BAB III. METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data
Gunawan (2017) mengemukakan bahwa, teknik pengumpulan data dan analisis data pada praktiknya tidak dapat dipisahkan. Miles, Huberman, dan Saldana (2014) mengemukakan tiga tahapan dalam analisis data penelitian kualitatif yaitu: (1) kondensasi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. Adapun pengertiannya secara ringkas sebagai berikut:
1. Kondensasi Data
Kondensasi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, pengabstraksian, atau transformasi data yang telah termuat dalam catatan lapangan secara tertulis, transkrip wawancara, dokumen-dokumen, dan bahan empiris lainnya.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi yang kompleks dalam suatu bentuk yang sistematis, menjadi sederhana dan selektif, serta dapat dipahami maknanya.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap penarikan data yang dilakukan secara terus menerus baik selama penyajian dan pengumpulan data maupun sesudah penyajian dan pengumpulan data penelitian.
Adapun analisis data kualitatif model Miles, Huberman, dan Saldana yang disederhanakan pada bagan gambar 3.1 sebagai berikut:
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan empat kriteria pemeriksaan, yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Gunawan, 2017). Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan (credibility). Adapun Sugiyono (2018) mengemukakan bahwa terdapat enam uji derajat kepercayaan dalam penelitian kualitatif, diantaranya yaitu: (1) perpanjang pengamatan; (2) peningkatan ketekunan; (3) triangulasi; (4) diskusi dengan teman sejawat; (5) analisis kasus negatif; dan (6) member check.
Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini menggunakan triangulasi dalam melakukan derajat kepercayaan guna menguji keabsahan data.
Gambar 3.1 Analisis data model Miles, Huberman, Saldana Pengumpulan
Data
Penyajian Data
Kondensasi Data
Penarikan Kesimpulan
Denzin membedakan empat macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoritik (Gunawan, 2017). Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi metode dan triangulasi teoritik. Menurut Gunawan (2017), triangulasi metode menggunakan strategi pengecekan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data dan triangulasi teoritik yaitu hasil dari penelitian dibandingkan dengan teori, yang dinamakan penjelasan banding.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian 1. Deskripsi Geografis
SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa bertempat di Jl.
DR. Wahidin Sudirohusodo No. 2, Bonto Bontoa, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dengan kode pos 92111. SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa berada pada titik kordinat garis lintang -5.2072983 dan garis bujur 119.4571517. SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa pertama kali beroperasi pada tanggal 01 Januari 1910 dengan status sekolah negeri dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa terakreditasi B dengan nomor SK 106/SK/BAP-SM/X/2015 pada tanggal 31 Oktober 2015. SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa menggunakan kurikulum 2013.
2. Deskripsi Kelembagaan
a. Visi SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa
Mewujudkan sekolah berbasis lingkungan sehat ramah anak unggul dalam prestasi berlandaskan IPTEK dan IMTAQ.
b. Misi SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa 1) Menanamkan jiwa kompetisi yang tinggi;
2) Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan melalui SKTB;
3) Mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan minat, bakat, dan potensi peserta didik;
4) Menanamkan iman dan taqwa melalui pengamalan ajaran agama;
5) Membina kemandirian melalui pembiasaan dan pengembangan diri yang berkarakter;
6) Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah, orang tua peserta didik, dan lembaga yang terkait;
7) Mengalang peran serta masyarakat;
8) Melaksanakan pembinaan mutu guru secara kontinyu;
9) Menerapkan pembelajaran berbasis IT; dan 10) Melaksanakan pembinaan keagamaan.
c. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Data pendidik dan tenaga pendidikan SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa, dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No Nama Pendidikan Jabatan
1 Johoriah, S.Pd. S1 Kepala Sekolah
2 Hj. Mahluki, S.Pd. S1 Guru Kelas 1A
3 St. Nur Alma Putri, S.Pd. S1 Guru Kelas 1B
4 Nismayanti, S.Pd. S1 Guru Kelas 2A
5 Rasni Rasyid, S.Pd. S1 Guru Kelas 2B 6 Nadiya Maharani, S.Pd. S1 Guru Kelas 2C
7 Jumriani, S.Pd. S1 Guru Kelas 3A
8 Nurlis Syamsi, S.Pd. S1 Guru Kelas 3B
9 Hanurawati, S.Pd. S1 Guru Kelas 4A
10 Srigawati Aggas, S.Pd. S1 Guru Kelas 4B
11 Asniati, S.Pd. S1 Guru Kelas 5A
13 Muh. Agus, S.Pd. S1 Guru Kelas 5B
Tabel 4.1 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Sumber: Dokumen tata usaha SD Negeri Sungguminasa IV
Berdasarkan dokumen tata usaha SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa, data pendidik dan tenaga kependidikan berjumlah 18 yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru kelas berjumlah 13, guru mata pelajaran agama Islam berjumlah 1, operator sekolah, bujang sekolah, dan satpol berjumlah 1.
d. Data Rombongan Belajar
Data rombongan belajar SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa, merupakan kelompok peserta didik yang terdaftar pada satuan kelas dalam satu satuan pendidikan. Berikut data rombongan belajar di SD Negeri Sungguminasa IV Kabupaten Gowa pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Rombongan Belajar
No Nama
Tabel 4.2 Data Rombongan Belajar
No Nama
Rombel
Jumlah Siswa
Wali Kelas L P Jumlah
13 Kelas 6B 12 14 26 Nurliah, S.Pd.
Sumber: Dokumen tata usaha SD Negeri Sungguminasa IV
Jumlah laki-laki sebanyak 166 dan jumlah perempuan sebanyak 172 dengan jumlah total keseluruhan sebanyak 338 siswa.
B. Paparan Dimensi Penelitian
Paparan dimensi dalam penelitian ini yaitu pendeskripsian pemahaman Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Guru SD Negeri Sungguminasa IV pada Materi Geometri, yang ditinjau dari pengalaman mengajar guru. Paparan dimensi dalam penelitian ini mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara, hasil tersebut bukan berisi hasil dari pemikiran peneliti, melainkan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan dan dipikirkan oleh informan penelitian.
Terdapat dua subjek dalam penelitian ini yang terdiri dari guru pemula dengan pengalaman mengajar dibawah lima tahun dan guru berpengalaman dengan pengalaman mengajar lima tahun lebih. Subjek guru pemula dalam penelitian ini diberikan inisial GP yang memiliki pengalaman mengajar di SD Negeri Sungguminasa IV selama satu tahun, sedangkan yang menjadi subjek guru berpengalaman dalam penelitian ini diberikan inisial GB yang memiliki pengalaman mengajar di SD Negeri Sungguminasa IV selama delapan tahun. Paparan dimensi dalam penelitian ini mendekripsikan masing-masing pemahamanTechnological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) guru pemula (GP) dan guru berpengalaman (GB) mengenai integrasi penggunaan teknologi dalam mengajarkan materi geometri. Adapun paparan dimensi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Tingkat pemahaman TPACK guru pemula (GP)
Dalam mendeskripsikan pemahaman Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) guru pemula, dipaparkan pada masing-masing Indikator sebagai berikut:
a. Penggunaan aplikasi komputer dalam pembelajaran
Subjek GP nampaknya mahir dalam mengoperasikan aplikasi komputer berupa microsoft office yang biasa digunakan dalam keperluan pembelajaran, yaitu microsoft word, microsoft excel, dan microsoft powerpoint. Hasil observasi menunjukkan subjek GP ketika di ruang guru mampu mengoperasikan ketiga aplikasi komputer microsoft office tersebut. Subjek GP menggunakan aplikasi komputer microsoft office berupa microsoft word untuk keperluan rancangan pembelajaran. Subjek GP menggunakan aplikasi komputer tersebut untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran seperti media gambar yang dicetak sebagai bahan ajar. Temuan pada hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Apa jenis aplikasi komputer word, excel, maupun powerpoint yang Bapak mahir mengoperasikannya?
GP : Alhamdulillah, ketiga-tiganya saya bisa mengoperasikannya.
(microsoft word, excel, powerpoint).
P : Untuk keperluan apa saja Bapak menggunakan microsoft word dalam pembelajaran?
GP : Media cetak, dituangkan dalam media cetak. Ya RPP materi media ajar, bahan ajar, lebih tepatnya untuk pembuatan bahan ajar.
