BAB III METODE PENELITIAN
H. Pengumpulan Data
I. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data dan mengolahnya berdasarkan data yang telah diperoleh sehingga dapat tersusun dengan baik. Data yang diperoleh dari hasil simak dan catatan serta rekaman adalah berupa suara
36 tuturan langsung objek penelitian dan catatan tentang percakapan objek penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik, berdasarkan fungsi-fungsi tindak tutur yaitu, mengklasifikasi tindak tutur, sebagai dasar dalam menelaah data. Selanjutnya, untuk mempermudah proses analisis.
Klasifikasi tersebut dilakukan dengan cara berikut.
1. Pengumpulan data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa rekaman percakapan antara pedagang dengan pedagang dan pedagang dengan pembeli di Pasar Sentral Makassar .
2. Pentranskripsian data rekaman ke dalam bentuk tulisan.
3. Pengidentifikasian tindak tutur ilokusi (direktif, ekspresif, deklaratif, komisif dan refresentatif/asertif).
4. Pengklasifikasian tindak tutur ilokusi (direktif, ekspresif, deklaratif, komisif dan refresentatif/asertif).
5. Menganalisis tindak tutur ilokusi (direktif, ekspresif, deklaratif, komisif dan refresentatif/asertif).
6. Mendeskripsikan hasil analisis dalam bentuk laporan penelitian.
7. Bila hasil sudah selesai penelitian dianggap sesuai maka hasil tersebut dianggap sebagai hasil akhir.
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang merupakan pembahasan yaitu wujud tindak tutur ilokusi yang dilakukan oleh para penjual dan pembeli di pasar sentral Makassar.
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli yang menjadi sumber data dalam penelitian ini ditemukan berbagai macam tipe tindak tutur ilokusi. Wujud tindak tutur ilokusi yang ditemukan terjadi ketika penjual dan pembeli mengucapkan kalimat atau ketika berinteraksi. Tindak tutur ilokusi yang terdapat pada kalimat atau setiap kata yang diucapkan oleh pedagang ataupun pembeli di Pasar Sentral Makassar. Berikut akan diuraikan tentang wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar.
Wujud tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh para penjual dan pembeli di pasar Sentral Makassar terdiri atas lima, yaitu:
1. Tindak Direktif/impositif
Direktif/impositif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif. Tindak ilokusi penjual yang berwujud direktif terlihat pada saat menawarkan dagangannya. Dalam hal ini, penjual mengajak para pembeli untuk melihat-lihat barang atau dagangannya.
Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalangan berikut:
37
38 Data 1 : mengajak
Penjual : mari singgah cantik Penjual : beli apa?
Pembeli : hanya tersenyum
Penjual : silahkan masuk lihat-lihat dulu Pembeli : iya mbak!
Penggalang dialog di atas merupakan pola interaksi antara penjual dan pembeli yang berlangsung dalam konteks, penjual mengajak pembeli untuk melihat dan memilih dagangannya. Interaksi dibuka oleh penjual dengan tindak direktif, yakni mengajak/meminta langsung pembeli. Informasi dalam permintaan itu pembeli mengikuti apa yang dikatakan penjual. Pembeli menjawabnya dengan tindak deklaratif secara verbal maupun nonverbal sebagaimana harapan penjual.
Tindak verbal berupa jawaban “iya mbak” dan nonverbal berupa sikap diam lalu melihat-lihat pakaian atau barang dagangannya penjual.
Data 2 mengajak
“ singgah cantik, mari di sini serba Rp.15.000 dan cantik-cantik semua”
Tuturan data (2) dari penjual kepada pembeli termasuk tindak tutur direktif
“mengajak” itu terlihat dari kata singgah dan mari, di situ penjual mengajak semua orang untuk mau mendekat kepadanya untuk mau membeli pakaian yang di jualnya. Dari tuturan tersebut terlihat, penjual sedang membujuk salah satu pembeli yang mau membeli pakaian.
Dalam data terlihat adanya tindakan yang dilakukan oleh pembeli setelah penjual bertutur yaitu pembeli mau mendekat, dan membeli pakaian yang di jual tersebut, relita tersebut dikatakan tindak tutur direktif mengajak.
