• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA CARA WAWANCARA AUTOPSI VERBAL 1. TUGAS PEWAWANCARA

Dalam dokumen PEDOMAN PENGISIAN KUESIONER (Halaman 108-112)

BLOK X. KETERANGAN INDIVIDU A. IDENTIFIKASI RESPONDEN

ISIAN YANG BENAR DI G08 ISIAN DI KMS

C. TATA CARA WAWANCARA AUTOPSI VERBAL 1. TUGAS PEWAWANCARA

1. Mengikuti pelatihan pewawancara.

2. Melakukan kunjungan ke rumah almarhum/ah dan mewawancarai keluarga dari almarhum/ah tersebut yang mengetahui riwayat sakit sebelum meninggal dengan menggunakan Kuesioner Mortalitas yang telah disusun secara terstruktur.

3. Bila almarhum/ah tersebut pernah melakukan rawat jalan atau rawat inap, pewawancara dapat menanyakan keterangan dari dokter/perawat tentang penyakit almarhum/ah serta pemeriksaan penunjang serta hasilnya.

4. Menuliskan semua jawaban responden untuk keterangan terbuka, melingkari jawaban untuk setiap pertanyaan terstruktur yang tertutup serta mengisi lama gejala suatu penyakit yang diderita almarhum/ah sebelum ia meninggal.

5. Membuat resume perjalanan penyakit dari tanda dan gejala yang berhasil diidentifikasi.

6. Memeriksa kelengkapan pengisian setiap kuesioner, dan apabila ada pertanyaan/hal-hal yang terlewati, pewawancara diwajibkan menanyakan kembali pada responden.

7. Membuat daftar rekapitulasi semua responden yang telah berhasil diwawancarai secara lengkap untuk setiap kabupaten.

8. Menyerahkan kuesioner yang sudah lengkap diisi, daftar identitas kasus kematian, dan daftar rekapitulasi semua responden yang telah diwawancarai kepada ketua tim untuk diperiksa kelengkapan pengisiannya dan ditandatangani. Selanjutnya ketua tim menyerahkan ke koordinator kabupaten/provinsi.

2. Tugas Ketua Tim

Tugas pokok ketua tim/ tim peneliti adalah membantu menyelesaikan masalah di lapangan serta melakukan pemeriksaan untuk melihat kelengkapan pengisian setiap kuesioner. Secara umum tugas ketua tim sebagai berikut.

1. Mengikuti pelatihan yang telah ditentukan.

2. Mempersiapkan kegiatan penelitian untuk keesokan harinya.

3. Membantu menyelesaikan masalah yang ditemui pewawancara, mengenai pengisian kuesioner atau masalah teknis lainnya.

4. Memeriksa pengisian kuesioner terutama dalam konsistensi dan kelengkapannya dari setiap pewawancara. Bila pengisian tidak lengkap, atau tidak konsisten maka harus ditanyakan lagi kepada pewawancara.

5. Menandatangani setiap kuesioner yang telah diperiksa di halaman terakhir.

6. Mempertanggungjawabkan semua data hasil penelitian/wawancara autopsi verbal (AV) kejadian kematian dalam kurun waktu 1 tahun sebelum survei.

3. Tugas Koordinator Kabupaten/Provinsi/Pusat

1. Mengikuti pelatihan yang telah ditentukan di tingkat pusat.

2. Mengkoordinasikan pelatihan bersama dengan koordinator dari dinas kesehatan setempat untuk pewawancara.

3. Melakukan supervisi terhadap pewawancara dan ketua tim ketika melakukan pengumpulan data.

4. Menyusun laporan supervisi mengenai permasalahan di lapangan dan penyelesaiannya.

4. Etika Bertamu dan Berwawancara

Pengumpulan data survei dilakukan dengan mengunjungi rumah almarhum/ah. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, harap diperhatikan tatacara berwawancara berikut ini:

1. Usahakan agar kunjungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga responden yang diwawancarai sedang berada di rumah. Jangan mengadakan wawancara jika ada kesibukan dalam rumah tangga tersebut, misalnya upacara atau doa. 2. Pada saat berkunjung hendaknya berpakaian yang wajar dan sopan. Sebelum

memasuki rumah untuk melakukan wawancara, mengetuk pintu, memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan kedatangan anda. Bila perlu tunjukkan surat tugas saudara.

3. Meminta persetujuan kepada responden agar ia bersedia diwawancarai. Pewawancara membacakan naskah persetujuan secara lisan yang tertulis pada kuesioner riset kesehatan dasar.

