• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Selama lebih dari 10 tahun penerimaan pajak di negeri kita tidak pernah tercapai. Menurut Anda, faktor-faktor apa saja yang mungkin menjadi penyebabnya?

Kalau dia nggak tercapai itu ada beberapa faktor, jadi pertama mungkin yang perlu dipahami pertama kondisi ekonomi, iti salah satu ya, berbicara pajak ini nggak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi masyarakat, ya kan. Kalau ekonomi bagus, umumnya pasti penghasilan orang makin meningkat. Kemudian nilai daya beli masyarakat pun makin tinggi, daya beli kan berkaitan dengan misalnya PPN.

Tidak tercapainya target selama 10 tahun karena ada beberapa kebijakan pemerintah misalnya penurunan tarif, atau pada tahun 2008 & 2009 itu kan pernah ada kebijakan sunset policy, kemarin juga ada kebijakan tax amnesty.

Selain itu, kenapa tidak pernah tercapai ya mungkin karena wajib pajaknya yang bermasalah. Seperti tahun ini, tidak akan mencapai target, karena pandemi.

Ketika negara mengalami resesi, maka biasanya nilai pajak itu juga menurun.

Atau bisa jadi juga karena ada kondisi alam, contoh misalnya di beberapa daerah-daerah bencana, biasanya pemerintah memberikan penghapusan pajak, atau pengurangan tarif, seperti Tsunami Aceh 2004.

2. Umumnya bagaimana bentuk tax evasion yang banyak sekali ditemui di Indonesia?

Ya kalau penggelapan pajak badan di Indonesia ini ya beragam-ragam ya. Ada penggelapan pajak ini misalnya, bermain dengan aparat pajak, seperti kasus Gayus. Ada juga yang bermain disini dengan melakukan manipulasi data aset dan penghasilan, contoh dalam akuntansi misalnya ada 2 pembukuan yang dia buat, untuk ke kantor pajak dan untuk pribadi. Ada beberapa wajib pajak besar itu menaruh penghasilannya gak di Indonesia, tetapi di tax haven country atau di negara negara yang tidak punya perjanjian penghindaran pajak dengan Indonesia, kayak Singapura.

3. Dilansir dari www.pajak.go.id, rasio kepatuhan Wajib Pajak Badan (WPB) di Kanwil DJP Sumut I pada tahun 2017 jauh lebih rendah daripada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yakni hanya 50% daripada WPOP yang sebesar 77%.

Bagaimana tanggapan Anda terhadap fenomena tersebut?

Ya itu bisa jadi. Pertama, pertanyaan yang mesti dijawab adalah, sudah semua kah badan yang ada di wilayah kanwil DJP I ini terdaftar sebagai wajib pajak?

Banyak yang belum terdaftar. Karena salah persepsi masyarakat, mereka mengira wajib pajak badan itu hanya perusahaan-perusahaan ekonomi. Baca UU PPh, badan itu adalah perkumpulan, CV, PT, yayasan, firma, partai politik, ormas, selama mereka punya akta pendirian, termasuk wajib pajak badan. Jadi dalam pengertian pajak itu nirlaba dan laba, USU pun juga termasuk wajib badan, USU punya npwp badan. Ya jadi wajarlah lebih rendah. Ada yang sudah punya npwp tetapi tidak lapor, penyebabnya lebih kepada salah persepsi masyarakat.

4. Secara umum, mengapa Wajib Pajak Badan sangat rentan terhadap kasus tax evasion?

Pertanyaan yang paling pokok, ya, ini pernah dikemukakan oleh Ditjen Pajak, waktu itu pak Fuad Rahmany, kepada kami pada tahun 2013, pertemuan tax center se indonesia, sebuah pendapat yang sangat terkenal, ya, jadi presiden Amerika Serikat dulu Lyndon Baines Johnson, katanya, tidak ada satu pun orang di dunia ini yang ikhlas membayar pajak, makanya orang akan selalu berusaha mencari cara bagaimana caranya uang pajak ini gak keluar. Ahh itu yang pasti.

Disamping, yah, lemahnya pengawasan aparatur pajak. Itu Ditjen Pajak mengakui itu, apa yang dikemukakan oleh Lyndon Baines Johnson itu, gak ada yang ikhlas, tidak ada yang rela. Di luar negeri itu, orang patuh bayar pajak bukan karena dia patuh kepada negara, nggak, orang luar negeri masuk penjara itu penghinaan rasa dia. Jadi, orang akan berusaha gimana cara disamping juga aturan-aturan pajak kita juga memang masih memungkinkan, ada celah-celah walaupun celah ini kan ada 2, ada dia celah yang positif, artinya tidak melanggar undang-undang, ada celah yang negatif, yang negatif itulah tax evasion.

