• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata kelola TIK dengan SNI atau Standar Lainya

Dalam dokumen Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 10); (Halaman 152-180)

D. Misi 4: Layanan Infrastruktur TIK Terpadu dan Teramankan

12 Raised Floor Ketinggian 110 Unit Luas Area 39 m2

5.7. Tata Kelola TIK

5.7.2. Tata kelola TIK dengan SNI atau Standar Lainya

SPBE mengamanatkan 8 manajemen dan 3 audit teknologi, di mana hal tersebut sesuai dengan kebutuhan organisasi / instansi pemerintah untuk suksesnya penerapan SPBE. Berikut ini rencana penerapan 8 manajemen SPBE dan penerapan SNI atau standar lainnya.

a. Manajemen Risiko

Manajemen risiko di BSN mengacu kepada SNI ISO/IEC 31000:2018 dan saat ini sudah diterapkan di BSN secara rutin. SNI ISO 31000:2018 terdiri atas tiga komponen, yaitu prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko. Penerapan di BSN sangat membantu terutama dengan prinsip memberikan panduan tentang karakteristik manajemen risiko yang efektif dan efisien. Kerangka kerja membantu integrasi manajemen risiko ke dalam aktivitas dan fungsi organisasi. Proses melibatkan penerapan sistematis kebijakan, prosedur, dan praktik pada aktivitas manajemen risiko. Dengan kata lain, prinsip adalah fondasi dasar manajemen risiko, kerangka kerja adalah sistem manajemen risiko dengan siklus PDCA, sedangkan proses adalah kegiatan nyata pengelolaan risiko.

5—140 Manajemen risiko di BSN dikoordinasi dan dilaksanakan terpadu antara Inspektorat, biro SDMOH dan Pusdatin, dan saat ini juga dimanfaatkan untuk mendukung Reformasi Birokrasi BSN.

Bagan di atas memperlihatkan bagaimana alur manajemen risiko di BSN berjalan, mulai dari identifikasi risiko sampai dengan penetapan konteks risiko PSBE. Seluruh tahap harus dijalankan, agar diperoleh hasil yang baik dalam hal manajemen risiko.

Untuk menjalankan manajemen risiko secara terstruktur di BSN, maka dibentuk struktur manajemen risiko seperti di bawah ini:

Gambar 5-27 Alur Manajemen Risiko di BSN

5—141 Informasi Umum

Nama KMR SPBE

Koordinator: Sekretariat Utama, Anggota: Biro PKU, Biro SDMOH, Pusdatin, Seluruh unit eselon 2 di Deputi Pengembangan, Deputi Penerapan, Deputi Akreditasi dan Deputi SNSU

Tugas KMR SPBE

menyelenggarakan perumusan dan penetapan kebijakan, pengendalian, pemantauan, dan evaluasi penerapan kebijakan Manajemen Risiko SPBE

Fungsi KMR SPBE

a. penyusunan dan penetapan kebijakan Manajemen Risiko SPBE;

b. penyusunan dan penetapan kerangka kerja dan pedoman pelaksanaan Manajemen Risiko SPBE;

c. penyusunan dan penetapan pakta integritas Manajemen Risiko SPBE; d. penyusunan dan penetapan konteks

Risiko SPBE;

e. pengendalian proses Risiko SPBE melalui komunikasi dan konsultasi, pencatatan dan pelaporan, serta pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan Manajemen Risiko SPBE; dan

f. pelaksanaan komitmen pimpinan dan penerapan budaya sadar Risiko SPBE. Periode Waktu 1 Januari - 31 Desember 2020

5—142 Informasi Umum

Nama UKR SPBE Inspektorat

Tugas UKR SPBE

melaksanakan pengawasan terhadap penerapan kebijakan Manajemen Risiko SPBE di semua UPR SPBE

