• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR SENTRAL MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR SENTRAL MAKASSAR"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR SENTRAL MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Subaedah 105337079 12

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Oktober, 2016

(2)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

hidup adalah belajar

belajar bersyukur dikala senang

belajar bersabar jika dalam kesusahan

Kupersembahkan karya ini untuk:

kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku yang tercinta dan orang yang tersayang serta teman-teman seperjuanganku

atas keikhlasan serta doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan impian menjadi kenyataan.

(3)

ABSTRAK

Subaedah. 2016. ”Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sentral Makassar”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Rahman Rahim dan pembimbing II Juanda.

Tindak tutur merupakan suatu tindakan ketika penutur mengeluarkan ujaran dan tindak ilokusi adalah salah satu wujud tindak bahasa yang digunakan untuk menyatakan sekaligus melakukan tindakan. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh para penjual dan pembeli di pasar Sentral Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang didesain melalui penelitian analisis data.dengan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan memberikan informasi tentang masalah yang diteliti, dengan pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi langsung ke lapangan dan merekam. Penelitian ini dilaksanakan di pasar Sentral Makassar. Data dianalisis secara kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah pedagang dan pembeli atau pelanggang. Tindakan yang telah diberikan dimaksudkan untuk mengetahui wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar Sentral Makassar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wujud tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh para pedagang dan para pelanggang atau pembeli adalah tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur deklaratif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur refresentatif. Tindak tutur direktif berupa mengajak, memaksa, memohon. tindak tutur ekspresif dalam bentuk meminta maaf, rasa senang, basa- basi, memuji, berterima kasih, mengucapkan selamat. tindak tutur deklaratif/deklarasi berupa mengizinkan/membolehkan, memberi nama. tindak tutur komisif dalam bentuk berniat, berjanji, bersumpah, memutuskan. tindak tutur refresentatif/asertif berupa menunjuk/menunjukkan, menyatakan dan melaporkan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, yang didapatkan bahwa wujud tindak tutur ilokusi yang dimiliki pedagang maupun pelanggang/pembeli di pasar Sentral Makassar merupakan salah satu strategi dagang untuk menarik simpati pembeli begitupun dengan pelanggang/pembeli.

Kata Kunci: Wujud Tindak Tutur Ilokusi, Transaksi Jual Beli

(4)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sentral Makassar”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dengan selesainya skripsi ini tidaklah berarti bahwa skripsi ini sudah dalam bentuk yang sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Amiruddin dan Sitti yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai dengan ikhlas tulus dan penuh kasih sayang demi keberhasilan penulis. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada Dr. Rahman Rahim, M. Hum., dan Dr. Juanda, M. Hum., pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A.

(5)

ix

Sukri Syamsuri, M. Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dra. Munirah, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Muh. Jaenul, S. Sos.

Kepala Unit I Pasar Sentral Makassar Mall yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuanganku, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2012 khususnya kelas D atas segala kebersamaan, motivasi, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun, karena penullis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Makassar, Oktober 2016

Penulis

(6)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Pragmatik ... 7

a. Pengertian Pragmatik ... 7

b. Fungsi Pragmatik ... 8

2. Implikatur ... 9

a. Pengertian Implikatur ... 9

b. Jenis-Jenis Implikatur... 10

3. Tindak Tutur... 13

a. Pengertian Tindak Tutur ... 13

(7)

xi

b. Jenis-Jenis Tindak Tutur ... 20

c. Fungsi Tindak Tutur ... 25

4. Aspek-Aspek Tindak Tutur ... 27

B. Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 30

B. Desain Penelitian ... 31

C. Batasan Istilah ... 31

D. Instrument Penelitian ... 32

E. Sasaran/Fokus Penelitian ... 32

F. Data dan Sumber Data ... 33

G. Populasi dan Sampel ... 33

H. Pengumpulan Data ... 34

I. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Simpulan ... 53

B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. latar Belakang

Tindak tutur merupakan suatu tindakan ketika penutur mengeluarkan ujaran. Dalam proses transaksi jual beli di Pasar Sentral Makassar terdapat tindak tutur. Penelitian ini membahas tentang penggunaan tindak tutur serta ilokusi di Pasar Sentral Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa penggunaan tindak tutur ilokusi dalam proses transaksi jual beli di Pasar Sentral Makassar.

Manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa yang merupakan salah satu alat vital dalam pembentukan masyarakat. Bahkan bahasalah yang menandakan manusia sebagai makhluk yang berakal. Banyak yang mengatakan bahwa bahasa adalah sumber kehidupan dan kekuatan manusia. Dengan demikian, setiap manusia yang ingin mempertahankan keberadaannya dalam kehidupan sosial paling tidak harus mengenal bahasa.

Selain bahasa sebagai alat pembentuk masyarakat, bahasa juga sebagai alat vital yang ampuh untuk menyatakan/menyampaikan maksud, pikiran, gagasan, konsep dan perasaan kepada orang lain. Dengan bahasalah kita bisa menangkap maksud, pikiran, gagasan, konsep dan perasaan orang lain dan dengan bahasa kita dapat meminta pertolongan dan dapat melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan orang lain. Dengan demikian, bahasa merupakan kelengkapan yang vital dalam kehidupan manusia.

1

(9)

2 Begitu pentingnya bahasa sehingga dapat dinyatakan bahwa bahasa dan manuisa tidak dapat dipisahkan serta bahasa selalu mengikuti manusia dalam setiap aktifitasnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Samsuri (1987) yang menyatakan bahwa:

“Mulai saat bangun pagi-pagi sampai jauh malam waktu ia istirahat, manusia tidak lepasnya menggunakan bahasa, malahan waktu tidur pun tidak jarang ia menggunakan bahasanya. Pada waktu manusia kelihatan tidak berbicara pada hakikatnya ia masih juga memakai bahasa, karena perasaannya. Keinginan dan perbuatan, alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi adalah bahasa. Bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling berakar pada masyarakat.

Bahasa adalah tanda yang paling jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang paling jelas dari pada budi kemanusiaan. Dari pembicaraan seseorang kita dapat menangkap tidak hanya keinginannya, adat istiadatnya dan lain sebagainya” (Wardihan, 1999: 42).

Manusia dalam berkomunikasi menggunakan bahasa, baik dalam komunikasi lisan atau tertulis. Dalam berkomunikasi manusia dapat menyapa, bertanya dan mengutarakan pendapat. Proses manusia dalam menyapa, bertanya dan mengutarakan pendapat pasti berbeda pada setiap individu-individunya, sehingga setiap individu menggunakan bahasa atau kalimat-kalimat yang mudah untuk menyapa, bertanya, dan mengutarakan pendapat agar dapat dipahami.

