• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun. Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data adalah :

1. Membuat daftar harta berwujud bukan bangunan berdasarkan kelompok yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009.

Tabel 3. Contoh Tabel Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan No. Jenis Harta Tahun

Perolehan

Masa Manfaat (Tahun)

Kelompok Harga Perolehan (Rp)

Setiap kolom pada tabel daftar harta berwujud bukan bangunan akan diisi informasi sebagai berikut :

Kolom nomor akan diisi dengan nomor urut, kolom jenis harta akan diisi dengan jenis harta berwujud bukan bangunan, kolom tahun perolehan akan diisi dengan tahun perolehan dari harta berwujud bukan bangunan, kolom masa manfaat (tahun) akan diisi dengan masa manfaat dari harta berwujud bukan bangunan, kolom kelompok akan diisi dengan kelompok dari harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009, dan kolom harga perolehan (Rp) akan diisi dengan harga perolehan dari harta berwujud bukan bangunan tersebut.

2. Menghitung biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan berdasarkan kelompoknya masing-masing dari tahun 2009 sampai tahun 2012 dengan menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun. Tabel 4. Contoh Tabel Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan

dengan Menggunakan Metode Garis Lurus

No Je nis Ha rta Ta hun Perole han Masa Manfaat (Tahun) Kelo mpok Harga Perole han (Rp) T ar if Biaya Penyusutan (Rp) 2009 Nilai Buku Awal 2010 2010 Nilai Buku Awal 2011 2011 Nilai Buku Awal 2012 2012

Setiap kolom pada tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode garis lurus akan diisi informasi sebagai berikut :

Kolom nomor akan diisi dengan nomor urut, kolom jenis harta akan diisi dengan jenis harta berwujud bukan bangunan, kolom tahun perolehan akan diisi dengan tahun perolehan dari harta berwujud bukan bangunan, kolom masa manfaat (tahun) akan diisi dengan masa manfaat dari harta berwujud bukan bangunan, kolom kelompok akan diisi dengan kelompok dari harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009, kolom harga perolehan (Rp) akan diisi dengan harga perolehan dari harta berwujud bukan bangunan, kolom tarif akan diisi dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk metode garis lurus sesuai dengan ketentuan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk metode garis lurus yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, kolom biaya penyusutan (Rp) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan berdasarkan hasil penghitungan harga perolehan harta berwujud bukan bangunan dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan

untuk metode garis lurus, dan untuk pengisian kolom nilai buku awal tahun 2010 sampai dengan 2012, penjelasannya sebagai berikut :

Kolom nilai buku awal tahun 2010 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan harga perolehan harta berwujud bukan bangunan dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2009, kolom nilai buku awal tahun 2011 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2010 dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2010, dan kolom nilai buku awal tahun 2012 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2011 dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2011.

Tabel 5. Contoh Tabel Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun

No Je nis Ha rta Ta hun Perole han Masa Manfaat (Tahun) Kelo mpok Harga Perole han (Rp) T ar if Biaya Penyusutan (Rp) 2009 Nilai Buku Awal 2010 2010 Nilai Buku Awal 2011 2011 Nilai Buku Awal 2012 2012

Setiap kolom pada tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode saldo menurun akan diisi informasi sebagai berikut :

Kolom nomor akan diisi dengan nomor urut, kolom jenis harta akan diisi dengan jenis harta berwujud bukan bangunan, kolom tahun perolehan akan diisi dengan tahun perolehan dari harta berwujud bukan bangunan, kolom masa manfaat (tahun) akan diisi dengan masa manfaat

dari harta berwujud bukan bangunan, kolom kelompok akan diisi dengan kelompok dari harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009, kolom harga perolehan (Rp) akan diisi dengan harga perolehan dari harta berwujud bukan bangunan, kolom tarif akan diisi dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk metode saldo menurun sesuai dengan ketentuan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk metode saldo menurun yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, kolom biaya penyusutan (Rp) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan, penjelasannya sebagai berikut :

Kolom biaya penyusutan tahun 2009 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan harga perolehan harta berwujud bukan bangunan dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk metode saldo menurun, kolom biaya penyusutan tahun 2010 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2010 dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk metode saldo menurun, kolom biaya penyusutan tahun 2011 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2011 dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan

untuk metode saldo menurun, dan kolom biaya penyusutan tahun 2012 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2012 dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk metode saldo menurun.

