• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taxus brevifolia Nutt

Dalam dokumen Taxus sumatrana mutiara terpendam di za (Halaman 38-43)

Bab 2. Mengenal Taxus Lebih Dekat

2.2 Taxus brevifolia Nutt

Taxus brevifolia disebut juga dengan nama Pacific yew. Jenis ini merupakan pohon berdaun jarum yang tumbuh alami di barat laut Pasifik, Amerika Utara (Ferguson, 1978; Hils, 1993). Jenis ini tersebar mulai dari bagian Selatan Alaska sampai ke California bagian Tengah dan Montana. Populasi terbanyak dijumpai di wilayah pantai Barat Pasifik, tetapi ada satu populasi yang terisolasi khusus, yaitu di Tenggara British Columbia dan Idaho bagian Selatan sampai tengah.

2.2.2 Habitus

Pohon hijau sepanjang tahun dengan ukuran kecil sampai sedang, tinggi mencapai 20 m dengan diameter 50 cm, dan jarang sekali diameter batang mencapai lebih dari 50 cm (Farrar, 1995). Tajuk melebar membentuk kerucut dengan kulit batang berwarna cokelat sampai cokelat kemerahan dan tekstur yang agak bersisik. Daun berbentuk lanset, datar, berwarna hijau tua dengan panjang 1–3 cm dan lebar 2–3 mm (Mitchell, 1998), serta tersusun secara spiral pada cabang dengan bagian dasar daun melintir. Percabangan yang menjulur ke atas akan terkulai pada ujungnya (Spjut, 2007). Buah kerucut sangat termodifikasi; tiap kerucut mengandung satu individu biji dengan panjang 4–7 mm dan dikelilingi oleh sisik yang termodifikasi; buah berkembang menjadi struktur yang menyerupai buah beri dan disebut dengan aril. Aril yang

sudah masak berwarna merah cerah, bertekstur lembut dengan ukuran panjang dan lebar 8–15 mm, dan ujung aril merekah (Gambar 4). Aril akan masak sekitar 3–6 bulan sejak penyerbukan (Maret dan April) dan jika aril sudah masak (Juli–Oktober) maka aril rentan dimakan oleh

burung dan predator lainnya (Rudolf, 1974; Difazio et al.,

1996; Stephen et al., 1998).

Pemangsaan oleh burung dan predator merupakan mekanisme penyebaran benih secara alamiah. Selama penyebaran ini, benih tidak rusak karena memiliki kulit yang cukup keras. Perkembangan embrio benih di dalam aril akan mulai terjadi 2–3 bulan setelah penyebaran oleh burung dan hal ini akan meningkatkan keberhasilan penyebaran benih secara alami. Kerucut jantan berbentuk membulat dengan diameter 3–6 mm dan tepung sarinya akan menyebar pada awal musim semi.

T. brevifolia tumbuh baik di bawah naungan (Taylor &

Taylor, 1981). Karakter bunga berumah dua (dioecious),

tetapi pada suatu kondisi tertentu dapat ditemukan satu

individu yang memiliki sifat berumah satu (monocious),

atau bahkan, bertukar jenis kelamin seiring dengan waktu (Keller & Tregunna, 1976; El-Kassaby & Yanchuck, 1994;

Stephen et al., 1998).

2.2.3 Sistem Perbanyakan

T. brevifolia dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (umumnya stek). Salah satu hasil penelitian yang cukup menyeluruh tentang teknik

perbanyakan T. brevifolia secara generatif diungkapkan oleh Pilz (1996) dan secara vegetatif dilaporkan oleh Mitchell (1998).

Pematangan buah T. brevifolia berlangsung selama 3–6

bulan, yaitu mulai Juli–Oktober. Buah yang masak dicirikan dengan bentuk aril yang membengkak penuh, berwarna merah dengan tekstur yang lembut. Kandungan minyak pada aril menyebabkan buah agak sulit dibersihkan (Earle, 2013b). Dengan demikian, stratifikasi

benih Taxus merupakan sebuah proses biologis aktif yang

membutuhkan waktu paling sedikit 12–18 bulan, atau bahkan, seringkali lebih lama lagi (Pilz, 1996).