Sosiologi telah lama mencatat kelompok-kelompok manusia bukan hanya dibedakan dari bahasa yang digunakan melainkan juga dari tempat tinggal, kondisi sosial, pekerjaan dan status ekonomi. Dari beberapa perbedaan itu, masyarakat mempunyai ciri atau dialek serta variasi bahasa sendiri. Dari perbedaan tersebut, Searle mengemukakan bahwa dalam berkomunikasi yang menggunakan bahasa selalu terdapat tindak tutur. Searle berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekadar lambang, kata, atau kalimat, tetapi akan lebih

(10)

3 tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.

Tindak tutur para penjual dan pembeli tanpa disadari sering memiliki makna yang berbeda dari yang diucapkannya. Penyampaian pesan secara implisit dalam tindak tutur para penjual dan pembeli juga dapat menyebabkan salah pengertian (misscomunication) atau dalam transaksi jual beli (antara pedagang dengan pembeli) terkadang muncul komunikasi yang tidak disadari sehingga mengakibatkan batalnya proses transaksi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti beranggapan bahwa penelitian tentang analisis tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar menarik untuk diteliti secara mendalam sehingga lebih komprehensif.

Tindak tutur ilokusi sangat menarik untuk diteliti, karena tindak tutur para penjual pada waktu menawarkan dagangannya terkadang sulit untuk dimaknai dan kadang sikap para penjual pada waktu menawarkan dagangannya terdengar kurang sopan saat penjual berbicara atau menawarkan dagangannya dengan pembeli, banyak memaksa pembeli untuk membeli dagangannya. Perkembangan bahasa seseorang selama tidak berjalan dengan normal kadang ada hambatan- hambatan sehingga berpengaruh terhadap tindak tutur yang digunakan seseorang saat melakukan percakapan. Hal ini dapat terlihat pada tekanan suara keras dari seorang penjual/pedagang, baik untuk menyatakan informasi maupun perintah sehingga lawan tutur atau pembeli terkadang merasa kebingungan dengan apa yang dinyatakan seorang penjual.

Tindak tutur ilokusi dalam komunikasi pada suatu penelitian penting untuk diperhatikan. Hal ini searah dengan pendapat Kushartati, Yuwono dan Lauder

(11)

4 yang menyatakan bahwa tindak tutur ilokusi dalam komunikasi merupakan bentuk sikap ekspresi yang memberikan bentuk sikap ekspresi yang memberikan ruang terjadinya beberapa tipe tindak tutur. Ilokusi merupakan tuturan yang dapat didekode oleh penutur yang mempermudahkan mitra tutur yang membedakan interpretasi maksud tutur dalam tindakan. Rohmadi menyatakan bahwa tindak ilokusi memberikan tantangan dalam penelitian kebahasaan sebab tindak ilokusi sulit diidentifikasikan harus terlebih dahulu mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur.

Penelitian yang relevan sebelumnya tentang tindak tutur memang sudah pernah dilakukan oleh Erwin (2008). Akan tetapi, Erwin meneliti Tindak Tutur Ilokusi dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sentral Takalar yang menekankan pada tuturan yang diungkapkan oleh beberapa suku. Selanjutnya, pernah juga dilakukan oleh Radiansyah dan Jumadi. Akan tetapi, Radiansyah dan Jumadi meneliti Tindak Tutur dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura menekankan pada apa saja jenis penggunaan tindak tutur dalam transaksi jual beli di pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Dari penelitian yang sudah dilakukan, jelas berbeda karena penelitian yang dilakukan penulis lebih menekankan atau fokus pada tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar yang menekankan pada tuturan yang diungkapkan oleh para pedagang dan pembeli di pasar sentral tersebut. Yang mana ilokusi adalah tekanan komunikatif dari tuturan atau tindak tutur ilokusi tersebut biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan dan menjanjikan.

(12)

5 Sehubungan dengan observasi pendahuluan, di pasar sentral Makassar merupakan tempat transaksi jual beli yang terdiri dari banyak suku serta beragam bahasa yang dipergunakan. Keragaman bahasa yang digunakan pada tempat transaksi jual beli sangat mempengaruhi tindak tutur untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh penjual dan pembeli.

Hal inilah yang menumbuhkan hasrat bagi penulis, ingin mengkaji lebih lanjut mengenai “Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sentral Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini.“Bagaimana wujud tindak tutur ilokusi yang dilakukan oleh para penjual dan pembeli di pasar Sentral Makassar”?

C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya setiap aktivitas yang dilakukan oleh makhluk Allah pasti mengarah kepada pencapaian tujuan yang secara optimal. Tujuan itu erat kaitannya dengan judul yang akan dibahas dalam penelitian ini. Perumusan tujuan dianggap penting sebagaimana rumusan masalah, karena rumusan tujuan menunjukkan arah yang merupakan target yang harus dicapai sehingga dalam pengumpulan data informasi harus tepat.

Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu:”Untuk mengetahui wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar Sentral Makassar”.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka manfaat penelitian ini adalah:

(13)

6 1. Manfaat secara teoritis

a. Sebagai data dasar bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan dalam lingkup masalah yang sejenis.

b. Hasil penelitian ini berguna untuk menambah ilmu pengetahuan tentang teori-teori tindak tutur ilokusi yang sudah ada.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi peneliti lain yang ingin mengkaji mengenai tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar.

2. Manfaat secara praktis

a. Untuk menjadi sumber informasi bagi para pembaca, khususnya mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia tentang bagaimana penggunaan tindak tutur ilokusi yang benar.

b. Semoga hasil penelitian ini dapat menolong para pengguna bahasa agar mereka bisa memahami betul kata yang digunakan pada saat berbahasa atau pada saat proses interaksi berlangsung, sehingga mereka yang mendengar kata atau kalimat yang dituturkan tidak bingung dan tidak salah pengertian.

(14)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Muh.

Erwin pada tahun 2008 dan pernah pula dilakukan oleh Emmy Kasim pada tahun 2010. Persamaan penelitian ini terletak pada objek meneliti Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar. Perbedaan penelitian inidari segi kebahasaan atau dialek daerah dan tempat penelitian.

Dalam tinjauan pustaka ini diuraikan beberapa kerangka teori yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian. Sehubungan dengan beberapa masalah yang akan diteliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan judul ini akan diuraikan sebagai berikut.

1. Pragmatik

a. Pengertian Pragmatik

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang semakin maju saat ini. Sekitar dua dasawarsa silam cabang ilmu bahasa tidak pernah disambut oleh pakar bahasa. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis bahwa upaya menguatkan hakikat bahasa yang tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi (Leech, 1993: 1).

Menurut Firt (Unismuh 2010:1) mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi tindakan (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain

7

(15)

8 yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak tindak tutur dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan.

Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa secara eksternal Echy (Asmawati, 2013). Ilmu mengenai bagaimana penggunaan satuan kebahasaan di dalam peristiwa komunikasi. Makna yang dikaji ilmu pragmatik merupakan makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji penutur dalam peristiwa komunikasi.

