• Tidak ada hasil yang ditemukan

Team Work

Dalam dokumen 3-2Metodologi Nursalam EDISI 4-21 NOV (Halaman 130-134)

Pengertian Team Work

Kelompok kerja adalah kelompok atau dua atau lebih yang berinteraksi dalam berbagi informasi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan. Kinerja kelompok hanya merupakan jumlah kinerja sumbangan individual dari tiap kelompok (Wahjono, TSI , 2010).

Team work dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu tersebut memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang lain. Tim kerja (team work) menghasilkan sinergi yang positif melalui usaha yang terkoordinasi (Robbins, 2002). Team work merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang lebih baik, selain itu kompetensi anggota tim yang beraneka ragam juga merupakan nilai tambah yang membuat team work lebih menguntungkan bahkan jika dibandingkan dengan seorang individu yang sangat ahli. Sebuah team work, ada dua hal yang perlu diingat yaitu (1) adanya tugas (task), dan masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, (2) proses yang terjadi di dalam team work.

Siklus Hidup sebuah Tim

Secara umum perkembangan suatu tim dapat dibagi dalam 5 tahap (Robbins, 2002). 1. Tahap pembentukan (forming stage), adalah tahapan di mana para anggota setuju

untuk bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang membawa nilai, pendapat, dan cara kerja sendiri. Konflik sangat jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu, bahkan ada anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih pemimpin.

2. Tahap timbulnya konflik (storming stage), adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu. Pertentangan terjadi karena masalah pribadi, semua bersikeras dengan pendapat sendiri, komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena setiap orang tidak mau lagi menjadi pendengar dan sebagian lagi tidak mau berbicara secara terbuka.

3. Tahap normalisasi (norming stage), adalah tahapan di mana individu yang ada dalam tim mulai merasakan manfaat bekerja bersama dan berjuang agar tim tetap solid. Karena semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota tim. Selain itu semua orang mulai mau menjadi pendengar yang baik. Mekanisme kerja dan aturan main ditetapkan dan ditaati seluruh anggota.

4. Tahap keempat adalah berkinerja (performing stage), tahapan di mana tim sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkan untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien.

5. Tahap pembubaran (adjourning stage), tahap ini untuk kelompok kerja yang kerjanya tidak permanen, misalnya tim, komisi atau panita.

Perilaku Individu dalam Tim

Tim atau kelompok kerja memiliki beberapa faktor yang membentuk perilaku anggota sehingga dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku individu dalam tim dan kinerja tim, dan faktor tersebut meliputi peran, norma, status, ukuran tim, dam tingkat kekohesifan tim atau kelompok (Robbins, 2002).

1. Peran

Setiap anggota tim mempunyai peran yang berkaitan yang terdiri atas perilaku yang diharapkan (role expectation) dari peran tersebut. Perilaku yang diharapkan ini umumnya disepakati oleh seluruh angggota tim. Ketika peran yang dimainkan oleh anggota tim menyimpang dari peran yang diharapkan, maka akan timbul reaksi negatif dalam kinerja atau kepuasan anggota atau bahkan memutuskan meninggalkan tim/kelompok

2. Norma

Norma adalah sebuah standar perilaku yang dapat diterima dalam sebuah tim yang dianut oleh semua anggota tim. Norma mempunyai karakteristik penting bagi anggota tim, apa yang boleh dilakukan dan apa yang dilarang.

3. Status

Status adalah sebuah posisi atau pangkat yang didefinisikan secara sosial yang diberikan kepada tim atau kelompok oleh orang lain. Status adalah faktor penting dalam memahami perilaku karena ini merupakan sebuah motivator signifikan yang memiliki konsekuensi perilaku yang besar ketika individu menerimanya. Interaksi antar anggota tim dipengaruhi oleh status, ketika terjadi ketidaksetaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan yang dapat menghasilkan berbagai jenis perilaku korektif.

4. Ukuran tim

Ukuran tim atau kelompok yang lebih kecil cenderung lebih cepat dalam menyelesaikan tugas dan anggota tim berkinerja lebih baik dibanding kelompok yang besar. Bila kelompok terlalu besar akan terjadi suatu kemalasan sosial (social loafing) yaitu kecenderungan para individu untuk melakukan usaha yang kurang optimal ketika bekerja secara kolektif dibanding ketika bekerja individual.

5. Kekohesifan

Suatu tingkat di mana anggota tim atau kelompok saling tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok tersebut, memiliki kedekatan atau kesamaan dalam sikap, perilaku dan prestasi yang hampir sama. Kedekatan ini disebut juga kekompakan. Kelompok atau tim yang sangat kohesif terdiri atas individu yang mempunyai motivasi untuk bersama, maka dapat diharapkan kinerja kelompok efektif. Tim atau kelompok sangat kohesif dengan tujuan yang sejalan dengan organisasi maka tim akan berperilaku yang positif dan mempunyai kinerja yang efektif.

