• Tidak ada hasil yang ditemukan

Target Reali sasi Target

NILAI HASIL EVALUASI AKIP KOTA BANDUNG

Target Reali sasi Target

1 Persentase SKPD/Unit

Kerja yang telah

melaksanakan kebijakan SDA/LH

% 100 - n/a 100 n/a

Sasaran meningkatnya implementasi kebijakan sumber daya alam diukur melalui indikator penunjang persentase SKPD/Unit Kerja yang melaksanakan kebijakan SDA/LH pada SKPD yang berhubungan dengan SDA/LH yaitu BPLH, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Pemakaman dan Pertamanan serta Bappeda dengan memonitor dan pengkoordinasian perumusan kebijakan bidang SDA/LH dimana formulasi dan kriteria pengukurannya belum jelas. Rumus yang digunakan saat ini adalah diukur dari jumlah SKPD yang melaksanakan kebijakan SDA/LH sedangkan kriteria belum disusun. adapun SKPD yang melaksanakan kebijakan tersebut sebanyak 5 SKPD yaitu BPLH, Dispertapa, Diskamtam, Bappeda dan DBMP.

Mengingat Kota Bandung tidak memiliki banyak potensi SDA/LH maka pengukuran hal-hal yang dilakukan terhadap kebijakan SDA selain pada perumusan kebijakan Pemerintah Daerah juga pada penanganan masalah SDA/LH, khususnya yang terkait dengan potensi Udara, Air dan Tanah serta permasalahannya. Pada Tahun 2014 kinerja nyata pada SKPD/Unit Kerja yang melaksanakan kebijakan SDA/LH pada SKPD diperoleh dari implementasi taman tematik, kolam retensi, pengelolaan sampah 3R di tingkat lingkungan pemukiman, pemanfaatan sampah untuk energy metode biodigester, pemanfaatan lahan kritis dan perencanaan bidang SDA/LH dan beberapa kebijakan lainnya, yang secara teknis dilaksanakan pada tahun 2014 dan 2015.

Pada indikator ini tidak terdapat data yang dapat dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya dan terdapat kesulitan dalam membandingkan capaian kinerja yang sama dengan SKPD maupun dengan Kota / Kabupaten lain, serta sehubungan indikator kinerja ini belum

sepenuhnya berorietansi hasil maka diperlukan reviu kembali terhadap sasaran, indikator serta rumusan pengukurannya agar berorientasi hasil

Kinerja didukung oleh Program Peningkatan Sistem Pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH dengan angggaran sebesar Rp. 501.400.000 dengan realisasi sebesar Rp.500.590.313 atau penyerapan 99.84%.

Tabel 3.22

Analisis Pencapaian Sasaran 8

Meningkatnya kualitas administrasi pembangunan Dan Perbadingan dengan Target Akhir Renstra Tahun 2018

No Indikator Kinerja Satuan

Tahun 2014

%

Tahun 2018

% Target Realisasi Target

1 Persentase SKPD yang menyampaikan laporan pelaksanaan pembangunan sesuai peraturan % 74 74 100.00 74 100.00 2 Persentase SKPD yang melaksanakan PBJ melalui ULP dan BIRMS

% 100 100.00 100.00 100 100.00

Rata-rata Capaian Kinerja 100.00 100.00

Sasaran Meningkatnya kualitas administrasi pembangunan melalui 2 (dua) indikator Non Akumulatif yaitu Persentase SKPD yang menyampaikan laporan pelaksanaan pembangunan sesuai peraturan dan Persentase SKPD yang melaksanakan PBJ melalui ULP dan BIRMS. Pelaporan pelaksanaan pembangunan sesuai peraturan dilakukan monitoring didasarkan pada tugas dan fungsi Bagian pembangunan dan SDA sedangkan pelaksanaan PBJ melalui ULP dan BIRMS merupakan alat kendali administrative pelaksanaan program dan kegiatan melalui proses pengadaan barang dan jasa. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh rata-rata capaian kinerja sasaran sebesar 100% atau sesuai target.