Data 3 : memaksa dan memohon
Penjual : singgah cantik, beli apa silahkan dipilih-pilih.
39 Pembeli : berapa harganya ini jaket bu’?
Penjual : Rp.150.000 cantik Pembeli : Rp.80.000 saja bu’
Penjual : tidak sampai modalnya dek Pembeli : ooo (lalu pergi)
Penjual : iye’ (iya), (memburu orang yang mau membeli dagangannya tadi). Tambahkan saja cantik rp.5.000, supaya sampai juga modalnya kasian.
Pembeli : iya deh bu’
Dalam penggalang dialog di atas, penjual meminta langsung para pembeli untuk memilih dan melihat-lihat barang jualannya/dagangannya. Selain itu, penjual seakan memaksa pembeli untuk membeli jaket yang telah ditawar oleh sang pembeli tadi. Kemudian sekaligus memohon agar pembeli menambah Rp.5.000 supaya modalnya sampai atau cukup dan pada akhirnya pembeli secara terpaksa menambah dan membelinya.
2. Ekspresif/evaluatif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berkaitan dengan ekspresi sikap psikologis penutur terhadap petutur sehubungan dengan keadaan tertentu. Tindak tutur ini dapat berupa tindak tutur untuk meminta maaf, humor, memuji, basa-basi, berterima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan, mengkritik dan lain sebagai pernyataan rasa senang, sedih, marah dan benci.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa tindak ilokusi para penjual yang berwujud ekspresif muncul hampir setiap kegiatan dalam interaksi pada saat jual beli, mulai pada konteks menawarkan dagangannya atau mempromosikan, memuji barang dagangannya dan sebagainya. Pada awal
40 menawarkan barang dagangannya misalnya, muncul tindak ekspresif ketika penjual basa-basi saat ada pembeli yang singgah di tokohnya dan tampak pula tindak ekspresif ketika pembeli meminta maaf kepada pembeli, dan terdapat pula tindak ekspresif berterima kasih. Pada saat menawarkan barang dagangannya, tindak ekspresif penjual ketika basa-basi.
Tindak ilokusi penjual yang berwujud ekspresif terlihat pada saat menawarkan barang dagangannya. Dalam hal ini penjual meminta maaf, basa-basi, memuji dan berterima kasih kepada pembeli. Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalangan berikut:
Data 4 : meminta maaf
Pembeli : Minta maafka bu’ sebelumnya, celana yang kemarin saya beli di sini tidak cocok, bisa di tukar bu’? (saya minta maaf bu’, celana yang saya beli di sini tidak cocok bisa ditukar bu’?) Penjual : oh iye’ tidak apa-apaji, iye’ bisaji ditukar (oh iya tidak apa
apa, iya bisa ditukar)
Dalam penggalang dialog di atas merupakan pola interaksi antara pembeli dengan penjual yang berlangsung dalam konteks, pembeli meminta maaf kepada penjual karena celana yang dia beli tidak cocok dan harus ditukar dan pada akhirnya penjualpun mau.
“Maaf ya mbak”
Pada kutipan di atas merupakan pola interaksi antara pembeli dengan pembeli yang berlangsung dalam konteks, pembeli meminta maaf kepada pembeli karena menginjak kaki si pembeli yang satu.
Data 5 :Basa-basi
Penjual : beli apaki adek?(beli apa adek) ? Penjual : silahkan dilihat-lihat dulu
41 Pembeli : oh iya mbak
Penjual : adek kuliah dimana Pembeli : di Unismuh mbak
Penjual : oh…sudah semester berapa?
Pembeli : semester 8
Penjual : oh…jadi sudah mau diwisuda ya?
Pembeli : iya mbak
Penggalang dialog di atas merupakan pola interaksi antara penjual dan pembeli yang berlangsung dalam konteks, penjual basa-basi dengan pembeli, dan terlihat pula wujud direktif pada penggalang di atas yaitu penjual seakan menyuruh pembeli untuk melihat-lihat barang dagangannya.
Data 6 :memuji dan berterima kasih
Pembeli : mbak, berapa ini harganya permeter?
Penjual : ini permeternya Rp.70.000
Pembeli : oh…Tapi kainnya bagus ya mbak?