Fungsi UKR SPBE

a. penyusunan kebijakan pengawasan terhadap penerapan Manajemen Risiko SPBE;

b. pelaksanaan pengawasan intern terhadap penerapan Manajemen Risiko SPBE di semua UPR SPBE melalui audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pelaksanaan konsultasi dan asistensi kepada UPR SPBE dalam penerapan Manajemen Risiko SPBE;

d. penyusunan dan penyampaian rekomendasi terhadap efektivitas penerapan Manajemen Risiko SPBE kepada KMR SPBE dan UPR SPBE; dan

e. pelaksanaan konsultasi dan asistensi kepada UPR dalam pembinaan budaya sadar Risiko SPBE

5—143 Informasi Umum

Nama UPR SPBE Pusat Data dan Sistem Informasi

Tugas UPR SPBE melaksanakan penerapan Manajemen Risiko SPBE pada Dinas Komunikasi dan Informasi

Fungsi UPR SPBE

a. penyusunan dan penetapan penilaian Risiko SPBE dan rencana pelaksanaan Manajemen Risiko SPBE termasuk rencana kontinjensi penanganan Risiko SPBE di Dinas Komunikasi dan Informasi;

b. pelaksanaan koordinasi penerapan Manajemen Risiko SPBE kepada semua pemangku kepentingan;

c. pelaksanaan operasional Manajemen Risiko SPBE yang efektif melalui komunikasi dan konsultasi, pencatatan dan pelaporan, serta pemantauan dan evaluasi; dan

d. pelaksanaan pembinaan budaya sadar Risiko SPBE melalui sosialisasi, bimbingan, pelatihan, dan supervisi penerapan Manajemen Risiko SPBE; Periode Waktu 1 Januari - 31 Desember 2020

b. Manajemen Data

Dalam tata kelola manajemen data, BSN mengacu kepada:

 Permen PPN / Kepala Bappenas no 16 tahun 2020 tentang Manajemen Data Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.

Manajemen data adalah aktivitas manajerial yang menggunakan teknologi sistem informasi dalam menjalankan tugas

5—144 pengelolaan data organisasi untuk memenuhi kebutuhan informasi semua stakeholder bisnis.

ISO/TS 8000-150:2011 Data quality — Part 150: Master data:

Quality management framework.

BSN juga mencoba memanfaatkan ISO/TS 8000-150:2011 meskipun belum sepenuhnya diterapkan. ISO 8000 adalah standar global untuk Kualitas Data dan Data Master Organisasi . Ini menjelaskan fitur dan menentukan persyaratan untuk pertukaran standar Data Master di antara mitra bisnis. Ini menetapkan konsep Portabilitas sebagai persyaratan untuk Data Master Perusahaan, dan konsep bahwa Data Master Perusahaan yang sebenarnya adalah unik untuk setiap organisasi.

Aktor yang berperan penting dalam manejemen data di BSN ialah:

 Produsen data

 Pembina data

 Wali data

 Pengguna data

5—145 Dalam gambar di atas, terlihat bagaimana manajemen data di BSN, mulai

dari sumber data (produsesn data), wali data, sampai dengan pengguna data. Dalam gambar terlihat bagimana pemrosesn data melalui extract, tranfsorm dan load yang akan menghasilkan informasi, dalam hal ini informasi ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai digital dashboard.

Penjelasan beberapa hal menyangkut gambar manajamen data di atas ialah sebagai berikut:

 Sumber data

SUmber data utama di BSN ialah dari Biro SDMOH yang menghasilkan data kepegawaian, dan juga dari deputi Pengembangan yang menghasilkan data SNI, serta dari deputi Akreditasi yang menghasilkan data LPK (Lembaga Penilaian Kesesuaian).

 Validitas data

Data dari 3 sumber data di atas digunakan oleh seluruh unit kerja di BSN sebagai data dasar untuk masing-masing aplikasi yang ada di seluruh BSN. Validitas data terjaga, karena semua aplikasi menggunakan sumber data yang sama, sehingga menghindari terjadinya redudansi maupun anomali data.

