importance of CSR's role in community empowerment, it is interesting to examine how the actual role of CSR in an effort to empower communities around the gold mining company. Formulation of the problem in research is how the role of corporate social responsibility Agincourt Resources in the gold mining community empowerment (social, economic, environmental) in Batangtoru, South Tapanuli?

The method used in this research is descriptive method with a combination of quantitative and qualitative approaches.

This study has shown that the role of corporate social responsibility PT Agincourt Resources (PTAR) Batangtoru community empowerment efforts in the social, economic, and environmental fields is already under way, for example in terms of activities and means of assistance in the field of religion, sports, health, education, and socialization/communication, training, and provision of capital. It's just that it was not considered adequate assistance so that people are still in doubt whether the aid is beneficial to their empowerment. The role of corporate social responsibility in this regard has not been touched directly the needs of society and is still questionable and has not been able to improve the socio-economic life of society.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring meningkatnya kesadaran dan munculnya berbagai tuntutan terhadap perusahaan yang mengelola sumber daya alam dan lingkungan, maka konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Belakangan CSR pun menjadi kewajiban perusahaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga lingkungan sosial dan lingkungan alam.

Secara sederhana, Jhonatan Sofian menyebutkan CSR sebagai suatu konsep yang mewajibkan perusahaan untuk memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang

dimaksud di antaranya adalah para karyawan (buruh), kostumer, masyarakat, komunitas lokal, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

(19)

dan lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.”

Tanggung jawab perusahaan memberikan konsep yang berbeda dimana perusahaan tersebut secara sukarela menyumbangkan sesuatu demi masyarakat yang lebih baik dan lingkungan hidup yang lebih bersih. Tanggung jawab sosial dari perusahaan didasarkan pada semua hubungan, tidak hanya dengan masyarakat tetapi juga dengan pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.

Menurut Bank Dunia, tanggung jawab sosial perusahaan terdiri dari beberapa komponen utama: perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak azasi manusia, interaksi dan keteribatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan (Harry Wahyudhy Utama, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,

(20)

perusahaan). Survei ini juga mengemukakan bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat tergantung pada keinginan dari pihak manajemen perusahaan sendiri.

Hasil Program Penilaian Peringkat Perusahaan (PROPER) 2004-2005 Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa dari 466 perusahaan dipantau ada 72 perusahaan mendapat rapor hitam, 150 merah, 221 biru, 23 hijau, dan tidak ada yang berperingkat emas. Dengan begitu banyaknya perusahaan yang mendapat rapor hitam dan merah, menunjukkan bahwa mereka tidak menerapkan tanggung jawab lingkungan. Di samping itu dalam prakteknya tidak semua perusahaan menerapkan CSR. Bagi kebanyakan perusahaan, CSR dianggap sebagai parasit yang dapat membebani biaya atau “capital maintenance”. Kalaupun ada yang melakukan CSR, itu pun dilakukan untuk adu gengsi. Jarang ada CSR yang memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat (Dr Sukarmi MH, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Corporate Social Responsibility dan Iklim Penanaman

(21)

Pola community development (CD) merupakan bentuk CSR yang saat ini banyak dipraktikkan oleh perusahaan (korporasi) besar (baca; buku Jackie Ambadar 2008, CSR dalam Praktik di Indonesia dan lihat Tabel 1).

Masalahnya, menurut Badaruddin (2008) apakah makna yang terkandung dalam CD sudah diimplementasikan secara baik dan benar. Dalam implemenetasi CD inilah potensi modal sosial (social capital) dapat dimanfaatkan dan didayagunakan agar makna yang terkandung dalam CD benar-benar dapat terlaksana.

Badaruddin (2008) melanjutkan pendekatan CSR hendaknya dilakukan secara holistic, artinya, pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak dalam kegiatan bisnis semata, melainkan juga bergerak dari yang sifatnya derma (charity) menuju ke arah CSR yang lebih menekankan pada keberlanjutan pengembangan masyarakat (community development). Intinya, bagaimana dengan CSR tersebut masyarakat menjadi berdaya baik secara ekonomi, sosial, dan budaya secara berkelanjutan (sustainability) sehingga perusahaan juga dapat terus berkembang secara berkelanjutan.

Dalam konteks ini, CSR lebih dimaknai sebagai investasi jangka panjang bagi perusahaan yang melakukannya. Perusahaan yang mengedepankan konsep community development lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan

(22)

masyarakat. Sense of belonging (rasa memiliki) perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehingga masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah mereka akan berguna dan bermanfaat.

PT. Newmont sebagai contohnya, terus berupaya untuk mengembalikan citra positif mereka akibat dugaan pencemaran di Teluk Buyat. Perusahaan milik asing yang bergerak di sektor pertambangan emas di Minahasa itu berkomitmen melanjutkan kegiatan reklamasi, pemantauan dan pengelolaan lingkungan terutama pengujian toksisitas terhadap larutan talling agar tidak melewati ambang batas dan tidak mencemari biota laut. (Harry Wahyudhy Utama, Tanggung Jawab Sosial

Dalam konteks Sumatera Utara, terdapat cukup banyak perusahaan besar negara seperti PTPN yang bergerak di sektor perkebunan, dan perusahaan swasta nasional dan asing yang juga bergerak di sektor perkebunan serta perusahaan-perusahaan lainnya di berbagai sektor (pertambangan, industri, jasa, dan lain sebagainya). Seandainya perusahaan-perusahaan tersebut mau melaksanakan CSR dengan pendekatan yang holistic, niscaya akan berkontribusi signifikan bagi reduksi kemiskinan di Sumatera Utara.

