• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Penelitian ini merupakan suatu cara untuk memperoleh data dari informasi melalui penelusuran buku literature dengan bahan kuliah dan beberapa terbitan lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini diantaranya jurnal-jurnal, teori-teori, dokumentasi atau beberapa cara lain dalam pengumpulan data secara teoritis.

26

2. Penelitian Lapangan ( Field Research)

Merupakan penelitian untuk mendapatkan data primer yaitu melalui observasi dimana pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan meninjau atau mengunjungi tempat yang bersangkutan .

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengatahui pengaruh pengeluaran pemerintah dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Makassar, digunakan metode uji asumsi klasik. Metode ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yang diteliti berdasarkan data- data yang diperoleh guna mendapatkan makna dan implikasi permasalahan yang ingin dipecahkan secara sistematis, dan akurat. Metode analisis data panel dengan program Software Microsoft Excel dan SPSS. V.20

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan variabel yang harus dipenuhi pada analisa regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Uji asumsi klasik terbagi menjadi empat yaitu :

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terkait dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak mengggunakan metode analisis grafik.

Model regresi yang baik adalah memiliki distirbusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB)

27

dengan nila X2 tabel dengan ketentuan jika nilai JB>X2 tabel maka residualnya berdistribusi normal.

b) Uji Multikolianeritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk medeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dengan hasil estimasi antara variabel independen dengan membandingkan nilai Adjust R-Square-nya masing-masing variabel independen.

c) Uji Heteroksedastistas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homoksedatistas atau tidak terjadi heteroksidastistas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroksedastistas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik atau melihat Scatter Plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residual.

d) Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang dilakukan. Adapun model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dan salah satu uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Dubrin Watson (D-W test).

28

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Alat analisis ini bertujuan untuk digunakan dalam penelitian yaknii analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda ini berfungsii untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel independent terhadap variabel dependent. Persamaan regresi linear berganda dapat ditulis yakni sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + е Keterangan :

Y : Pertumbuhan Ekonomi X1 : Pengeluaran Pemerintah X2 : Jumlah Penduduk α : Bilangan Konstan

β1,β2… : Koefisien Regresi Untuk Varibel

е : Faktor Pengganggu atau Standar Error 3. Uji Hipotesis

a. Uji parsial t berfungsi untuk menguji bagaimana pengaruh masing- masing variabel bebas dengan variabel terikat dimana variabel bebas terdirii dari pengeluaran pemerintah (X1), jumlah penduduk (X2), dan variabel terikat yaitu pertumbuhan ekonomi (Y) dalam melakukan hipotesis penelitian yakni hipotesis nol dan hipotesis alternative.

Langkah yang perlu dilakukan dalam pengujian uji t yakni sebagai berikut :

1. Membuat hipotesis Ho dan Ha

Jika hipotesis positif, maka Ho : βi ≤ 0 Ha : βi > 0 Jika hipotesis negatif, maka Ho βi ≥ 0 Ha : β < 0

2. Menghitung tingkat keyakinan dan daerah kritis (Df = n – k – 1) 3. Melakukan nilai t-hitung dan t-tabel dan membandingkan nilai t-tabel

dan t-hitung Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Jika t-hitung positif dimana t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak atau

menerima Ha, sedangkan apabila t-hitung < t-tabel maka Ho diterima

29

atau menolak Ha.

2) Jika t-hitung negatif dimana t-hitung > t-tabel maka Ho diterima atau menolak Ha, sedangkan apabila t-hitung < t-tabel maka Ho ditolak atau menerima Ha.

b. Uji simultan (F)

Uji F digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terkait. Apabila nilai prob F < taraf signifikan 5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

c. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (goodness of fit) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemanapun model dalam menjelaskan variasi variabel terikat. Nilai dari R² berada pada rentang 0-1. Semakin tinggi angka tersebut maka semakin baik model yang dibuat dan sebaliknya.