Subjek GP menggunakan microsoft word untuk keperluan rancangan pembelajaran, sedangkan microsoft excel digunakan untuk keperluan evaluasi pembelajaran dalam melakukan pengimputan nilai hasil belajar siswa. Hal tersebut berdasarkan pernyataan subjek GP pada saat wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Untuk keperluan apa saja Bapak menggunakan microsoft excel dalam pembelajaran?
GP : Kalau excel setiap ada data-data dalam bentuk nilai-nilai yang mau di input ah itu saya pakai excel...
P : Apa penggunaan microsoft excel dalam pembelajaran hanya untuk keperluan evaluasi pengimputan nilai siswa?
GP : Iya, hanya untuk evaluasi saja saya gunakan pak.
Subjek GP nampaknya hanya menggunakan dua aplikasi komputer microsoft office word dan excel untuk keperluan pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa subjek GP tidak menggunakan microsoft powerpoint dalam pembelajaran, melainkan hanya menggunakan aplikasi komputer microsoft office word dan excel. Adapun sekolah menyediakan fasilitas pembelajaran teknologi berupa proyektor, akan tetapi untuk saat ini proyektor sekolah dalam keadaan rusak sehingga tidak dapat digunakan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, subjek GP tidak memanfaatkan microsoft powerpoint
dalam pembelajaran meski mampu dalam mengoperasikannya.
Temuan pada hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Kalau microsoft office lainnya seperti powerpoint?
GP : Kalau powerpoint itu kami kekurangan lcd proyektor, tidak ada lcd memang disini, jadi ya kami tidak gunakan itu powerpoint untuk pembelajaran.
Subjek GP nyatanya tidak memanfaatkan aplikasi komputer microsoft office ketika proses kegiatan pembelajaran, namun hanya digunakan untuk keperluan rancangan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Berdasarkan hal itu, maka tidak terdapat aplikasi komputer yang digunakan subjek GP ketika proses pembelajaran berlangsung.
b. Penggunaan Learning Management System (LMS)
Subjek GP nampaknya menggunakan blended learning ketika proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi ketika kegiatan pembelajaran di kelas, subjek GP mengajar secara luring dan daring. Terdapat beberapa siswa yang diajarkan secara daring karena belum melakukan vaksinasi covid-19. Subjek GP
nampaknya mengajar secara daring menggunakan Learning Management System (LMS) berupa google classroom dengan berbantuan whatsapp grup yang digunakan untuk mengirim materi dan tugas. Berdasarkan hasil observasi, subjek GP menggunakan google classroom dan whatsapp grup untuk mengirim materi dan
tugas pembelajaran. Adapun hasil screenshot ketika subjek GP
mengirim materi dan tugas pembelajaran secara daring melalui google classroom dan whatsapp grup pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 sebagai berikut:
Subjek GP nampaknya menggunakan LMS berupa google classroom secara bergantian dengan berbantuan whatsapp grup untuk mengirim materi dan tugas pembelajaran. Temuan pada hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Apa jenis Learning Management System (LMS) yang Bapak biasa gunakan dalam pembelajaran?
GP : Kalau yang sering saya gunakan itu ada dua ya, whatspap sama e.. google classroom. Itu yang dua saya gunakan, Gambar 4.2 Menggunakan whatsapp dalam pembelajaran Gambar 4.1 Menggunakan google classroom dalam pembelajaran
biasanya kalau mau mengirim materi saya masukan ke dalam google classroom tapi biasa terkendala di jaringan ataupun aplikasi biasa eror jadi saya gunakan secara gantian ya, kalau classroom tidak bisa itu digunakan ya, menggunakan aplikasi whatsaap.
P : Mengapa Bapak lebih memilih menggunakan LMS google classroom dan whatsapp grup?