Menurut Yule (2006: 3) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar.

Sebagai akibat studi ini, lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tutur-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tutur itu sendiri.

Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahwa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadai dan melatar belakangi bahasa (Rahardi, 2005: 49)

b. Fungsi Pragmatik

Fungsi pragmatik yang tersirat dari maksud tuturan dalam suatu percakapan merupakan wujud implikatur percakapan. Keseluruhan fungsi pragmatik sebagai jabaran dari hasil taksonomi. Searle mengelompokkan ke dalam lima kelompok, yaitu: 1) menyatakan, melaporkan, menunjukkann menyebutkan; 2) menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menentang; 3) memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh; 4) berjanji, bersumpah, mengancam; 5) memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan,

(16)

9 memohon maaf. Kelima kategori itu merupakan fungsi pragmatik yang dapat ditemukan sebagai akibat pelanggaran prinsip kerjasama.

2. Implikatur

a. Pengertian Implikatur

Kata ‘Implikatur’ berasal dari verba ‘to imply’. Secara etimologis, ‘to imply’ berarti melipat sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Jadi, sesuatu yang diimplikasikan adalah ‘dilipat’, dan untuk memahaminya harus ‘dibongkar’.

Dengan demikian, implikatur percakapan adalah sesuatu yang tersirat di dalam pemakaian bahasa yang sebenarnya.

Implikatur adalah ‘penyiratan’; konsep yang mengacu pada sesuatu yang diimplikasikan oleh sebuah tuturan yang tidak dinyatakan di dalam pemakaina bahasa yang sebenarnya.

Istilah implikatur dikemukakan oleh Grice (1975) untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Dalam artikelnya yang berjudul Logical of Conversation. Grice mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan preposisi yang bukan merupakan dari tuturan tersebut.

Proposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut dengan implikatur percakapan.

Jadi, implikatur percakapan adalah implikasi dari suatu tuturan yang berupa preposisi yang sebenarnya bukan bagian dari tuturan tersebut.

Tuturan yang berbunyi “Bapak datang, jangan menangis” tidak semata- mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari tempat-tempat tertentu. Si penutur bermaksud memperingatkan petutur bahwa

(17)

10 sang ayah yang bersikap keras dan sangat kejam itu melakukan sesuatu terhadapnya apabila petutur masih tetap menangis.

Dengan kata lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang sangat keras, kejam, serta sering marah-marah pada anaknya yangsedang menagis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkannya itu bersifat tidak mutlak.

Inferensi maksud tuturan itu harus berdasarkan pada konteks situasi tutur yang mewadai munculnya tuturan tersebut.

b. Jenis-jenis Implikatur 1) Implikatur percakapan

Asumsi dasar percakapan adalah jika tidak ditunjukkan sebaliknya, bahwa peserta tuturnya mengikuti maksim-maksim prinsip kerjasama.

Contohnya:

Lisa:”Saya harap kamu membawakan permen dan roti”

Dian:”Ah, saya bawakan roti”

Pada contoh tuturan di atas, Lisa berasumsi baha Dian melakukan kerjasama dan tidak sadar sepenuhnya tentang maksim kuantitas, karena tidak menyebutkan permen. Jika dia membawa permen, maka dia akan seharusnya bermaksud supaya Lisa menyimpulkan bahwa apa yang dia katakana melalui suatu implikatur percakapan. Penuturlah yang menyampaikan makna melalui implikatur dan penuturlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi.

(18)

11 2) Implikatur percakapan umum

Implikatur percakapan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan, maka disebut implikatur percakapan umum

Contohnya:”Saya suatu hari duduk disebuah kebun. Seorang anak kecil melongok lewat pagar”.

Pada contoh tuturan di atas, bahwa kebun dan anak yang disebutkan tersebut bukan milik penutur, diperhitungkan pada prinsip kerjasama bahwa apabila penutur mampu lebih spesifik (yaitu menjadi lebih informative karena mengikuti maksim kuantitas), kemudian mengatakan ‘kebunku’ dan anakku.

3) Implikatur Berskala

Informasi selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala niali. Ini secara khusus tampak jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapakan kuantitas, seperti yang ditunjukkan dalam istilah-istilah didaftar dari skala niali tertinggi ke nilai rendah: (Semua sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, selalu, sering, kadang-kadang).

Contoh:”Saya sedang belajar ilmu bahasa dan saya telah melengkapi beberapa mata pelajaran yang dipersyaratkan”.

Dengan memilih kata “beberapa” dalam contoh tuturan di atasa penutur menciptakan suatu implikatur berskala. Implikatur berskala adalah semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila dalam skala itu dinyatakan.

4) Implikatur Percakapan Khusus

Pada sebuah percakapan, implikatur telah diperhitungkan tanda adanya pengetahuan khusus pada konteks tertentu. Akan tetapi, seringkali percakapan kita

(19)

12 terjadi dalam konteks yang sangat khusus. Interferensi-interferenis yang demikian dipersyaratkan untuk menetukan maksud yang disampaikan menghasilkan implikatur percakapan khusus.

Contoh:

Agus: ”Apakah kamu suka bakso?”

Rina: “Apakah itu daging?”

Pada contoh di atas, jawaban Rina tidak memberikan suatu jawaban “ya”

atau “tidak”.Agus harus berasumsi bahwa Rina melaksanakan kerjasama. Jadi, Agus menganggap pertanyaan ‘daging’ Rina, jawabannya ‘ya’.Jadi, jawabannya sudah dimengerti, tetapi sifat dasar jawaban Rina juga mengimplikasikan jawaban terhadap pertanyaan itu.

5) Implikatur Konvensional

Implikatur konvensional tidak didasarkan pada kerjasama atau maksim- maksim. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan dan tidak pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan apabila yang disampaikan kata-kata itu digunakan. Kata penghubung “tetapi”

adalah salah satu kata-kata ini.

Contoh: “Andri menyarankan warna hitam tetap warna putih”

Pada contoh di atas, kenyataan Andri menyarankan warna hitam, bertolak belakang dengan pilihan saya warna cokelat. Melalui implikatur konvensional

“tetapi”.

(20)

13 3. Tindak Tutur

a. Pengertian Tindak tutur

Antara peristiwa tutur dan tindak tutur terdapat kaitan yang erat sekali.

Jika peristiwa tutur merupakan gejala sosial terdapat interaksi antara penutur dalam situasi tertentu yang lebih menitikberatkan kepada tujuan peristiwa, tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat pisikologis dan di tentukan oleh kemanpuan penutur bahasa dalam menhadapi situasi tertentu dengan menperhatikan makna dan arti tuturan. Oleh karena itu, dalam setiap peristiwa tutur terdapat serangkaian tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Istilah dan teori mengenai tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard, pada tahun 1956. Teori yang berasal dari materi kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. urmson (1965) dengan judul How to do Thing With with Word?. Tetapi teori tersebut baru menjadi terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969) menerbitkan buku berjudul Speech Act and Essay in The Philosophy of Language.