 Kualitas data

Hasil akhir dari sumber data dan pemrosesan terhadap data adalah berupa informasi yang kualitasnya bisa diandalkan. Kualitas data dan informasi yang dihasilkan menjadi tinggi karena pemrosesan data dilakukan dengan kompilasi dan kolaborasi seluruh aplikasi yang ada di BSN.

c. Manajemen Aset

Dasar hukum pengelolaan aset SPBE di BSN ialah:

 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

5—146

 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Badan Standardisasi Nasional

 Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 10 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional

 Peraturan Menteri PANRB Nomor 20 tahun 2018 tentang Pedoman Evaluasi Kelembagaan Instansi Pemerintah

 SNI ISO 9001:2015,

 SNI ISO/IEC 27001:2013,

 SNI ISO 37001:2016

Penerapan manajemen aset di BSN mengacu kepada SNI ISO/IEC 55001:2014 tentang Manajemen Aset. ISO 55001 adalah standar ISO yang menetapkan prasyaratan untuk sistem manajemen aset. Standar ini memberikan kerangka kerja untuk pembentukan dan pengaturan tujuan, kebijakan, proses, pemerintahan, dan fasilitas yang terlibat dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Standar ini menyoroti pentingnya memiliki sistem manajemen.

ISO 55001 tidak memasukkan atau memberikan spesifikasi finansial, teknis, atau akuntansi tertentu untuk mengelola berbagai jenis aset. ISO 55001 menggunakan sistem yang terorganisir dan efektif untuk mendorong peningkatan dan penciptaan nilai yang berkelanjutan. Hal ini dimungkinkan dengan mengelola semua aset secara efektif termasuk biaya, risiko, dan kinerja yang terkait dengan aset-aset ini. Koordinator manajemen aset di BSN ialah Biro Perencanaan, Keuangan, Umum dan Pengadaan.

Dalam pengelolaan manajemen aset SPBE, BSN telah menerbitkan beberapa prosedur untuk pedoman pengelolaan aset SPBE, yitu:

 F.SID.5.0.1 Formulir Rekomendasi Kebutuhan Perangkat TI

 F.SID.5.0.2 Pengecekan Aset TI

 F.SID.5.0.3 Pemeriksaan Aset Perangkat TI

5—147

 F.SID.5.0.5 Logbook aset TI

 F.SID.5.0.6 Peminjaman Asset TI

 F.SID.5.0.7 Berita Acara serah terima aset TI

 F.SID.5.0.8 Berita Acara Pengembalian aset TI

 F.SID.5.0.9 Laporan Manajemen Kapasitas Aset

 IK.SID.5.1. Pemusnahan Aset TI P.SID.10

d. Manajemen Keamanan Informasi

Penerapan manajemen keamanan informasi di BSN mengacu kepada SNI ISO/IEC 27001:2013, yang sudah diterapkan di BSN sejak 2019 dan mendapatkan sertifikasi untuk lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi (Pusdatin). SNI ISO/IEC 27001:2013 adalah standar internasional yang diakui secara global untuk mengelola risiko terhadap keamanan informasi. Standar ini mengadopsi pendekatan proses untuk menetapkan, menerapkan, operasi, pemantauan, pengkajian, memelihara, dan meningkatkan keamanan informasi.

SNI ISO/IEC 27001:2013 menerapkan prinsip PDCA (plan, do, cehck, act), dan ini sangat relevan dengan konsep SPBE yang juga menjalankan prinsip perbaikan berkelanjuta.

5—148 Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, BSN berusaha memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan, termasuk Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2019 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) adalah penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan layanan kepada Pengguna SPBE.

Dengan merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2019 tersebut, Badan Standardisasi Nasional menyusun konsepsi penerapan SPBE dengan menggunakan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act).