Pada indikator pertama sebagai penunjang capaian sasaran yaitu Persentase SKPD yang menyampaikan laporan pelaksanaan pembangunan sesuai peraturan pada tahun 2014 seluruh SKPD/Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Kota Bandung diperoleh data bahwa 74 SKPD seluruhnya menyampaikan laporan sesuai Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 atau capaian sebesar 100%. Akan tetapi indikator ini masih berorientasi pada kegiatan/output dan pada tahun 2015 akan dilakukan perbaikan agar

berorientasi hasil dihubungkan dengan ketetapatan waktu pelaporan serta sesuai dengan peraturan.

Bila menggunakan indikator yang sama maka capaian kinerja indikator tersebut juga mencatat seluruh SKPD/Unit Kerja menyampaikan laporan sesuai peraturan sehingga capaian sama dengan tahun 2013 sebesar 100%. Terlebih kegiatan sudah didukung oleh aplikasi PBJ dan Keuangan untuk mengetahui realisasi program/kegiatan dan keuangan.

Capaian ini didukung oleh 2 (dua) program yaitu Program peningkatan pengelolaan administrasi pelaksanaan kegiatan fisik dan non fisik dengan output berupa data rencana program kegiatan, data rencana paket pekerjaan, data realisasi program dan kegiatan, data realisasi bantuan provinsi, dan data realisasi dan monitoring fisik konstruksi. Dengan pagu anggaran sebesar Rp.1.166.000.000 dengan penyerapan sebesar Rp.1.142.172.997 97.96%.

Pada kedua indikator Persentase SKPD yang melaksanakan PBJ melalui ULP dan BIRMS merupakan amanat Perpres 70 Tahun 2012, yang pada tahun 2014 yang diukur dari jumlah paket PBJ yang difasilitasi.

Pada tahun 2014 sebanyak 763 paket pengadaan barang dan jasa sesuai dengan Rencana Umum Pengadaan yang telah disusun pada awal Tahun 2014 khusus untuk paket lelang dan seleksi pada 74 SKPD/unit Kerja, dan seluruh paket pengadaan tersebut difasilitasi oleh ULP Kota Bandung yang berada di Bagian Pembangunan dan SDA capaian kinerja indikator sebesar 100%.

Jumlah Paket Lelang sebanyak 763 paket yang difasilitasi, yang berhasil mendapatkan penyedia barang/jasa sebanyak 731 paket dan gagal sebanyak 32 paket dengan rincian PBJ sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.23

Jenis Paket Pekerjaan PBJ

Yang Dilaksanakan Melalui ULP Dan BIRMS Tahun 2014 No. Jenis Paket Pekerjaan Jumlah %

1 Pekerjaan Jasa

Konsultansi 168 22.98

2 Pekerjaan Konstruksi 398 54.45 3 Pekerjaan Pengadaan

Barang 123 16.83

4 Pekerjaan Jasa Lainnya 42 5.75

Jumlah 731 100

Adapun kegiatan lelalng yang gagal mendapatkan penyedian barang dan jasa paling banyak berada di jenis paket pengadaan konstruksi dikarenakan kurangnya penyedia yang memasukan penawaran dan kurangnya peminat serta waktu yang sempit untuk memproses pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Hal ini penting untuk dicermati pada masa yang akan datang agar pelaksanaan PBJ khususnya konstruksi yang dibutuhkan oleh masyarakat dan pemerintah tidak mengalami hambatan.

Dari data dan informasi tersebut di atas dapat diketahui bahwa indikator ini masih berorietasi kegiatan/output, sehingga perlu dilakukan reviu terhadap indikator agar menjadi berorientasi hasil atau outcome.

Capaian Indikator Persentase SKPD yang melaksanakan PBJ melalui ULP dan BIRMS pada tahun 2013 tidak ada pengukuran karena ULP terbentuk pada awal tahun 2014 dan BIRMS masih berada di Bappeda Kota Bandung. Bila dibandingkan dengan Kota/Kabupaten di Jawa Barat maka pelaksanaan ULP Kota Bandung Tahun 2014 termasuk pada tahun terakhir pembentukan ULP sebagaimana di amanatkan dalam Perpres Nomor 70 Tahun 2012. Sedangkan proses PBJ melalui LPSE telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan pada tahun 2015 dilaksanakan pemindahan operasional kegiatan BIRMS dari Bappeda ke Bagian Pembangunan dan SDA Setda Kota Bandung.