Menurut Djajasudarma (1994: 67), tindak tutur akan berkembang dan merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara-pendengar/penulis- pembaca serta yang dibicarakan. Selanjutnya, Ismari (1995: 6) mengemukakan tindak tutur sebagai berikut:

“Tindak tutur dapat diberikan sebagai sesuatu yang sebenarnya kita lakukan ketika kita berbicara. Ketika kita terlibat dalam percakapan, kita melakukan beberapa tindakan seperti: melaporkan, menyatakan, menyarankan, mengkritik, meminta, dan lain-lain. Suatu tindak tutur dapat didefenisikan sebagai unit terkecil aktivitas berbicara yang dapat dikatakan memiliki fungsi”

(21)

14 Dari kutipan di atas, Ismari memberikan definisi tindak tutur sebagai kegiatan dalam berbicara yang memiliki fungsi. Kegiatan yang dimaksud adalah segala tindakan yang dilakukan ketika terlibat percakapan, seperti bertanya, meminta maaf, mengucapkan terima kasih.

Teori tindak tutur merupakan salah satu teori yang mencoba mengkaji hubungan antara tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penuturnya.

Dengan berpandangan bahwa:

1. Bahasa merupakan sarana utama komunikasi

2. Bahasa baru memiliki makna jika direalisasikan dalam bentuk aktivitas (tindakan) komunikasi yang nyata, misalnya membuat pernyataan, memberikan perintah, menyatakan sesuatu, membuat janji, dan sebagainya.

Teori tindak tutur relatif masih baru. Ia bertitik tolak dari asumsi bahwa unit minimal dari komunikasi manusia bukanlah tindak atau ekspresi lainnya, melainkan merupakan penampilan tindak tertentu seperti membuat pernyataan, bertanya, memberi perintah, menjelaskan, mendeskripsikan, meminta maaf, mengucapkan terima kasih, dan sebagainya. Tindak tutur seperti itu disebut tindak tutur ilokusi.

Menurut Chaer (2004: 16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Menurut Purwo (1989: 19), di dalam mengatakan sesuatu dengan mengucapkan kalimat tersebut. Di dalam pengucapan kalimat seseorang juga menindakkan sesuatu hal, seperti permintaan, pemberian izin, tawaran/menawarkan, atau ajakan hal ini mengisyaratkan bahwa dalam

(22)

15 komunikasi sering terjadi perbedaan antara apa yang diucapkan dengan maksud yang sebenarnya ingin disampaikan.

Tindak tutur terdiri dari dua kata yakni tindak dan tutur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tindak adalah langkah awal dan tutur adalah ucapan atau perkataan. Kedua kata tersebut mengandung makna, tindak tutur merupakan awal perkataan yang diucapkan oleh seseorang dalam melakukan aktifitas komunikasi. Ilokusi adalah tekanan komunikatif dari tuturan. Penuturan bahasa yang dipergunakan merupakan karakter manusiawi untuk membedakannya dari makhluk lain.

Agustin dan Searle (2013) mengatakan bahwa tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar analisis topik- topik pragmatik lain seperti praanggapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Tindak tutur memiliki bentuk yang bervariasi untuk menyatakan suatu tujuan. Misalnya menurut ketentuan hukum yang berlaku di Negara ini,

“Saya memerintahkan Anda untuk meninggalkan gedung ini segera”.Tuturan tersebut juga dapat dinyatakan dengan tuturan “Mohon Anda meninggalkan tempat ini sekarang juga” atau cukup dengan tuturan “Keluar”. Ketiga contoh tuturan di atas dapat ditafsirkan sebagai perintah apabila konteksnya sesuai.

Tindak tutur dalam istilah Indonesia di antaranya mengacu pada tindak bahasa, tindak ujar ataupun tindak komunikatif. Perbedaan istilah ini terlepas dari suatu tindakan tertentu, sebagaimana yang diungkapkan Searle bahwa bertutur adalah performasi dari suatu tindakan. Menurutnya teori tindak tutur sebagai salah satu teori yang mencoba hubungan antara tuturan dengan tindakan yang dilakukan

(23)

16 oleh penuturnya berfungsi sebagai sarana komunikasi. Tuturan baru memiliki makna jika tuturan tersebut telah direalisasikan dalam bentuk aktivitas komunikasi nyata.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, peristiwa tutur dapat dipahami maksudnya dengan benar apabila seseorang memperlihatkan komponen- komponen tutur yang diakronimkan menjadi speaking. Seperti yang dikatakan oleh Dell Hymes (1972) menyatakan, bahwa ada delapan komponen yang harus diperhatikan dalam suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa yang diakronimkan menjadi, yaitu:

1) Setting and scene. Settingunsur yang berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung. Sedangkan Scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan.

2) Participants yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan/percakapan, misalnya percakapan antara Anto selaku pedagang dengan konsumennya tentu berbeda apabila partisipasinya bukan Anto dengan konsumennya melainkan Andi dengan sesamanya pedagang.

3) Ends, yaitu merujuk pada maksud dan tujuan percakapan/pertuturan 4) Acts sequence menace, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran

5) Keys, yang mengacu pada nada, cara dansemangat dalam melakukan percakapan.

6) Instrumentalities, yaitu yang mengacu pada jalur bahasa yang digunakan seperti secara lisan dan tulis.

(24)

17 7) Norm of Interaction and Interpretation, yaitu yang mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya yang berhubungan dengan cara bertanya dan sebagainya.

8) Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian atau menunjukkan pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan

Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicara. Chaer (2004: 48) menjelaskan bahwa waktu, tempat dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi, anda harus berbicara seperlahan mungkin.

Selain setting and scene Hymes juga menjelaskan tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu komunikasi. Tokoh-tokoh yang terlibat tersebut dinamakan Participant. Chaer (2004: 48-49) mendefinisikan participant sebagai pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara atau pendengar; tetapi dalam khotbah di masjid, khotib sebagai pembicara dan Jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orangtua atau gurunya, bila dibandingkan berbicara dengan teman-temannya.

(25)

18 Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Sebuah tuturan memiliki maksud dan tujuan antara pihak yang berkomunikasi. Sebuah tuturan juga memiliki pesan yang ingin disampaikan. Chaer (2004: 49) berpendapat baha peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud menyelesaikan suatu kasus perkara; namun partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwah, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil.

Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran danisi ujaran. Bentuk sebuah ujaran dapat bermacam-macam. Sebuah ujaran juga memiliki isi yang bermacam- macam. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicara. Bentuk ujaran dalam kuliah umum dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga isi ujaran yang dibicarakan (Chaer dan Leoni, 2004: 49).

