• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih pendekatan kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009: 225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara.

1. Observasi

Nana Syaodih (2007: 220) menyatakan bahwa metode observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

45

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pelaksanaan observasi ini dilakukan untuk memperoleh data berupa kejadian-kejadian atau hal-hal apa saja yang ada dan ditemui di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta yang berhubungan dengan data yang akan dicari. Agar observasi berjalan dengan lancar maka peneliti menyiapkan pedoman observasi sebagai alat untuk melakukan observasi. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati kegiatan-kegiatan atau aktivitas sekolah yang sedang berjalan di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta.

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi

No Aspek yang dikaji Indikator yang dicari 1. Kondisi Lingkungan

Sekolah

a. Slogan atau simbol-simbol yang ada di sekolah.

b. Kondisi fisik sekolah termasuk sarana dan prasarana sekolah.

2. Wawancara

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview). Sulistyo Basuki (2006: 173) menjelaskan bahwa tujuan dari wawancara mendalam adalah untuk mengumpulkan informasi kompleks yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi. Untuk menghindari

46

kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik penelitian. Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan wawancara, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda, taksa, atau pun yang bersifat ambiguitas.

b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi beberapa pertanyaan baru.

c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan acuan waktu dan tempat yang jelas.

d. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka pengalaman konkrit si informan.

e. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada atau sama sekali tidak menyebutkan alternatif.

f. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat informan marah, malu atau canggung, gunakan kata atau kalimat yang dapat memperhalus.

Teknik wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung antara peneliti dengan informan. Dalam proses wawancara dilakukan tanya jawab untuk saling bertukar informasi dan ide, sehingga dapat diperoleh jawaban yang lengkap sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah dibuat. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah berkaitan dengan latar belakang dibuatnya kebijakan sekolah dalam mengembagnkan budaya mutu pada sekolah regrouping, tahap formulasi kebijakan dalam pembuatan kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping, dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan kebijakan.

47

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara No. Aspek yang

dikaji Indikator yang dicari Informan 1 Alasan Dibuatnya Kebijakan a. Latar belakang dilakukannya regrouping Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Guru, pegawai, dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. b. Budaya Mutu sekolah sebelum diregrouping c. Latar belakang pembuatan kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu Kepala Sekolah, Guru, dan Pegawai. 2 Proses Perumusan Kebijakan a. Peran masing-masing pihak yang terlibat dalam formulasi kebijakan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Kepala Sekolah, Guru, Pegawai, dan Komite Sekolah b. Langkah-langkah perumusan kebijakan (perumusan masalah, agenda kebijakan, penyusunan alternatif kebijakan, penetapan kebijakan) Kepala Sekolah, Guru, dan Pegawai.

48 3. Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono, (2009: 240) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai hasil belajar dan prestasi siswa serta kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto.

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi No Aspek yang

dikaji

Indikator yang dicari

1 Arsip tertulis a. Buku profil SD Negeri Ungaran I Yogyakarta pasca regrouping.

b. Visi dan Misi sekolah

c. Aturan-aturan tertulis tentang kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu

2 Foto a. Gedung Sekolah di SD Negeri Ungaran I Yogyakarta

b. Sarana dan prasarana sekolah

E. Instrumen

Kountur (2007: 159) menyatakan bahwa semua penelitian memerlukan instrumen untuk pengumpulan sebuah data. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu alat-alat seperti alat perekam suara, tape recorder, kamera, alat tulis dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan

49

penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Selain itu peneliti juga harus membuat pedoman wawancara sebagai bahan dalam menulis hasil penelitian karena jika peneliti hanya mengandalkan kemampuan ingatan yang sangat terbatas peneliti khawatir data yang sudah diperoleh ada yang lupa.

Penggunaan model wawancara tentu saja disesuaikan dengan keberadaan data-data di lapangan yang diperlukan peneliti. Dengan demikian untuk wawancara yang terstruktur, seperangkat pertanyaan sudah dipersiapkan terlebih dahulu dengan mengklasifikasikan bentuk-bentuk pertanyaan. Suharsimi Arikunto (2010: 137) menyatakan bahwa penelitian kualitatif bersifat mendeskripsikan keadaan atau fenomena yang sedang terjadi, sehingga instrumen diperlukan karena peneliti dituntut dapat menentukan data yang diangkat dari fenomena atau peristiwa tertentu, peneliti dalam melaksanakan wawancara sifatnya tidak terstruktur, tetapi minimal peneliti menggunakan ancang-ancang yang akan ditanyakan sebagai pedoman wawancara (interview guide).