• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland (dalam Moleong, 2009: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini melibatkan 4 teknik yaitu (Sugiyono 2011: 309) :

1. Observasi kualitatif. Merupakan observasi yang di dalamnya peneliti

langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas narasumber di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam atau mencatat aktivitas dalam lokasi penelitian.

2. Wawancara kualitatif. Peneliti melakukan face-to-face interview

(wawancara berhadap-hadapan) dengan narasumber. Wawancara

memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari narasumber.

3. Dokumen kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan

(seperti, laporan kantor dan sebagainya) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary dan sebagainya)

4. Materi audio dan visual. Mengumpulkan data dapat berupa foto, videotape

dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan di SD Karitas Nandan peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, di antaranya adalah wawancara dan observasi (pengamatan) sebagai alat utama dalam pengumpulan data.

3.4.1 Wawancara

Wawancara merupakan usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan diminta memberikan jawaban secara lisan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Wawancara

dilakukan karena memberikan kesempatan sebebas-bebasnya kepada informan

untuk memberikan jawaban berupa ungkapan pendapat, sikap, atau perasaan,

masing-masing bisa disertai penjelasan maupun alasan-alasan. Informan adalah

orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2009: 132).

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data oleh peneliti untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti (Sugiyono, 2011: 188).

Jawaban dapat bersifat open – ended atau terbuka berupa jawaban bebas, atau

bersifat terstruktur atau tertutup berupa jawaban ya atau tidak, atau memberikan jawaban lisan singkat (Supratiknya, 2012: 53). Di dalam penelitian yang menggunakan wawancara Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2011: 188) berpendapat bahwa terdapat beberapa anggapan yang perlu diketahui oleh peneliti yakni bahwa narasumber adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, bahwa apa yang dinyatakan oleh narasumber kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, serta interpretasi narasumber tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara karena wawancara akan memberi informasi lebih banyak dan dapat digali informasi lebih dalam kepada narasumber. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara tersruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah

wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada narasumber dengan cara peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan dan alternatif jawabannya (Sugiyono, 2011: 188). Berbeda dengan wawancara tidak terstruktur yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian mengenai persepsi guru dan siswa atas penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori menggunakan wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan menggunakan pertanyaan terbuka namun tetap ada batasan tema dan alur pembicaraan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Peneliti melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Pembuatan pedoman wawancara bertujuan agar wawancara lebih terfokus pada permasalahan dan menghindari hal-hal yang kemungkinan tidak diungkap. Selain itu pedoman wawancara dijadikan patokan dalam mengatur alur pembicaraan.

Selama proses wawancara, pertanyaan akan berkembang sesuai dengan alur jawaban yang diberikan oleh narasumber. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk membatasi jawaban yang diberikan oleh narasumber dengan sebebas-bebasnya. Namun, tentu saja jawaban yang diberikan oleh narasumber tidak keluar dari konteks pembicaraan tetapi masih dalam konteks pembicaraan sesuai dengan pertanyaan mengenai penelitiannya. Selain itu, dalam wawancara semi terstruktur bersifat fleksibel tetapi terkontrol. Hal ini dimaksudkan bahwa

pertanyaan yang diajukan kepada informan bersifat fleksibel atau disesuaikan

dengan jawaban yang mengalir dari informan tetapi peneliti masih tetap

mengkontrol yaitu melalui tema wawancara. Peneliti dapat mengembangkan

pertanyaannya sesuai dengan alur pembicaraan bersama informan. Hasil

wawancara akan dikumpulkan menjadi informasi yang akan digunakan sebagai bahan kajian penelitian.

Wawancara dilakukan kepada empat narasumber yaitu satu narasumber guru matematika dan tiga narasumber siswa. Wawancara dilakukan sebelum narasumber menggunakan alat peraga berbasis Montessori dan wawancara setelah narasumber menggunakan alat peraga berbasis Montessori. Penentuan narasumber

dalam penelitian ini menggunakan sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 126). Pertimbangan dalam pemilihan narasumber yaitu dengan mempertimbangkan prestasi matematika yang dilihat dari nilai KKM, mampu bekerja sama dengan peneliti dan komunikatif. Guru matematika kelas IV mengatakan bahwa kelas IV A dan IV B memiliki kemampuan yang sama, dan guru memutuskan kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B sebagai kelas kontrol. Pada penelitian ini, peneliti mengambil narasumber di kelas eksperimen sebanyak tiga siswa atas persetujuan guru matematika yakni narasumber dengan nilai mata pelajaran matematika di atas KKM, nilai KKM sedang, serta nilai di bawah KKM. Selain pemilihan narasumber berdasarkan nilai KKM pada mata pelajaran matematika, hal lain yang mendukung yaitu narasumber dapat bekerja sama dan komunikatif dengan peneliti.

