• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Analisis Kebutuhan Sistem

2. Teknik Pengembangan Sistem

Menurut Susanto, Azhar (2004:341), ada banyak metode untuk pengembangan sistem informasi, yaitu:

a. Metode System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) adalah salah satu teknik pengembangan sistem informasi, yang dirancang oleh analis dan pemrogram sistem. Teknik ini sering disebut sebagai proses pemecahan masalah dan terdiri beberapa tahap antara lain:

1) Tahap Analisis

Ini adalah langkah analisis di mana sistem informasi yang ada diperiksa. Sangat penting untuk memahami sumber dan dampak masalah untuk memberikan laporan yang menunjukkan keberadaan masalah. Tahapan analisis sistem merupakan teknik untuk menyelesaikan masalah organisasi dengan menggunakan sistem. Studi

ini dilakukan oleh tim kerja yang beragam yang mampu mengevaluasi masalah dari berbagai sudut pandang organisasi. Menurut Mujilan (2013:10), analisis sistem mencakup banyak aspek, antara lain sebagai berikut:

a) Ujian Pendahuluan

Merupakan langkah pertama dalam proses analisis sistem.

Penelitian ini membahas berbagai macam, ruang lingkup, dan tahap awal inisiatif pengembangan sistem. Sebagai akibatnya, pengetahuan dasar dan perkiraan biaya diperoleh.

b) Analisis kelayakan

Terdiri dari lima jenis kekayaan berbeda yang dikenal sebagai TELOS: kelayakan teknologi, ekonomi, hukum, operasional, dan sosial. Secara teknologi dimungkinkan jika teknologi yang diperlukan dapat diakses atau tersedia. Ini layak secara ekonomi jika manfaatnya lebih besar daripada biaya dan uang yang cukup tersedia. Secara hukum diperbolehkan jika mematuhi peraturan hukum yang diterapkan. Jika sistem beroperasi, ini mungkin. Dapat diterima secara sosial jika tidak berdampak buruk pada konteks sosial.

c) Menentukan Masalah dan Persyaratan Informasi Pengguna

Identifikasi masalah dimulai dengan menentukan sumber masalah, yang harus diperbaiki. Kemudian, studi tentang data dan sistem yang ada dapat dilakukan.

d) Melakukan analisis terhadap temuan penelitian

Menganalisis kelemahan pengguna dan kebutuhan informasi.

Tujuan dari menganalisis kelemahan adalah untuk memastikan bahwa sistem menghasilkan data yang berarti.

e) Identifikasi masalah dan persyaratan informasi

Untuk menghasilkan pemahaman yang relevan terkait persyaratan informasi, tim kerja harus mencari data spesifik yang dapat berfungsi sebagai titik awal untuk penelitian. Data tersebut mencakup tanggung jawab utama manajer, jenis masalah yang sering mereka hadapi, evaluasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajer, dan bagaimana manajer dapat memanfaatkan penilaian output yang mereka dapatkan.

f) Memahami dengan sistem saat ini

Untuk memahami sistem saat ini, tim kerja dapat menggunakan berbagai metode, termasuk bertanya langsung kepada konsumen apa yang mereka butuhkan, mengevaluasi sistem yang ada, baik internal maupun eksternal, dan menggali lebih dalam latar belakang pengguna. Langkah selanjutnya adalah membuat prototipe, di mana analis sistem membuat deskripsi sistem kasar dan mengundang pengguna untuk melakukan koreksi pada sistem kasar.

g) Melakukan analisis terhadap temuan penelitian

Laporan analisis sistem mencakup temuan analisis sistem, serta

berbagai analisis dan pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan analisis.

2) Perancangan Sistem

Perancangan sistem adalah proses mengembangkan sistem dari hasil analisis sistem. Menurut Romney dan Steinbart (2015), perancangan sistem dibagi menjadi dua tahap:

a) Perancangan konseptual sistem

Pengembang menetapkan kerangka kerja yang luas guna penerapan kebutuhan yang mengoperasikan sistem dan menyelesaikan problem yang didapatkan selama tahap analisis.

Perancangan konseptual meliputi:

(1) Evaluasi opsional desain alternatif (2) Menentukan elemen desain

(3) Menulis laporan tentang desain konseptual sistem.

b) Desain fisik sistem

Selama fase desain fisik sistem, bisnis memutuskan bagaimana desain konseptual SIA akan dijalankan. Desain fisik SIA mengubah luas desain konseptual, tujuan berorientasi pengguna menjadi spesifikasi yang tepat untuk pengkodean dan pengujian komputer.