(23)

Kemudian PT Newmont Horas Nauli (PT NHN) menggantikan PT Danau Toba Mining berdasarkan SK Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia No. C-1699 HT.01.04-TH.002, 7 Maret 2001. Selanjutnya PT Agincourt Resources (PT AR) menggantikan PT NHN berdasarkan SK Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia No. W 7-01496 HT.2006 tanggal 10 Oktober 2006

Semasa dikelola PT Newmont Horas Nauli atau sejak tahun 2003, perusahaan itu sudah melakukan kegiatan CSR. Menurut Suria Atmadja, selaku Community Relations Manager PT AR, keberadaan perusahaan mereka harus bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya, terlepas apakah perusahaan masih melakukan ekplorasi yang belum tentu berhasil mendapat cadangan emas.

Tahun 2003, dana untuk kegiatan CSR yang dianggarkan sebesar 30.000 US dollar. Tahun 2004-2005 sebesar 153.000 US dollar, tahun 2006 sebesar 70.000 US dollar, tahun 2007 sebesar 152.000 U dollar, dan tahun 2008 sebesar 200.000 US dollar.

Dana tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan seperti sosialisasi kegiatan explorasi pertambangan, memberikan bantuan kepada masyarakat dalam berbagai aspek misalnya bantuan kesehatan, peralatan kedokteran untuk Puskesmas Batangtoru, bantuan pendidikan, bantuan infrastruktur, donasi bagi korban tsunami di Nias dan daerah lainnya

(24)

masyarakat dengan perusahaan dan community development yang lebih bernuansa pemberdayaan masyarakat.

Selain pemberian bantuan, PT AR juga melakukan upaya-upaya pengembangan ekonomi lokal bagi masyarakat sekitar. Tahun 2004-2005, perusahaan itu melakukan pengembangan bisnis lokal dengan langkah pembelanjaan lokal sebesar Rp.675.000.000, dengan perincian di Batangtoru Rp.437.000.000, Padangsidimpuan Rp.212.000.000, dan Sibolga Rp.26.000.000.

Tahun 2006-2007, pembelanjaan lokal juga dilakukan sebesar Rp.4.754.500.000, dengan perincian di Batangtoru Rp.3.400.000.000, Padangsidimpuan Rp.870.000.000, Siais Rp.405.000.000, dan Sibolga Rp.79.500.000.

Tahun 2008, dilanjutkan dengan pembelanjaan sebesar Rp.5.263.500.000 dengan perincian di Batangtoru Rp.3.700.000.000, Padangsidimpuan Rp.1.005.000.000, Siais Rp.526.000.000, dan Sibolga Rp.32.500.000.

Hanya saja, pembelanjaan lokal yang dilakukan perusahaan itu terkesan belum sesuai dengan konsep CSR sebagai upaya pengembangan ekonomi lokal. Sebab, kalau pembelanjaan lokal, masyarakat sekitar belum tentu berdaya. Hal ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan Mas Achmad Daniri yang menyebutkan, salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah menciptakan peluang-peluang sosial-ekonomi masyarakat dan menyerap tenaga kerja.

(25)

akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial, dan akses ke sumber-sumber keuangan untuk pengembangan kegiatan sosial ekonominya.

Melihat pentingnya peran CSR itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat, maka menarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya peran CSR dalam upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan emas. Ini juga sekaligus untuk menjajaki program CSR apa sebenarnya yang cocok dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan emas Batangtoru.

Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengisi keterbatasan literatur dan karya ilmiah tentang perlunya peran CSR dalam upaya pemberdayaan masyarakat, mengingat di Sumatera Utara ini terdapat beberapa perusahaan pertambangan yang dalam waktu dekat akan beroperasi. Penelitian ini diberi judul: “Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pertambangan Emas Agincourt Resources dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Batangtoru.”

1.2. Perumusan Masalah

(26)

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana peran tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan emas Agincourt Resources dalam upaya pemberdayaan masyarakat (bidang sosial, ekonomi, lingkungan) di Batangtoru, Tapsel?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui peran tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan emas Agincourt Resources dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, lingkungan di Kecamatan Batangtoru, Tapsel.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai pihak, di antaranya: - Secara teoritis dan akademis, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi

keilmuan tentang peran program CSR perusahaan pertambangan emas terhadap upaya pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan.

(27)

- Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi stake holders, khususnya masyarakat untuk memilih dan mengajukan program CSR yang cocok untuk mereka.

1.5. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa CSR itu terbagi ke dalam tiga bidang, di mana masing-masing bidang memiliki sub bidang. Masing-masing bidang itu bertujuan dalam rangka mengupayakan pemberdayaan masyarakat. Jika permberdayaan masyarakat berhasil diharapkan kehidupan masyarakat dalam hal bidang sosial, ekonomi, dan lingkungannya ikut berkembang.

(28)

CSR (Corporate Social Responsibility) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Bidang Sosial

a. Pembangunan ekonomi lokal

a. Pembangunan ekonomi lokal (ditandai dengan peningkatan tabungan, pendapatan, dan asset kekayaan)

b. Penciptaan lapangan kerja

Lingkungan Terjaga

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Hakikat CSR

Ada banyak definisi yang diberikan untuk konsep CSR. Dari kata-kata corporate, social, dan responsibility yang terkandung dalam istilah ini, maka

CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab yang dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap masyarakat di mana perusahaan tersebut berdiri atau menjalankan usahanya (http://www6.miami.edu/ethics/pdf_files/csr_guide.pdf, diakses 22 Jun. 2009).