4. Pada saat wawancara, responden/ ibu dari bayi/ anak yang meninggal diperkenankan ditemani oleh keluarga yang mengetahui proses kelahiran bayi, atau ketika bayi/anak sakit. Hal ini bertujuan agar beberapa jawaban yang kurang jelas dan dilengkapi oleh mereka yang benar mengetahui.

5. Untuk memperoleh keterangan yang baik, lakukan wawancara sesuai dengan yang tertera dalam kuesioner, jika belum jelas pewawancara dapat menerangkan lebih jelas dengan contoh tanpa merubah tujuan daripada pertanyaan.

6. Jangan memberikan tanggapan yang tidak baik terhadap jawaban yang diberikan dan jangan kehilangan kesabaran. Bersikaplah tenang dalam menghadapi suasana yang tidak diinginkan.

7. Setelah selesai melakukan wawancara, jangan lupa mengucapkan terima kasih dan memberitahukan tentang kemungkinan kunjungan ulang bila masih ada keterangan yang diperlukan.

8. Lakukan kunjungan ulang jika diperlukan. Hal ini mungkin terjadi jika pada kunjungan pertama keterangan yang diperlukan masih kurang atau terlewati.

5. Teknik Wawancara

Wawancara adalah proses komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain (satu atau lebih) dengan maksud tertentu melalui pengungkapan perasaan, pengertian, dan kegiatan nyata serta menggunakan bahasa atau isyarat yang dipahami (Greenhill, 1978). Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi, menggali perilaku, memberikan nasihat atau bahkan menumbuhkan hubungan personal secara baik.

Wawancara dalam rangka mencari atau menentukan penyebab kematian melalui teknik autopsi verbal, membutuhkan keterampilan dan seni tersendiri. Keterampilan yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi adalah keterampilan mikro yaitu berupa:

a. Keterampilan empati: keterampilan ini diawali dengan membangun dan menumbuhkan kesan baik pada komunikan, memberi respon atas pernyataan komunikan.

b. Keterampilan mendengarkan: keterampilan mendengarkan dengan perhatian penuh, baik pada isi pesan maupun pada sikap tubuh penyampai pesan.

c. Keterampilan mengenal bahasa tubuh: mengenal perubahan mimik wajah, sikap duduk, gerakan mata, tangan dan isyarat yang disampaikan oleh komunikan. d. Keterampilan menggali pertanyaan lebih dalam: kemampuan menggali informasi

yang lebih lengkap dan biasanya diawali dengan kata apa, bagaimana, mengapa, dapatkah ibu jelaskan lebih lanjut dan lainnya.

Keterampilan mikro di atas merupakan modal dasar dalam melakukan wawancara, namun demikian sikap dan keterampilan tersebut masih harus dilengkapi dengan pemahaman akan isi wawancara. Dalam hal AV, maka pemahaman akan seluruh isi atau jenis pertanyaan yang diajukan hendaknya sudah dikuasai dengan benar. Sebaiknya dalam melakukan wawancara tidak memotong pernyataan atau pembicaraan responden yang sedang diwawancarai apabila dalam mengungkapkan perasaannya atas kematian bayinya, terlebih lagi bayi tersebut sangat diharapkan (contoh: anak pertama/anak yang diidamkan). Dengan demikian, untuk menjalin hubungan yang komunikatif pewawancara perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan responden. Hal ini akan meyakinkan responden bahwa anda memperhatikan permasalahannya.

• Gunakan kata-kata yang dimengerti oleh responden.

• Berikan responden cukup waktu untuk menjawab pertanyaan.

Beberapa pertanyaan mungkin dirasakan sangat pribadi atau menyinggung responden. Untuk alasan ini, pewawancara AV harus memakai bahasa yang santun dan halus, yang memperlihatkan rasa hormat, sabar dan rendah hati.

Dalam bagian Resume Riwayat Sakit penting bahwa pewawancara AV menuliskan riwayat kejadian seperti yang dituturkan oleh responden, tanpa menambah atau menguranginya. Ini adalah ‘cerita’ tentang apa yang menyebabkan kematian dan bukan riwayat medik. Riwayat ini mungkin merupakan rentetan gejala penyakit dan kesehatan pasien secara umum sebelum kematiannya atau merupakan kejadian-kejadian yang menyebabkan kematian.

Pewawancara AV harus menanyakan tiap pertanyaan dalam daftar gejala dan lama gejala sebagaimana tercantum dalam kuesioner. Untuk gejala yang memerlukan informasi tentang lama gejala, pewawancara pertama-tama harus mencari tahu apakah almarhum/ah mengalami gejala khusus. Jika gejala itu ada, maka pewawancara kemudian harus menanyakan lama gejala tersebut dialami, dan menuliskan informasi ini (bulan, minggu atau kombinasi keduanya) pada kotak sesuai yang disediakan. Jika almarhum/ah tidak mengalami gejala, pewawancara harus menuliskan tanda strip (-) pada tempat yang tersedia.