Desain fisik sistem sebagai beriku:

(1) Desain keluaran

(2) Desain file dan database (3) Desain input

(4) Desain program (5) Desain prosedur (6) Desain kontrol 3) Implementasi Sistem

Menurut Romney dan Steinbart (2015) mendefinisikan implementasi sistem sebagai proses penyebaran perangkat keras dan perangkat lunak dan pengoperasian sistem informasi akuntansi. Implementasi sistem terdiri tahap-tahap, yaitu:

a) Perencanaan Implementasi

Perencanaan implementasi merinci tugas yang harus diselesaikan, tanggal penyelesaian yang diproyeksikan, perkiraan pengeluaran, dan individu yang bertanggung jawab untuk setiap tugas. Rencana tersebut menguraikan tanggal penyelesaian proyek dan tanggal operasi untuk SIA.

b) Perencanaan Perubahan Organisasi

Perubahan pada sistem informasi akuntansi membutuhkan penyesuaian pada struktur organisasi bisnis. Departemen baru dapat dibentuk sementara yang lain dapat dihapus atau dibubarkan.

c) Persiapan Lokasi

Persiapan lokasi adalah aktivitas yang memakan waktu yang harus dimulai jauh sebelum tanggal pemasangan sistem.

Perbaikan yang signifikan, seperti pemasangan outlet listrik,

fasilitas koneksi data, elevasi lantai, kontrol udara, pencahayaan khusus, dan pendingin udara, mungkin diperlukan untuk sistem yang besar.

d) Seleksi dan Pelatihan Personil atau Karyawan

Sistem informasi akuntansi yang berhasil harus mencakup pelatihan dibidang selain keterampilan hardware dan software yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem baru. Karyawan harus dididik tentang aturan dan prosedur baru, dan pelatihan harus direncanakan dan diterapkan sebelum pengujian dan pembaruan sistem.

e) Dokumentasi yang Lengkap

Tiga bentuk dokumentasi yang berbeda diperlukan untuk sistem baru:

(1) Sistem informasi akuntansi yang baru dijelaskan secara rinci dalam dokumentasi pengembangan.

(2) Dokumentasi operasional terdiri dari jadwal operasi, file dan database yang diakses, kebutuhan peralatan, keamanan, dan file penyimpanan.

(3) Panduan pengguna menginstruksikan pengguna tentang cara memanfaatkan AIS. Ini terdiri dari manual prosedur dan materi pelatihan.

(4) Pemeliharaan dan Pengoperasian Menurut Mujilan

(2013:11), tahap terakhir dari proses SDLC adalah kegiatan operasi dan pemeliharaan. Di antara kegiatan operasi dan pemeliharaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

(a) Perlunya koreksi kesalahan.

(b) Setiap modifikasi yang dibuat sebagai tanggapan atas permintaan pengguna sistem.

(c) Lingkungan eksternal berubah.

(d) Perlunya peningkatan sistem b. Metode Pembuatan Prototipe

Menurut Susanto dan Azhar (2004: 346), prototyping sebagai paradigma baru untuk mengembangkan sistem informasi akuntansi bukan hanya perpanjangan dari metodologi pengembangan informasi saat ini, tetapi sebuah revolusi dalam penciptaan sistem informasi akuntansi.

Pendekatan prototyping meliputi:

1) Pendekatan desain model; ini adalah teknik paling kritis dalam proses prototipe karena digunakan untuk mengubah model menjadi sistem informasi yang berfungsi.

2) Pendekatan desain dialog digunakan untuk membuat pengguna lebih jelas dan mudah beradaptasi. Keseluruhan arsitektur percakapan tidak sesuai dengan arahan dalam sistem informasi.

3) Pendekatan simulasi; Teknik ini digunakan untuk mengetahui berfungsinya suatu sistem informasi yang akan dimanfaatkan secara tepat.

Siklus sistem informasi akuntansi memanfaatkan teknik prototipe dalam berbagai cara, termasuk yang berikut:

1) Prototipe untuk kelayakan cocok untuk pengujian teknologi yang akan digunakan dalam kompilasi sistem informasi akuntansi.

2) Spesifikasi untuk prototipe Selain itu, ini disebut sebagai prototipe penemuan, yang digunakan untuk memastikan jumlah kebutuhan aktivitas pengguna bisnis.

3) Desain prototipe sebagai faktor pendorong dalam mengembangkan sistem informasi akuntansi yang akan digunakan.

4) Implementasi prototipe Selain disebut sebagai production prototyping, ini merupakan kelanjutan dan desain prototipe yang langsung dirakit sebagai sistem informasi manajemen yang akan digunakan.

c. Metode Rapid Application Development

Sistem menjadi lebih cepat dan pengembangan yang dibutuhkan menjadi lebih cepat, memaksa pengembang untuk berpikir cepat dan menemukan solusi teknologi yang memungkinkan pengembangan cepat tanpa mengorbankan kualitas sistem. Rapid Application Development (RAD) lahir dari keadaan ini. Menurut McLeod dan Schell (2015), RAD terdiri dari empat komponen:

1) Manajemen, yaitu mereka yang berada di level manajemen yang mampu cepat beradaptasi dengan cara-cara baru.

2) Pengembang, khususnya kelompok pengembangan sistem profesional, dalam penggunaan metodologi pengembangan sistem

dan teknologi terkait.

3) Pendekatan, khususnya metode RAD Life Cycle.

4) Alat, seperti Computer-Aided Software Engineering (CCASE) dan Bahasa Generasi Keempat, yang membantu pembuatan prototipe dan pengembangan program. Alat CASE, di sisi lain, lebih peduli dengan dokumentasi dan arsitektur database.

E. Penelitian Terdahulu

Dokumen terkait