Mas Achmad Daniri selaku Chairman of Mirror Committee on Social Responsibility Indonesia menyebutkan CSR merupakan basis teori tentang perlunya

sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Secara teoretis, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategic-stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya.

Edi Suharto (2008) mengartikan CSR operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development.

(30)

charity, corporate philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate community

relations bernapaskan tebar pesona, community development lebih bernuansa

pemberdayaan.

Kamus online Wikipedia mendefinisikan CSR sebagai suatu konsep bahwa suatu organisasi (khususnya, tapi tidak terbatas pada perusahaan) memiliki kewajiban untuk memperhatikan kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham, komunitas dan pertimbangan-pertimbangan ekologis dalam segala aspek dari usahanya.

argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang

Selanjutnya, Bank Dunia menyebutkan “CSR is the commitmen of bussiness to contribute to sustainable economic development working with employees and their

repersentatives, the local community and society for bussines and good for

development.” Dalam hal ini CSR itu berarti komitmen bisnis untuk berperilaku

(31)

Definisi yang juga diterima luas oleh para praktisi dan aktivis CSR adalah definisi menurut The World Business Council for Sustainable Development yaitu bahwa CSR merupakan suatu komitmen terus-menerus dari pelaku bisnis untuk berlaku etis dan untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup para pekerja dan keluarganya, juga bagi komunitas lokal dan masyarakat pada umumnya.

Dengan demikian konsep CSR memiliki arti bahwa selain memiliki tanggung jawab untuk mendatangkan keuntungan bagi para pemegang saham dan untuk menjalankan bisnisnya sesuai ketentuan hukum yang berlaku, suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab moral, etika, dan filantropik. Pandangan tradisional mengenai perusahaan melihat bahwa tanggung jawab utama (jika bukan satu-satunya) perusahaan adalah semata-mata terhadap pemiliknya, atau para pemegang saham (Asongu,J.J.

Hakikat yang lebih luas yaitu bahwa perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain seperti karyawan, supplier, konsumen, komunitas setempat, masyarakat secara luas, pemerintah, dan kelompok-kelompok lainnya.

Rumusan atau definisi atau pengertian yang diberikan di atas menunjukkan kepada masyarakat bahwa setidaknya ada tiga hal pokok yang membentuk pemahaman atau konsep mengenai corporate social responshibility. Ketiga hal tersebut menurut Gunawan Widjaya & Yeremia Ardi Pratama (2008) adalah :

(32)

2. Keberadaan (eksistensi) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan atau korporasi sangatlah ditentukan oleh seluruh stakeholder-nya dan bukan hanya shareholders-nya. Para stakeholders ini, terdiri dari shareholders, konsumen, pemasok, klien, customer, karyawan dan keluarganya, masyarakat sekitar dan mereka yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan (the local cimmunity and society at large);

3. Melaksanakan CSR berati juga melaksanakan tugas dan kegiatan sehari-hari perusahaan atau korporasi, sebagai wadah untuk memperoleh keuntungan melalui usaha yang dijalankan dan atau dikelola olehnya. Jadi ini berarti CSR adalah bagian terintegrasi dari kegiatan usaha (bussiness), sehingga CSR berarti juga menjalankan perusahaan atau korporasi untuk memperoleh keuntungan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa CSR, pada awalnya bukanlah suatu bentuk tanggung jawab yang mempunyai akibat hukum yang memaksa. Jadi lebih merupakan moral obligation perusahaan terhadap:

1. Keadaan ekonomi, 2. Keadaan sosial dan

3. Keadaan lingkungan perusahaan yang terkait dengan kegiatan usaha atau jalannya perusahaan secara berkesinambungan. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk atau wujud pelaksanaan CSR tidak selalu harus sama antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya.

2.1.1. Arti Penting CSR dan dan Ruang Lingkupnya

(33)

utama, yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin; posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya; makin mengemukanya arti kesinambungan; makin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik, bahkan yang bersifat anti-perusahaan; tren ke arah transparansi; dan harapan-harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi pada era milenium baru.

Artinya, CSR sangat dibutuhkan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Sebab, selain akan terjadi berbagai perubahan sosial, kekayaan sumber daya alam yang selama ini sangat bermanfaat bagi masyarakat juga akan terganggu. Menurut Fransisca SSE Seda (2004) di sinilah letak paradoks dari proses perubahan sosial kekayaan akan sumber daya alam dapat menjadi “pedang bermata dua” bagi suatu negara yang sedang berkembang. Ia dapat menguntungkan tetapi pada saat yang sama dapat pula menjadi kerugian. Ia dapat menjadi rahmat atau kutukan.

Jika kekayaan sumber daya alam itu tidak dikelola dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat maka, penolakan terhadap kehadiran perusahaan akan terus terjadi. Jadi CSR itu memang harus terus diupayakan. Apalagi, menurut Zamroni (2001), pembangunan dalam era abad XXI dewasa ini memiliki 3 (tiga) ciri utama, yakni revolusi informasi (komputer dan sarana telekomunikasi), pasar global yang sangat kompetitif dan, kerusakan lingkungan yang sangat parah.

(34)

jernih, obyektif dan dengan pertimbangan nasib warga secara keseluruhan sangat diperlukan.