Tabel 3.24

Analisis Pencapaian Sasaran 9

Meningkatnya partsipasi pihak swasta terhadap pembangunan Kota Bandung

Dan Perbadingan dengan Target Akhir Renstra Tahun 2018

No Indikator Kinerja Satuan

Tahun 2014

%

Tahun 2018

% Target Realisasi Target 1 Jumlah Perusahaan/Pendonor yang berkontribusi terhadap pembangunan kota Perusahaan /Pendonor 180 182 101.11 260 70.00

Kota Bandung sebagai kota jasa dan tujuan wisata memiliki image yang spesial diantara kota-kota lain di Indonesia. Namun perkembangannya masih dirasakan belum memenuhi harapan ideal keamjuan sebuah kota karena masih adanya beban pembangunan yang cukup besar serta kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan infrastruktur yang semakin

meningkat. Oleh karena itu diperlukan dukungan semua stakeholder pembangunan (pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat dan komunitas) untuk berperan aktif dan bersinergi membangun kota Bandung melalui

akselerasi kolaborasi program dan kegiatan.

Program pembangunan berbasis kolaborasi merupakan pola pendekatan lama tapi dengan pemahaman dan akselerasi baru, artinya kolaborasi sudah lama diimplementasikan tetapi sifatnya parsial dan tidak terfokus kepada pemecahan suatu masalah, saat ini kolaborasi dimanfaatkan sebagai gelombang energi pemecahan solusi melalui pelibatan sumber daya yang ada (Uang, Pemikiran/Ide, Tenaga/Jasa, Barang) dan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing stakeholder dan kemudian dikemas oleh program-program dan pola-pola baru yang belum diimplementasikan sebelumnya dalam program pembangunan. Tujuannya adalah mengakomodir aspirasi sekaligus melibatkan seluruh stakeholder terkait untuk mensukseskan program pembangunan. Setiap program harus berbasis kepada capaian target pembangunan kota yaitu mewujudkan Visi dan Misi Pemerintah Kota sebagaimana tertuang dalam RPJMD 2013-2018, khususnya pada Misi 4 dengan sasaran Penggunan Instrumen pembiayaan Non Konvensional dalam pembiayaan pembangunan (obligasi, kemitraan dengan swasta) dengan arah kebijakan mengembangkan jejaring kemitraan dalam pendanaan pembangunan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Indikator Kinerja dalam program ini diukur dari seberapa banyak jumlah Perusahaan yang berkontirbusi terhadap pembangunan kota melalui

program TJSL. Hal tersebut untuk megukur potensi perusahaan perseroan yang ada di Kota Bandung dapat berkontribusi dalam program pembangunan yang memiliki keterbatasan anggaran dan SDM, sekaligus mengimplementasikan regulasi tentang Program TJSL sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kewajiban Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan dan sebagai pedoman pelaksana teknis dikeluarkan Peraturan Walikota Nomor 354 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2012. Selain itu, sebagai wadah komunikasi antara Pemerintah dan Swasta dibentuk Forum yang berfungsi mensinkronisasi program kegiatan serta pelaporan kegiatan melalui keputusan Walikota Nomor 500/Kep.686-Bag.EK/2014 tentang Forum TJSL Kota Bandung Periode 2014-2017.

Berdasarkan laporan yang masuk ke Bagian Perekonomian melalui balasan Surat Edaran Nomor 500/SE.118-Bag.Ek Tanggal 24 Desember 2014 tentang Sinkronisasi dan Evaluasi Program Kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perusahaan di Kota Bandung terdapat 182 Perusahaan telah memberikan CSR baik langsung ke masyarakat maupun malalui Pemerintah Kota Bandung. Capaian Target pada Indikator ini melebihi jumlah perusahaan yang ditargetkan sebesar 180 perusahaan atau capaian kinerja indikator dan capaian kinerja sasaran sebesar 101.11%. Faktor yang mendukung tercapainya target antara lain didukung oleh beberapa kegiatan seperti: sosialisasi melalui flyer, brosur, seminar, buku dan video layanan masyarakat.