Key, mengacu pada nada, cara dan semangat. Suatu pesan dapat disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong dan dengan mengejek. Hal ini dapat juga ditujukan dengan gerak tubuh dan isyarat (Chaer dan Leoni, 2004: 49).

Instrumentalies, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis melalui telegraf atau telepon. Chaer (2004: 49) mengatakan bahwa instrumentalies mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa dialek, fragman atau register.

(26)

19 Norm of interactionand interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Seperti yang dicontohkan Chaer (2004: 49) misalnya yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.

Genre, genre merupakan jenis-jenis sesuatu.sebuah tuturan dapat berbentuk , seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya (Chaer dan Leonie, 2004: 49).

Selanjutnya dijelaskan bahwa validitas tuturan performatif bergantung pada terpenuhinya beberapa syarat yang disebut Velocity condition. Adapun syarat-syarat yang diajukan terdiri atas:

a) Orang yang mengutarakan dan situasi pengaturan tuturan itu harus sesuai.

b) Tindakan itu harus dilakukan secara sungguh-sungguh oleh penutur dan lawan tutur.

c) Penutur dan lawan tutur harus memiliki niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan tindakan itu.

Dalam suatu peristiwa tindak tutur ada beberapa aspek yang secara simultan bergerak melingkar, meliputi:

1) Penutur dan petutur , penutur mengacu pada pembicara (orang yang berbicara) dan petutur mengacu pada orang yang menerima pesan dan menginterpretasikan

2) Konteks tuturan, ialah faktor-faktor nonlinguistik proses komunikasi.

3) Tujuan tuturan, ialah sesuatu yang dimaksud oleh penutur. Istilah ini dihubungkan dengan pemilihan kode dalam komunikasi, bahasa yang digunakan untuk mengkodekan pesan dan menimbulkan pesan.

(27)

20 4) Tuturan sebagai bentuk aktivitas (tindak tutur) dalam situasi pertuturan

tertentu.

5) Tuturan sebagai produk tindak (aktivitas). Pada aspek ini, tuturan lebih difokuskan pada hasil suatu tindak verbal dari pada tindak verbal itu sendiri.

b. Jenis-Jenis Tindak Tutur

Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan dan perintah, begitu juga dengan tindak tutur dapat berwujud pernyataan, pertanyaan dan perintah. Chaer (2004: 53) membagi tindak tutur menjadi tiga, yaitu:

Selanjutnya, ketiga jenis tindak tutur tersebut diuraikan lebih rinci sebagai berikut:

1) Tindak Lokusi

Tindak tutur lokusi merupakan aktivitas bertutur kalimat tanpa disertai tanggung jawab penutur untuk melakukan suatu tindak tertentu. Pada jenis tindak lokusi ini si penutur tidak ada kewajiban untuk bertindak atas tuturannya. Dalam tindak lokusi, seseorang penutur mengatakan sesuatu secara pasti. Dengan demikian, sesuatu yang diutamakan dalam tindak bahasa lokusi adalah isi tuturan yang diungkapkan penutur, misalnya: Ia mengatakan kepada saya, ‘bawalah ia ke pasar!’

Pada contoh di atas, kata “bawalah” mengacu pada tindakan yang ditujukan pada orang ketiga, dalam bentuk kalimat tersebut, tidak ada keharusan bagi “saya” (penutur) untuk melakukan isi tuturannya, yaitu “membawa dia”.

Penutur hanya memberitahukan tentang “ia” yang “memerintah,” sedangkan

(28)

21 pelaksanannya di luar tindak lokusi, atau bahkan telah bergeser pada tindak tutur lainnya.

2) Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono, 1999:37). Leech (Rustono, 1999: 38) untuk memudahkan identifikasi ada beberapa verba yang memadai tindak tutur ilokusi.

Beberapa verba itu antara lain mengucapakan suatu pernyataan, tawaran, melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterima kasih, mengusulkan, mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, mendesak, dan sebagainya, misalnya: “rambutmu sudah panjang”

Bila kalimat diucapkan oleh seorang laki-laki kepada pacarnya, mungkin berfungsi untuk menyatakan kekaguman atau kegembiraan. Akan tetapi, bila diutarakan oleh seorang ibu kepada anak lelakinya, atau oleh seorang istri kepada suaminya, kalimat ini dimaksudkan untuk menyuruh atau meminta agar sang suami memotong rambutnya.

Keunikannya yang menjadi perbedaan antara tindak ilokusi dan tindak lokusi adalah terdapatnya daya kekuatan yang mendorong penutur untuk melakukan sesuatu hubungan dengan isi tuturan ini bisa disebut kekuatan ilokusi.

Uraian diatas merupakan tindak ilokusi yang secara potensial berada di bawah kontrol penutur, dan yang lebih diutamakan adalah tanggung jawab penutur untuk sedang, telah, dan akan melakukan sesuatu dengan isi tuturannya.

Dengan demikian, pengidentifikasi tindak ilokusi terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan, dan di mana tindak tutur itu terjadi.

(29)

22 Lebih jelas lagi Searle (Rustono, 2009: 39-43) membuat klasifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu:

1) Representatif

Menurut Searle, tindak tutur representatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Tindak tutur jenis ini disebut tindak tutur asertif. Yang termasuk jenis tindak tutur jenis ini adalah tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporakn, memberikan kesaksian, menyebutkan dan berspekulasi. Contoh: “Bapak Gubernur meresmikan gedung baru ini”.

2) Komisif

Menurut Searle memberi pemahaman bahwa tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang memiliki fungsi untuk mendorong penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya. Misalnya: bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan dan berkaul. Contoh: “saya sanggup melaksanakan amanah ini dengan baik”. Tuturan itu mengikat penuturnya untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhi apa yang telah dituturkannya.

3) Direktif

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif (Yule, 2006: 93). Wujud tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah,

(30)

23 memohon, menantang dan memberi aba-aba. Contohnya dalah “bantu aku memperbaiki tugas ini”. Contoh tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis direktif sebab tuturan ini dituturkan dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang disebutkan dalam tuturannya yakni membantu memperbaiki tugas. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut.

4) Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berkaitan dengan ekspresi sikap psikologis penutur terhadap petutur sehubungan dengan keadaan tertentu. Tindak tutur ini dapat berupa tindak tutur untuk meminta maaf, humor, memuji, basa-basi, berterima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan, mengkritik dan lain sebagai pernyataan rasa senang, sedih, marah dan benci.Tuturan “sudah kerja keras mencari uang, tetap saja hasilnya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga”.

5) Deklaratif/Deklarasif

Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya atau tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru.