Efektivitas

Efektivitas individu akan menentukan efektivitas kelompok, dan efektivitas kelompok menentukan efektivitas organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997). Efektivitas individu dipengaruhi oleh kemampuan, keterampilan, pengetahuan, sikap, motivasi dan stres. Efektivitas kelompok disebabkan oleh keterpaduan, kepemimpinan, struktur, status, peran dan norma yang berlaku. Sedangkan efektivitas organisasi dipengaruhi oleh lingkungan, teknologi, pilihan startegi, struktur, proses dan kultur organisasi. Hubungan ketiga efektivitas tersebut digambarkan dalam Gambar 2.5 berikut.

Faktor penyebab: 1. Kemampuan 2. Ketrampilan 3. Pengatahuan 4. Sikap 5. Motivasi 6. Stres Faktor penyebab: 1. Keterpaduan 2. Kepemimpinan 3. Struktur 4. Status 5. Peran 6. Norma-norma Faktor penyebab: 1. Lingkungan 2. Teknologi 3. Pilihan Strategi 4. Struktur 5. Proses 6. Kultur Efektivitas Individual Efektivitas Kelompok Efektivitas Organisasi Gambar 4.21 Sebab efektivitas (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., , 1997)

Dalam suatu team work yang terdiri atas berbagai macam individu dari latar belakang yang berbeda, dengan keahlian yang berbeda maka diperlukan suatu kerja sama yang baik dan kompak (solid) agar tujuan organisasi dapat tercapai. Suatu kelompok dikatakan sebagai team work dan menghasilkan suatu hasil yang optimal (kinerja tim yang efektif) sangat dipengaruhi oleh peran individu.

Agar kinerja tim efektif, sebuah tim membutuhkan tiga jenis ketrampilan yang berbeda. Tim memerlukan individu dengan keahlian teknis, individu dengan ketrampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta individu yang trampil dalam mendengarkan, memberikan umpan balik, menyelesaikan konflik dan mempunyai ketrampilan interpersonal lain yang baik.

Tim yang paling efektif bukan tim yang sangat kecil (di bawah 4 atau 5), bukan pula tim yang sangat besar (lebih dari 12 orang). Tim yang sangat kecil mungkin tidak mempunyai keragaman pandangan, dan tim yang lebih dari 12 orang akan kesulitan untuk berbuat banyak.

Tim yang terbentuk dari individu fleksibel memiliki anggota yang dapat melengkapi tugas satu sama lain. Ini jelas merupakan nilai tambah bagi suatu tim, karena fleksibilitas sangat memperbaiki kemampuan adaptis tim dan membuat tim tidak tergantung hanya pada satu anggota saja.

Empat faktor yang menyebabkan suatu team work dapat bekerja dengan efektif meliputi.

1. Goal setting: suatu kelompok kerja akan dapat secara efektif menghasilkan suatu tujuan apabila memiliki goal setting atau tujuan tim yang sama;

2. Komitmen: seberapa besar setiap komponen kelompok memiliki komitmen; 3. Effective role: setiap anggota kelompok harus memiliki peran tersendiri dan dituntut

untuk sinergis dalam melakukan usaha;

4. Leadership: komponen penting suatu kelompok akan menjadi efektif banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan.

Menurut Kazemak dalam Stott, K dan Walker, A, 1995 dalam (Rochmah, TN, 2006) menyebutkan kriteria tim yang efektif adalah sebagai berikut.

1. Mempunyai tujuan organisasi yang dapat dimengerti dan disetujui oleh semua anggota tim.

2. Konflik yang ada harus bersifat membangun.

3. Setiap anggota diharapkan terlibat secara aktif dalam proses kepemimpinan. 4. Kemampuan individu dihargai.

5. Komunikasi bersifat terbuka dan semua anggota tim dapat ikut berpartisipasi secara aktif.

6. Semua anggota tim mendukung kebijakan dan prosedur organisasi.

7. Masalah yang ada diselesaikan secara baik berdasarkan proses pengambilan keputusan yang tepat.

8. Adanya dukungan terhadap semua kreatifitas yang sifatnya membangun.

9. Melakukan proses evaluasi secara berkala untuk mengetahui kinerja individu anggota tim dan kinerja tim secara keseluruhan; setiap anggota tim mengerti akan peranan, tanggung jawab dan batasan wewenang yang diberikan oleh organisasi. Penilaian semangat kerja melalui kinerja.

Dalam dokumen 3-2Metodologi Nursalam EDISI 4-21 NOV (Halaman 130-134)