Pengisian kolom nilai buku awal tahun 2010 sampai dengan 2012, penjelasannya sebagai berikut :

Kolom nilai buku awal tahun 2010 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan harga perolehan harta berwujud bukan bangunan dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2009, kolom nilai buku awal tahun 2011 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2010 dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2010, dan kolom nilai buku awal tahun 2012 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2011 dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2011.

3. Menggabungkan hasil penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari semua kelompok yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun ke dalam setiap tahun pajak, kemudian membandingkan total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari setiap tahun pajak yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun.

Tabel 6. Contoh Tabel Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Garis Lurus

Tahun Biaya Penyusutan (Rp) Total Biaya Penyusutan (Rp) Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV 2009 2010 2011 2012

Setiap kolom pada tabel biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus akan diisi informasi sebagai berikut :

Kolom tahun diisi dengan tahun pajak yang menjadi obyek dalam penelitian ini, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kolom biaya penyusutan (Rp) untuk kelompok I sampai dengan kelompok IV akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode garis lurus, dan kolom total biaya penyusutan (Rp) akan diisi dengan total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari semua kelompok, yaitu dari kelompok I sampai dengan kelompok IV, yang telah digabungkan ke dalam setiap tahun pajak.

Tabel 7. Contoh Tabel Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Saldo Menurun

Tahun Biaya Penyusutan (Rp) Total Biaya Penyusutan (Rp) Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV 2009 2010 2011 2012

Setiap kolom pada tabel biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun akan diisi informasi sebagai berikut :

Kolom tahun diisi dengan tahun pajak yang menjadi obyek dalam penelitian ini, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kolom biaya penyusutan (Rp) untuk kelompok I sampai dengan kelompok IV akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode saldo menurun, dan kolom total biaya penyusutan (Rp) akan diisi dengan total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari semua kelompok, yaitu dari kelompok I sampai dengan kelompok IV, yang telah digabungkan ke dalam setiap tahun pajak.

4. Menghitung Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun. Kemudian membandingkan hasil penghitungan Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak

Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun.

a. Rekonsiliasi fiskal laporan laba rugi tidak dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, karena analisis data dalam penelitian ini hanya berfokus pada satu akun saja dalam laporan laba rugi komersial, yaitu biaya penyusutan, sedangkan untuk melakukan rekonsiliasi fiskal laporan laba rugi tidak hanya berfokus pada biaya penyusutan saja, melainkan juga pada akun-akun lainnya yang memungkinkan adanya perbedaan antara peraturan perpajakan (Undang-Undang Pajak Penghasilan) dengan Standar Akuntansi Keuangan.

b. Meskipun rekonsiliasi fiskal laporan laba rugi tidak dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis akan memberikan asumsi bahwa akun-akun lainnya yang harus direkonsiliasi fiskal, yaitu semua biaya dan pendapatan dalam laporan laba rugi komersial selain biaya penyusutan yang dihitung dalam penelitian ini, sudah sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan, sehingga semua biaya dan pendapatan dalam laporan laba rugi komersial PT. Prima Dwi Utama, kecuali untuk biaya penyusutan yang dihitung dalam penelitian ini, bersifat tidak mengalami perubahan atau sesuai dengan kondisi pada saat laporan laba rugi komersial tersebut dibuat atau disusun oleh PT. Prima Dwi Utama.