5—149 Pengendalian operasional sistem manajemen keamanan informasi dikoordinasikan oleh Kepala Pusat Sistem Informasi dan Tata Kelola Data, dengan mengacu pada:

1) P.SID.1 Pengelolaan Risiko Keamanan Informasi 2) P.SID.2 Klasifikasi Kerahasiaan Informasi 3) P.SID.3 Pengelolaan Pelanggan

4) P.SID.4 Antivirus

5) P.SID.5 Pengelolaan Aset 6) P.SID.6 Kepedulian 7) P.SID.7 Komunikasi

8) P.SID.8 Penanganan Insiden (CSIRT)

9) P.SID.9 Pengelolaan Media SImpan Bergerak 10) P.SID.10 Pengelolaan Perangkat Bergerak 11) P.SID.11 Pengendalian Teleworking

12) P.SID.12 Pengendalian Aplikasi Pihak Ketiga 13) P.SID.13 Pengelolaan Server dan Jaringan

14) P.SID.14 Pengelolaan Pusat Data dan Ruang Server 15) P.SID.15 Pengendalian Akses

16) P.SID.16 Kriptografi

17) P.SID.17 Pengelolaan Password 18) P.SID.18 Autentikasi

5—150 20) P.SID.20 Pengelolaan Database

21) P.SID.21 Program Utilitas 22) P.SID.22 Pengelolaan Website

23) P.SID.23 Pengendalian keamanan Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi

24) P.SID.24 Tim SMKI

25) P.SID.25 Pengelolaan Lingkungan Kerja 26) P.SID.26 Sasaran SMKI dan SMLIT 27) P.SID.27 Keberlanjutan Operasional Kerja 28) P.SID.28 Pengelolaan Pemasok

Pengendalian operasional sistem manajemen keamanan informasi didukung oleh aplikasi sistem informasi e-smki

5—151 e. Manajemen Layanan

Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kepada seluruh unit kerja di BSN dan juga kualitas layanan masyarakat, maka BSN– khususnya

5—152 Pusdatin – menerapkan SNI ISO/IEC 20000-1:2018 tentang Sistem Manajemen Layanan Teknologi Informasi (SMLTI). Penetrasi penerapan SNI ISO/IEC 20000-1:2018 dilakukan sejak tahun 2019 dan saat ini sudah sampai pada tahap penerapan di Pusdatin, khususnya layanan teknologi informasi.

Kerangka dari ISO/IEC 20000 terdiri dari dua bagian yaitu spesifikasi untuk manajemen layanan TI dan aturan pelaksanaan untuk manajemen layanan.

1) Pertama adalah ISO 20000-1, bagian ini memaparkan mengenai penggunaan pendekatan proses terintegrasi untuk layanan terkelola sesuai kebutuhan bisnis dan pelanggan secara efektif. 2) Bagian kedua, ISO 20000-2, bagian ini menjelaskan mengenai

suatu aturan pelaksanaan dan penjelasan untuk manajemen layanan didalam lingkup ISO 20000-1.

5—153 Standar SNI ISO/IEC 20000-1:2018 menetapkan persyaratan bagi organisasi untuk menetapkan, menerapkan, memelihara, dan terus meningkatkan sistem manajemen layanan atau service management

system (SMS). Persyaratan yang ditentukan dalam standar ini termasuk

perencanaan, desain, transisi, pengiriman dan peningkatan layanan untuk memenuhi persyaratan layanan dan memberikan nilai. Standar ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2005 dan kemudian diperbarui pada tahun 2011. Versi ketiga, revisi yang sepenuhnya dari standar (disebut SNI ISO / IEC 20000: 2018, dirilis pada 15 September 2018).

Di bawah ini adalah tabel ketersediaan prosedur sistem manajemen layanan teknologi informasi (SMLTI) di Pusdatin BSN:

No Layanan

Dokumen Yang tersedia

No Dok Judul

1. Layanan perbaikan perangkat lunak peralatan TIK (PC/Laptop)

P.SID.5 Pengelolaan Aset

2. Layanan akses teleworking P.SID.11 Teleworking

P.SID.10 Pengelolaan Perangkat Bergerak 3. Layanan instalasi perangkat lunak P.SID.12 Instalasi Aplikasi Pihak Ketiga 4. Layanan pengelolaan server

penyimpanan mandiri

P.SID.13 Pengelolaan Server dan Jaringan

5. Layanan email P.SID.19 Email 6. Layanan pengelolaan informasi

melalui web site

P.SID.15 Pengelolaan Akses P.SID.22 Pengelolaan Website 7. Layanan Pengembangan Aplikasi