Penjual : oh iya dek bagus, apalagi kalau warna pink ini bagus dan cantik, cocok sekali apalagi dipakai saat wisuda
Pembeli : iya mbak saya mau tapi yang warna birunya Penjual : biru yang mana cantik?
Pembeli : yang itu mbak, sepertinya kainnya bagus dan warnanya juga cocok dengan kulitku.
Penjual : oh iya cantik, tunggu ya saya ambilkan Penjual : terima kasih cantik
Pembeli : sama-sama mbak
Penggalang dialog di atas merupakan pola interaksi antara penjual dan pembeli yang berlangsung dalam konteks, penjual memuji barang dagangannya sehingga pembeli terpikat ingin membeli kain tersebut, dan terdapat pula kalimat pada penggalang di atas yaitu penjual mengucapkan terima kasih kepada pembeli karena dia sudah membeli barang dagangannya.
42 Data 7 : mengucapkan selamat
Berikut penjual dengan penjual berdialog/bercakap:
Penjual 1 : wah selamat nah jualanmu laku bulan ini Penjual 2 : iye’, Alhamdulillah (iya, alhamdulillah)
Penggalang dialog di atas merupakan pola interaksi antara penjual dengan penjual yang berlangsung dalam konteks, penjual 1 memberi ucapan selamat kepada penjual 2 karena barang jualannya laku bulan ini. Hal tersebut ditandai dengan adanya ungkapan kata “wah selamat nah jualanmu laku bulan ini”yang diucapkan oleh penjual/pedagang 1 kepada penjual/pedagang 2. Tuturan yang diungkapkan oleh penjual/pedagang 1 tersebut merupakan ungkapan ekspresi rasa senang karena pedangan 2 jualannya laku.
3. Deklaratif
Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya atau tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru.
Penggunaan tindak tutur deklaratif ini dilakukan oleh penutur untuk mengubah dunia melalui kata-katanya. Tindak tutur deklaratif dapat dilihat pada tindak melarang, mengesahkan, memutuskan, membatalkan, mengizinkan, mengabulkan, mengampuni, memaafkan, menghukum, menetapkan, memecat dan memberi nama.
Tindak ilokusi penjual yang berwujud deklaratif terlihat pada saat memperbolehkan pembelinya melihat barang dagangannya. Dalam hal ini penjual mengizinkan pembeli melihat barang yang dia jual. Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalangan berikut:
43 Data 8 : mengizinkan/membolehkan
Pembeli : boleh saya lihat-lihat dulu ya mbak?
Penjual : iya cantik, silahkan.
Berdasarkan data di atas, tampak penggunaan tindak deklaratif penjual kepada pembeli, yakni penjual menggunakan ungkapan iya cantik, silahkan. Hal ini menandakan bahwa penjual menggunakan tindak deklaratif dengan membolehkan atau mengizinkan pembeli untuk melihat-lihat barang dagangannya.
Data 9 : memberi nama
Pembeli : ini mbak berapa harganya?
Penjual : ooo yang ini, yang baju ayu ting ting?
Pembeli : iye’ mbak
Penjual : Rp.45.000 ji cantik (hanya rp. 45.000 cantik)
Penggalang dialog di atas merupakan pola interaksi antara pembeli dan penjual yang berlangsung dalam konteks, penjual memberikan nama baju tersebut dengan sebutan baju Ayu ting ting.
4. Komisif
Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya atau tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru.
Penggunaan tindak tutur deklaratif ini dilakukan oleh penutur untuk mengubah dunia melalui kata-katanya.
Tindak komisif yaitu wujud tindak tutur yang melibatkan pembicara pada beberapa tindakan dengan mengandung pertanyaan, menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan (doa) dan memohon. Wujud tindak ilokusi komisif yang digunakan oleh pembeli. Tindak komisif pembeli muncul ketika berjanji
44 kepada penjual bahwa dia akan membayar hutangnya secepat mungkin.
Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalang berikut:
Data 10 : berjanji
Penjual : kapan kau bayar baju yang kau pinjam kemarin?
Pembeli : nanti lusa bu’
Penjual : seriusko (kamu serius)?
Pembeli : iya bu’ saya serius, saya janji lusa saya usahakan membayarnya secepat mungkin.
