BAB III METODE PENELITIAN
J. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap teknik analisis data. Tahap pertama adalah statistic deskriptif, keuda uji asumsi klasik dan tahap ketiga adalah uji hipotesis.
1) Statistik Deskriptif
Deskripsi data secara grafis dilakukan untuk mengenali pola sejumlah data dan merangkum informasi yang terdapat dalam data tersebut. Secara umum bidang studi statistik adalah menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian meringkas dan menjelaskan distribusi data dalam bentuk tendensi sentral, variasi dan bentuk (Santoso, 2000:11-12).
2) Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengatahui apakah penaksir dalam regresi merupakan penaksir kolinear tak bias terbaik. Untuk memperoleh persamaan yang paling tepat digunakan parameter regresi yang dicari dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square. Metode ini mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi dan uji linearitas.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011:160) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal.
Untuk mendeteksi residual berdistribusi normal atau tidak digunakan uji statistic. Uji statistic yang digunakan adalah uji statistic non-parametrik Kologrov-Smirnov (K-S).
Kriteria penerimaan Ho apabila analisis Kolmogorov-Smirnov (1-Sample K-S) adalah sebagai berikut :
1) Apabila nilai Asymptonic Significance ≥ 5% berarti data residual berdistribusi normal
2) Apabila nilai Asymptonic Significance < 5% berarti data residual tidak berdistribusi normal
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adannya korelasi antar variabel bebas.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolelir (Ghozali, 2011:105).
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena gangguan pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas Autokorelasi (Ghozali, 2011:110-111).
Penelitian ini menggunakan uji Statistic Q atau Box – Pierce dan Ljung Box. Uji ini digunakan untuk melihat terjadi atau tidaknya Autokorelasi dengan 16 lag. Taraf nyata yang digunakan adalah 5%.
Kriteria ada tidaknya autokorelasi dengan uji Q atau Box – Pierce dan Ljung Box adalah apabila lag lebih dari dua, maka terjadi autokorelasi,
sedangkan apabila lag berjumlah dua atau kurang dari dua, maka dikatakan tidak ada autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011:139) alat uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka hal tersebut disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda disebut sebagai heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel bebas. Model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikannya di atas taraf nyata 5%.
e. Uji Linearitas
Sudjana (2005:331) menyatakan bahwa uji lineritas regresi digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya suatu variabel terhadap variabel yang lain. Menurut Alhusin (2003:171) uji linieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Apabila dari hasil uji linieritas didapatkan kesimpulan bahwa antara variabel terjadi linieritas maka akan menggunakan teknik analisis regresi linier. Dikatakan linier adalah variabel yang apabila terjadi perubahan pada suatu variabel maka variabel yang lain akan mengikuti
perubahan tersebut secara proporsional. Uji Linearitas dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan scatter plot graph. Keputusan hubungan antara variabel independen dan dependen dapat dikatakan linear dengan pendekatan scatter plot graph apabila lingkaran kecil pada grafik memiliki jarak yang relatif dekat dengan garis (line).
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menentukan hipotesis mana yang akan diterima. Dengan uji hipotesis ini pula rumusan masalah akan dapat ditemukan penyelesaiannya. Dalam penelitian ini digunakan beberapa uji hipotesis yaitu :
a) Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Subagyo dan Djarwanto (2011:270) Regresi Linear Berganda adalah suatu prediksi (ramalan) tentang besarnya nilai Y (variabel dependen) berdasarkan nilai X tertentu (variabel independen). Hubungan antara variabel-variabel merupakan hubungan regresional yang berarti bahwa tidak ada nilai Y tertentu untuk nilai X tertentu, terdapat banyak kemungkinan nilai Y untuk nilai X tertentu karena nilai Y dipengaruhi oleh banyak variabel X.
