• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengumpulan Data / Instrumen Wawancara Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data:

G. Metodologi Penelitian

4. Teknik Pengumpulan Data / Instrumen Wawancara Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data:

a. Observasi

Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil panca indera mata seta dibantu panca indera yang lain. Beberapa hal yang diobservasi adalah terjadinya modernisasi di dayah YAPENA yang berupa sistem pendidikan, yang meliputi, tujuan, kurikulum, metode, ustadz dan ustadzah, santri dan santriwati serta sarana-prasarana.

Observasi dilakukan dengan cara observasi tidak partisipatif (Ovservation

non-participant), guna mendapatkan data secara langsung dari informan terhitung

sejak awal bulan Juni s.d. bulan Desember 2014.

b. Wawancara

Wawancara adalah dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Tanya jawab dilakukan kepada orang-orang yang kompeten yang termasuk sabjek penelitian, seperti Pimpinan dayah, direktur dayah, kepala madrasah, santri dayah. Teknik wawancara dilakukan dengan tidak terstruktur, penentuan sumber data orang yang diwawancarai dilakukan secara persporsive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu sesuai dengan lokasi penelitian.

c. Dokumentasi

132

Dedi Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan

Ilmu Sosial lainnya, Cet. 1,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 163.

133Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R and D, Cet. Kedua,(Jakarta: Bulan Bintang, 2006), h. 246.

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang dibutuhkan peneliti adalah data dayah seperti buku profil dayah YAPENA, foto-foto dayah, dan keterangan yang memberikan informasi modernisasi dayah.

Untuk mendapatkan data secara holistik dan integrative, serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan, maka dalam pengumpulan data penelitian ini memakai tiga teknik yang ditawarkan oleh Bogdan dan Biklen, yaitu: (1) wawancara mendalam (indept interview); (2) observasi partisipan (participant observation); (3) studi dokumentasi (study document)134. John W. Creswell menambah, yaitu: Audiovisual materials 135. Sedangkan Robert K Yin

menyarankan enam teknik, yaitu: (1) dokumen (documentation); (2) rekaman arsip (archival record); (3) wawancara (interview); (4) observasi langsung (direct

observation); (5) observasi partisipan (participant observation); (6) perangkat

pisik (physical artivacts)136. Peneliti memilih tiga prosedur yang ditawarkan oleh Bogdan dan Biklen ditambah dengan penelusuran referensi, karena menurut peneliti apa yang ditawarkan oleh John W. Creswell maupun Robert K Yin bersifat tumpang tindih (overlapping), dan sudah mencakup tiga teknik tersebut.

Berikut ini akan dibahas secara rinci mengenai empat teknik tersebut yaitu wawancara mendalam, observasi partisipan, studi dokumentasi dan penelusuran referensi. Adapun strategi pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan teknik utama dalam metodologi kualitatif.Wawancara digunakan untuk mengungkap makna secara mendasar dalam interaksi yang spesifik.Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara yang tidak terstruktur (unstandarized interview) yang dilakukan tanpa menyusun suatu daftar pertanyaan yang ketat.Selanjutnya, wawancara yang tidak terstandar ini dikembangkan dalam tiga teknik. (1) wawancara tidak terstruktur

134 R.C. Bogdan dan S.K. Biklen, Qualitative Research for Education : An Introduction to

Theory and Methods (Boston: Aliyn and Bacon, Inc., 1998), h. 119-143.

135

John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative (London: Sage Publications, 1994), h. 148-150.

136 Robert K Yin, Case Study Research: Design Methods, (Baberly Hils: Sage Publications, 1987), h. 79.

(unstructured interview atau passive interview), dengan wawancara ini dapat diperoleh informasi “emic”137

. (3) wawancara sambil lalu (casual interview). Kelebihan wawancara tidak terstruktur antara lain dapat dilakukan secara lebih personal yang memungkinkan diperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Selain itu, wawancara tidak terstruktur memungkinkan dicatat respons afektif yang tampak selama wawancara berlangsung, dan dipilah-pilahkan pengaruh peribadi peneliti yang mungkin mempengaruhi hasil wawancara, serta memungkinkan pewawancara belajar dari informan tentang perkembangan pendidikan mereka.Secara psikologis wawancara ini lebih bebas dan dapat bersipat obrolan sehingga tidak melelahkan dan menjemukan informan.

