BAB III METODE PENELITIAN
G. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN
Instrumen penelitian yang digunakan harus melalui pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas meliputi tiga hal yaitu validitas isi, validitas muka, dan validitas konstruk. Ketiga validitas dan reliabilitas akan dikenakan pada instrumen non tes. Sementara instrumen daftar cek tidak melalui uji validasi dan reliabilitas. 1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2011: 361) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang sebenarnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini meliputi dua hal yaitu validitas isi, validitas konstruk. Kedua validitas dan reliabilitas ini akan dikenakan pada instrumen non tes.
a. Validasi Isi
Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Anwar, 2009: 45). Validitas isi diberikan oleh para ahli yang bidang keahliannya berhubungan dengan penelitian ini. Dari hasil validasi penelitian untuk guru serta validasi produk dari ahli bahasa dan sastra. Data dianalisis sebagai dasar dari kuesioner diubah menjadi data interval. Peneliti dalam hal ini akan memberikan rentan skor atas komentar para ahli menjadi data interval. Skala penilaian terhadap evaluasi hasil belajar, sudah baik (4), sudah baik, perlu perbaikan (3), tidak baik (2), sangat tidak baik (1). Untuk menyusun tabel klasifikasi menggunakan
aturan yang sama dengan dasar jumlah skor responden, yaitu dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.
Skor Tertinggi (ideal) = 4 (sudah baik) Skor Terendah = 1 (sangat tidak baik)
Jumlah kelas = 4 (sangat tidak baik sampai sudah baik) Jarak interval = (4-1)/3 = 1
Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menggunakan tabel konversi nilai skala empat berdasarkan skala Likert (Widoyoko, 2012). Berikut adalah tabel klasifikasi skor skala empat yang peneliti susun. Skala skor yang digunakan dalam lembar penilaian insrumen ini menggunakan skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011:93). Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan skala 1–4. Dalam penelitian ini lembar penilaian dibuat berdasarkan indikator-indikator dan hasil akhirnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan revisi terhadap instrumen diatur dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Skala Likert
Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan (Sikap)
4 s/d 5 Sudah Baik (SB)
3 s/d 4 Sudah Baik Perlu Perbaikan (SBP)
2 s/d 3 Tidak Baik (TB)
Dari tabel 3.3 di atas dapat diketahui bahwa jika soal yang divalidasi mendapat nilai kurang dari 3 tetapi komentar yang diberikan baik, maka soal perlu direvisi. Begitu juga dengan nilai yang kurang dari 3 tetapi mendapat komentar baik, maka soal perlu direvisi. Sedangkan jika soal yang telah divalidasi mendapat nilai lebih besar dari 3 dengan komentar negatif, maka soal perlu direvisi pada bagian tertentu. Namun, jika soal tersebut mendapat nilai lebih besar dari 3 dengan komentar yang baik, maka soal tersebut tidak perlu direvisi.
Validasi pertama adalah validator ahli A, Peneliti memilih A sebagai validator karena beliau saat ini menjabat sebagai dosen disalah satu universitas swasta dan beliau pernah mengajar pada matakuliah evaluasi pembelajaran. Hasil validasi dari A menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi mulai dari susunan kalimat. Validator A rata-rata memberikan nilai 3 – 4 pada blue print.
Validasi kedua adalah validator B, peneliti memilih validator B sebagai validator karena validator B seorang yang paham tentang evaluasi pembelajaran. Beliau saat ini menjabat sebagai seorang dosen di universitas swasta di Yogyakarta. Hasil validasi dari validator B menunjukkan bahwa beberapa instrumen direvisi susunan kalimatnya dan lebih diperjelas maksut dari kalimat dalam kuesioner. Validator B rata-rata memberikan nilai 3 – 4 pada blue print kuesioner.
Berdasarkan validasi yang sudah dilakukan oleh validator ahli terhadap instrumen, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut layak digunakan
dengan revisi sesuai yang telah disarankan oleh validator, seperti pada lampiran. Setelah divalidasi oleh dua validator ahli dibidangnya, peneliti menggunakan 15 pernyataan pada kuesioner yang sudah dianggap valid untuk diujikan kepada 27 responden yang ada di SD Negeri inklusi se-Kota Yogyakarta. Selanjutnya, hasil pengujian tersebut dikoreksi oleh peneliti untuk dilihat soal yang valid. Setelah diujikan kepada 27 responden dan divalidasi menggunakan SPSS.
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritis yang hendak diukurnya (Allen&Yen dalam Azwar, 2009: 48). Validitas konstruk dilakukan pada 27 guru yang mengajar di SD Inklusi Se-Kota Yogyakarta.