David C Korten dalam bukunya Pembangunan yang Memihak Rakyat, Kupasan tentang Teori dan Metode Pembangunan mengatakan kekuatan rakyat untuk

memegang kekuasaan atas hidup dan lembaga-lembaga mereka pada akhirnya tergantung pada keyakinan bahwa mereka mempunyai hak sekaligus kesempatan. Dengan tumbuhnya kesadaran akan kenyataan ini, usaha-usaha pembangunan daerah pedesaan di dunia ketiga memberi prioritas yang semakin besar kepada program-program yang menekankan penguasaan sumber daya lokal oleh masyarakat setempat. Dalam rangka melakukan CSR, pemerintah juga harus tetap memperhatikan kelompok pembaharu, usaha kecil menengah dan sektor pendidikan. Sebab, menurut Boediono (2009) selain menciptakan iklim usaha dan iklim kompetisi yang sehat, pemerintah dapat memacu terbentuknya kelompok pembaharuan dengan mendorong perkembangan kelompok wirausaha yang tangguh melalui program-program khusus untuk menghilangkan kendala-kendala yang dihadapi usaha kecil dan menengah untuk mengakses pembiayaan, teknologi, layanan infrastruktur dan pasar. Pengusaha kecil dan menengah adalah embrio kelas menengah yang tangguh karena itu pengembangan UKM merupakan elemen penting dalam upaya pengembangan demokrasi. Langkah penting lain untuk membentuk kelompok pembaharuan yang handal adalah melalui pendidikan.

(35)

penelitian-penelitian tentang CSR, mempromosikan CSR pada UKM, serta menciptakan insentif untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja CSR yang baik selain memberi disinsentif bagi mereka yang berkinerja buruk. Terakhir, pemerintah dapat mendemonstrasikan praktik-praktik terbaik CSR, sebagai sarana perusahaan-perusahaan untuk belajar bagaimana kinerja terbaik itu bisa dicapai.

Pada bulan September 2004, ISO (International Organization for Standardization) sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif

mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working group) yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility.

Jika merujuk pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility yang secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial, maka masalah SR akan mencakup 7 isu pokok yaitu:

1. Pengembangan Masyarakat 2. Konsumen

3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat 4. Lingkungan

5. Ketenagakerjaan 6. Hak asasi manusia

7. Organizational Governance (governance organisasi)

(36)

tanggung jawabnya (Taufik Rahman dan Jalal, CSR di Tahun 2008: Tak Ada Kecenderungan Menyurut, Jakarta , 8 April 2008, Lingkar Studi CSR. www.csrindonesia.com).

Bill Gates (2008), pendiri Microsoft menyebutkan CSR itu adalah sebuah bentuk baru kapitalisme yang memberikan perhatian lebih kepada kelompok-kelompok miskin yang selama ini terpinggirkan oleh dahsyatnya deru kapitalisme. Dalam pandangan Gates, perlu dirancang suatu sistem (termasuk pengelolaan laba perusahaan) dan menentukan cara-cara baru untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas hidup kelompok-kelompok miskin. Terutama, di bidang-bidang yang betul-betul kasat mata seperti ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

2.1.2. CSR dan Teori Triple Bottom Line

Skema pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi, yang menjadikan sektor pertanian (pedesaan) menjadi penopang industrialisasi ternyata tidak bisa diharapkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada satu sisi masyarakat desa harus menerima kenyataan dimana laju perkembangan industri berlangsung melalui pengorbanan sektor pertanian dan di sisi lain sumber-sumber agraria telah mengalami pengurasan besar-besaran dan mengalami penurunan kapasitas untuk melakukan pemulihan.

(37)

bagi percepatan industrialisasi. Marjinalisasi desa dapat dilihat sebagai bagian dari skenario untuk menopang industri, yang berbasis tenaga kerja murah dan bahan baku yang berlimpah (serta murah).

Timur Mahardika (2001) menilai kehancuran lingkungan dan penurunan kapasitas sumber daya alam merupakan kenyataan dari proses pengurasan kekayaan alam untuk keperluan menggerakkan roda pembangunan. Hutan, tambang dan lain-lain telah dengan sangat luar biasa dikuras dan tidak dipikirkan peruntukkannya bagi generasi yang akan datang. Di berbagai daerah, terkesan kuat bahwa kekayaan alam telah dijual. Sementara massa rakyat harus memikul akibatnya berupa lingkungan yang rusak, sungai tercemar, hutan gundul dan kekayaan alam yang menipis.

Memahami CSR sebagai kebertanggungjawaban entitas laba atas dampak operasionalnya maka seharusnya praktik CSR juga melingkupi sektor industri lain. Bahkan di banyak negara, komitmen keseimbangan triple bottom line juga melingkupi industri keuangan, properti, apparel, media, komunikasi, teknologi, dan lainnya-termasuk juga dalam ranah perangkat pemerintahannya dan di kalangan masyarakat sipil (Muhammad Endro Sampurna, Lingkar Studi CSR,

Dalam hal ini, jika sebelumnya pijakan tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada sisi finansial saja (single bottom line), kini dikenal konsep triple bottom line, yaitu bahwa tanggung jawab perusahaan berpijak pada 3P (profit, people,

(38)

Dengan semakin berkembangnya konsep CSR ini, maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan berbagai pihak mengenai CSR ini. Salah satu yang terkenal adalah teori Triple Bottom Line yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness”. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line

degan istilah economoic prosperity, environmental quality dan social justice.

Elkington memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).