Sistem Informasi

P.SID.23 Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi

8. Layanan Perbaikan Aplikasi Sistem informasi standar dan penilaian kesesuaian

P.SID.24 Perbaikan aplikasi

9. Layanan penyelenggaraan Video Conference

P.SID.25 Video conference

10. Layanan penyambungan koneksi LAN & Wifi

P.SID.26 Koneksi LAN dan Wifi

11. Layanan permohonan dan penyajian data dan informasi

5—154 f. Manajemen SDM SPBE

Manajemen SDM SPBE di BSN dikoordinir oleh biro Sumber Daya Manusia, Organisasi dan Hukum yang juga merupakan sekretariat Sistem Manajemen Mutu (SMM) BSN yang menerapakan SNI 90001 tentang Manajemen Mutu. Khusus untuk SDM di Pusdatin, maka manajemen SDM juga termuat dalam kalusul pada SNI ISO/IEC 27001:2013 tentang Sistem Manajemen Kemanan Informasi (SMKI).

Biro SDMOH bekerja sama dengan seluruh unit kerja di BSN melakukan manajeman SDM dengan tahap-tahap sebagai berikut:

 Perencanaan

Perencanaan pegawai adalah suatu kegiatan yang dilakukan organisasi untuk meningkatkan jumlah pegawai beserta persyaratan kualifikasi untuk kurun waktu tertentu, agar mammpu melaksanakkan tugas yang dalam suatu organisasi secara baik. Tujuan dari perencanaan pegawai ini antara lain: agar penarikan pegawai didasarkan pada kebutuhan yang nyata, agar pekerjaan yang ada dapat diselesaikan dengan baik.

 Pengembangan

Adapun pengembangan pegawai didefinisikan sebagai proses di mana karyawan, dengan dukungan atasannya, menjalani berbagai program pelatihan karyawan untuk meningkatkan keterampilannya dan memperoleh pengetahuan, juga keterampilan baru. Pengembangan pegawai merupakan investasi bagi perusahaan

 Pembinaan

Pembinaan pegawai adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Dari ketiga defenisi tersebut, jelas bahwa pembinaan pegawai dilaksanakan untuk pertumbuhan dan kesinambungan kualitas pegawai dalam suatu organisasi.

 Pendayagunaan

Pendayagunaan pegawai sendiri adalah pengembangan hak dan tanggung jawab seorang pegawai terhadap organisasi, dengan

5—155 membuat pegawai yang bersangkutan lebih mampu dalam menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan yang dibebankan kepadanya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Khusus ntuk SDM di Pusdatin BSN, maka harus memenuhi kompetensi pemahaman terhadap hal-hal sebagai berikut:

 Proses Bisnis SPBE

 Arsitektur SPBE

 Data dan Informasi

 Keamanan SPBE

 Aplikasi SPBE

 Infrastruktur SPBE

g. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan atau Management of Change adalah sebuah upaya dan pendekatan yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis yang

5—156 dimanfaatkan guna membantu individu, tim ataupun organisasi dengan menerapkan sarana, sumber daya dan pengetahuan dalam merealisasikan perubahan dari kondisi sekarang menuju suatu kondisi yang lebih baik secara efisien dan efektif untuk memperkecil dampak dari proses perubahan itu.

Manajemen perubahan adalah sebuah proses yang mengadopsi pendekatan manajemen, yakni planning, organizing, actuating, dan controlling guna melakukan suatu perubahan pada suatu perusahaan.

Keberhasilan dalam melaksanakan manajemen perubahan sangat dipengaruhi oleh kemampuan Pemerintah daerah dalam memperoleh dukungan dari para pengampu kepentingannya. Oleh sebab itu, dalam manajemen perubahan ini, perlu kiranya dilakukan identifikasi pengampu kepentingan yang terlibat pada proses perubahan pengembangan SPBE, berikut identifikasi pengampu kepentingan tersebut diantaranya:

1. Kepala Instansi, yaitu Kepala BSN.

2. Pimpinan Instansi seperti Sekretaris utama dan setiap pimpinan eselon 1.

5—157 3. Direktorat dan unit kerja penyelenggara TIK (Penyelenggara

Sistem Elektronik). 4. ASN di lingkup BSN. 5. Pengguna Layanan BSN.