Pada waktu melakukan wawancara tidak terstruktur, pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara bebas (free interview) pada pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan umum tentang eksistensi dan sejarah dayah Modern Yayasan Pendidikan Arun Lhokseumawe, birokrasinya, kondisi internal dan lain sebagainya.Informnya adalah seluruh orang-orang yang ada pada subyek penelitian. Selanjutnya dilakukan wawancara yang terfokus (focused interview) yang pertanyaannya tidak memiliki struktur tertentu, akan tetapi selalu berpusat pada satu pokok ke pokok lainnya. Dalam hal ini fokus diarahkan pada modernisasi dayah dengan mengajukan pertanyaan misalnya mengenai para “founder” dayah dan pikiran-pikiran yang disampaikan kepada generasi penerus. Dengan kata lain, wawancara pada tahap kedua ini tidak menggunakan instrument terstruktur namun peneliti telah membuat garis-garis besar yang disusun berdasarkan fokus penelitian.

Informannya adalah seluruh orang-orang yang ada pada subyek penelitian. Kedua metode ini dilakukan secara terbuka (open interview) sesuai dengan sipat penelitian kualitatif yang open ended, dan ditujukan kepada informan-informan tertentu yang dianggap sebagai informan kunci (key informant) serta informasi biasa.Wawancara ketiga yang bersipat sambil lalu (casual interview) dilakukan apabila secara kebetulan peneliti bertemu informan yang tidak direncanakan atau diseleksi terlebih dahulu, seperti karyawan dayah. Cara wawancara juga dilakukan

137Informasi “emic” adalah informasi dari responden yang menggambarkan pandangan dunia dari segi persfektifnya, menurut pikiran dan perasaannya. Baca S. Nasution, Metode

sesuai dengan keadaan sehingga sangat tidak terstruktur (very unstructured). Sedangkan kedudukan wawancara ketiga ini hanya sebagai pendukung dari metode wawancara yang pertama dan kedua.

Dalam memilih informan pertama, yang dipilihadalah informan yang memiliki pengetahuan khusus, informatif dan dekat dengan situasi dan tujuan penelitian, disamping memiliki status tertentu.Karena itu Pimpinan Dayah dan Direktur Dayah dipilih sebagai informan pertama untuk diwawancarai.

Setelah wawancara dengan Pimpinan Dayah dan Direktur Dayah dianggap cukup, peneliti meminta untuk ditunjukkan informan berikutnya yang dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan, relevan dan memadai. Dari informan yang ditunjuk tersebut, maka diarahkan kepada Kepala Madrasah demikian seterusnya, sehingga informasi yang didapatkan semakin besar seperti bola salju (snowball

sampling technique) dan sesuai tujuan (purposive) yang terdapat dalam fokus

penelitian.

Untuk melakukan wawancara yang lebih terstruktur, terlebih dahulu disiapkan bahan-bahan yang diangkat dari isu-isu yang dieksplorasi sebelumnya. Dalam hal ini dapat dilakukan pendalaman atau dapat juga menjaga terjadinya bias.

Untuk menghindari wawancara yang melantur dan menghasilkan informasi yang kosong selama wawancara, topiknya selalu dirahkan pada pertanyaan yang terkait dengan tujuan penelitian.Wawancara dapat dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu, atau dapat juga secara spontan sesuai dengan kesempatan yang diberikan informan. Untuk merekam hasil wawancara dengan seizing informan, peneliti menggunakan alat bantu berupa: buku catatan dan mesin perekam (Handphone, Kamera Digital).

Langkah-langkah wawancara dalam penelitian ini adalah: (1) menetapkan kepada siapa wawancara dilakukan; (2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan; (3) mengawali atau membuka alur wawancara; (4) melangsungkan alur wawancara; (5) mengkonfirmasikan hasil wawancara; (6)

menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan; (7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara138.

Dalam wawancara harus meliputi beberpa aspek sebagai berikut: (1) pertanyaan tentang tingkah laku atau pengalaman, pertanyaan ini untuk memperoleh pengalaman, tingkah laku, tindakan, dan kegiatan; (2) pertanyaan tentang opini atau nilai, pertanyaan ini digunakan untuk pemahamn kognitif dan proses penafsiran orang; (3) pertanyaan tentag perasaan, pertanyaan ini digunakan untuk pemahaman tanggapan emosional orang terhadap pengalaman dan pikiran; (4) pertanyaan tentang pengetahuan, digunakan untuk menemukan informasi faktual apa yang dimiliki responden; (5) pertanyaan tentang indera, pertanyaan ini untuk memperoleh tentang apa yang dilihat, didengar, diraba, dirasa dan dibaui; (6) pertanyaan tentang latar belakang atau demografi, digunakan untuk identifikasi responden139.