Gunawan Widjaya & Yeremi Ardi Prtama (2008) menekankan dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi keuangan

saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya.

(39)

2.2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan pemberdayaan masyarakat atau community development (CD) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.

Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial (http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaan-masyarakat-dan-pembangunan-berkelanjutan.html, diakses 24 Juni 2009).

Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi, mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.

Menurut Jackie Ambadar (2008), konsep pemberdayaan masyarakat dari dua hal, yaitu “pemberdayaan” dan “masyarakat”. Secara singkat, pemberdayaan atau pengembangan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi, sosial (termasuk di dalamnya: bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan bidang lingkungan.

(40)

contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Kemudian masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.

Harry Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial.

Isbandi Rukminto Adi (2008) menyatakan “pembangunan masyarakat“ (pembangunan = deve1opment; masyarakat = community) digunakan untuk memggambarkan pembangunan bangsa secara keseluruhan. Sementara itu, dalam arti yang sempit (mikro) istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan konsep “pengembangan masyarakat lokal” (locality development).

(41)

apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah (Edi Suharto; 2004).

Parson (dalam Edi Suharto; 2004) menyatakan pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

2.2.1. Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Program dan Proses

Dalam penggunaannya di Indonesia, menurut Soetomo (2006), konsep community development juga diterjemahkan ke dalam beberapa istilah yang berbeda.

(42)

Soetomo melanjutkan, dalam arti luas, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana baik dalam bidang ekonomi, teknologi, sosial maupun politik. Pembangunan masyarakat dalam arti luas juga dapat berarti proses pembangunan yang lebih memberikan fokus perhatian pada aspek/manusia dan masyarakatnya. Dalam arti sempit, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana pada suatu lokalitas tertentu.

Sementara itu menurut Isbandi Rukminto Adi (2008) upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dan sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaan sebagai suatu program, di mana pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Misalnya, program pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan jangka waktu 1, 2, ataupun 5 tahun. Konsekuensi dari hal ini, bila program itu selesai, dianggap pemberdayaan sudah selesai dilakukan. Hal seperti mi banyak terjadi dengan sistem pembangunan berdasarkan proyek yang banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, di mana proyek yang satu dan yang lainnya kadangkala tidak berhubungan, bahkan tidak saling mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh bagian yang lain, meskipun itu dalam satu lembaga yang sama, sedangkan pada beberapa organisasi nonpemerintah kegiatannya juga tidak jarang terputus karena telah berakhirnya dukungan dana dan pihak donor.

(43)

Edi Suharto (2004) menyebut berdasarkan definisi-definisi yang ada pemberdayaan juga dibedakan sebagai sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Sebagi tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

(44)

2.2.2. Dimensi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Jim Ife & Frank Tegoriero (2008), setidaknya ada enam dimensi pengembangan atau pemberdayaan masyarakat dan kesemuanya berinteraksi satu dengan lainnya dalam bentuk-bentuk yang kompleks. Keenam dimensi tersebut yaitu:

• Pengembangan sosial • Pengembangan ekonomi • Pengembangan politik • Pengembangan budaya • Pengembangan lingkungan

• Pengembangan personal/ spiritual

Beberapa dimensi lebih fundamental daripada lainnya; misalnya banyak orang (khususnya orang-orang pribumi) akan beranggapan bahwa pengembangan personal/spiritual merupakan landasan untuk semua pengembangan yang lain. Tetapi untuk tujuan penyusunan model pengembangan masyarakat dan model pemikiran tentang peran pekerja masyarakat, keenam dimensi di atas dipertimbangkan sebagai hal yang sangat penting.

(45)

masyarakat lainnya akan mencerminkan gambaran yang berbeda dan memerlukan prioritas yang berbeda dalam proses pengembangan.

Poin penting yaitu bahwa keenam aspek pengembangan masyarakat tersebut sangat penting dan untuk memiliki masyarakat yang benar-benar sehat dan berfungsi perlu mencapai level pengembangan yang tinggi untuk keenam dimensi secara keseluruhan. Pekerja masyarakat manapun atau siapa pun yang terkait dengan program pengembangan masyarakat harus memperhatikan keenam dimensi itu dan tujuan tersebut harus memaksimalkan pengembangan pada seluruh dimensi itu.

Schuler, Hashemi dan Riley dalam (Edi Suharto;2004) mengembangkan beberapa indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan :

• Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau

wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian

• Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’: kemampuan individu untuk membeli

(46)

• Kemampuan membeli komoditas ‘besar’: kemampuan individu untuk

membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

• Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu

membuat keputusan secara sendiri mapun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.

• Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai

apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.

• Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai

pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.

• Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap

(47)

• Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah,

asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.

2.2.3. Pemberdayaan Masyarakat oleh Dunia Usaha

Belakangan ini dirasakan adanya dorongan di kalangan dunia usaha agar dalam melaksanakan berbagai aktivitas tidak semata-mata diorientasikan kepada upaya untuk memperoleh keuntungan ekonomi secara langsung, tetapi juga diorientasikan dalam rangka kepedulian sosial dan tanggung jawab sosial. Bahkan dalam batas-batas tertentu usaha yang berorientasi kepedulian dan tanggung jawab sosial tersebut dirasakan sebagai bagian dan implementasi nilai kemanusiaan dan keadilan sosial yang menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk dunia usaha. Pada umumnya implementasi kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha tersebut diwujudkan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR).