Bila dibandingkan dengan capaian pada Tahun 2013 berdasarkan data laporan pelaksanaan CSR dari Perusahaan yang masuk ke Bagian Perekonomian Kota Bandung berjumlah 21 Perusahaan, maka jumlah perusahaan yang berkontribusi pada tahun 2014 hampir 9 kali lipat dan bila dibandingkan dengan target akhir renstra tahun 2018 sebanyak 80 perusahaan berkontribusi terhadap pembangunan Kota Bandung maka jumlah perusahaan sebanyak 260 dengan capaian sebesar 70,00%. Capaian Indikator kinerja ini belum dilakukan perbandingan pada tingkat Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

Capaian tersebut dilaksanakan pada Program Koordinasi Perumusan dan Implementasi Kebijakan Ekonomi kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan CSR sebagai salah satu Pembangunan Ekonomi Dengan output berupa Peraturan Walikota Bandung tentang Petunjuk Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kewajiban Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan; Forum Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Periode 2014-2017; Buku Mari Berkolaborasi; Web TJSL; Film TJSL; Buku Monitoring dan Evaluasi Program TJSL.

Kendala utama dalam program pembangunan berbasis kolaborasi adalah aspek monitoring dan birokrasi khususnya dalam pengadministrasian berdasarkan prosedur dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam aspek monitoring terkendala oleh kurangnya SDM sebagai operator dan pengawas kegiatan selain itu belum adanya kesekretariatan yang dapat mendukung proses monitoring. Sedangkan dalam aspek birokrasi, terkendala proses administrasi dan jenjang koordinasi antar lembaga, hal tersebut dikarenakan belum optimalnya sosialisasi kepada SKPD dan aparat kewilayahan khususnya tentang kesepahaman prosedur/ alur program pembangunan berbasis kolaborasi berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Tindak lanjut dari kendala tersebut, mengoptimalkan peran Form TJSL melalui penguatan SDM dan Kesekretariatan untuk mendukung kinerja Forum TJSL dalam peran monitoring dan evaluasi. Sedangkan dalam aspek prosedur, akan dilakukan komunikasi secara intensif kepada SKPD dan Kecamatan, Perusahaan dan Masyarakat tentang prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku berupa asistensi, membuat

brosur / pamflet tentang mekanisme/alur program pembangunan berbasis kolaborasi dan film/video sosialisasi untuk bisa diketahui oleh publik.

Tabel 3.25

Analisis Pencapaian Sasaran 10

Berkembangnya ekonomi kreatif untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai Kota Kreatif

Dan Perbadingan dengan Target Akhir Renstra Tahun 2018

No Indikator Kinerja Satuan

Tahun 2014

%

Tahun 2018

% Target Realisasi Target 1 Persentase aktivasi

sub sektor ekonomi kreatif

% 18.75 18.75 100.00 43.75 42.86

2 Jumlah jejaring kota

kreatif Kota - - - 4 -

Rata-Rata Capaian

Kinerja Sasaran 100.00 42.86

Berdasarkan RPJMD Kota Bandung tahun 2013 2018,Kota Bandung dihadapkan pada 9 isu strategis kota yang menjadi prioritas utama dalam arah kebijakan pengembangan Kota Bandung 5 tahun kedepan, diantaranya: 1). Masalah Lingkungan Hidup, 2). Infrastruktur, 3) pengembangan teknologi informasi, 4) pemberdayaan Masyarakat dan ketahanan Keluarga, 5) penangulangan kemiskinan, Permasalahan sosial dan pengangguran, 6) pendidikan dan Kebudayaan, 7) Kesehatan, 8) Reformasi birokrasi dan tata kelola, 9) Iklim usaha, Pariwisata dan ekonomi kreatif. Capaian Kinerja Sasaran Berkembangnya ekonomi kreatif untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai Kota Kreatif pada tahun 2014 adalah 100.00%.