Menurut Sujarweni (2015:160) analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Adapun bentuk model yang akan diuji dalam penelitian ini adalah
𝑌 = 𝑎 + 𝛽1𝑋1+ 𝛽2𝑋2+ 𝑒 Keterangan :
Y = Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan 𝛽1,𝛽2 = Koefisien Regresi
𝑋1 = Harga minyak dunia 𝑋2 = Kurs Rupiah
e = disturbance error (faktor pengganggu/residual)
b) Uji Signifikan Simultan (Uji F-Statistik)
Menurut Sujarweni (2015:162) uji F adalah pengujian signifikansi persamaan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F kritis (Ftabel) dengan nilai Fhitung yang terdapat pada tabel analysis of variance.
Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis nol (H0) dan hipotesa alternatif (Ha):
Hipotesis nol yang diuji adalah :
𝐻0 : 𝛽1 = 𝛽2 = 0. Harga minyak dunia dan kurs Rupiah secara simultan tidak mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
Ha : Paling sedikit satu nilai 𝛽1,…., 𝛽12 ≠ 0 atau
Ha : Tidak semua 𝛽1, 𝛽2 = 0 Harga minyak dunia dan kurs Rupiah secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
2) Menentukan taraf nyata (significant level) dengan simbol α.
Taraf nyata dalam penelitian ini adalah 5%.
3) Menentukan statistik uji yang akan dipergunakan, penelitian ini menggunakan distribusi F hitung, diperoleh dari SPSS 23.
4) Menentukan kriteria yang dijelaskan sebagai berikut :
(a) H0 diterima apabila Fhitung ≤ F tabel
(b) H0 ditolak apabila Fhitung > Ftabel
5) Kesimpulan
(a) Jika H0 diterima berarti harga minyak dunia dan kurs Rupiah secara simultan tidak mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016
(b) Jika H0 ditolak berarti harga minyak dunia dan kurs Rupiah secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
c) Uji parsial (Uji t)
Uji Parsial ( Uji t) Uji statistik t adalah uji yang menunjukkan pengaruh satu varibel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel-varibel terikat (Kuncoro 2001:81). Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh harga minyak dunia dan kurs Rupiah secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di BEI pada periode November 2014 – November 2016. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis nol (H0) dan hipotesa alternatif (Ha):
H01; 𝛽1 ≤ 0 : Harga minyak dunia tidak mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
Ha1; 𝛽1 > 0 : Harga minyak dunia mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
H02; 𝛽2 ≥ 0 : Kurs Rupiah tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
Ha2; 𝛽2 < 0 : Kurs Rupiah mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
2) Menentukan level of significance α (alpha) yang digunakan, α = 5%.
Dalam penelitian ini level of significance atau tingkat signifikansinya sebesar 0,05 dengan df= n-k -1 (k adalah jumlah variabel independen).
3) Menentukan thitung dengan menggunakan alat analisis atau rumus
𝑡𝑖 = 𝑏𝑖
𝑠𝑏𝑖
Keterangan
Ti = thitung koefisien variabel i bi =koefisien regresi i
sbi = standard d error dari variabel
4) Menentukan kriterira uji t
(a) untuk variabel harga minyak dunia (1) H0 diterima apabila t hitung < t tabel (2) H0 ditolak apabila t hitung ≥ t tabel
(b) untuk variabel kurs Rupiah
(1) H0 diterima apabila t hitung > -t tabel (2) H0 ditolak apabila t hitung ≤ -t tabel
5) Membuat keputusan
(a) Variabel Harga Minyak Dunia
(1) Jika H01 diterima berarti harga minyak dunia tidak mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
(2) Jika H01 ditolak maka harga minyak dunia mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
(b) Variabel Kurs Rupiah
(1) Jika H02 diterima berarti kurs Rupiah tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
(2) Jika H02 ditolak maka kurs Rupiah mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode November 2014 – November 2016.
d) Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Menurut Sujarweni (2015:164) koefisien determinasi (Adjusted R Square) digunakan untuk mengetahui persentase perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Jika Adjusted R Square semakin besar, maka persentase perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen semakin tinggi. Jika Adjusted R Square semakin kecil, maka persentase perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen
semakin rendah.