(48)

Sementara itu, walaupun bagi dunia usaha tertentu regulasi tidak mewajibkannya, tetapi masih banyak faktor yang mendorong mereka untuk melakukan kegiatan CSR ini. Tidak jarang dijumpai adanya lembaga independen yang memberikan sertifikasi kepada dunia usaha yang telah melakukan berbagai aktivitas kepedulian sosial yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh lembaga tersebut.

Pemberian sertifikasi ini dianggap dapat menaikkan citra perusahaan sehingga memberikan stimulan bagi dunia usaha yang belum menempatkan program kepedulian sosial dalam agenda perusahaan untuk melaksanakannya atau lebih mengembangkan aktivitas kepedulian sosial bagi yang sudah melakukan sebelumnya. Di samping itu tidak jarang pula stimulasi itu tidak berasal dari luar melainkan dari dalam. Banyak dunia usaha yang memperhitungkan bahwa kegiatan CSR yang dilakukan dapat menjadi bagian dan alat promosi dan pemasaran, dengan demikian mereka justru memasukkan kegiatan CSR ini sebagai bagian integral dan keseluruhan aktivitas bisnisnya.

(49)

yang proporsional tersebut. Hal itu dapat dipahami dan beberapa pertimbangan. Pertama, sesuai dengan karakteristiknya melalui program community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur modal sosial baik yang dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. Dengan melaksanakan community development, dunia usaha dapat membangun citra sehingga selanjutnya dapat berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust.

Sementara itu bagi masyarakat, khususnya masyarakat lokal, melalui community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur solidaritas

sosial, kesadaran kolektif, mutual trust dan resiprocal dalam masyarakat untuk mendorong tindakan bersama guna meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi, sosial dan kultural masyarakat.

Kedua, melalui community development dapat diharapkan adanya hubungan sinergis antara kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk bantuannya dengan potensi yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh dunia usaha melalui CSR bukan semata-mata bantuan yang bersifat karitatif, melainkan bagian dan usaha untuk mengembangkan kapasitas masyarakat. Oleh sebab itu melalui pendekatan community development dapat diharapkan program CSR tersebut akan mendorong usaha pembangunan oleh masyarakat lokal secara berkesinambungan dan terlembagakan.

(50)

dibicarakan melalui proses dialog yang elegan dan dapat mengakomodasi kepenting- an semua pihak. Hal itu dimungkinkan karena melalui kegiatan bersama dalam menggarap program-program dengan pendekatan community development dapat dibangun saling pengertian dan empati di antara semua pihak yang terkait.

2.2.4. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Dari beberapa literatur, diperoleh bahwa tahapan pemberdayaan masyarakat yang cukup popular adalah:

1. Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan dan potensinya.

2. Mengembangkan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian 3. Menerapkan rencana tersebut

4. Secara terus-menerus memantau dan mengkaji proses dan hasil kegiatannya (Monitoring dan Evaluasi / M&E)

(51)

Pemberdayaan adalah proses dari, oleh dan untuk masyarakat, di mana masyarakat didampingi dalam mengambil keputusan dan berinisiatif sendiri agar mereka lebih mandiri dalam pengembangan dan peningkatan taraf hidupnya. Masyarakat adalah subyek pembangunan. Pihak luar berperan sebagai fasilitator. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat, masyarakat difasilitasi oleh pihak luar untuk memecahkan masalahnya sendiri dengan mengakses dan menggunakan sumber daya setempat. Dengan demikian, pemecahan masalah dan pengembangannya berkelanjutan dan ketergantungan masyarakat pada pihak-pihak dan bantuan luar dapat dikurangi.

Sementara itu, menurut Subejo dan Supriyanto (2004) tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimulai dari dari proses seleksi lokasi sampai dengan pemandirian masyarakat. Secara rinci masing-masing tahap tersebut adalah sebagai berikut:

Tahap 1. Seleksi lokasi

Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat

Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat, yang dibagi ke dalam beberapa kegiatan: • Kajian keadaan pedesaan partisipatif

• Pengembangan kelompok

• Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan • Monitoring dan evaluasi partisipatif

Tahap 4. Pemandirian Masyarakat

(52)

dalam pemberdayaan masyarakat akan tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin. Sedangkan sosialisasi pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat. Sosialisasi ini membantu untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibat dalam program.

Proses pemberdayaaan masyarakat dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.

2.3. Penerapan CSR di Indonesia

Dalam konteks Indonesia, menurut Jackie Ambadar (2008), sebenarnya tidak diketahui secara pasti kapan CSR mulai masuk ke Indonesia, namun seiring dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan dunia bisnis, maka konsep CSR ini pun begitu marak di Indonesia. CSR di Indonesia saat ini banyak mendapatkan perhatian dari banyak lapisan masyarakat.

Tapi dalam catatan Edi Suharto (2008), di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (corporate social activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.

(53)

mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak (baik maupun buruk) bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat (stakeh holders), khususnya di sekitar perusahaan beroperasi.

Sebagai contoh, PT Aneka Tambang, Tbk. dan Rio Tinto menempatkan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai stakeholders dalam skala prioritasnya. Sementara itu, stakeholders dalam skala prioritas bagi produk konsumen seperti Unilever atau Procter & Gamble adalah para customer-nya.

Saat ini, penerapan CSR di Indonesia terus berkembang. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang disahkan DPR 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. Keempat ayat dalam Pasal 74 UU tersebut menetapkan kewajiban semua perusahaan di bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

(54)

PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Hanya saja, ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh peraturan pemerintah yang hingga kini belum dikeluarkan.