Mencatat semua jawaban lisan (riwayat sakit neonatal, balita dan umur 5 tahun ke atas) dari responden dengan teliti, lengkap dan jelas. Apabila jawaban responden kurang jelas, pewawancara harus melakukan probing dengan mencoba menggali tambahan informasi dengan menyampaikan pertanyaan tambahan yang tepat dan netral. Apabila jawaban tidak konsisten pewawancara harus menanyakan ulang. Untuk jawaban “tidak tahu”, pewawancara tidak boleh merasa cepat puas, dan harus menggali lebih jauh, karena mungkin:

1) Responden tidak mengerti pertanyaan 2) Responden sedang berpikir

3) Responden tidak mau menyampaikan informasi yang sesungguhnya 4) Responden betul-betul tidak tahu

Untuk istilah teknis yang kurang dimengerti oleh responden, pewawancara mengupayakan memakai padanan istilah setempat. Setelah menyelesaikan wawancara, pewawancara AV harus memastikan bahwa tiap pertanyaan dalam kuesioner telah ditanyakan (kecuali pertanyaan yang dilompati) sebelum meninggalkan rumah tangga tersebut. Sebelum meninggalkan rumah responden, pewawancara memeriksa kembali semua pertanyaan, apakah telah terjawab dan apakah antar jawaban konsisten. Bila belum lengkap/ ada yang tidak konsisten pada jawaban responden, maka pewawancara mengulangi pertanyaan tersebut (kalau perlu melakukan probing) sampai mendapatkan jawaban yang benar. Apabila semua jawaban telah lengkap dan konsisten, pewawancara menyampaikan ‘ucapan terima kasih’ atas kesediaan responden menjawab semua pertanyaan, dan menekankan kembali bahwa jawaban responden terjamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesehatan masyarakat.

D. Tata cara pengisian kuesioner autopsi verbal

KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV)

UNTUK UMUR < 29 HARI

I. PENGENALAN TEMPAT

Prov Kab/ Kota Kec Desa/Kel D/K No. Blok Sensus Blok Sensus No. Sub No Kode Sampel sampel RT No. urut

Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT

I. Pengenalan Tempat. Tuliskan kode pengenalan tempat mulai dari provinsi sampai nomer urut sampel rumah tangga, dengan menyalin dari Blok I. Pengenalan Tempat RKD07.RT.

II. KETERANGAN YANG MENINGGAL

1a Nama yang meninggal 1b. No.urut yg meninggal: ...

Kutip dari RKD07.RT Blok V kolom 2

2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 3 Tanggal Lahir tanggal.../ bulan..../ tahun...

/ /

4 Tanggal meninggal tanggal.../ bulan..../ tahun...

/ /

Jika tanggal lahir dan tanggal yang meninggal sama, apakah bayi ketika lahir sempat bernafas, menangis lemah atau bergerak? Jika TIDAKÆ BAYI LAHIR MATI, isikan angka 98 pada P5a, 5b

Jika YA Æ BAYI LAHIR HIDUP, tanya umur bayi saat meninggal (TULISKAN “88” BILA TIDAK TAHU)

5 Umur saat meninggal a. ...jam

b. ...hari

6 Di mana tempat meninggal? 1. Di fasilitas kesehatan 3. Di perjalanan 2. Di rumah 4. Lainnya, ...

1a. Nama yang meninggal Tuliskan nama yang meninggal yang terjadi dalam rumah tangga tersebut, dapat dilihat dari kuesioner RKD07.RT, hanya diambil kejadian kematian dalam kurun waktu 1 tahun sebelum survei sampai dengan survei dilaksanakan. Bila bayi yang meninggal belum diberi nama, tuliskan bayi Nyonya …….. (nama ibunya). Dalam satu rumah tangga dapat terjadi lebih dari satu kematian dalam kurun waktu 1 tahun.

1b. Nomor urut yang meninggal: Tuliskan nomor urut almarhum/ah dari Blok V kolom (2) RKD07.RT.

2. Jenis kelamin: Isikan dalam kotak kode jenis kelamin almarhum/ah, 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Tanggal lahir

Tanyakan saat almarhum/ah lahir secara rinci kapan tanggal/bulan/tahun. Bila tidak tahu tanggalnya, tuliskan 88 pada kolom tanggal, isikan bulan dan tahun lahir. Jika bulan tidak tahu isikan 88 pada kolom bulan, dan tuliskan tahun tanggal lahir.

RKD07-AV.1 RAHASIA

Dalam dokumen PEDOMAN PENGISIAN KUESIONER (Halaman 108-112)