Hal yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari narasumber penelitian sebagai berikut :

a. Menghubungi secara langsung guru matematika sekaligus wali kelas IV A

yang akan dimintai kesediannya untuk diwawancara.

b. Mencari tiga siswa kelas IV A SD Karitas Nandan yang akan menjadi

narasumber penelitian sesuai saran guru matematika. Guru menggunakan sampling purposive untuk memilih narasumber didasarkan pada KKM matematika dan komunikatif

c. Mengadakan janji waktu dan tempat untuk melakukan wawancara kepada

narasumber guru dan siswa.

3.4.2 Observasi

Pengumpulan data pada penelitian ini selain dengan wawancara, peneliti juga menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi atau pengamatan untuk mendapatkan jawaban yang lebih lengkap. Pada observasi data yang dikumpulkan melalui pengamatan sehingga melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2011: 309). Teknik pengumpulan data melalui observasi berbeda dengan pengumpulan data melalui wawancara. Pengumpulan data melalui wawancara selalu berkomunikasi

dengan narasumber, namun pengumpulan data melalui observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.

Observasi (pengamatan) merupakan metode yang paling dasar dari ilmu sosial karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati (Creswell, 2012: 134). Patton (dalam Creswell, 2012: 135) menegaskan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Dengan demikian observasi adalah data yang dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung untuk mengetahui dan mencapai makna yang akan dituju. Pengumpulan data melalui observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan narasumber yang sedang diamati yakni peneliti membantu narasumber mengerjakan soal apabila narasumber mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.

Metode yang digunakan ketika melakukan observasi dalam penelitian ini

yakni menggunakan anecdotal record. Anecdotal record atau catatan anekdot

adalah deskripsi atau catatan rekaman tentang peristiwa yang berlangsung dalam

situasi natural (Supratiknya, 2010: 47). Anecdotal record yang digunakan dalam

penelitian ini peneliti menggunakan anecdotal record tematik, sehingga peneliti

mencatat hal-hal penting yang sesuai dengan tema. Catatan anekdot yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut Nehrens dan Lehman (dalam Supratiknya, 2010: 47):

1. Berupa diskripsi singkat peristiwa faktual.

2. Catatan tersebut tidak boleh mengandung inferensi atau kesimpulan,

pendapat, atau penilaian dari pihak pengamat. Oleh karena itu peneliti harus benar-benar menuliskan apa yang terjadi

3. Catatan tersebut harus berisi rekaman critical incident atau kejadian

penting terkait si murid.

4. Setelah peneliti memperoleh rekaman peristiwa dalam jumlah yang

dipandang memadai, peneliti boleh membuat kesimpulan tentang pola perilaku pada narasumber yang menjadi sasaran

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini antara lain observasi sosio

cultural, dan observasi selama kegiatan belajar mengajar. Observasi sosio cultural dilakukan sebanyak satu kali. Observasi selama kegiatan belajar sebelum

menggunakan alat peraga berbasis Montessori dilakukan sebanyak dua kali untuk mendapatkan data yang lengkap dan observasi selama kegiatan pembelajaran menggunakan alat peraga berbasis Montessori dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Observasi kegiatan pembelajaran yang sebelum menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori bertujuan untuk bekal persiapan bagi peneliti agar lebih mengenal kelas yang hendak diamati sekaligus mempermudah dalam penyusunan instrumen pengamatan. Langkah awal sebelum melakukan observasi, peneliti membuat tabel perencanaan observasi untuk mempermudah dalam membuat pedoman observasi yang akan digunakan. Langkah selanjutnya yakni peneliti membuat kisi-kisi observasi yang akan digunakan untuk observasi guru

dan siswa. Observasi ini dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung

kepada empat narasumber yakni satu guru kelas dan tiga siswa.

Observasi pembelajaran selama menggunakan alat peraga berbasis Montessori dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Observasi pada pertemuan pertama difokuskan pada pengenalan alat peraga dan materi penjumlahan bilangan bulat positif dengan positif serta penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif. Selanjutnya pada pertemuan kedua observasi mengenai materi penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan positif, penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif dan pengurangan bilangan bulat positif dengan positif. Pertemuan ketiga mengenai materi pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif dan permainan mengenai pengulangan materi.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 326). Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian kualitatif ini akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto atau video. Dalam penelitian ini, dokumentasi berupa video pembelajaran menggunakan alat peraga Montessori dan rekaman wawancara. Tujuan peneliti menggunakan dokumentasi video dan wawancara yaitu bukti bahwa peneliti melakukan observasi serta wawancara. Alat

yang digunakan untuk merekam wawancara peneliti menggunakan handphone,

sedangkan untuk merekam video pembelajaran peneliti menggunakan camera

digital dengan durasi yang berbeda-beda.

Dokumen terkait