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Secara Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Kota Makassar merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak antara 119’24’17’38” BT (Bujur Timur) dan 5’8’6’19” LT (Lintang Selatan) yang berbatasan sebelah Utara dengan kabupaten Maros. Sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2’(datar) dan kemiringan lahan 3-15’ (bergelombang). Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,’C sampai dengan 29’. Kota Makassar di batasi oleh :

a. Batas Utara : Kabupaten Maros b. Batas Timur : Kabupaten Maros

c. Batas Selatan : Kabupaten Gowa dan Takalar d. Batas Barat : Selat Makassar

30

31

Gambar 4.1 Gambaran Umum Kota Makassar

Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai

“Waterfront City” yang di dalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang semuanya bermuara dalam Kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berada

32

pada ketinggian antara0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.

Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan dengan 153 kelurahan, sedangkan luas perairannya kurang lebih 100km2. Secara administrasi, kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan, yaitu:

kecamatan mariso, mamajeng, tamalate, rappocini, Makassar, ujung pandang, wajo, bontoala, ujung tanah, tallo, panakukkang, manggala,biringkanaya dan tamalanrea. Di antara 14 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai, yaitu kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo, Kecamata Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.

2. Sejarah Singkat Kota Makassar

Awal Kota dan Bandar Makassar berada di muara Sungai Tallo dengan pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumber – sumber portugis memberitakan bahwa Bandar Tallo itu awalnya berada di bawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene. Pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama Gowa, dan mulai melepaskan diri dari kerajaan Siang, bahkan menyerang dan menaklukkan kerajaan-kerajaan sekitarnya.

Akibat semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo, mengakibatkan pendangkan sungai Tallo sehingga bandarnya dipindahkan ke muara sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan

33

kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan benteng Somba Opu, yang seratus tahun kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar. Pada masa pemerintahan Raja Gowa XVI, didirikan benteng Rotterdam, pada masa itu terjadi peningkatan aktivitas pada sektor perdagangan lokal, regional dan internasional, sektor politik serta sektor pembangunan fisik oleh kerajaan. Masa itu merupakan puncak kejayaan Kerajaan Gowa, namun selanjutnya dengan adanya perjanjian Bungaya menghantarkan Kerajaan Gowa pada awal keruntuhan. Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras yang dapat ditukar dengan rempah-rempah dari Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan saudagar Portugal maupun catatan-catatan lontara setempat, diketahui bahwa peranan penting saudagar Melayu dalam perdagangan yang berdasarkan pertukaran hasil pertanian dengan barang-barang impor. Dengan menaklukan kerajaan kecil di sekitarnya, yang pada umumnya berbasis agraris, maka Makassar menguasai kawasan pertanian yang relative luas dan berusaha pula untuk membujuk para saudagar di kerajaan sekitarnya agar pindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan semakin terkontsentrasi di Bandar niaga baru Makassar.

awalnya, kegiatan perdagangan utama besar di Bandar Dunia ini adalah pemasaran budak serta suplai beras kepada kapal-kapal VOC dan menukarnya dengan rempah-rempah di Maluku. Pada tahun 30-an di abda ke-18, pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina. Komoditi yang dicari pada saudagar Tionghoa di Sulawesi, pada umumya berupa hasil laut dan hutan seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang

34

burung, dan kayu cendana, sehingga tidak dianggap sebagai langganan dan persaingan bagi monopoli jual-beli rempah-rempah dan kain yang didirikan VOC. Sebaliknya, barang dagangan Cina, terutama porsolen dan kain sutera dijual para saudagarnya dengan harga yang lebih murah di Makassar daripada yang bisa di dapat oleh pedagang asing di negeri Cina sendiri.