Ke depan, seharusnya proses regulasi yang menyangkut kewajiban CSR perlu memenuhi pembuatan peraturan yang terbuka dan akuntabel. Pertama, harus jelas apa yang diatur. Lalu, harus dipertimbangkan semua kenyataan di lapangan, termasuk orientasi dan kapasitas birokrasi dan aparat penegak hukum serta badan-badan yang melakukan penetapan dan penilaian standar. Yang juga harus diperhitungkan adalah kondisi politik, termasuk kepercayaan pada pemerintah dan perilaku para aktor politik dalam meletakkan masalah kesejahteraan umum. Ini artinya harus melalui dialog bersama para pemangku kepentingan, seperti pelaku usaha, kelompok masyarakat yang akan terkena dampak, dan organisasi pelaksana (Pelaksanaan CSR di Indonesia.

).

Meski demikian, berbagai perusahaan terus berlomba-lomba menerapkan CSR. Pihak perusahaan memang sudah mulai paham bahwa pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan dapat dikemas untuk mengupayakan citra positif atau alat promosi perusahaan yang sangat efektif. Lebih jauh dari sekedar promosi, meskipun hal ini bukan merupakan tujuan, tampak bahwa semakin berkembang pula pandangan bahwa keunggulan bersaing bisa didapatkan dengan memadukan berbagai pertimbangan sosial dan lingkungan dalam strategi bisnis.

(55)

- CSR Bidang sosial meliputi: Pendidikan, kesehatan, agama, olah raga.

- CSR bidang ekonomi, meliputi: Sektor pengembangan usaha kecamatan, sektor penciptaan lapangan kerja lainnya, dan.

- CSR bidang lingkungan, meliputi: Sektor pemeliharaan lingkungan lainnya. Hasil penelitian lain yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT Pertamina (2008) memperlihatkan kegiatan CSR Pertamina yang dilaksanakan sejak tahun 1993. Kegiatan CSR itu diintegrasikan sehubungan dengan kebijakan pemerintah dalam pembentukan unit Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) di bawah Direktorat Keuangan.

Pada masa itu bentuk CSR Pertamina dikenal sebagai pemberdayaan masyarakat, yang diimplementasikan dalam beberapa jenis, seperti penyaluran pinjaman modal usaha, bantuan hibah untuk pembinaan dan pelatihan dan pembentukan pasar atau jaringan pasar produk dan usaha. Contoh pemberdayaan masyarakat di unit operasi Pertamina Program Pendampingan Petani Patra Mekar di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) UP VI Balongan (Chotib; 2008).

(56)

Tabel 1 Beberapa Perusahaan yang Telah Melaksanakan CSR

Perusahaan Dana CSR

dan Tahun

Program

PT Pertamina (Persero) Rp. 59,9 milliar (2007) Pengembangan bidang kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pembangunan infrastruktur dan sarana umum, rumah ibadah dan bantuan bencana alam

PT Freeport Indonesia Rp. 500 milliar per tahun Kesehatan, membangun rumah sakit, program air bersih dan pembuatan jamban. Pendidikan program beasiswa, bantuan kredit usaha rakyat

PT HM Sampoerna Tbk Rp. 47, 6 milliar (2006) Memajukan pendidikan lewat sampoerna foundation (SF) melalui SF United School Program pada 5 SMA Negeri di jawa Timur dan DIY. Merekonstruksi sekolah yang rusak akibat gempa.

PT Telkom Tbk Rp. 228 milliar (2007) Kemitraan dengan UKM bantuan

modal kerja, pinjaman khusus jangka pendek, serta hibah pembinaan pendidikan, pelatihan dan pemagangan bagi mitra binaan.

Bina lingkungan : bantuan korban bencana alam, beasiswa pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur sarana ibadah, infrastruktur pendidikan, panti asuhan, dan panti jompo

PT Kaltim Prima Coal Sekitar Rp. 20,4 milliar (2007)

Program pendidikan dan pelatihan, serta kesehatan masyarakat

PT Aneka Tambang Tbk Rp. 150 milliar (2008) Pinjaman bergulir program bina kemitraan dan beasiswa pendidikan.

Sumber: Harian Seputar Indonesia, 7 Desember 2008

(57)

pertanian. Dana CSR itu dimaksudkan sebagai bantuan tanda ikut peduli atau tanggung jawab sosial PTPN 3 dalam meningkatkan perekonomian rakyat (Seputar Indonesia, PTPN 3 Salurkan CSR Rp 700 juta, Halaman 12, 13 Maret 2009).

PT Toba Pulp yang berlokasi di Porsea, Kabupaten Tobasa beberapa tahun belakangan ini juga sudah melaksanakan CSR. Selama tahun 2009 ini, perusahaan tersebut sudah mengalokasikan dana CD (community development) sebesar Rp 2,35 miliar dan seluruhnya untuk kepentingan masyarakat. Laporan yang disusun seksi CSR menyebutkan empat item terbesar dari dana itu berupa pengiriman dana CD ke pengelola CD di empat kabupaten, yakni Samosir sebesar Rp 771,3 juta, Simalungun Rp 473,1 juta, Pakpak Bharat Rp 225, 1 juta, dan Tapanuli Utara Rp 857,1 juta. (Toba Pulp Alokasikan Dana CD Rp 2,35 M, Harian Waspada, Halaman 23, 12 Maret 2009).