Kota Bandung merupakan salah satu kota kreatif di Indonesia, banyak kekuatan kreativitas di Kota Bandung yang dihasilkan baik oleh komunitas maupun individu. Setidaknya, terdapat 16 sektor industri kreatif yang secara umum marak di Kota Bandung dan sekitarnya. Dari 16 jenis jenis industri kreatif tersebut, yang paling menonjol di Kota Bandung adalah(i) desain, (ii) kerajinan tangan/kriya, (iii) arsitektur, (iv) musik, (v) seni pertunjukan, dan (vi) kuliner

Dengan potensi tersebut Kota Bandung paling siap untuk menjadi kota percontohan berbasis industri kreatif di lndonesia dengan sebutan Bandung Creative City. Tahun 2008, British Councilpernah menetapkan Kota Bandung sebagai projek percontohan dalam

pengembangan industri kreatif di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Perekonomian Kota Bandung secara signifikan dikontribusi oleh sektor ekonomi kreatif beserta sektor-sektor pendukung lainnya. Pada tahun 2007 kontribusi sektor kreatif terhadap PDRB sudah mencapai 14,46%, serta diprediksi akan terus meningkat dan menjadi salah satu lokomotif kemajuan ekonomi Kota Bandung.

Kebutuhan untuk menuntaskan permasalahan ekonomi dengan mengedepankan pertumbuhan ekonomi kreatif menjadi penting, karena ekonomi kreatif lebih mengedepankan aspek nilai tambah ekonomi yang memberikan kesempatan luas kepada masyarakat dalam mencari jalan keluar dari keterbatasan sumberdaya modal dan barang.

Indikator Kinerja untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai kota kreatif antara lain dengan menjalin kerjsama dengan kota-kota kreatif lainnya di Indonesia dan dunia. serta melakukan aktivasi terhadap sub sektor - sub sektor ekonomi kreatif yang ada di Kota Bandung.

Kondisi eksisting sub sector ekonomi kreatif di Kota Bandung sampai dengan Tahun 2013 adalah sebanyak 3 Sub sector, target peningkatan jumlah Sub Sektor Ekonomi Kreatif yang diaktivasi di Kota Bandung pada tahun 2016 adalah sebanyak 1 sub sektor dan 1 sub sektor pada tahun 2018 dan secara akumulasi menjadi 5 sub sector di tahun 2018 dn belum dilakukan perhitungan terhadap jumlah sub sektor yang diaktivasi di Kota Bandung di tahun 2013

Dalam proses pencapaian sasaran berkembangnya ekonomi kreatif untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai Koota Kreatif didukung dengan beberapa program yaitu Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif, Program Koordinasi Perumusan dan Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Teknopolis, adapun output yang dihasilkan antara lain Kajian Model Fasilitasi Permodalan UMKM di Kota Bandung, Kajian Regulasi Nasional yang Berkaitan dengan Sektor UMKM, Kajian Pengembangan Potensi dan Daya Saing Kota Bandung; Seminar Internasional "Idencity", Rancangan Peraturan Walikota Bandung tentang Kartu Cinta Bandung; Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan pembentukan Tim Koordinasi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Bandung; Film Ekonomi Kreatif; Buku Jejaring Kota Kreatif.

faktor yang mendukung berkembangnya ekonomi kreatif di Kota Bandung diantaranya adalah Pemerintah Kota Bandung memiliki Tim

Pengembangan Ekonomi Kreatif yang terdiri dari 4 unsur quadrohelix yaitu Pemerintah, Akademisi, Pelaku Usaha dan Komunitas yang secara bersama- sama melakukan usaha untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai Kota Kreatif. Akan tetapi belum secara optimal diberdayakan. Selain itu keberadaan beberapa perguruan tinggi di Kota Bandung, memberikan dampak signifikan pula terhadap kualitas sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan kepada para pelaku ekonomi kreatif untuk selalu berinovasi dalam menciptakan kreasi-kreasi baru yang dapat diterima oleh pasar.