Adanya pasaran baru itu, mendorong kembali aktivitas maritime penduduk kota dan kawasan Makassar, terutama penduduk pulau-pulau di kawasan Spermonde mulai menspesialisasikan diri sebagai pencari teripang, Komoditi utama yang dicari para pedagang Cina, dengan menjelajai seluruh Kawasan Timur Nusantara. Sejak pertengahan abad ke- 18 para nelayan laut Sulawesi secara rutin berlayar hingga pantai utara Australia, selama tiga sampai empat bulan lamanya membuka pulau lokasi pengolahan teripang.

Sampai sekarang, hasil laut masih merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah Kota Makassar. Setelah pemerintah colonial Hindia Belanda menggantikan kompeni perdagangan VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846. Tahun-tahun berikutnya terjadi kenaikan volume perdagangan yang pesat, dan Kota Makassar berkembang dari sebuah pelabuhan backwater kembali menjadi Bandar Internasional. Dengan semakin berputarnya roda perekonomian Makassar, jumlah penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad ke-19 menjadi kurang dari sekitar 30.000 jiwa pada awal abad berikutnya. Makassar abad ke-19 itu dijuluki “Kota kecilterindah di seluruh Hindia Belanda” (Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Polandia terkenal), dan menjadi salah satu fort of call utama bagi para pelaut pedagang

35

Eropa, India dan Arab dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku si pasaran dunia maupun perahu-perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah-daerah independen di Sulawesi, dan Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan Kolonial Indonesia Timur.

Tabel 4.1 Luas Wilayah kota Makassar menurut kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase ( % )

1 Mariso 1,82 1,04

2 Mamajang 2,25 1,28

3 Rappocini 9,23 5,25

4 Makassar 2,52 1,43

5 Ujung Pandang 2,63 1,50

6 Wajo 1,99 1,13

7 Bontoala 2,1 1,19

8 Ujung Tanah 5,94 3,38

9 Tallo 5,83 3,32

10 Panakukkang 17,05 9,70

11 Manggala 24,14 13,73

12 Biringkanaya 48,22 27,43

36

13 Tamalate 20,21 11,50

14 Tamalanrea 31,84 18,12

Jumlah 175,77 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2021

Kecamatan biringkanaya memiliki luas sekitar 48,22, kecamatan ini merupakan kecamatan yang luas wilayahnya sangat besar. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas 1,82 yaitu kecamatan mariso, kecamatan mariso merupakan kecamatan yang wilayahnya paling sempit, disusul oleh kecamatan wajo.

Tabel 4.2 Pembagian Wilayah Berdasarkan Kelurahan/Desa

No Kecamatan Kelurahan / Desa

1. Mariso Kampung Buyang

2. Mamajang Baji Mappakasunggu

Maricaya selatan

37

4. Makassar Lariang Bangi

Maradekaya

7. Bontoala Timungan Lompoa

Tompo Balang

8. Ujung Tanah Pattingalloang

Pattingalloang Baru Camba Berua Cambaya Gusung

38

10. Panakkukang Karampuang

Masale

12. Biringkanaya Biringkanaya

Paccerakkang

39

Parang Tambung Barombong Tanjung Merdeka

14. Tamalanrea Kapasa

Bira Parang Loe Tamalanrea Tamalanrea Indah Tamalanrea Jaya Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2021

3. Topografi

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

a. Bagian Barat kea rah Utara relative rendah dekat dengan pesisir pantai.

b. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di kelurahan Antang Kecamatan Panakukang.

Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala, Panakukang, dan Rappocini.

B. Deskripsi Penyajian Data Variabel Penelitian

1. Pengeluaran Pemerintah Kota Makassar

Peran pemerintah selalu meningkat dalam semua sistem perekonomian. Semakin meningkatnya peran peran pemerintah dapat di lihat dari semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam proporsinta terhadap penghasilan atau pendapatan nasional. Pengeluaran

40

pemerintah dalam arti riil dapat di pakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang di biayai oleh pengeluaran pemerintah.

Semakin besar dan banyaknya kegiatan pemerintah, semakin besar pula pengeluaran yang bersangkutan.