Proses perubahan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai yang diharapkan apabila didukung oleh tim melakukan perencanaan, implementasi dan monev terhadap manajemen perubahan. Tim manajemen perubahan memiliki beberapa tugas diantaranya:

 Menyusun perencanaan manajemen perubahan sesuai dengan arah dan prioritas program pengembangan TIK.

 Melakukan identifikasi terhadap resistensi serta kendala dalam pengembangan TIK

 Menyusun strategi perubahan untuk mengimplementasikan program pengembangan TIK.

 Memberikan sosialisasi untuk mendorong setiap unit kerja untuk mendukung program pengembangan TIK sesuai dengan rencana induk yang di tetapkan.

Melakukan monitoring dan evaluasi selama implementasi proses perubahan dalam pengembangan TIK.

Tim manajemen Perubahan ini terdiri dari:

Program Management Office (PMO): sekretaris Utama

 Level Strategis: Kepala BSN dan para Deputi

 Level Taktis: Seluruh Direktur dan pejabat setingkat eselon 2

 Level Operasional: Agen Perubahan / perwakilan unit kerja

Agen Perubahan adalah ASN yang dapat menggerakkan perubahan pada lingkungan kerjanya dan sekaligus dapat berperan sebagai teladan (role model)

5—158 bagi setiap ASN yang lain untuk membina implementasi TIK, memberikan layanan serta membangun inisitaif TIK. Agen TIK juga memahami proses birokrasi (proses Bisnis) yang ada di unit kerjanya untuk selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk sistem informasi.

Kriteria Agen Perubahan:

1. Memahami proses bisnis / birokrasi di unit kerjanya

2. Memiliki pengetahuan TIK secara umum serta konsep-konsep Teknis sistem informasi

3. Mengerti, memahami dan melaksanakan inisiatif untuk merubah kinerja manual menjadi berbasis komputer

Strategi perubahan dalam implementasi SPBE ini terdapat tahapan capaian implementasi tiap tahunnya yang terbagi dalam 3 kategori: tata kelola, infrastruktur dan aplikasi. Persentase capaian secara umum dimulai dari tahun 2020 dan terjadi perubahan secara linier ataupun rerata di setiap tahunnya hingga sampai dengan tahun 2024 adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2020 ditandai dengan adanya pandemi Covid-19 di awal tahun, yang menyebabkan terjadinya perubahan besar-besaran terhadappemanfaatan TIK dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pekerjaan dan kegiatan perkantoran. Untuk tahun pertama pada tahun 2020, maka BSN memberikan porsi yang lebih tinggi terdapat pada perubahan tata kelola SPBE yang memiliki persentase 50 %. Porsi yang lebih besar dibanding 2 bagian yang lainnya dikarenakan tata kelola merupakan fondasi untuk pelaksanaan SPBE. Pada tahun pertama kedua ini memiliki porsi yang lebih besar karena terdapat berbagai kegiatan yang perlu dilakukan diantaranya, membuat regulasi terkait implementasi SPBE, menyusun SOP implementasi SPBE serta perencanaan implementasi SPBE. Namun untuk tahun berikutnya sampai dengan tahun ke enam pada tahun 2023 porsi tata

5—159 kelola ini dikurangi seiring dengan kegiatannya yang hanya

me-review dan monev terhadap implementasi SPBE.

2. Untuk bagian infrastruktur, porsi dari tahun 2020 sampai dengan 2024 secara konstan diberikan 30%, agar infrastruktur memiliki porsi untuk memperbaharui dan meng-update infrastruktur yang ada.

3. Untuk porsi aplikasi pada tahun pertamamengalami kenaikan yang cukup signifikan meskipun prosinya hanya 20% dikarenakan pembangunan aplikasi perlu bertahap semakin besar dan menyeluruh seiring dengan perkembangan teknologi dan tuntunan peningkatan pelayanan publik. Secara bertahap pengembangan meningkat secara eksponensial dalam 5 tahun. Diharapkan pada dua atau satu tahun terakhir aplikasi yang terdapat pada SPBE sudah terbangun semua dan masuk ke tahap terintegrasi secara menyeluruh.