Penggunaan tindak tutur deklaratif ini dilakukan oleh penutur untuk mengubah dunia melalui kata-katanya. Tindak tutur deklaratif dapat dilihat pada tindak melarang, mengesahkan, memutuskan, membatalkan, mengizinkan, mengabulkan, mengampuni, memaafkan, menghukum, menetapkan, memecat dan memberi nama. “ibu tidak jadi membelikan adik mainan”.

(31)

24 3) Tindak Perlokusi

Berbeda dengan dua jenis tindak tutur di atas, tindak tutur perlokusi mengandung maksud atau efek tertentu pada penutur. Tindak tutur ini dapat juga mengubah pola pikir penutur berupa penundaan, keyakinanakan penghalang terhadap sesuatu yang dituturkan oleh penutur Coulthard (Yasin, 1997: 67).

Selaras dengan pendapat tersebut dikatakan bahwa sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang sengaja atau tidak sengaja dikreasika oleh penuturnya. Tindak tutur pengaturannya dimaksudkan untuk memengaruhi lawan tutur disebut tindak perlokusi. Beberapa wujud itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut- nakuti, menyenangkan, melegekan, mempermalukan, menarik perhatian dan sebagainya. Tindak tutur perlokusi dapat menghasilkan efek atau daya ujar terhadap mitra tutur hasilnya rasa khawatir , rasa takut, cemas, sedih, senang, putus asa, kecewa, takut dan sebagainya.

Contohnya:

a) Kemarin tanteku sakit b) Edah bebas SPP

Kalimat (a) jika diucapkan oleh seseorang yang tidak dapat mengadiri undangan temannya, maka ilokusinya adalah untuk meminta maaf dan perlokusinya adalah agar orang yang mengundangnya harap maklum. Sedangkan kalimat (b) jika diucapkan seorang guru kepada murid-muridnya, maka ilokusinya adalah meminta agar teman-temannya tidak iri dan perlokusinya adalah agar teman-temannya memaklumi keadaan ekonomi orang tua Edah.

(32)

25 c. Fungsi Tindak Tutur

Fungsi tindak tutur adalah sebagai alat komunikasi manusia baik lisan maupun tulisan. Fungsi tindak tutur mencakup fungsi dasar, yang disebut dengan expression, information, persuasion and entertiment. Menurut Holmes, fungsi- fungsi tindak tutur dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode dan amanat pembicaraan. Dari sudut penutur , tindak tutur berfungsi sebagai personal atau pribadi. Maksudnya si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya si penutur bukan mengungkapkan emosi lewat tuturan tetapi juga memperlihatkan emosi sewaktu menyampaikan tuturannya.

Dari segi pendengar atau lawan bicara, tuturan berfungsi sebagai direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Tuturan tidak hanya membuat pendengar melakukan sesuatu tetapi juga melakukan kegiatan yang sesuai dengan keinginan pembicara. Bila dilihat dari hubungan antara pembicara dan pendengar, maka tindak tutur memiliki fungsi fatik, yaitu fungsi bahasa untuk menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan persamaan persahabatan, atau solidaritas sosial.

Manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Untuk itu fungsi bahasa bagi manusia yaitu untuk berinteraksi dengan masyarakat penting sekali. Fungsi bahasa dalam masyarakat tidak hanya memiliki satu fungsi saja akan tetapi ada beberapa fungsi lain, salah satunya yaitu fungsi ilokusi. Searle (Leech yang di indonesiakan Oka, 2003: 26) bahwa fungsi-fungsi dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Adapun fungsi tindak ilokusi antara lain.

(33)

26 a) Kompetitif

Fungsi kompetitif adalah tuturan yang tidak bertatakrama, misalnya:

meminta pinjaman dengan nada memaksa, sehingga di sini melibatkan sopan santun. Tujuan ilokusi bersama dengan tujuan sosial. Pada ilokusi yang berfungsi kompetitif ini, sopan santun mempunyai sifat negatif dan tujuannya mengurangi ketidakharmonisan; misalnya memerintah, meminta maaf, menuntutu dan mengemis.

b) Menyenangkan

Fungsi menyenangkan adalah tuturan bertatakrama. Tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini, sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah; misalnya menawarkan, mengajak atau mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih dan mengucapkan selamat.

c) Bekerja sama

Fungsi kerja sama adalah tidak melibatkan sopan santun karena pada fungsi ini sopan santun tidak relevan. Tujuan ilokusinya tidak melibatkan tujuan sosial; misalnya menyatakan, melaporkan, mengumumkan dan mengajarkan.

d) Bertentangan

Fungsi bertentangan adalah unsur sopan santun tidak sama sekali karena fungsi ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan. Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya mengencam, menuduh, menyumpahi dan memarahi.

(34)

27 4. Aspek-Aspek Tindak Tutur

pragmatik yang mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar.

Dengan demikian bagi penutur dan mitra tutur hendaknya memperhatikan aspek situasi tutur di dalam komunikasinya agar antara penutur dan mitra tutur dapat saling mengerti atas tuturannya.

Leech (1969) membagi aspek situasi tutur atas lima bagian : a. Penutur dan mitra tutur

Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam cara silih berganti, yang semula berperan penutur pada tahap tutur berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan komponen penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat keakraban.

b. Konteks tuturan

Aspek fisik atau sosial yang relevan dengan tuturan yang bersangkutan.

Aspek fisik disebut konteks, sedangkan latar belakang sosial disebut konteks.

Konteks merupakan semua latar belakang pengetahuan dipahami bersama oleh penutur dalam menafsirakan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.

c. Tujuan Tuturan

Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan tutur. Komponen ini dijadikan hal yang melatar belakangi tuturan karena semua tuturan memiliki suatu tujuan.

(35)

28 d. Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindakk tutur itu merupakan tindakan juga. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada tindakan mencubit tanganlah yang berperan pada tindakan menendang kakilah yang berperan, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia itu dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Berbicara atau bertutur adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui tindakan verbal.

Tindak tutur merupakan produk tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa.

B. Kerangka Pikir

Tindak tutur adalah awal perkataan yang diucapkan seseorang dalam berkomunikasi. Ilokusi adalah tekanan komunikatif dari tuturan. Bahasa adalah alat sistematis untuk menyampaikan gagasan, konsep, maksud dan perasaan kepada orang lain dengan memakai bunyi atau tanda lain yang telah disepakati.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan berikut ini:

(36)

29 BAGAN KERANGKA PIKIR

Transaksi jual beli di pasar sentral Makassar

Representatif Komisif Direktif Ekspresif Deklaratif

Analisis Pragmatik

Wujud Tindak Tutur Ilokusi

Temuan

(37)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka tetapi berupa variabel yang berwujud tuturan sebagai data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu yang diamati. Dengan metode deskriptif, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif di dalam penelitian ini, dengan cara membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode deskriptif ini dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan tentang objek yang diteliti.Di dalam mengamati interaksi sosial yang terjadi, penulis melaksanakan metode ini dengan cara mengamati, ikut berperan dan merekam tuturan-tuturan yang diujarkan oleh si penjual dan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual-beli di pasar Sentral Makassar. Menurut Arikunto (1997: 209) jenis penelitian ini bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena, dimana peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan. Nazir (1983: 63) menyebut metode deskriptif sebagai suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Suryabrata (2008: 76) mengatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi dan kejadian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif.

