• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.4. Tax Evasion

Tax Evasion merupakan praktik penyelundupan pajak secara ilegal, yang telah melanggar Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berlaku. Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai manipulasi secara ilegal atas penghasilan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.

Berikut ini adalah beberapa definisi dari tax evasion yang terdapat dalam Zain (2003: 49-50) :

1. Harry Graham Balter

Tax evasion adalah usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Ernest R. Mortenson

Tax evasion adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan Wajib Pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak.

3. N. A. Barr, S. R. James, A. R. Prest

Tax evasion adalah manipulasi secara ilegal atas penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.

Penjelasan terperinci diberikan oleh Leon Yudkin dalam Zain (2003:43) yang berpendapat bahwa Wajib Pajak cenderung menyelundupkan pajak yaitu usaha penghindaran pajak yang terhutang secara ilegal, sepanjang Wajib Pajak tersebut mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa akibat dari perbuatannya tersebut kemungkinan besar mereka tidak akan dihukum serta yakin pula bahwa rekan-rekannya juga melakukan hal yang sama.

Zain (2003) juga menambahkan bahwa kecenderungan-kecenderungan yang dimaksud dalam asumsi-asumsi di atas bisa diatasi, jika dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tercantum dengan jelas hak, kewajiban dan sanksi baik untuk Wajib Pajak maupun fiskus (aparat perpajakan) serta usaha untuk menutup celah atau lubang-lubang (loopholes) yang mungkin akan digunakan untuk melakukan penyelewengan pajak baik oleh Wajib Pajak maupun fiskus sendiri.

Menurut Zain (2003:6), pajak merupakan salah satu alat yang penting bagi pemerintah dalam mencapai tujuan ekonomi, politik dan sosial yang mengandung berbagai sasaran sebagai berikut:

a. Pengalihan sumber dana dari sektor swasta ke sektor pemerintah.

b. Pendistribusian beban pemerintah secara adil dalam kelas-kelas penghasilan (vertical equity) dan secara merata bagi masyarakat yang berpenghasilan sama (horizontal equity).

c. Mendorong pertumbuhan ekonomi, stabilisasi harga dan perluasan kesempatan kerja.

Berbagai definisi-definisi pajak dari berbagai ahli diatas serta dari penjelasan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan jelas menyatakan bahwa tax evasion merupakan praktik yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk mengurangi utang pajaknya dengan cara ilegal, yakni melanggar Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Permasalahan perpajakan menurut Zain (2005:9) meliputi:

a. Bahwa para pembayar pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terutang sekecil mungkin, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan cara penghindaran pajak (tax avoidance) dan/atau penghematan pajak (tax saving).

b. Bahwa para pembayar pajak cenderung untuk melakukan penyelundupan pajak (tax evasion), baik unilateral evasion maupun bilateral evasion, sepanjang pembayar pajak tersebut mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa kemungkinan besar akibat dari perbuatannya tersebut tidak akan dilakukan tindakan penyidikan serta yakin pula bahwa perbuatan tersebut telah membudaya di antara para pembayar pajak.

c. Bahwa para pembayar pajak tidak begitu khawatir dan tidak takut akan keterapan pajak serta sanksi administrasinya, dan memanfaatkan kelemahan-kelemahan administrasi perpajakan seperti kondisi kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah, kurangnya data yang up to date yang diperlukan administrasi perpajakan akibat tidak mendapat supply data karena kurangnya koordinasi, ditambah dengan kondisi di mana pembuktian ketidakbenaran perhitungan pajak terutang tergantung pada kemampuan aparat perpajakan.

d. Bahwa para pembayar pajak berusaha untuk mempengaruhi petugas pajak yang berwenang dengan bujukan, godaan dan kadang-kadang ancaman, seperti menyuap atau percobaan menyuap serta yakin bahwa segala sesuatu masih mungkin diatur.

e. Bahwa administrator pajak memiliki keengganan yang mendasar untuk meninjau kembali kesalahan-kesalahan yang

terdapat dalam keputusan-keputusan dan surat edaran yang dibuatnya sendiri.

f. Bahwa petugas pajak sering bertindak berlebih-lebihan, melebihi fungsi dan kewenangan yang diberikan kepadanya dan acapkali gagal melaksanakan tugas yang diembannya, akibat dari kemalasan, kelambanan dan penyalahgunaan jabatan.