Hasil uji validitas konstruk akan direkap menggunakan Microsoft Excel dan dihitung menggunakan SPSS versi 21 for windows. Hasil uji validitas yang dihitung menggunakan SPSS menunjukkan bahwa dari kuesioner ada 15 pernyataan ada yang mendapat bintang satu (*) artinya soal tersebut memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%. Sedangkan yang mendapat bintang dua (**) artinya soal tersebut mempunyai kepercayaan sebesar 99%. Soal yang tidak mendapat bintang (*) (**) berarti soal tersebut tidak valid. Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Hasil Validitas Pernyataan
Aspek Indikator Butir No.
Soal t tabel r hitung Pearson Correlation Sig. (2 -tailed) Keputusan
Tes Melakukan asesmen
awal dan akhir 1 0,381 .859** .000 Valid 2 0,381 .667** .000 Valid 3 0,381 .340 .083 Tidak valid Melakukan penilaian
hasil belajar sesuai dengan kemampuan ABK 4 0,381 .859** .000 Valid 5 0,381 .377 .052 Tidak valid 6 0,381 .377 .052 Tidak valid Melakukan penilaian kognitif 7 0,381 .859** .000 Valid Melakukan penilaian
secara berkelanjutan 8 0,381 -.108 .593 Tidak valid Non Tes Melakukan asesmen
awal, tengah, akhir 9 0,381 .197 .324 Tidak valid 10 0,381 .563** .002 Valid 11 0,381 .859** .000 Valid Melakukan penilaian afektif 12 0,381 .477* .012 Valid Melakukan penilaian psikomotorik 13 0,381 .477* .012 Valid Menyesuaikan
instrumen hasil belajar 14 0,381 .124 .538 Tidak valid 15 0,381 .563* .002 Valid
Berdasarkan output yang dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistic 21 untuk uji validitas instrumen diperoleh 9 aitem pernyataan yang dinyatakan valid yaitu aitem 1, aitem 2, aitem 4, aitem 7, aitem 10, aitem 11, aitem 12, aitem 13, dan aitem 15. Aitem valid dan tidak valid dianalisis dengan membandingkan rhitung > rtabel (Sugiyono, 2011:631). Peneliti menentukan rtabel
menurut Sugiyono, melihat jumlah sampel yang digunakan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 guru, kemudian melihat sampel yang digunakan dalam menentukan rtabel pada taraf signifikansi 5% dengan jumlah sampel. Nilai rtabel dengan jumlah sampel 27 adalah 0,381. Aitem yang dinyatakan valid dan memiliki tanda (*) memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%. Sedangkan aitem yang memiliki tanda (**) memiliki taraf kepercayaan sebesar 99%.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran pada suatu alat ukur dapat konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Siregar, 2014:55). Instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut memiliki ketepatan atau keajegan dalam menilai apa yang seharusnya dinilai, dan instrumen harus dapat mengatur apa yang seharusnya diukur, sehingga peneliti menggunakan cara yang sama agar mendapatkan hasil yang sama. Rumus yang digunakan adalah:
Korelasi Alpha Cronbach: ( ∑ )
Keterangan: r11 = Reliabilitas
n = jumlah item yang valid
∑ ��2 : jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total
Kriteria Reliabilitasnya adalah: Jika “ � ”
Hasil perhitungan dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan 0,05. Jika rtabel lebih besar maka tidak reliabel. Jika r tabel lebih kecil, maka
dinyatakan reliabel. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas. Besar koefisien dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negative – 0,20 Sangat rendah
Sumber: Masidjo (2010:310).
Tabel 3.5 menguraikan bahwa skor interval koefisien negatif – 0,20 memiliki hubungan yang sangat rendah. Skor interval 0,21 – 0.40 dinyatakan memiliki hubungan yang rendah. Skor interval 0.41 – 0.70 memiliki hubungan yang cukup. Skor interval 0.1 – 0.90 memiliki hubungan yang tinggi. Skor interval 0,91 – 1.00 memiliki hubungan yang sangat tinggi. Item kuesioner yang sudah di uji validitas dan dinyatakan valid sebanyak 9 item. Item-item yang valid tersebut kemudian diolah reliabilitasnya menggunakan SPSS 21. Setelah mendapatkan butir pernyataan yang valid, kemudian aitem pernyataan dilakukan uji reliabilitasnya. Berikut hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.6:
Tabel 3.6 Reliabilitas
Coronbach Alpha Jumlah Item Kategori Keterangan
0,812 15 Tinggi Reliabel
Tabel 3.6 di atas menunjukkan hasil penghitungan untuk pernyataan. Hasil reliabel dilihat dari koefisien reliabilitas dengan hasil reliabilitas
pernyataan 0,812. Hasil koefisien reliabilitas dilihat dari kualifikasi, maka pernyataan dikategorikan tinggi. Berdasarkan hasil kualifikasi reliabilitas maka instrumen soal pernyataan dinyatakan layak digunakan untuk alat ukur penelitian.