5. Umumnya, teknik apa saja yang digunakan untuk mengungkapkan kasus tax evasion?

Ya, teknik penyidikan. Jadi contoh misalnya mereka melakukan, melibatkan misalnya PPNS, penyidik pegawai negeri sipil, jadi, penyidik ini seperti di polisi kan ada penyidik, di kejaksaan ada penyidik kan, ya mereka melibatkan itu, ada

penyidik juga itu, di bagian apa namanya. Yang kedua, dengan melibatkan ini jasa jasa lain, seperti misalnya penilai, menilai aset dan bangunan, aktuaris. Tapi dengan logika, dengan nilai bangunan sekian masuk akal gak kalau penghasilannya seperti yang tertera di SPT, ya kan. Baru yang ketiga, melibatkan masyarakat atau whistleblower itu dilibatkan, akhirnya terbongkarlah kasus asian agri itu. Termasuk juga mungkin menggunakan teknik akuntansi forensik itu kan.

6. Adakah hal/aspek/faktor lain menurut Anda yang dapat digunakan untuk mengungkapkan kasus tax evasion?

Ya aspek lain yang lainnya yang paling pokok misalnya contoh ya kerjasama dengan aparat hukum yang lain, seperti kepolisian, kejaksaan termasuk juga perbankan aa perbankan, ya, sekarang kan misalnya kalo eee yang perlu diperbuat ini bagaimana caranya juga ya data data perbankan itu bisa mendukung, membongkar data data wajib pajak makanya kan sudah ada kerjasama antara DJP dengan OJK, jadi jika ada dicurigai wajib pajak yang bermasalah, ya maka pajak boleh meminta data keuangan yang berkaitan, itu sudah ada. Bank kan di bawah OJK. Lalu yang terpenting lagi, pengawasan ketat DJP kepada para pegawainya, jangan pula pegawainya ikut bermain, sekarang kan dengan layanan layanan elektronik ini kan sebetulnya memperkecil.

Apakah boleh menyadap telepon wajib pajak dicurigai?

Ya kan sudah ada kerjasama dengan polisi, izin penyadapan kan dengan polisi lalu ke kemenkominfo. Yang paling penting juga kerjasama dengan LPSK, karena whistleblower itu saksi, kan perlu dijamin keselamatannya.

7. Umumnya, bagaimana bentuk undercover operations yang dilakukan untuk mengungkapkan kasus tax evasion?

Ya, ada beberapa cara misalnya yang dilakukan oleh DJP misalnya sebagai contoh ada pegawai DJP itu menyamar, makanya sebetulnya di DJP ini sekarang juga ada semacam pelatihanpelatihan untuk menjadi intel itu ada.. ya kan. Selain itu kerjasama pertukaran informasi dengan misalnya contoh ada dicurigai aset pajak si A di negara yang lain, nah kebetulan Indonesia punya perjanjian pertukaran informasi dengan negara tersebut, nah disitu pajak terlibat meminta informasi pajak.

8. Mengapa undercover operations sampai saat ini masih menjadi alat yang ampuh untuk mengungkapkan kasus tax evasion?

Karena kan namanya pajak ini kan biasanya orang kan samar samar melakukannya itu, maka pengungkapannya pun harus samar samar. Jadi ada istilah kalau dulu pernah saya dengar ini dari mengikuti kuliah pajak dulu, untuk menghadapi tenaga goib, maka gunakanlah tenaga goib juga. Jadi ketika mereka bermain dengan yaa operasi bawah tanah maka untuk menumpasnya juga operasi bawah tanah. Tapi biasanya ini lihai yang para wajib pajak ini makanya disini kalau saya misalnya saya pernah memberikan materi di kantor pajak waktu itu,

diskusi, disini lah perlu ditiru apa yang dikatakan oleh Sherlock Holmes, ketika seorang penjahat melangkah dua langkah maka saya yang menumpas kejahatan harus bisa melangkah 5 langkah di depan.

9. Adakah hal/teknik/langkah lain yang mungkin dibutuhkan dalam pelaksanaan undercover operations?

Sampai saat ini saya rasa belum ada, masih menggunakan yang lama, seperti penyadapan.