Dalam hukum Amerika Serikat dikenal, "proof of fraud must preclude any other explanation than guilt". Artinya, pembuktian kecurangan harus mengabaikan setiap penjelasan, kecuali pengakuan kesalahan. "Pemeriksa fraud adalah gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan detektif (atau investigator)"

(Tuanakotta, 2007:50).

Teknik investigasi perpajakan yang digunakan oleh kantor pajak Amerika Serikat adalah Net Worth Method dan Expenditure Method. Metode ini juga sudah diadopsi dan dipraktekkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan dimintanya Daftar Harta dan Kewajiban dalam SPT Tahunan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak.

Adanya informasi harta dan utang tersebut akan mempermudah deteksi dini pelanggaran perpajakan. Penambahan harta pada suatu tahun pajak namun tidak diikuti oleh penambahan Pendapatan Kena Pajak (PKP) menjadi indikasi awal pelanggaran perpajakan tersebut.

Selain teknik Net Worth Method dan Expenditure Method, dalam mencegah dan memerangi kejahatan di bidang keuangan (financial crime), salah satu teknik yang juga sangat ampuh adalah follow the money. Inilah teknik yang dapat membuat jejak yang ditinggalkan penjahat keuangan, seperti yang dilakukan oleh PwC dalam kasus Bank Bali yang telah peneliti paparkan sebelumnya.

Ada berbagai macam bentuk umum dari kejahatan perpajakan yang terjadi, yaitu sebagai berikut:

1. Transfer Pricing

Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan.

Terdapat dua kelompok transaksi dalam transfer pricing, yaitu:

a) Intra-Company Transfer Pricing

Intra-company transfer pricing merupakan transfer pricing antardivisi dalam satu perusahaan.

b) Inter-Company Transfer Pricing.

Inter-company transfer pricing merupakan transfer pricing antara dua perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Transaksinya sendiri bisa dilakukan dalam satu

negara (domestic transfer pricing), maupun dengan negara yang berbeda (international transfer pricing).

2. Perusahaan fiktif

Perusahaan fiktif adalah perusahaan bentukan yang dibuat oleh suatu badan usaha. Tujuan dibentuknya perusahaan fiktif ini adalah untuk meminimalkan utang pajak dengan cara menjual serendah-rendahnya barang kepada perusahaan bentukan tersebut agar pajak yang dikenakan juga rendah.

Biasanya, perusahaan fiktif ini dibuat di luar negeri, terutama di tax haven countries, seperti Hong Kong dan Singapura.

3. Transaksi fiktif

Transaksi fiktif ini meliputi faktur pajak palsu, perjanjian (kontrak) palsu yang hanya dibuat diatas kertas, namun pada kenyataanya tidak terjadi transaksi. Misalnya, suatu badan usaha membuat faktur penjualan palsu kepada perusahaan fiktif buatannya.

Cara melihat adanya indikasi pelanggaran perpajakan adalah dengan membandingkan perusahaan yang diinvestigasi dengan saingannya yang seukuran. Dengan melakukan ini, maka pemeriksa dapat melihat adanya gap (kesenjangan) antara perusahaan yang diduga melakukan pelanggaran dengan perusahaan yang menjadi contoh perbandingan.

Kemudian cara yang kedua adalah dengan membandingkan perusahaan yang kita investigasi pada saat sekarang dengan hal yang sama di masa lalu (historical analysis).

Dokumen terkait