Penjual : saya tunggu ya lusa
Dari tuturan data (10) di atas dikatakan tindak tutur komisif “berjanji”
tindak tutur berjanji terdapat pada tuturan “iya bu’ saya serius, saya janji lusa saya usahakan membayarnya secepat mungkin”. Pada tuturan ini nampak, pembeli sedang berjanji kepada penjual bahwa dia akan segera membayar hutangnya.
Data 11 : menawarkan
“…Cantik ini adalah pakaian yang paling baru, cantik bagus dan lembut, belilah atau ambillah pakaina ini, tidak akan menyesal adik membeli pakaian ini, harganya murah hanya Rp.85.000”
Dari tuturan data (11) di atas dikatakan tindak tutur komisif
“menawarkan” tindak tutur menawarkan terdapat pada tuturan “ cantik ini adalah pakaina yang paling baru”. Pada tuturan ini nampak penjual sedang menawarkan
salah satu pakaian kepada pembeli guna untuk menbujuk pembeli agar mau membeli pakaian yang di jajakannya itu. Penjual menawarkan salah satu pakaian yang terbaru yang kainnya sangat bagus dan lembut, harganya murah hanya Rp.85.000.
45 Data 12 : bersumpah
Pembeli : cocokja dengan celana ini soalnya nanti kebesaranki mbak (saya cocok ya dengan celana ini, takutnya tidak cocok mbak nanti terlalu kebesaran dengan saya)?
Penjual : iye’ cantik cocok jaki (iya cantik kamu cocok) Pembeli : seriuski mbak (mbak serius)?
Penjual : seriuska, sumpahka lagi (saya serius, saya sumpah lagi).
Pembeli : oke kalau begitu mbak
Dari tuturan data (12) di atas dikatakan tindak tutur komisif “bersumpah”
tindak tutur bersumpah terdapat pada tuturan “saya serius, saya sumpah lagi”.
Pada tuturan ini nampak pedagang bersumpah dan meyakinkan kepada pelanggangnya bahwa celana yang dipilih pelanggangnya tadi sangat cocok.
5. Representatif/asertif
Representatif adalah tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Yang termasuk jenis tindak tutur jenis ini adalah tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporakn, memberikan kesaksian, menyebutkan dan berspekulasi. Tindak ilokusi pembeli yang berwujud representatif terlihat pada saat menawar atau bertanya kepada penjualnya.
Dalam hal ini, penjual menunjukkan salah satu barang dagangannya kepada pembeli. Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalangan berikut:
Data 13 : menunjukkan Pembeli : berapa ini mbak?
Penjual : kalau ini Rp. 55.000 cantik
Pembeli : ooo…tapi kalau yang itu digantung di sana mbak?
Penjual : kalau yang itu cantik, Rp. 75.000, tapi kainnya juga bagus Penggalang dialog di atas merupakan pola interaksi antara penjual dan pembeli yang berlangsung dalam konteks, penjual menunjukkan barang dagangannya kepada pembeli bahwa yang digantung harganya rp.75.000. dalam
46 hal ini, kalimat “kalau yang itu cantik” yang menekankan bahwa itu adalah kata menunjuk. Kemudian terdapat pula kalimat pada penggalang di atas yaitu penjual memuji barang dagangannya yang telah dia tunjuk.
Data 14 : menyatakan
“singgah cantik, di sini serba Rp.15.000 barangnya bagus-bagus semua dan serba murah”. Yang menyatakan hal tersebut adalah para penjual.
Data 15 : menyatakan
“gantungan jilbab cantik, harganya hanya Rp.18.000 dua ini bagus-bagus dan cantik-cantik”. penuturnya adalah penjual/pedagang.
Kutipan pada data (19 dan 20) merupakan wujud tindak tutur menyatakan sekaligus memberitahukan kepada pembeli. Kemudian terdapat pula tindak ilokusi ekspresi yang berwujud memuji, terdapat pada kalimat “barangnya bagus-bagus semua dan cantik murah lagi”.
Data 16 : melaporkan
“mbak kemarin celana jeansnya di sana mahal sekali dia jualkan”
penuturnya adalah mitra tutur/pembeli/pelanggang.
Kutipan pada data ke 16 merupakan wujud tindak tutur melaporkan.