59 BAB IV
GAMBARAN UMUM
INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN
A. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
Menurut (Jogiyanto 2015:157) Indeks Sektoral sejak dikenalkan pada tanggal 2 januari 1996 dengan tanggal basis data Desember 1996. Nilai basis untuk masing-masing sektor adalah 100. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan merupakan salah satu dari sembilan sektor yang terdapat di Indeks Sektoral. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan diperoleh dari seluruh harga saham sektor pertambangan yang tercatat di BEI. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan mencerminkan pergerakan harga saham di bursa pada sektor pertambangan.
B. Perusahaan-Perusahan yang tergabung di Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan (www.sahamok.com)
1. Sub Sektor Minyak dan Gas
Tabel IV. 1
Sub Sektor Minyak dan Gas
No Kode Saham Nama Emiten
6 MEDC Medco Energi International Tbk 7 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk
2. Sub Sektor Batu-batuan
Tabel IV. 2 Sub Sektor Batu-batuan
No Kode Saham Nama Emiten
1 CTTH Citatah Tbk
2 MITI Mitra Investindo Tbk
3. Sub Sektor Logam dan Mineral Lainnya Tabel IV. 3
Sub Sektor Logam dan Mineral Lainnya
No Kode Saham Nama Emiten
1 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
2 CITA Cita Mineral Investindo Tbk
3 DKFT Central Omega Resources Tbk
4 INCO Vale Indonesia Tbk
5 CKRA Cakra Mineral Tbk
6 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk
7 SMRU SMR Utama Tbk
8 TINS Timah (Persero) Tbk
9 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk
4. Sub Sektor Batu Bara
3 ATPK Bara Jaya Internasional Tbk
4 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
5 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk
6 BUMI Bumi Resources Tbk
7 BYAN Bayan Resources Tbk
8 DEWA Darma Henwa Tbk
9 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
10 FIRE Alfa Energi Investama Tbk
11 GEMS Golden Energy Mines Tbk
12 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
13 HRUM Harum Energy Tbk
14 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
15 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk
16 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk
17 MYOH Myoh Technology Tbk
18 PKPK Perdana Karya Perkasa
19 PTBA Bukit Asam Tbk
20 PTRO Petrosea Tbk
21 SMMT Golden Eagle Energy Tbk
22 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk
23 BRAU Berau Coal Energy
Setiap perusahaan pertambangan memiliki inti bisnisnya sendiri yang nantinya akan masuk ke dalam golongan sub sektor sesuai inti bisnisnya.
Sektor minyak dan gas merupakan sektor yang memproduksi minyak bumi dan gas alam. Sub sektor batu-batuan terdiri dari perusahaan yang memproduksi batu marmer dan granit. Sub sektor logam dan mineral lainnya terdiri dari perusahaan yang memproduksi emas, bauksit, bijih nikel, bijih besi, mangan, dan timah. Sub sektor batu bara terdiri dari perusahaan yang memproduksi batu bara. Terlihat jelas sebagian besar perusahaan yang tergabung dalam Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan merupakan perusahaan batu bara.