30

(38)

31 Penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu rancangan penelitian yang mendeskripsikan fenomena yang menjadi sasaran secara ilmiah. Alamiah maksudnya fenomena yang menjadi sasran penelitian dideskripsikan sebagaimana adanya tanpa disertai perlakuan, pengukuran dan perhitungan.

B. Desain Penelitian

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (1997: 209) jenis penelitian ini bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena, dimana peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan. Sedangkan pendekatan deskriptif dimaksudkan sebagai usaha pemberian data kebahasaan secara rinci, jelas dan objektif (sebagaimana adanya tanpa berpikir bagaimana seharusnya). Dalam mengumpulkan data mengenai tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli.

Penulis melakukan observasi, rekaman dan teknik simak libat cakap. Dengan demikian, penulis langsung terlibat dalam percakapan tersebut.

C. Batasan Istilah

Agar penelitian ini terarah pada objek penelitian, maka istilah yang digunakan perlu dibatasi.

Tindak tutur adalah sesuatu yang kita lakukan ketika berbicara atau melakukan percakapan. Tindakan yang dilakukan cukup beragam bergantung dari tujuan dan maksud dilakukan tindak tutur, seperti menawarkan dan sebagainya.

Tindak tutur adalah awal perkataan yang diucapkan oleh seseorang dalam melakukan aktifitas komunikasi. Ilokusi adalah tekanan komunikatif dari tuturan yang digunakan pada saat melakukan komunikasi. Transaksi jual beli adalah suatu peristiwa atau kejadian di mana da penjual dan pembeli yang pada akhirnya

(39)

32 menghasilkan kesepakatan. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah adanya saling pemahaman antara penjual dan pembeli yang diakhiri dengan transaksi.

D. Instrument Penelitian

Instrument penelitian merupakan segala sesuatu yang akan di gunakan untuk menunjang berlangsungnya penelitian. Adapun instrument penelitian terdiri atas dua yaitu:

1. Instrument utama dimana instrument utama ini adalah peneliti itu sendiri 2. Instrument pendukung, adapun instrument pendukung ini adalah alat-alat yang

akan di gunakan dalam menunjang penelitian yang terdiri dari kamera HP (Heandphone), alat perekam (Heandphone), dan lembar observasi (yang mana diisi selama penelitian). Observasi adalah catatan tentang pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap objek penelitian kemudian mencatat hal-hal yang dianggap perlu sehubungan dengan masalah yang diteliti.

E. Sasaran/Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan hal-hal yang berkaitan dengan wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar Sentral Makassar. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah, dimana rumusan masalah dalam penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini, fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai perkembangan masalah penelitian di lapangan. Segala sesuatu dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa adapun fokus penelitiannya adalah bagaimana wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar Sentral Makassar . Objek yang akan menjadi penelitian ini adalah

(40)

33 wujud tuturan serta tekanan dari penuturan yang digunakan dalam interaksi jual beli di pasar sentral Makassar.

F. Data dan Sumber Data 1. Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari bahasa lisan yang dituturkan oleh pedagang dengan pedagang dan pedagang dengan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual-beli. Kemudian pada data penelitian ini adalah semua rekaman tindak tutur ilokusi yang terjadi pada transaksi jual beli di pasar Sentral Makassar yang diperoleh melalui rekaman dan simak libat cakap.

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari para pedagang dan pembeli di pasar Sentral Makassar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah percakapan atau tindak tutur yang dituturkan para pedagang dan pembeli di pasar Sentral Makassar. Sumber data diperoleh dari tuturan yang diujarkan para pedagang dan pembeli berupa rekaman.

G. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi pusat perhatian dalam ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Putrawan 1990: 5). Dengan demikian, populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang di pasar Sentral Makassar, khususnya di Blok A yakni sebanyak 175 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian jumlah populasi yang digunakan untuk menentukan sesuatu atau ciri yang dikehendaki (Putrawan 1990: 5). Sedangkan

(41)

34 menurut Arikunto (1997: 104) sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang diteliti. Karena jumlah populasinya cukup besar, penulis dapat menarik suatu sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam mengumpulkan data penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, Arikunto (1992:

112) berpendapat bahwa:

“Apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Jika subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau berapa saja, bergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti”.

Berdasarkan defenisi di atas, maka sampel penelitian ini sebanyak 20 orang atau 20% dari keseluruhan jumlah populasi yang ada yakni sebanyak 175 orang.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menyangkut cara-cara yang dilakukan dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik rekam, teknik simak libat dan simak bebas.

1. Teknik Observasi

Margono (2007 : 157) mengartikan observasi sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Teknik observasi dilakukan dengan menggunakan panduan observasi untuk mencatat data dan informasi yang berkenaan dengan masalah penelitian.

Teknik observasi ini dilakukan pada tempat yang telah ditentukan yaitu di Pasar Sentral Makassar. Peneliti datang ke lokasi penelitian untuk melihat secara langsung mengenai kegiatan yang ada dan yang sedang berlangsung. Dalam

(42)

35 penelitian ini yang paling penting adalah pengumpulan data. Peneliti mengamati, memahami dan mencatat hal-hal yang dianggap berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Teknik Rekam

Pada teknik rekam ini peneliti lakukan dengan maksud untuk mendapatkan data yang lebih akurat, Untuk mendapatkan data tuturan tersebut, peneliti melakukan perekaman. Dalam konteks itu, peneliti berusaha mendapatkan rekaman tuturan sebanyak mungkin dari proses komunikasi di pasar Sentral Makassar. Dalam melakukan perekaman, peneliti menggunakan alat perekam berupa HP (handphone) untuk mendapatkan hasil rekaman yang lebih baik serta dapat didengar. dengan merekam tuturan yang diucapkan oleh sekelompok orang yang terlibat dalam kegiatan transaksi jual beli di pasar Sentral Makassar.

Pedagang di pasar Sentral Makassar tidak mengetahui bahwa tuturannya direkam sehingga proses perekaman tidak berdampak kepada menurunnya derajat kealamiahan data dan tanpa direkayasa.