Selain itu, kegiatan yang menonjol dari penerapan CSR PT Toba Pulp adalah pengobatan gratis yang digilir dari satu desa ke desa lainnya, Sistandu yang merupakan program yang memadukan kegiatan peternakan sapi dengan pertanian holtikultura dan perikanan darat, dan juga pengerahan alat-alat berat untuk membantu masyarakat menangani suatu pekerjaan.

(58)

Penghargaan itu sebagai pengakuan dan berbagai aksi peduli PT Toba Pulp kepada masyarakat di sekelilingnya (CSR Awards untuk Toba Pulp, Majalah Toba Pulp Digest, Edisi 13 Mei-Juni 2009).

2.3.1. Peran CSR Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu sektor industri utama dalam tatanan ekonomi global adalah industri pertambangan yang dalam banyak kasus memiliki posisi dominan dalam pembangunan sosio-ekonomi negara maju dan berkembang. Sektor industri ini berdampak sangat signifikan dalam arti positif maupun negatif. Tanpa menafikan dampak positifnya, dampak negatif dalam ranah sosial, lingkungan, politik dan budaya yang ditimbulkan sektor industri ini sangat luar biasa. Dampak negatif tersebut cenderung membesar di negara-negara berkembang atau di negara-negara yang menghadapi kendala ketidakefektifan sistem pemerintahan, ketiadaan regulasi (dan perundangan) yang memadai serta tingginya gejolak sosial-politik.

Menurut Arif Siregar (2009) karakteristik industri pertambangan antara lain adalah sumber daya alam tak terbarukan, lokasi proyek yang terpencil, infrastruktur harus dibangun sendiri, resiko relatif tinggi, padat modal, investasi jangka panjang, dan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan dampak sosial.

(59)

menjadi tantangan yang sangat berat untuk bisa diwujudkan oleh perusahaan pertambangan di dalam atmosfer sosial, politik, budaya dan hukum yang tidak mendukung (Natalia Yakovleva, CSR dalam Industri Tambang: Berkaca dari Pengalaman Belahan Dunia Lain, Ashgate Publishing Limited, 2005).

Yakovleva memfokuskan analisisnya pada empat wilayah kunci penerapan konsep CSR, yakni pemeliharaan lingkungan; kesehatan dan keselamatan kerja; hubungan dengan karyawan; serta community development/CD). Salah satu yang paling penting disimak adalah menyangkut analisis yang cukup rinci tentang tiga model pelaksanaan program CD. Pada model pertama, perusahaan pertambangan bertindak sebagai agen utama penyelenggara CD. Model kedua, pembentukan dan pelaksanaan CD dilakukan oleh yayasan filantrofi perusahaan. Sedangkan model terakhir adalah pelaksanaan CD dengan nuansa tri-sector partnership yang melibatkan unsur administrasi pemerintah lokal, masyarakat dan perusahaan.

Dalam konteks Sumatera Utara, PT Agincourt Resources yang mengekplorasi emas di Batangtoru, Tapsel sudah menerapkan program CSR sejak 6 tahun lalu. Tahun 2003, dana untuk kegiatan CSR yang dianggarkan sebesar 30.000 US dollar. Tahun 2004-2005 sebesar 153,000 US dollar, tahun 2006 sebesar 70.000 US dollar, tahun 2007 sebesar 152.000 U dollar, dan tahun 2008 sebesar 200.000 US dollar.

(60)

tsunami di Nias dan daerah lainnya, dan juga pengembangan ekonomi lokal, serta pelatihan-pelatihan bagi masyarakat sekitar.

Mas Achmad Daniri menyebutkan, salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang sering diterapkan di Indonesia adalah community development (pemberdayaan masyarakat). Perusahaan yang mengedepankan konsep ini akan lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang-peluang sosial-ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagai perusahaan yang ramah dan peduli lingkungan. Selain itu, akan tumbuh rasa percaya dari masyarakat. Rasa memiliki perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehingga masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah mereka akan berguna dan bermanfaat.

Dalam draf ISO 26000 on Social Responsibility, disebutkan juga bahwa secara konseptual pengembangan/pemberdayaan masyarakat adalah salah satu bagian dari tanggung jawab sosial. Draf tersebut menyatakan ada tujuh subyek inti tanggung jawab sosial, yaitu tata kelola organisasi, hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, praktek operasi yang adil, konsumen, dan, terakhir, pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat adalah upaya memandirikan kelompok masyarakat rentan.

Gambar

Tabel 1  Beberapa Perusahaan yang  Telah Melaksanakan CSR
Tabel 2 Topografi Desa/Kelurahan
Tabel 3  Luas, Desa/Kelurahan
Tabel 4  Jumlah Desa/Kelurahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel dependen: Pengungkapan CSR Hanya variabel financial leverage yang berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan variabel

Untuk itu diperlukan tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat yang akan dapat menjembatani kesenjangan sosial dan menghindari konflik sosial dengan

peran etika dan tanggung jawab sosial perusahaan. 2) Untuk menganalisis pengaruh dari relativisme terhadap pandangan akan. peran etika dan tanggung jawab sosial perusahaan. 3)

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) pada laporan

Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut.Tindakan seperti

Fenomena tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang terdapat di perusahaan dapat digambarkan dengan menjawab tiga pertanyaan yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian

Hal tersebut memberikan temuan bahwa perusahaan dengan kelonggaran sumber daya yang semakin tinggi akan memperbaiki kualitas pengungkapan tanggung jawab sosialnya,

Sementara dalam bidang pertambangan CSR diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana CSR dikaitkan dengan hak