Dalam pembahasan ini akan dilihat tingkat Pengeluaran Pemerintah Kota Makassar dari tahun 2011-2020 di Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, gambaran secara umum dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Makassar 2011-2020

Jenis Pengeluaran

PDRB Kota Makassar Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (Juta Rupiah)

2011 2012 2013 2014 2015

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

37.511.926,93 40.166.402,49 42.447.634,74 44.554.415,34 46.624.269,38

Pengeluaran Konsumsi LNPRT

884.405,99 951.587,80 1.059.267,39 1.181.748,00 1.189.910,38

Pengeluarn Konsumsi Pemerintah

7.400.730,56 7.716.001,68 7.938.994,13 8.073.904,07 8.610.153,58

41

Pembentukan Modal Tetap Bruto

28.325.297,75 33.542.668,35 37.330.311,28 41.062.138,67 44.549.474,17

Perubahan Investor

669.715,43 2.103.311,97 1.880.630,74 -1.035653,96 2.866.376,83

Net Ekspor Barang dan Jasa

-10.169.973,04 -13.628.937,27 -13.749.427,48 -11.243.733,70 -15.012.037,78

PDRB/GRDP 64.622.103,662 70.851.035,02 76.907.410,80 82.592.818,43 88.828.156,57

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2021

Jenis Pengeluaran

PDRB Kota Makassar Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (Juta Rupiah)

2016 2017 2018 2019 2020

Pengeluaran Komsumsi Rumah Tangga

69,151,945.90 75,942,19.71 84,243,319.04 91,405,355.17 93,007,996.81

Pengeluaran Komsumsi LNPRT

1,818,574.91 2,011,084.74 2,514,859.96 3,549,303.01 3,250,520.94

Pengeluaran Komsumsi Pemerintah

12,583,771.16 12,980,802.76 15,081,787.05 15,669,456.14 15,419,637.30

42

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2021

Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa belanja pemerintah pada tahun 2011 sebesar 64.622.103,62. Pada tahun berikutnya terus mengalami peningkatan yaitu tahun 2012 sebesar 70.851.035,02 pada tahun 2013 sebesar 76.907.410,80 Tahun 2014 sebesar 82.592.818,43. Tahun 2015 sebesar 88.828.146,57 tahun 2016 sebesar 95.957.638,04 tahun 2017 sebesar 103.826.155,90 tahun 2018 sebesar 160.207.659,28 tahun 2019 sebesar 178.430.057,22.

Sedangkan pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 178,332,992.77. Hal ini disebabkan karena selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin. Untuk meningkatkan pelayanan publik, pemerintah harus mengubah komposisi belanjanya agar terjadi peningkatan setiap tahunnya, seperti pada tahun 2017 sampai 2019 belanja pemerintah mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan belanja pemerintah sudah mulai mengalokasikan hal-hal yang produktif seperti penyediaan sarana dan prasarana serta Pembentukan

Modal Tetap Bruto

62,729,177.21 70,812,028.37 77,661,662.14 85,531,054.23 89,754,375.29

Perubahan Investori

2,658,365.34 886,966.36 642,947.94 (470,398.95) (474,319.60)

Net Ekspor Barang dan Jasa

(20,896,465.82) (20,184,377.52) (19,936,916.87) (17,254,712.39) (22,625,217.96)

PDRB/GRDP 128,045,365.71 142,488,701.43 160,207,659.28 178,430,057.22 178,332,992.77

43

infrastruktur yang ada di Kota Makassar yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

2. Jumlah Penduduk Kota Makassar

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar antara lain dipengaruhi oleh posisinya sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar juga berada pada posisi yang strategis sebagai pintu gerbang kawasan Timur Indonesia untuk masuk dari kabupaten/kota lainnya dan Provinsi lain di luar Sulawesi Selatan. Untuk melihat bagaimana jumlah penduduk yang ada di Kota Makassar selama lima tahun terakhir yaitu :

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kota Makassar 2011-2020

No Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk (%)