Pembeli seakan memberitahukan kepada penjual bahwa harga celana jeans yang dijualkan oleh pedagang/penjual kemarin yang ditempat lain mahal. Bahasa Istilahnya dalam tindak tutur di pasar, kalimat “mbak kemarin celanan jeansnya di sana mahal sekali dia jualkan” kalimat ini termasuk tindak tutur melaporkan.
B. Pembahasan
Berdasarkan penyajian hasil analisis data dapat diuraikan hasil penelitian tentang tindak tutur ilokusi pada proses transaksi jual beli di pasar sentral Makassar. Tindak ilokusi para penjual/pedagang dan pembeli dalam interaksi jual beli di pasar sentral Makassar yang ditemukan terdiri atas lima (5) tindak tutur
47 ilokusi direktif, ekspresif, deklaratif, komisif, dan representatif yaitu tindak ilokusi penjual dengan pembeli, pembeli dengan penjual, penjual dengan penjual.
Berikut ini akan di bahas hasil penelitian atau analisis data berdasarkan tipe tindak tutur direktif, ekspresif, deklaratif, komisif dan refresentatif.
1. Direktif
Tindak tutur Direktif yang terdapat di dalam pasar sentral Makassar terdapat tuturan yaitu mengajak, memaksa, dan memohon.
Pertama, wujud tindak tutur direktif mengajak ini merupakan tindak tutur mengajak orang lain atau pelanggang untuk membeli barang dagangannya, tindak tutur direktif mengajak selalu dituturkan oleh para penjual kepada para pelanggang/pembeli/pengunjung di pasar sentral Makassar, yakni penjual secara langsung mengajak para pelanggang untuk singgah melihat-lihat barang dagangannya.
Kedua, wujud tindak tutur direktif memaksa terkadang selalu dilakukan oleh sebagian pedagang/penjual di pasar sentral Makassar pada saat menawarkan barang dagangannya. Penutur melakukan tindakan ini, supaya mitra tutur jadi membeli barang tersebut walaupun sebenarnya mitra tutur secara terpaksa membelinya.
Ketiga, wujud tindak tutur direktif memohon sama halnya dengan wujud tindak tutur memaksa, wujud ini biasa di lakukan oleh pedagang di pasar sentral Makassar pada saat menawarkan barang dagangannya tersebut. Penjual melakukan hal ini karena dengan cara yang seperti ini pembeli/pelanggang terpikat untuk membeli barang tersebut.
48 2. Ekspresif
Pertama, wujud tindak tutur ekspresif meminta maaf ini beberapa kali dituturkan oleh para penjual begitupun dengan para pelanggang/pembeli dalam transaksi/interaksi jual beli di pasar sentral Makassar, yakni pembeli/pelanggang meminta maaf kepada penjual karena celana yang dia beli kemarin tidak cocok dan dia ingin menukarnya dengan barang yang sama tetapi ukuran yang lebih besar dari yang dibelinya kemarin.
Hal tersebut di atas senada dengan pendapat Searle (1980: 16) yang mengatakan bahwa tindak tutur meminta maaf (apologizing) mengekspresikan simpati dan penyelesaian yang dirasakan oleh penutur kaena telah melukai atau mengganggu mitra tutur.
Kedua, wujud tindak tutur ekspresif basa-basi ini selalu di tuturkan oleh para pelanggang dan penjual dalam transaksi/interaksi jual beli di pasar sentral Makassar, yakni penjual/pedangan basa-basi, ini adalah cara penjual untuk memikat para pembeli/pelanggang supaya dengan cara seperti itu pelanggang/pengunjung bisa membeli barang dagangannya.
Ketiga, wujud tindak tutur ekspresif memuji merupakan ungkapan yang dilakukan oleh penutur/penjual. Tindak tutur ini sering kali di tuturkan oleh para penjual/pedagang di pasar sentral Makassar. Penutur ingin para pembeli membeli dagangannya oleh karena itu dia memuji barang dagangannya.
Hal demikian senada dengan pendapat Chulsum (2006: 552) yang mengatakan bahwa memuji merupakan suatu ungkapan melahirkan ketakjubkan hati terhadap sesuatu yang dianggap memiliki kelebihan.