GP : Kenapa saya gunakan itu, karena e komunikasi dengan siswa lebih mudah ya, nah kalau bagi saya google classroom mudah karena setelah kita mengirim materi di google classroom itu semua siswa dapat membacanya ya, tanpa ada yang... ah itu juga ada biasa notifikasinya maksud di hp nya semua. Jadi itu lebih mudah dilihat ternyata ada materi jam ini, ada materi masuk tugas dan lain-lain sebagainya. Lebih mudah di akses, meskipun biasanya terkendala di jaringan ya. Kalau menggunakan WA sebagai alternatif, karena google classroom juga tidak selamanya bisa kita akses karena termaksud juga harus menggunakan jaringan yang bagus ya, sinyal yang kuat, kalau whatsapp meskipun tidak terlalu kuat, tetap kita bisa mengirim meski dalam bentuk foto atau kita melalui via chat, jadi tergantung penggunaan dan situasinya.
Subjek GP nampaknya menggunakan aplikasi tersebut secara bergantian tergantung pada kualitas jaringan internet dan juga merupakan jenis LMS yang mudah untuk dapat dioperasikan oleh siswa. Subjek GP meski menggunakan LMS tersebut, namun belum memaksimalkan dengan baik fitur-fitur yang tersedia di google classroom dan whatsapp grup seperti voice note dalam menjelaskan materi dan video pembelajaran yang dapat diakses.
c. Penggunaan media sosial untuk komunikasi dengan siswa terkait pembelajaran
Subjek GP nampaknya memiliki banyak media sosial yang digunakannya dalam berkomunikasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat banyak media sosial subjek GP pada handphone
yang digunakannya, yaitu: whatsapp, instagram, facebook, youtube, mesengger, telegram, dan tiktok. Temuan pada hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara.
Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP: P : Apa saja media sosial yang Bapak gunakan?
GP : Kalau media sosial itu ada whatsaap, instagram, facebook, e...
youtube, mesengger, telegram. Hampir tiap hari itu di akses hahaha, tiktok ada pak ada hahahaha, termaksud tiktok.
Subjek GP nampaknya menggunakan banyak media sosial, akan tetapi hasil observasi menunjukkan bahwa yang digunakan subjek GP untuk media komunikasi dengan siswa maupun orangtua siswa yaitu whatsapp dan termaksud salah satu media sosial yang paling sering digunakannya. Temuan pada hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara.
Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Diantara banyaknya media sosial tersebut, aplikasi apa Bapak gunakan untuk komunikasi terkait pembelajaran?
GP : Kalau media sosial itu whatsapp, whatsapp saja baik itu japri, ataupun biasa juga menelpon nomor, telepon seluler.
Walaupun biasanya kita tidak ada datanya atau kuotanya bisa langsung telepon seluler.
P : Mengapa whatsapp yang Bapak gunakan dalam berkomunikasi dengan siswa terkait pembelajaran?
GP : Karena, hampir semua ya yang menggunakan hp android itu baik orang tua atau siswa itu dia sudah mahir menggunakan whatsapp ya, jadi saya rasa itu aplikasi yang baik untuk komunikasi dengan siswa. sudah bersahabat, sudah dikuasai ya lebih sering juga digunakan jadi kami menggunakan aplikasi itu untuk berkomunikasi.
Subjek GP menggunakan whatsapp dalam berkomunikasi dengan siswa maupun orangtua siswa terkait pembelajaran karena
termaksud mudah dioperasikan. Aplikasi tersebut juga digunakan karena siswa maupun orangtua siswa sudah terbiasa menggunakan whatsapp sebagai media sosial dalam berkomunikasi. Selain melalui whatsapp, subjek GP juga nampaknya menggunakan telepon seluler sebagai alternatif komunikasi dengan siswa maupun orangtua siswa jika tidak memiliki kuota internet.
d. Pemanfaatan aplikasi microsoft office dalam menyajikan materi geometri
Subjek GP nampaknya mampu membuat gambar bentuk geometri menggunakan aplikasi microsoft office. Hasil observasi menunjukkan bahwa subjek GP mampu membuat gambar geometri menggunakan aplikasi microsoft word dan microsof powerpoint.
Subjek GP menggunakan menu shapes yang terdapat pada bar page layout aplikasi komputer microsoft office dalam membuat gambar geometri. Selain penggunaan aplikasi komputer microsoft office, subjek GP juga dapat menggunakan aplikasi canva dalam membuat geometri. Temuan pada hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara. Subjek GP menyatakan bahwa pernah mengikuti pelatihan dalam mengoperasikan canva maupun powerpoint dalam membuat gambar geometri. Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Apakah Bapak dapat membuat gambar bentuk geometri menggunakan word maupun powerpoint?