1 2011 1.352.136 0,95

2 2012 1.369.606 1,28

3 2013 1.408.072 2,90

4

2014 1.398.804 1,50

5 2015 1.449.401 1,41

6 2016 1.469.601 1,39

7 2017 1.489.011 1,32

8 2018 1.508.154 1,31

44

9 2019 1.526.677 1,29

10 2020 1.484.912 1,25

Sumber: BPS Kota Makassar 2021

Berdasarkan tabel 4.4 di atas data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kota Makassar mulai dari tahun 2011 yaitu sebesar 1.352.136 jiwa sampai tahun 2019 meningkat menjadi 1.526.77 jiwa,dan tahun 2020 mengalami penurunan tenjadi 1.484.912. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya angka kelahiran dan kematian yang terjadi dalam setiap hari.

3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar

Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang kepada penduduknya. Karena salah satu keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pertumbuhan ekonoi yang stabil akan berdampak pada semakin meningkatnya pendapatan penduduk yang pada akhirnya bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena adanya perubahan harga dari tahun ke tahun, PDRB berdasarkan harga berlaku juga turut berubah-ubah setiap tahunnya. Oleh karena itu, PDRB berdasarkan harga berlaku tidak dapat memberikan gambaran tentang perubahan daya beli masyarakat. Jadi dalam penulisan ini, PDRB yang dipakai adalah PDRB berdasarkan harga konstan karena dengan PDRB berdasarkan harga konstan ini, kita bisa membandingkan dan melihat

45

bagaimana daya beli masyarakat, tingkat kesejahteraan masyarakat serta laju pertumbuhan ekonomi. Selain itu, PDRB berdasarkan harga konstan ini juga bisa digunakan output pada tahun berbeda. Untuk melihat kemajuan perekonomian adalah dengan mencerminkan nilai PDRB.

PDRB merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu. Dibawah ini merupakan data PDRB kota Makassar.

Tabel 4.5 Perkembangan PDRB Ekonomi Kota Makassar 2011-2020

2013 76.907.400 8.91

2014 82.592.000 7.39

2015 88. 828.146,57 7.50

2016 95.957.638.04 8.03

2017 103.826.155.90 8.2

2018 112.568.414.88 8.42

2019 193.940.769.09 8.79

2020 178.332.990.00 7.52

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2021

Tahun PDRB Kota Makassar (Milyaran Rupiah) Persentase (%)

2011 64.262.600 9.64

2012 70.614.200 9.88

46

Pada tabel 4.5 diatas dapat dilihat perkembangan ekonomi di Kota Makassar dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2019 secara terus menerus, sedangkan pada tahun 2020 ekonomi Kota Makassar mengalami penurunan sebesar -1,27%. Dilihat pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 64.262.600 dan pada tahun 2019 sebesar 193.940.769.09, dan pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi sebesar 178.332.990.00. Hal ini disebabkan oleh kualitas tenaga kerja dan penduduk, teknologi, dan barang modal yang dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Namun secara umum, peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Makassar ini dipengaruhi oleh sektor-sektor yang dominan yaitu sektor industry pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta angkutan dan komunikasi yang memberikan kontribusi yang besar pada pertumbuhan ekonomi.

C. Analisis dan Interpretasi Penelitian (Pembahasan) a. Hasil Analisis Data Penelitian

Tabel 4.6 Hasil Penyajian Data Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Penduduk, dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar 2011-2020