63 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan data harga minyak dunia, kurs Rupiah, dan Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan pada tahun pengamatan:
Tabel V. 1
Uraian Harga Minyak Dunia, Kurs Rupiah dan Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Periode Juli 2014 – November 2016
Periode
2014 November 66.05 12.158,3 1.444,61
2014 Desember 53.78 12.438,29 1.369,00
2015 Januari 47.77 12.579,1 1.339,29
2015 Februari 49.41 12.749,84 1.321,93
2015 Maret 47.52 13.066,82 1.283,61
2015 April 59.74 12.947,76 1.197,96
2015 Mei 60.30 13.140,53 1.201,34
2015 Juni 59.00 13.313,24 1.118,7
2015 Juli 46.77 13.374,79 977,19
2015 Augustus 48.16 13.781,75 904,03
2015 September 45.41 14.396,1 919,75
2015 Oktober 46.42 13795,86 951,54
2015 November 41.69 13.675,7 857,33
2015 Desember 37.11 13.854,6 811,07
2016 Januari 33.75 13.889,05 785,29
2016 Februari 33.91 13.515,7 834,99
2016 Maret 38.12 13.193,14 895,77
2016 April 46.00 13.179,86 995,61
2016 Mei 48.87 13.419,65 960,93
2016 Juni 48.38 13.355,05 1.052,92
2016 Juli 41.38 13.118,82 1.182,43
Tabel V.1
Uraian Harga Minyak Dunia, Kurs Rupiah dan Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Periode November 2016 – November 2016 (Sambungan)
Sumber : www.investing.com,www.bi.go.id dan diolah
Pada periode pengamatan sepanjang November 2014 – November 2016 terjadi penurunan dan peningkatan harga minyak dunia, kurs Rupiah, dan Harga Saham Sektor Pertambangan. Pada periode tahun 2014 bulan November hingga bulan Desember terjadi penurunan harga minyak dunia dari 66,05 USD/barrel menjadi 53,78 USD/barrel. Pada periode yang sama, Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan juga mengalami penurunan dari 1.444,61 poin menjadi 1.369,00 poin. Kurs Pupiah pada periode tahun 2016 pada bulan Mei hingga Juni terjadi penurunan dari Rp 13.419,65 menjadi Rp 13.355,05. Penurunan harga kurs Rupiah diikuti oleh naiknya Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan dari 960,93 poin menjadi 1.052,92poin.
Periode Harga Minyak
2016 Augustus 44.84 13.165,00 1.163,64
2016 September 48.05 13.118,24 1.158,59
2016 Oktober 46.72 13.017,24 1.316,84
2016 November 49.00 13.310,50 1.375,63
A. Deskripsi Data (Statistik Deskriptif)
Statistik deskirptif bertujuan untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif SPSS 23, hasilnya sebagai berikut :
Tabel V. 2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Harga_Minyak_Dunia 25 33.75 66.05 47.5260 7.89433
Kurs_Rupiah 25 12158.30 14396.10 13262.0720 490.26863 Indeks_Harga_SSP 25 785.29 1444.61 1096.7996 202.31926 Valid N (listwise) 25
Berdasarkan tabel diatas dari periode objek penelitian November2014 hingga November 2016, rata-rata harga minyak dunia adalah 47,52 USD/Barrel, rata-rata kurs Rupiah Rp 13.262,07 dan rata-rata Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan adalah 1.096,80 poin.
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
2014 NOVEMBER 2014 DESEMBER 2015 JANUARI 2015 FEBRUARI 2015 MARET 2015 APRIL 2015 MEI 2015 JUNI 2015 JULI 2015 AUGUSTUS 2015 SEPTEMBER 2015 OKTOBER 2015 NOVEMBER 2015 DESEMBER 2016 JANUARI 2016 FEBRUARI 2016 MARET 2016 APRIL 2016 MEI 2016 JUNI 2016 JULI 2016 AUGUSTUS 2016 SEPTEMBER 2016 OKTOBER 2016 NOVEMBER
HARGA MINYAK DUNIA
1. Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia yang digunakan dalam peneliatian ini adalah harga minyak dunia World Texas Intermediate (WTI). Ukuran yang dipakai adalah US Dolar per Barrel. Perkembangan harga Minyak dunia selama kurun waktu Novemebr 2014 hingga November 2016 dapat dilihat pada gambar V.1.