GP : Word sama powerpoint, alhamdulilah bisa pak.
P : Bagaimana Bapak membuat gambarnya?
GP : Sebenarnya pernah saya gunakan aplikasi canva ya, waktu ikut pelatihan itu, kami dilatih untuk membuat, termaksud juga powerpoint pernah disitu, disuruh membuat powerpoint, ah bagaimana menggambar sesuatu menggunakan aplikasi canva ya, ada semua disitu waktu kami ikut pelatihan.
Meski subjek GP mampu membuat gambar geometri menggunakan aplikasi komputer microsoft office dan canva, akan tetapi tidak menyajikan hasil tersebut ketika pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa subjek GP ketika mengajarkan materi geometri tidak menyajikan materi menggunakan microsoft office dan canva. Subjek GP tidak dapat menyajikan materi tersebut dalam bentuk gambar yang dibuat menggunakan microsoft office dan canva dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Adapun sekolah menyediakan fasilitas pembelajaran teknologi berupa proyektor, akan tetapi untuk saat ini proyektor sekolah dalam keadaan rusak sehingga tidak dapat digunakan dalam pembelajaran. Temuan pada hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Ketika pembelajaran Bapak tidak menyajikan materi geometri menggunakan perangkat teknologi tersebut, mengapa Bapak tidak menyajikan materi tesebut dengan perangkat teknologi?
GP : Karena di sekolah ini memang tidak ada lcd proyektor jadi kami jarang gunakan itu dalam pembelajaran ya, lcd nya kekurangan disini, fasilitasnya. Jadi meskipun kita menampilkan gambar itu pada saat pembelajaran itu, ah kan susah karena kita hanya menggunakan laptop. Sebelumnya pernah ada lcd tapi rusak pak, jadi kami jarang gunakan, e...
mengajar dalam bentuk ya seperti itu menggunakan lcd...
P : Bagaimana cara bapak mengatasi dalam menyajikan materi tersebut tanpa menggunakan perangkat teknologi?
GP : Ya, mengatasinya mengguakan media gambar dalam bentuk cetak atau benda-benda yang dikonkritkan kita gunakan
benda-benda yang bentuknya sama dengan di aplikasi yang kita buat, misalnya meja kita konkritkan saja.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, subjek GP dalam mengatasi keterbatasan fasilitas teknologi di sekolah menggunakan bantuan media gambar yang dicetak dari hasil gambar yang dibuat menggunakan microsoft office dan canva. Hasil observasi menunjukkan bahwa subjek GP ketika menyajikan materi geometri dalam pembelajaran dengan mengkonkritkan setiap benda di kelas yang meyerupai bentuk geometri seperti lemari, meja, papan tulis, dan lain sebagainya. Selain itu juga, subjek GP menggunakan alat peraga yang telah dibuat berbentuk menyerupai geometri. Alat peraga tersebut merupakan hasil buatan guru sebelumnya yang diperbaiki oleh subjek GP agar dapat digunakan dalam pembelajaran.
Sebelumnya alat peraga tersebut rusak, kerangka yang membentuk pola geometri patah sehingga tidak dapat digunakan, akan tetapi subjek GP yang memperbaiki kerangka yang patah tersebut sehingga layak digunakan dalam pembelajaran. Alat peraga tersebut terbuat dari kerangka stik dan alas tiap sisi menggunakan kertas origami.
Adapun gambar subjek GP ketika melaksanakan pembelajaran menggunakan alat peraga pada gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3 Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
Subjek GP meski tidak menggunakan aplikasi microsoft office dalam pembelajaran, namun secara tidak langsung subjek GP telah memanfaatkan dengan cukup baik aplikasi microsoft office maupun canva dalam menyajikan materi geometri melalui media gambar yang dicetak. Selain itu, subjek GP cukup kreatif dengan memanfaatkan alat peraga maupun benda-benda di sekitar kelas dalam mengkonkritkan bentuk geometri ketika mengajarkannya.
e. Penggunaan aplikasi khusus dalam mengajarkan geometri
Adapun dalam mengajarkan materi geometri, nampaknya tidak terdapat aplikasi khusus yang digunakan subjek GP dalam kegiatan proses pembelajaran seperti aplikasi geogebra. Adapun aplikasi geogebra merupakan aplikasi yang hanya dapat digunakan menggunakan windows komputer maupun laptop. Hasil observasi menunjukkan bahwa hanya terdapat satu komputer di sekolah.