TAHUN PENGELUARAN

PEMERINTAH

JUMLAH PENDUDUK

PERTUMBUHAN EKONOMI

2011 64.622.103,62 1.352.136 64.262.600

2012 70.851.035,02 1.369.606 70.614.200

2013 76.907.410,80 1.408.072 76.907.400

2014 82.592.818,41 1.398.804 82.592.000

47

2015 93.248.538,76 1.449.401 88.828.146,57

2016 128.045.365.71 1.469.601 95.957.638.04

2017 142.488.701.43 1.489.011 103.826.155.90

2018 160.207.659.28 1.508.154 112.568.414.88

2019 178.430.057.22 1.526.677 193.940.769.09

2020 178.332.992.77 1.484.912 178.332.990.00

TAHUN PENGELUARAN

PEMERINTAH

JUMLAH PENDUDUK

PERTUMBUHAN EKONOMI

2011 9,64 0,95 9,64

2012 9,88 1,28 9,88

2013 8,91 2,90 8,91

2014 7,39 1,50 7,39

2015 7,50 1,41 7,55

2016 9.83 1.39 8.03

2017 9.11 1.32 8.2

2018 9.41 1.31 8.42

2019 9.78 1.29 8.79

2020 9.65 1.33 7.52

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2021

48

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini, dalam menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kota Makassar adalah dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS V.20. Dalam model analisis regresi linear berganda yang menjadi variabel bebasnya adalah pengeluaran pemerintah dan jumlah penduduk, sedangkan variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi di kota Makassar. Sebelum dilakukan analisi regresi linear berganda, maka dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik

Analisis uji prasyarat dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik sebagai salah satu syarat dalam menggunakan analisis korelasi dan regresi berganda yang terdiri atas :

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik dengan memiliki distribusi data normal atau mendekati normal dan metode untuk mengetahui normal atau tidaknya adalah dengan menggunakan metode analisis grafik secara histogram ataupun dengan melihat secara Normal Probabilty plot. Normalitas data dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik normal P-Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya dan mengikuti satu garis lurus diagonal jika terdistribusi normal.

49

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 4.2 di atas, terlihat titik-titik data mengikuti garis diagonal. Sehingga bagaimana dasar pengambilan keputusan uji normalitas di atas maka kesimpulannya model regresi berdistribusi normal.

b) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dala model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residul suatu pengamatan yang lain atau untuk melihat penyebaran data. Untuk mengetahui adanya heteroskeastisitas dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.

50

Gambar 4.3 Hasil Uji heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, terlihat titik-titik data tidak membentuk pola yang jelas (bergelombang, melebar ataupun menyempit) serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0.

Sehingga bagaimana dasar pengambilan keputusan di atas, maka kesimpulannya tidak ada gejala heteroskedastisitas.

c) Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara yang tinggi diantara variabel bebas. Torelnce mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai toleransi rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=

1/Tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi.

51

Berdasarkan aturan variance inflation factor (VIF) dan tolerance, jika nilai VIF kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Model Colliearity Statistics

Tolerance VIF

Pengeluaran Pemerintah (X1) .952 1.051

Jumlah Penduduk (X2) 952 1.051

Sumber : Hasil Olah Data SPSS V.20

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, nilai Tolerance untuk variabel X1 (Pengeluaran Pemerintah) dan variabel X2 (Jumlah Penduduk) sebesar 0,952 atau lebih dari 0,100. Kemudian nilai VIF untuk variabel X1 (Pengeluaran Pemerintah) dan X2 (Jumlah Penduduk) yaitu sebesar 1,051 yang berarti kurang dari 10,00. Oleh karena itu, sebagaimana dasar pengambilan keputusan di atas, maka tidak ada gejala Multikolinearitas.

2. Pengujian Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian terdapat dua variabel bebas, pengeluaran pemerintah dan jumlah penduduk serta satu variabel terikat, yaitu pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian model regresi dengan bantuan program SPSS 20. Formulasi

52

persamaan regresi linear berganda sendiri adalah sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + е

Berikut adalah hasil analisis regresi linear berganda menggunakan aplikasi SPSS:

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error B

a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Sumber : Hasil Olah Data SPSS V.20

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, diperoleh persamaanregresi sebagai berikut:

Y = 2.871 + 0,578X1X1 + 0,200 X2X2 + e

Koefisien dari hasil perumusan regresi linear berganda diatas dapat

Koefisien dari hasil perumusan regresi linear berganda diatas dapat

Dokumen terkait