Gambar V. 1
Harga Minyak Dunia tiap bulan selama November 2014 – November 2016 Sumber : www.investing.com
Pada bulan November tahun 2014 hingga bulan Januari tahun 2016 harga minyak dunia mengalami penurunan yang dramatis, harga tertinggi pada bulan November tahun 2014 yaitu 66,05 USD/Barrel dan nilai terendah pada bulan Januari tahun 2016 yaitu 33,75 USD/Barrel. Pada tahun 2016 harga
11.000,00
2014 November 2014 Desember 2015 Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Juli 2015 Augustus 2015 September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2016 Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 April 2016 Mei 2016 Juni 2016 Juli 2016 Augustus 2016 September 2016 Oktober 2016 November
Kurs Rupiah
minyak dunia berusaha bangkit hingga mencapai 49 USD/Barrel pada bulan November tahun 2016.
2. Kurs Rupiah
Penelitian ini menggunakan kurs Rupiah terhadap US Dolar. Data yang dipakai diambil dari data bulanan kurs tengah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Perkembangan kurs Rupiah terhadap US Dolar di Indonesia selama kurun waktu November 2014 hingga November 2016 dapat dilihat di gambar V.2.
Gambar V. 2
Kurs Rupiah tiap bulan selama November 2014 – November 2016 Sumber : www.bi.go.id (Bank Indonesia)
Pada periode pengamatan November 2014 hingga November 2016 terlihat kurs Rupiah yang cenderung melemah. Harga terkuat terjadi pada
0,00
2014 November 2014 Desember 2015 Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Juli 2015 Augustus 2015 September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2016 Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 April 2016 Mei 2016 Juni 2016 Juli 2016 Augustus 2016 September 2016 Oktober 2016 November
Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
tahun 2014 bulan November yaitu Rp 12.158,30 dan terlemah pada tahun 2015 bulan September yaitu 14.396,10. Sepanjang tahun 2016 kurs Rupiah cenderung mengalami penguatan dibandingkan tahun sebelumnya, hingga bulan November mencapai RP 13.310,50.
3. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan pertama dikenalkan pada tanggal 2 januari 1996. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan mencerminkan pergerakan harga saham di bursa pada sektor pertambangan.
Perkembangan Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan selama kurun waktu bulan November 2014 hingga November 2016 dapat dilihat melalui Gambar V.3.
Gambar V. 3
Indeks Harga Saham Pertambangan tiap bulan selama November 2014 – November 2016 Sumber : www.investing.com
Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan mengalami penurunan selama bulan November 2014 hingga mencapai harga terendahnya pada bulan Januari 2016. Nilai tertinggi terjadi pada November 2014 yaitu 1.444,61 poin dan terendah pada bulan Januari 2016 yaitu 785,29 poin. Sepanjang tahun 2016 terlihat Indeks Harga Sektor Pertambangan mengalami kebangkitan hingga mencapai 1.375,63 poin pada bulan November.
B. Hasil Uji Statistik dan Pembahasan
1. UJi Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data residual. Metode pengujian normal atau tidaknya distribusi data dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada tabel Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sign>0,05) berarti data berdistribusi normal. Adapun hasil uji Normalitas menggunakan SPSS 23 pada tabel berikut :
Tabel V. 3
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 103.49298062 Most Extreme Differences Absolute .156
Positive .156
Negative -.100
Test Statistic .156
Asymp. Sig. (2-tailed) .119c
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel V.3, dapat dilihat nilai Sig. pada bagian Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,119 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa distribusi data residual dalam penelitian ini adalah normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolienaritas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan di antara variabel bebas memiliki masalah multikolinear atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak memiliki masalah multikolinear. Metode pengujian uji multikolinearitas ini adalah apabila VIF tidak lebih dari 10 dan mempunyai angka tolerance lebih besar dari 0,1. Adapun hasil uji Multikolinearitas menggunakan SPSS 23 pada tabel berikut:
Tabel V. 4 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Harga_Minyak_Dunia .680 1.470
Kurs_Rupiah .680 1.470
a. Dependent Variable: Indeks_Harga_SSP
Berdasarkan hasil uji collinearity yang dapat dilihat pada tabel V.4 dari masing-masing variabel independen (harga minyak dunia dan kurs Rupiah) tidak didapat nilai tolerance kurang dari 0.10 dan juga tidak didapat nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih dari 10.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dapat dilakukan dengan uji Glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel bebas. Model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikansinya di atas taraf nyata 5% (Ghozali, 2011:139). Setelah melakukan uji Glejser menggunakan SPSS 23 didapat :
Tabel V. 5
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Sig.
