• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengumpulan Data

Dalam dokumen KONSEP DIRI PEREMPUAN PECINTA FILM ANIME (Halaman 46-50)

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian. Definisi data sebenarnya mirip dengan definisi informasi, hanya saja informasi lebih ditonjolkan segi pelayanan, sedangkan data lebih menonjolkan aspek materi (Bungin, 2005: 119 dalam Ardial, 2014: 356).

Dalam penelitian komunikasi ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu : 1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Ardial, 2014: 359).

a. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung dengan yang di wawancarai maupun tidak langsung. Dalam wawancara, responden dapat memengaruhi hasil wawancara. Hal ini disebabkan oleh mutu jawaban yang diberikan tergantung kepada apakah dia dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat serta bersedia menjawabnya dengan baik.

Tipe wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lain. Dengan demikian keabsahan wawancara adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Metode wawancara mendalam (in-depth interview) adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara,

peran informan dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan metode wawancara pada umumnya. Sesuatu yang amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah bahwa wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penyamaran dan terbuka.

Penyamaran adalah pewawancara menyamar sebagai anggota masyarakat pada umumnya dan hidup serta beraktivitas sewajarnya dengan orang yang diwawancarai. Namun apabila wawancara dilakukan secara terbuka, maka wawancara dilakukan dengan informan secara terbuka dimana informan mengetahui kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang bertugas melakukan wawancara di lokasi penelitian (Bungin, 2008: 108-109).

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti: telinga, hidung, mulut dan kulit.

Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindera mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindera lainnya.

Menurut Ardial, (2014: 467) observasi sebagai pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris menurut Rakhmat (dalam Ardial, 2014: 369) observasi sering dilakukan untuk memperoleh data yang dapat diperoleh dengan teknik-teknik penelitian lainnya.

c. Studi Kepustakaan

Dalam melakukan penelitian, peneliti juga melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mencari, mengumpulkan dan membaca

literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, literatur yang digunakan oleh peneliti adalah literatur yang berkaitan dengan Konsep Diri, Psikologi Komunikasi, Komunikasi Verbal dan Non verbal, Komunikasi, Anime.

2. Data Sekunder

Data sekunder berasal dari data primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya. Data sekunder dilakukan peneliti untuk diproses lebih lanjut, peneliti harus benar-benar dalam menggunakan data sekunder, karena dapat saja data tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan (Ardial 2014:

360).

3.5.1 Keabsahan Data 1. Triangulasi data

Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (dalam Moleong, 2007: 29)

Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu dengan membandingkan apa yang dikatakan informan di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, serta suatu dokumen yang terkait.

Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik, begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat, sehingga substansi kebenaran apabila kebenaran itu diwakili kebenaran orang banyak. (Bungin, 2008: 253).

2. Ketekunan Mengamati

Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindera, namun justru menggunakan

semua pancaindera termasuk pendengaran, perasaan dan insting peneliti.

Dengan melakukan pengamatan di lapangan maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin, 2008: 256).

3.5.2 Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Purposive Sampling atau sampel bertujuan dan snowball sampling atau sampel bola salju. Purposive Sampling adalah penentuan sampel berdasarkan tujuan tertentu dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi (dalam Arikunto, 2010:

183). Inti dari teknik purposive sampling adalah peneliti menentukan sendiri sampel yang akan diteliti berdasarkan beberapa pertimbangan dan kriteria-kriteria yang sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga sampel yang diambil tidak dipilih secara acak. Snowball Sampling adalah teknik yang dipilih ketika peneliti tidak tahu pasti tentang jumlah dan sebaran populasi penelitiannya. Peneliti hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya yang bisa dijadikan informan kunci (key informan). Dari key informan inilah akan berkembang sesuai petunjuknya. Dalam hal ini peneliti hanya mengungkapkan kriteria sebagai persyaratan untuk dijadikan sampel (dalam Pujileksono, 2015: 3). Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan merupakan perempuan yang memiliki minat yang besar terhadap dunia anime.

2. Informan merupakan perempuan yang mengenal kebudayaan populer Jepang, khususnya dunia anime lebih dari 3 tahun.

3. Informan merupakan perempuan yang memiliki pengalaman luas tentang anime dan telah mengikuti lebih dari 20 judul film anime.

Dari teknik snowball sampling ini yang dijadikan informan kunci adalah Nadya Christie Nugroho. Ia merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang sudah menyukai film anime sejak tahun 2011 dan telah mengikuti lebih dari 50 judul film anime. Ia juga tergabung dalam komunitas

Costume Player Medan dan sering mengikuti kegiatan cosplay di berbagai acara budaya Jepang.

Dalam dokumen KONSEP DIRI PEREMPUAN PECINTA FILM ANIME (Halaman 46-50)

Dokumen terkait