Faktor penghambat dalam mencapai sasaran berkembanganya ekonomi kreatif untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai kota kreatif antara lain:

1. belum optimalnya peran Tim Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Bandung

2. Arah Kebijakan pusat belum selaras dengan daerah 3. belum tersusunnya indikator capaian kota kreatif

4. belum tersinkronisasinya target RPJMD dengan program kegiatan di SKPD

5. belum ada penetapan indikator terkait aktivasi sub sektor

Tindak lanjut dari kendala yang tersebut antara lain dengan menyusun kajian indikator capaian kota kreatif, mengoptimalkan peran tim pengembangan ekonomi kreatif Kota Bandung, menyelenggarakan seminar- seminar kreatif, melakukan koordinasi dengan SKPD-SKPD terkait

Tabel 3.26

Analisis Pencapaian Sasaran 11

Terwujudnya BUMD yang sehat dan profitable

Dan Perbadingan dengan Target Akhir Renstra Tahun 2018

No Indikator Kinerja Satuan Tahun 2014 %

Tahun 2018

% Target Realisasi Target 1 Persentase BUMD yang Sehat % 25 25.00 100.00 50 50.00 2 Persentase BUMD yang Profitabel % 25 50.00 200.00 100 50.00 Rata-Rata Capaian Kinerja 150.00 50.00

Sasaran Terwujudnya BUMD yang sehat dan profitable merupakan amanat dari RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 padaMisi 4 yaitu:

Membangun perekonomian yang kokoh, maju dan berkeadilan; khususnya untukSasaran 4 yaitu: Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah; denganOutcomejumlah pengembangan usaha daerah yang sehat dan profitable.

Sebagai mana tersebut diatas, Outcomedari pengembangan BUMD terbagi menjadi dua indikator yaituBUMD yang sehat danBUMD yang profitable. Indikator tersebut diperoleh dari penilaian terhadap Indikator keuangan yaitu laba bersih masing-masing BUMD serta penilaian terhadap Key Performance Indikator (KPI), dimana setiap BUMD memiliki KPI tersendiri. Adapun pada tahun 2015 ini KPI BUMD tersebut sedang dalam proses penyusunan oleh Bagian Perekonomian.

Urgensi dari penetapan indikator BUMD yang profitable khususnya terkait dengan sasaran yang ingin dicapai yaitu meningkatnya pendapatan asli daerah. Apabila BUMD tidak mampu menghasilkan profit maka BUMD tersebut tidak dapat memberikan PAD melalui kewajiban dividen yang akan disetorkan, sehingga profitable merupakan target yang harus dicapai oleh setiap BUMD.

Hal ini pun sejalan dengan tujuan pendirian seluruh BUMD yaitu sebagai bentuk investasi untuk menghasilkan sumber pendapatan disamping untuk mengoptimalkan fungsi layanan sesuai dengan karakteristik masing-masing BUMD.

Indikator kinerja BUMD yang sehat dipandang penting untuk menjadi bagian dari pencapaian kinerja perusahaan karena Pemerintah Kota Bandung menginginkan terwujudnya BUMD yang tidak saja mampu menghasilkan profit namun juga tetap mengindahkan tata kelola perusahaan yang baik, mampu memberikan layanan terbaik sesuai dengan bidangnya serta berkontribusi aktif didalam pembangunan.

Aktivitas usaha yang hanya menitik beratkan untuk memperoleh laba dapat memiliki berbagai dampak negative atau trade off terhadap berbagai aspek lainnya seperti aspek lingkungan, sosial, kemasyarakatan, maupun internal perusahaan. Oleh sebab itu indikator BUMD yang sehat penting untuk dijadikan salah satu indikator kinerja disamping indikator pencapaian laba (profitable).

Adapun tahapan pencapaian target RPJMD/Renstra adalah sebagai berikut:

TARGET 2014 2015 2016 2017 2018

Dokumen terkait