Komputer sekolah hanya digunakan untuk keperluan administrasi sekolah. Oleh karena itu, fasilitas di sekolah juga tidak memadai untuk dapat menggunakan aplikasi geogebra dalam mengajarkan materi geometri. Selain itu subjek GP juga tidak mengetahui aplikasi geogebra sebagai aplikasi yang dapat digunakan dalam mengajarkan materi geometri. Selain itu juga kemampuan siswa sekolah dasar belum cukup baik dalam mengoperasikan teknologi, terlebih lagi dalam mengoperasikan aplikasi geogebra. Temuan pada
hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Ada tidak aplikasi komputer yang khusus di windows yang Bapak gunakan dalam mengajarkan materi geometri?
GP : Kalau soal aplikasi, belum ada aplikasi khusus yang memang untuk materi geometri.
P : Ada aplikasi khusus geometri yang bisa digunakan itu geogebra yang diakses melalui laptop atau komputer.
Mengapa tidak mencoba menggunakan aplikasi tersebut dalam mengajarkan materi geometri?
GP : Karena kami kekurangan laptop, tidak ada juga lab komputer, siswa juga tidak semua mampu mengoperasikannya komputer, itu pun meskipun tahu hanya kulit-kulitnya saja yang di tahu, dasar-dasarnya, itupun dasarnya tidak sepenuhnya tahu. Jadi agak susah mengajarkan menggunakan aplikasi itu.
Subjek GP nampaknya tidak menggunakan aplikasi khusus geometri seperti geogebra dikarenakan belum mengetahui cara mengoperasikannya dan juga minimnya fasilitas komputer di sekolah untuk dapat mengoperasikannya dalam pembelajaran. Selain itu juga, kemampuan siswa masih belum cukup baik untuk dapat mengoperasikan komputer.
f. Pelaksanaan pembelajaran pada materi geometri menggunakan perangkat teknologi
Subjek GP melaksanakan pembelajaran secara daring, nampaknya menggunakan whatsapp. Hasil observasi menunjukkan bahwa subjek GP mengajarkan pembelajaran geometri menggunakan whatsapp ketika pembelajaran dilakukan secara secara daring.
Subjek GP melaksanakan pembelajaran di kelas secara daring dan luring. Siswa yang diajarkan secara luring merupakan siswa yang
telah vaksinasi covid-19, sedangkan siswa yang diajarkan secara daring merupakan siswa yang belum vaksinasi covid-19. Subjek GP
melakukan pembelajaran secara daring menggunakan perangkat teknologi berupa handphone melalui whatsapp. Temuan pada hasil observasi ini diperkuat dengan pernyataan subjek GP pada saat wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan subjek GP:
P : Apa perangkat teknologi yang Bapak gunakan dalam mengajarkan materi khusus geometri?
GP : Kalau perangkat teknologi yang saya gunakan itu ada handphone ya, untuk aplikasinya itu saya gunakan whatsapp kan.
P : Bagaimana Bapak mengajarkan materi geometri menggunakan perangkat teknologi tersebut?
GP : Materi e... itu foto di whatsapp, setelah itu dijelaskan. Iya tugas juga saya foto.
Nampaknya subjek GP setelah menjelaskan materi dan memberikan tugas kepada siswa yang belajar secara luring, subjek GP memfoto materi pembelajaran dan tugas di papan tulis menggunakan handphone dan mengirimkannya melalui whatsapp.
Hal ini menunjukkan bahwa subjek GP belum cukup optimal dalam memanfaatkan fitur-fitur lainnya yang ada di whatsapp dalam mengajarkan materi geometri. Terdapat fitur voice note dan juga fitur
Hal ini menunjukkan bahwa subjek GP belum cukup optimal dalam memanfaatkan fitur-fitur lainnya yang ada di whatsapp dalam mengajarkan materi geometri. Terdapat fitur voice note dan juga fitur