T. brevifolia yang baru saja dipetik atau jatuh dari pohonnya (masih segar) memiliki embrio yang sangat kecil yang sulit dikenali. Embrio berkembang atau membesar

jika telah dilakukan stratifikasi. Hal ini diduga benih Taxus

memiliki dormansi kulit atau dormansi embrio. Oleh sebab itu, uji kualitas benih dilakukan terlebih dahulu sebelum dikecambahkan untuk melihat hidup atau tidaknya embrio. Cara yang paling mudah, murah, dan cepat adalah metode pemotongan benih menjadi dua bagian dengan arah longitudinal. Meskipun metode ini merupakan metode destruktif, cara ini mampu memberikan hasil yang baik secara visual terhadap kondisi embrio benih. Teknik lain yang lebih modern untuk mengetahui kondisi embrio benih

adalah dengan x-ray atau ultrasound yang akan mampu

mengecek kondisi embrio, apakah hidup atau viable.

Benih yang tersimpan pada lahan hutan dapat bertahan lebih dari tiga tahun. Hal ini dikarenakan

perkecambahannya baru akan terjadi setelah atau jika anakan tanaman lainnya mati sehingga lantai hutan

menjadi terbuka (Minore et al., 1996). Oleh karenanya,

penyimpanan dingin (cold storage) benih jenis ini sangat

tidak menguntungkan. Untuk dapat bertahan lama (5–6 tahun), benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai

6–10% dan kemudian disimpan pada suhu 1–2oC (Rudolf,

1974).

Hanya sedikit benih yang mampu berkecambah pada musim semi, sesaat setelah buah masak. Pada kondisi alaminya, perkecambahan puncak terjadi pada musin semi tahun berikutnya dan sebagian lagi pada musim semi dua atau tiga tahun berikutnya setelah benih masak atau jatuh (Rudolf, 1974). Lambatnya perkecambahan diduga ada hubungannya dengan mekanisme dormansi benih.

Dormansi benih yang terdapat dalam T. brevifolia

diperkirakan menyangkut tiga mekanisme: kulit benih

mungkin mengandung senyawa penghambat (inhibitor);

ukuran embrio yang masih sangat kecil, meskipun benih telah masak penuh; dugaan adanya dormansi genetik atau dormansi fisiologis yang belum teridentifikasi letaknya.

Stratifikasi yang efektif untuk benih T. brevifolia

adalah penyimpanan benih di ruang dingin dan basah pada musin dingin tahun pertama, penyimpanan pada suhu hangat di tahun yang sama, kemudian penyimpanan dingin dan basah kembali pada tahun berikutnya. Dengan cara ini, perkecambahan dapat disingkat selama waktu 12– 18 bulan (Pilz, 1996). Lamanya stratifikasi yang dibutuhkan untuk perkecambahan diduga berhubungan dengan

tingkat kemasakan biji pada waktu pengumpulan. Anakan

T. brefivolia sangat rentan terhadap penyakit dumping-off. Pemberian naungan yang diperlukan pada saat benih disemai dan dibiarkan akan menghasilkan daya berkecam-bah sebesar 10–20%.

2.2.4 Penggunaan

Kayu T. brevifolia masih digunakan [dibatasi karena

kelangkaan] untuk busur panah, tombak, dayung kano, peralatan rumah tangga, alat musik, ukiran patung, furnitur, dan kayu bakar (Bolsinger & Jaramillo, 1990). Bagian tanaman, daun, ranting, dan kulit batang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengobati penyakit

paru-paru, perut, luka, dan nyeri (Moerman, 1986). T.

brevifolia digunakan juga untuk pohon hias, tanaman fondasi, pagar, dan bonsai (Bolsinger & Jaramillo, 1990) (Gambar 7). Meskipun sekarang sudah mulai ditemukan

teknologi yang mampu memproduksi paclitaxel secara

semisintetis dari pohon hasil budi daya, tingkat eksploitasi yang sangat tinggi menyebabkan kekhawatiran yang

mendalam jika T. brevifolia akan menjadi langka. Tingkat

eksploitasi yang tinggi juga mulai dilakukan terhadap jenis

Taxus lainnya dengan tujuan yang sama, yaitu

mendapatkan paclitaxel. Kondisi seperti ini telah memicu

kelangkaan berbagai jenis Taxus di berbagai belahan bumi.

Status keterancaman T. brevifolia dalam IUCN Red List,

yaitu sebagai jenis dengan risiko mendekati keterancaman (Near Threatened/NT) (IUCN, 2014).

Sumber: http://swindon-bonsai.co.uk/ (diakses 9 Maret 2014)

Gambar 7. Bonsai genus Taxus sebagai penggunaan lainnya

2.3 Taxus baccata Linn

Dalam dokumen Taxus sumatrana mutiara terpendam di za (Halaman 38-43)

Dokumen terkait