1 (Constant) .794
Harga_Minyak_Dunia .680
Kurs_Rupiah .990
a. Dependent Variable: RES_2
Dari hasil uji Glejser yang dilakukan SPSS 23 diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena nilai signifikasi kedua variabel di atas 5%.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian untuk mendeteksi adanya autokorelasi pada penelitian ini adalah uji Statistic Q atau Box – Pierce dan Ljung Box. Kriteria ada tidaknya autokorelasi dengan uji Q atau Box – Pierce dan Ljung Box adalah apabila lag lebih dari dua, maka terjadi autokorelasi, sedangkan apabila lag berjumlah dua atau kurang dari dua, maka dikatakan tidak ada autokorelasi. Taraf nyata atau significant level adalah 5%.
Pengujian dengan SPSS 23 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel V. 6 Uji Ljung Box
Autocorrelations Series: Unstandardized Residual
Lag Autocorrelation Std. Errora
Box-Ljung Statistic
a. The underlying process assumed is independence (white noise).
b. Based on the asymptotic chi-square approximation.
Setelah dilakukan uji Box-Ljung SPSS 23, diperoleh Sig.b untuk Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan yang kurang dari 5%
adalah berjumlah 1 lag yaitu lag ke-1 dengan Sig.b 0.020. Hal ini berarti nilai residual tidak terdapat autokorelasi.
e. Uji Linearitas
Uji linieritas berutujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Apabila dari hasil uji linieritas didapatkan kesimpulan bahwa antara variabel terjadi linieritas maka akan menggunakan teknik analisis regresi linier.
Dikatakan linier adalah variabel yang apabila terjadi perubahan pada suatu variabel maka variabel yang lain akan mengikuti perubahan tersebut secara proporsional. Uji Linearitas dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan scatter plot graph. Keputusan hubungan antara variabel independen dan dependen dapat dikatakan linear dengan pendekatan scatter plot graph apabila lingkaran kecil pada grafik memiliki jarak yang relatif dekat dengan garis (line).
Gambar V. 4
Scatter Plot graph Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
GambarV. 5
Scatter Plot graph Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
Berdasarkan Gambar V.4 dan V.5 dapat dilihat bahwa lingkaran kecil pada grafik scatter plot graph relatif dekat dengan garis (line), maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel independen dan dependen dikatakan linear.
2. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel V. 7 Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 725334.878 2 362667.439 31.038 .000b Residual 257059.129 22 11684.506
Total 982394.007 24
a. Dependent Variable: Indeks_Harga_SSP
b. Predictors: (Constant), Kurs_Rupiah, Harga_Minyak_Dunia
1) Hipotesis nol (H0) dan hipotesa alternatif (Ha):
𝐻0 : 𝛽1 = 𝛽2 = 0. harga minyak dunia dan kurs Rupiah tidak mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode November 2014–November 2016.
Ha : Tidak semua 𝛽1, 𝛽2 = 0 harga minyak dunia dan kurs Rupiah mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode November 2014–November 2016.
2) Menentukan taraf nyata (significant level) dengan simbol α.
Taraf nyata dalam penelitian ini adalah 5%
3) Menentukan statistik uji yang akan dipergunakan, penelitian ini
3) Menentukan statistik uji yang akan dipergunakan, penelitian ini