3. Teknik Simak Libat dan Simak Bebas

Pada teknik simak libat cakap dan simak bebas ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara peneliti menyimak percakapan yang terjadi dalam transaksi jual beli di pasar Sentral Makassar. Kemudian peneliti ikut terlibat dalam percakapan tersebut dan berperan sebagai pembeli.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data dan mengolahnya berdasarkan data yang telah diperoleh sehingga dapat tersusun dengan baik. Data yang diperoleh dari hasil simak dan catatan serta rekaman adalah berupa suara

(43)

36 tuturan langsung objek penelitian dan catatan tentang percakapan objek penelitian.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik, berdasarkan fungsi-fungsi tindak tutur yaitu, mengklasifikasi tindak tutur, sebagai dasar dalam menelaah data. Selanjutnya, untuk mempermudah proses analisis.

Klasifikasi tersebut dilakukan dengan cara berikut.

1. Pengumpulan data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa rekaman percakapan antara pedagang dengan pedagang dan pedagang dengan pembeli di Pasar Sentral Makassar .

2. Pentranskripsian data rekaman ke dalam bentuk tulisan.

3. Pengidentifikasian tindak tutur ilokusi (direktif, ekspresif, deklaratif, komisif dan refresentatif/asertif).

4. Pengklasifikasian tindak tutur ilokusi (direktif, ekspresif, deklaratif, komisif dan refresentatif/asertif).

5. Menganalisis tindak tutur ilokusi (direktif, ekspresif, deklaratif, komisif dan refresentatif/asertif).

6. Mendeskripsikan hasil analisis dalam bentuk laporan penelitian.

7. Bila hasil sudah selesai penelitian dianggap sesuai maka hasil tersebut dianggap sebagai hasil akhir.

(44)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang merupakan pembahasan yaitu wujud tindak tutur ilokusi yang dilakukan oleh para penjual dan pembeli di pasar sentral Makassar.

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli yang menjadi sumber data dalam penelitian ini ditemukan berbagai macam tipe tindak tutur ilokusi. Wujud tindak tutur ilokusi yang ditemukan terjadi ketika penjual dan pembeli mengucapkan kalimat atau ketika berinteraksi. Tindak tutur ilokusi yang terdapat pada kalimat atau setiap kata yang diucapkan oleh pedagang ataupun pembeli di Pasar Sentral Makassar. Berikut akan diuraikan tentang wujud tindak tutur ilokusi dalam transaksi jual beli di pasar sentral Makassar.

Wujud tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh para penjual dan pembeli di pasar Sentral Makassar terdiri atas lima, yaitu:

1. Tindak Direktif/impositif

Direktif/impositif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif. Tindak ilokusi penjual yang berwujud direktif terlihat pada saat menawarkan dagangannya. Dalam hal ini, penjual mengajak para pembeli untuk melihat-lihat barang atau dagangannya.

Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalangan berikut:

37

(45)

38 Data 1 : mengajak

Penjual : mari singgah cantik Penjual : beli apa?

Pembeli : hanya tersenyum

Penjual : silahkan masuk lihat-lihat dulu Pembeli : iya mbak!

Penggalang dialog di atas merupakan pola interaksi antara penjual dan pembeli yang berlangsung dalam konteks, penjual mengajak pembeli untuk melihat dan memilih dagangannya. Interaksi dibuka oleh penjual dengan tindak direktif, yakni mengajak/meminta langsung pembeli. Informasi dalam permintaan itu pembeli mengikuti apa yang dikatakan penjual. Pembeli menjawabnya dengan tindak deklaratif secara verbal maupun nonverbal sebagaimana harapan penjual.

Tindak verbal berupa jawaban “iya mbak” dan nonverbal berupa sikap diam lalu melihat-lihat pakaian atau barang dagangannya penjual.

Data 2 mengajak

“ singgah cantik, mari di sini serba Rp.15.000 dan cantik-cantik semua”

Tuturan data (2) dari penjual kepada pembeli termasuk tindak tutur direktif

“mengajak” itu terlihat dari kata singgah dan mari, di situ penjual mengajak semua orang untuk mau mendekat kepadanya untuk mau membeli pakaian yang di jualnya. Dari tuturan tersebut terlihat, penjual sedang membujuk salah satu pembeli yang mau membeli pakaian.

Dalam data terlihat adanya tindakan yang dilakukan oleh pembeli setelah penjual bertutur yaitu pembeli mau mendekat, dan membeli pakaian yang di jual tersebut, relita tersebut dikatakan tindak tutur direktif mengajak.

Data 3 : memaksa dan memohon

Penjual : singgah cantik, beli apa silahkan dipilih-pilih.

(46)

39 Pembeli : berapa harganya ini jaket bu’?

Penjual : Rp.150.000 cantik Pembeli : Rp.80.000 saja bu’

Penjual : tidak sampai modalnya dek Pembeli : ooo (lalu pergi)

Penjual : iye’ (iya), (memburu orang yang mau membeli dagangannya tadi). Tambahkan saja cantik rp.5.000, supaya sampai juga modalnya kasian.

Pembeli : iya deh bu’

Dalam penggalang dialog di atas, penjual meminta langsung para pembeli untuk memilih dan melihat-lihat barang jualannya/dagangannya. Selain itu, penjual seakan memaksa pembeli untuk membeli jaket yang telah ditawar oleh sang pembeli tadi. Kemudian sekaligus memohon agar pembeli menambah Rp.5.000 supaya modalnya sampai atau cukup dan pada akhirnya pembeli secara terpaksa menambah dan membelinya.

2. Ekspresif/evaluatif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berkaitan dengan ekspresi sikap psikologis penutur terhadap petutur sehubungan dengan keadaan tertentu. Tindak tutur ini dapat berupa tindak tutur untuk meminta maaf, humor, memuji, basa-basi, berterima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan, mengkritik dan lain sebagai pernyataan rasa senang, sedih, marah dan benci.

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa tindak ilokusi para penjual yang berwujud ekspresif muncul hampir setiap kegiatan dalam interaksi pada saat jual beli, mulai pada konteks menawarkan dagangannya atau mempromosikan, memuji barang dagangannya dan sebagainya. Pada awal

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi tindak tutur memberitahu dalam transaksi jual beli intan di Martapura Kabupaten Banjar terdapat pada kutipan tuturan berikut ini. [49] Konteks: Tuturan terjadi

Pada hasil penelitian tentang penerapan tindak tutur yang terdapat dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta sesuai dengan teori tindak tutur yang dikemukakan

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Tindak Tutur dalam Transaksi Jual Beli

Maksudnya bahwa tindak tutur ilokusi komisif adalah salah satu cara untuk menyampaikan maksud kepada si pen- dengar yang mengacu pada tindakan yang akan dilakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak tutur dalam transaksi jual-beli di pasar tradisional Central Kotabumi yang dituturkan oleh subjek penelitian dilakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak tutur dalam transaksi jual-beli di pasar tradisional Central Kotabumi yang dituturkan oleh subjek penelitian dilakukan

Data dalam penelitian ini adalah tuturan interaksi pedagang dan pembeli yang diindikasikan mengandung tindak tutur ilokusi pada proses jual beli di pasar Ciputat yang didapatkan dari