10. Menurut LAKIN DJP tahun 2018, untuk menyelesaikan penyidikan secara nasional membutuhkan rata-rata waktu 18 bulan untuk masing masing berkas yang ditangani. Banyak kasus pelanggaran KUP yang sudah berhasil terdeteksi dan telah disidik namun gagal saat diperjuangkan di pengadilan. Menurut Anda, apa kira-kira faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut?

Itu yang Nisa katakan betul, sebagian besar kasus di pengadilan pajak DJP kalah. Kenapa kalah? Ya data DJP gak kuat.

Data itu berbentuk data akuntansi ya Pak?

Bisa data akuntansi, bisa data data hukum yang lain. Contoh, dia mengatakan apa namanya, ee contoh ini ya sebagai contoh misalnya ini ada pernah kejadian di satu daerah di Indonesia ini, jadi ketika DJP akan melakukan penyitaan aset, ya, penyitaan aset, ternyata aset itu sudah di diam diam di pecah menjadi 3 bagian. Ya marah lah, ini bukan milik dia sendiri, ini milik kami, nah data yang di

DJP masih data yang lama, maksudnya kepemilikkan atas perusahaan itu masih satu orang padahal kan sudah tiga orang.

Kenapa rata-rata berkas 18 bulan?

Karena pengerjaannya masih manual, makanya kalau memang teknik audit forensik ini menarik juga ini kan gitu. Sebagian besar aparat DJP ini yang saya tangkap ya itu lalai dalam hal administrasi, si anak pernah dapat SKPKB tiba tiba langsung dapat STP, ada prosedur prosedur yang dilewati, tiba tiba udah dapat surat paksa surat teguran gak pernah ya wajarlah si A komplain, sementara dalam aturan kan musti ada surat teguran dulu.

11. Kasus-kasus berupa tax evasion umumnya sangat sulit diperjuangkan di pengadilan. Apakah menurut Anda dibutuhkan suatu ilmu khusus untuk membantu DJP memperjuangkan dan memenangkan kasus di pengadilan? Jika ya, ilmu seperti apa yang dibutuhkan pihak DJP dan mengapa harus itu?

Kalau ilmu saya rasa udah gak perlu lagi karna udah ada ilmu hukum pajak, sudah ada juga ilmu penyidikan pajak, tinggal sinergi dan metode nya aja yang diperbaharui, ya kalo pemeriksaan berkas misalnya bisa gak dirancang sebuah sistem untuk memeriksa berkas itu, ya, gak musti berkas itu 10 truk itu dibawa, ya kalau udah 10 truk itu kapan lagi meriksanya, lebih kepada efektivitasnya, ya.

Sampai sekarang itu yang musti kita, masih jadi pr di DJP itu. Baru yang kedua, menemukan teknologi mempermudah proses auditing sehingga tidak memakan waktu.

12. Akuntansi forensik saat ini sudah mulai dikenal publik atas kiprahnya di pengadian. Terungkapnya kasus Bank Bali, Adrian Waworuntu, serta temuan ADDP berupa kasus overstatement asset oleh 6 bank besar di Indonesia pada masa krisis besar di tahun 1997, sudah mulai membuka mata publik mengenai pentingnya akuntansi forensik untuk mengungkapkan kejahatan keuangan.

Apakah akuntansi forensik juga digunakan oleh DJP dalam kasus tax evasion?

Mengapa akuntansi forensik saat ini sangat berpotensi menjadi ilmu yang sangat penting dalam proses pengungkapan kasus tax evasion?

Oke, kalau apakah DJP menggunakan akuntansi forensik atau gak saya belum dapat kabarnya, tapi memang kolo memang itu mempermudah seharusnya, kalau memang dia bisa mempermudah dan bisa mengungkap penggelapan pajak, kenapa nggak. Kita kan nggak anti kepada teknologi, karna kan kemampuan manusia terbatas.

Apakah bapak merekomendasikan akuntansi forensik diterapkan di DJP?

Ya kalau di perbankan saja dia bisa, berarti sudah ada efektivitas, ya.

13. Bagaimana umumnya proses penerapan akuntansi forensik yang dilakukan dari penyelidikan sampai persidangan untuk kasus tax evasion?

Yang pasti mulai dari pemeriksaan dokumen dokumen elektronik, laporan laporan keuangan, nah sekarang kan apalagi sekarang akuntansi kan sudah

mengadakan software, berarti dengan adanya akuntansi forensik lebih mempermudah dia untuk memeriksa software software itu.

LAMPIRAN IV

Dokumen terkait