Berikut adalah gambaran 3 langkah implementasi SPBE dari kurun waktu 2020 sampai dengan 2024, tidak semua unit kerja paham sepenuhnya atas perencanaan pengembangan SPBE, tidak seluruh unit kerja secara serentak memahaminya, ada sebagian yang langsung paham dan segera mengembangan SPBE nya akan tetapi ada juga yang membutuhkan waktu yang relatif lama. Setelah seluruh unit kerja paham maka pengembangan sistem di unit kerja bisa langsung lancar dan bahkan tumbuh inovasi baru yang jauh lebih baik dari yang sekedar standar dari kebijakan pemanfaatan aplikasi umum.

Ada 3 langkah pelaksanaan pengembangan SPBE di BSN selama kurun waktu 2020 sampai dengan 2024 diantaranya:

Tahap 1 langkah paham, yang berarti setiap stakeholder dalam mengimplementasikan SPBE mulai memahami bagaimana dan apa saja yang perlu dilakukan dalam mendukung implementasi SPBE, setiap ASN di BSN khususnya pejabat dan pemangku kepentingan di BSN harus paham visi misi penerapan SPBE agar kegiatan yang dilakukan setiap stakeholder selaras dengan visi misi BSN.

5—160

 Tahap 2 adalah Implementasi, disini setiap ASN khususnya pejabat dan pemangku kepentingan di BSN sudah dapat mengimplementasikan SPBE di unit kerjanya. Ketika setiap unit kerja sudah berkontribusi dalam mengimplementasikan SPBE,

 Tahap 3 yang dapat dicapai adalah seluruh unit kerja dapat melakukan inovasi dalam mendorong peningkatan implementasi SPBE di BSN. Inovasi yang dilakukan setiap unit kerja bertujuan dalam peningkatan layanan publik serta birokrasi internal sesuai tupoksinya dalam rangka mewujudkan good governance yang selaras dengan langkah program reformasi birokrasi.

Perubahan bisa dilakukan dengan cara membuat peraturan yang termaktub didalamnya adalah reward dan punishment, atau dilakukan dengan mensosialisasikan secara intensif atau memberikan diklat / peningkatan pendidikan, ataupun juga kombinasi ketiganya tergantung kultur kerja di BSN

h. Manajemen Pengetahuan

Di BSN unit kerja yang menjadi koordinator terhadap manajemen pengetahuan ialah Pusat Riset dan Pengembangan (Pusrisbang). Standar yang bisa menjadi acuan terhadap penerapan manajemen perubahan ISO

5—161 30401:2018 tentang Knowledge management systems -Requirements. Manajemen Pengetahuan adalah kumpulan perangkat, teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi, meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman.

Aplikasi yang mendukung manajemen pengetahuan di BSN antara lain ialah: eLearning, Akses SNI dan portal BSN.

Informasi senantiasa mengisi segala aspek kehidupan, mulai dari lingkup individu, keluarga, sosial, hingga lingkup kelompok dan organisasi. Begitu pula bagi suatu organisasi, apapun jenis organisasinya, informasi merupakan salah satu jenis sumber daya yang paling utama. Karena informasi, orang-orang di dalam suatu organisasi memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sehingga informasi menjadi penuntun bagi siapapun saat melakukan aktivitas keorganisasian. Dari sinilah kemudian muncul apa yang dinamakan pengetahuan.

Pengetahuan dari organisasi dapat menjadikan organisasi tersebut memahami tujuan keberadaannya. Diantara tujuan yang terpenting adalah bagaimana organisasi memahami cara mencapai tujuannya. Organisasi-organisasi yang sukses, adalah Organisasi-organisasi yang secara konsisten menciptakan pengetahuan.

5—162 Melihat perannya yang begitu penting bagi suatu organisasi, maka semua

Dalam dokumen Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 10); (Halaman 152-180)