Tabel 8. Contoh Tabel Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang Tahun Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak Penghasilan (Rp) Biaya Penyusutan (Rp) Penghasilan Kena Pajak (Rp) Pajak Penghasilan Terutang (Rp) Garis Lurus Saldo Menurun Garis Lurus Saldo Menurun Garis Lurus Saldo Menurun Garis Lurus Saldo Menurun 2009 2010 2011 2012 Total

Setiap kolom pada tabel penghitungan Pajak Penghasilan terutang akan diisi informasi sebagai berikut :

Kolom tahun diisi dengan tahun pajak yang menjadi obyek dalam penelitian ini, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kolom laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan (Rp) akan diisi dengan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, kolom biaya penyusutan (Rp) akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode garis lurus dan tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode saldo menurun, kolom Penghasilan Kena Pajak akan diisi dengan Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama

dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan, dan kolom Pajak Penghasilan terutang (Rp) akan diisi dengan Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama.

5. Menghitung nilai sekarang (present value) Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun. Kemudian membandingkan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun.

a. Suku bunga yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang diperjualbelikan dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah.

b. Tingkat suku bunga SBI akan digunakan sebagai faktor diskonto (discount factor) dalam menghitung nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang, karena tingkat suku bunga SBI selalu berfluktuasi sesuai dengan kebijakan Dewan Gubernur Bank Indonesia yang disesuaikan dengan keadaan perekonomian Indonesia. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat tingkat perubahan keadaan perekonomian Indonesia, yaitu adanya inflasi. Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar, sehingga terjadi penurunan nilai mata uang secara kontinu.

c. Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu cara untuk mengendalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi, maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI untuk meredam kenaikan inflasi. Adanya fluktuasi tingkat suku bunga SBI yang disesuaikan dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, dapat memudahkan PT. Prima Dwi Utama untuk mengetahui nilai sekarang dari sejumlah uang di masa yang akan datang, dalam hal ini untuk mengetahui nilai sekarang dari Pajak Penghasilan terutang.

d. Tingkat suku bunga SBI yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari rata-rata tingkat suku bunga SBI per tahun. Tingkat suku bunga SBI untuk tahun 2009 adalah 7,29%, tingkat suku bunga SBI untuk tahun 2010 adalah 6,64%, tingkat suku bunga

SBI untuk tahun 2011 adalah 6,52%, dan tingkat suku bunga SBI untuk tahun 2012 adalah 4,42%.

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang adalah :

PV = FV

1 (1 + i)

di mana PV = nilai sekarang (present valuePajak Penghasilan)

FV = nilai masa depan (Pajak Penghasilan) pada akhir tahun ke-n

n = jumlah tahun sampai mengetahui nilai sekarang Pajak Penghasilan

i = tingkat suku bunga SBI

Tabel 9. Contoh Tabel Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan Terutang

Ta hun Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak Penghasilan (Rp) Biaya Penyusutan (Rp) Penghasilan Kena Pajak (Rp) Pajak Penghasilan Terutang (Rp) Nilai Sekarang Pajak Penghasilan (Rp) Gar is Lur us Sal do Men urun Gar is Lur us Sal do Men urun Gar is Lur us Sal do Men urun Gar is Lur us Sal do Men urun Gar is Lur us Sal do Men urun 2009 2010 2011 2012 Total

Setiap kolom pada tabel penghitungan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang akan diisi informasi sebagai berikut :

Kolom tahun diisi dengan tahun pajak yang menjadi obyek dalam penelitian ini, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kolom laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan (Rp) akan diisi dengan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, kolom biaya penyusutan (Rp) akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode garis lurus dan tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode saldo menurun, kolom Penghasilan Kena Pajak akan diisi dengan Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan, kolom Pajak Penghasilan terutang (Rp) akan diisi dengan Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama, dan kolom nilai sekarang Pajak Penghasilan akan diisi dengan nilai sekarang dari Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.

6. Mengambil kesimpulan, yaitu dengan memilih metode penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang lebih tepat digunakan oleh PT. Prima Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak Penghasilan, berdasarkan hasil penghitungan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang.

70 BAB IV