Keempat, wujud tindak tutur ekspresif berterima kasih merupakan suatu ungkapan yang dituturkan oleh pembeli. Tindak tutur ini selalu di tuturkan oleh penjual maupun pembeli di pasar sentral Makassar. Penutur mengucapkan terima kasih karena pembeli/pelanggang tadi membeli barang dagangannya.
49 Hal tersebut senada dengan pendapat Chulsum (2006: 657) yang mengatakan bahwa ucapan terima kasih merupakan ungkapan atau melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan dari orang lain.
Kelima, wujud tindak tutur ekspresif mengucapkan selamat merupakan suatu ungkapan yang dituturkan oleh penjual kepada penjual. Tindak tutur ini hanya satu kali dituturkan oleh penjual di pasar sentral Makassar. Penutur mengucapkan selamat karena penjual di sampingnya barang dagangannya laku atau laris pada bulan ini.
3. Deklaratif
Pertama, wujud tindak tutur deklaratif mengizinkan merupakan suatu ungkapan yang biasa dituturkan oleh para pelanggang ketika mitra tutur meminta izin untuk melihat pakaian yang telah dijual. Tindak tutur ini biasa dituturkan oleh para penjual di pasar sentral Makassar. Penutur mengatakan bahwa dia mengizinkan para pelanggangnya untuk melihat barang dagangannya.
Kedua, wujud tindak tutur deklaratif memberi nama merupakan suatu ucapan yang biasa dituturkan oleh para penjual/pedagang. Tindak tutur ini biasa dituturkan oleh para pedagang di pasar sentral Makassar. Penutur/pedagang mengatakan dengan menyebut baju tersebut dengan sebutan baju Ayu Ting Ting.
4. Komisif
Pertama, wujud tindak tutur komisif berniat merupakan tindakan bertutur untuk menyatakan niat melakukan suatu pekerjaan/tindakan bagi orang lain.
Tindak tutur ini beberapa kali dituturkan oleh teman penjual dipasar sentral Makassar. Dia hanya ingin membantu menjual, tuturan yang dituturkan oleh
50 teman penjual tersebut merupakan tuturan berniat. Dia memiliki niat yang tulus untuk membantu lawan tuturnya.
Hal tersebut sepadan dengan pendapat Chulsum, (2006: 482) yang menyatakan bahwa niat yakni bermaksud akan melakukan sesuatu.
Kedua, tindak tutur komisif berjanji merupakan suatu ungkapan yang dilakukan oleh penutur dengan menyatakan melakukan suatu pekerjaan yang dimintai orang lain. Tindak tutur seperti ini dituturkan oleh pembeli, yakni tuturan pembelidia berjanji akan membayar secepat mungkin baju yang dia pinjam kemarin.
Uraian tersebut di atas, senada dengan pendapat Chulsum (2006:
595) yang menyatakan bahwa sanggup merupakan bersedia melakukan atau melaksanankan sesuatu.
Ketiga, wujud tindak tutur komisif bersumpah merupakan ungkapan tindak tutur untuk meyakinkan mitra tutur tentang apa yang dituturkan oleh penutur ialah benar seperti yang dikatakan. Tindak tutur ini hanya satu kali ditturkan oleh penjual dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar, yakni penutur atau penjual bersumpah kepada mitra tutur atau pembeli bahwa celana yang dia beli tadi cocok dan tidak kebesaran. Penjual mengutarakan sumpah tersebut untuk meyakinkan pelanggangnya bahwa dia sungguh-sungguh mengatakannya.
Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Chulsum (2006: 598) yang mengatakan bahwa ikrar yang disampaikan dengan sungguh-sungguh atau pernyataan yang diucapkan secara resmi.
Keempat, Tindak tutur memutuskan merupakan suatu tuturan memutuskan sesuatu kepada orang lain. Tindak tutur seperti ini selalu dituturkan oleh mitra tutur atau pembeli di dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar, yaitu
51 tuturannya si pembeli akan membeli barang dia pilih-pilih tadi. Hal tersebut senada dengan pendapat Searle (1999: 16) yang mengatakan bahwa tindak tutur
51 tuturannya si pembeli akan membeli barang dia pilih-pilih tadi. Hal tersebut senada dengan pendapat Searle (1999: 16) yang mengatakan bahwa tindak tutur