Dalam teknik wawancara, juga ada yang dinamakan grand tour, dan mini

tour.Grand tour tidak hanya digunakan untuk mencari data secara umum,

biasanya pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam grand tour hanya bersipat umum.Wawancara grand tour ini lazim disebut wawancara deskriptif.

Dengan wawancara grand tour, peneliti telah mendapatkan gambaran umum dan global tentang situasi dan kondisi dayah yang dijadikan obyek penelitian. Setelah proses ini, tentu peneliti melanjutkan apa yang disebut wawancara mini tour, pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara mini tour, tentu lebih terfokus dan tajam serta mengarah pada data yang akan didapatkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Teknik wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber untuk mendapatkan data kepada: (1) Pimpinan Dayah Modern Yayasan Pendidikan Arun Lhokseumawe, berkaitan dengan informasi tentang sejarah kelahiran Dayah; (2) Direktur Dayah Yayasan Pendidikan Arun Lhokseumawe, berkaitan dengan proses perkembangan pendidikan dayah di masa yang akan datang; (3) Kepala

138

Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi, (Malang: YA3, 1990), h. 63.

139Micahel Quinn Patton, How to Use Qualitative Methods in Evaluation, Terj. Budi Puspo Priyadi, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 199-203.

Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah berkaitan dengan jadwal waktu wawancar dan mendapatkan informasi terkait modernisasi dayah YAPENA yang telah dicapai selama ini. Wawancara peneliti lakukan untukmendapatkan data/informasi tentang nilai-nilai pendidikan yang dikembangkan dan hal-hal lain yang terkait dengan dengan modernisasi dayah hingga dayah YAPENA dapat diterima oleh masyarakat hingga saat ini. (5) Kepala Tata Usaha, untuk mendapatkan data berkaitan dengan jumlah santri dan santriwati yang tertampung selama berdirinya dayah YAPENA serta data tentang prestasi yang telah dicapai oleh santri dan santriwati baik dalam bidang kurikuler dan ekstra kurikuler. 2. Observasi Partisipan

Teknik observasi partisipan ini digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan yang mungkin belum menyeluruh atau belum mampu menggambarkan segala macam situasi atau bahkan melenceng. Observasi partisipan merupakan karakteristik interaksi sosial antara peneliti dengan subyek-subyek penelitian. Dengan kata lain, proses bagi peneliti memasuki latar dengan tujuan untuk melakukan pengamatan tentang bagaimana peristiwa-peristiwa (events) dalam latar saling berhubungan.

Dalam observasi partisipan, digunakan buku catatan kecil dan alat perekam.Buku catatan diperlukan untuk mencatat hal-hal penting yang ditemui selama pengamatan.Sedangkan alat perekam (handphone) digunakan untuk mengabadikan beberapa momen yang relevan dengan tujuan penelitian.Ada tiga tahap observasi, yaitu observasi deskriptif (untuk mengetahui gambaran umum), observasi terfokus (untuk menemukan katagori-katagori), dan observasi selektif (mencari perbedaan di antara katagori-katagori)140.

Sebagaimana dijelaskan di atas, observasi partisipan dilakukan dalam tiga tahap, dimulai dari observasi deskriptif (descriptif observation) secara luas dengan melukiskan secara umum modernisasi yang terjadi di dayah YAPENA Arun Lhokseumawe. Tahap berikutnya dilakukan observasi terfokus (focused

observations) untuk menemukan kategori-kategori, seperti proses terjadinya

140 James P. Spredley, Partisipant Observation, (New York: Holt, Renehart and Winston, 1980).

modernisasi yang terjadi di dayah. Tahap akhir setelah dilakukan analisis dan observasi berulang-ulang, diadakan penyempitan lagi dengan melakukan observasi selektif (selective observation) dengan mencari perbedaan di antara kategori-kategori, seperti karakteristik dayah, perkembangan modernisasi, perekrutan santri, ustadz dan ustadzah.Semua hasil pengamatan dicatat sebagai rekaman pengamatan lapangan (field note), yang selanjutnya dilakukan refleksi.

Menurut Sanapiah Faisal, observasi difokuskan pada suatu situasi sosial sebagai berikut:

1. Gambaran keadaan ruang dan tempat suatu situasi sosial berlangsung. 2. Para pelaku pada situasi sosial, termasuk karakteristik yang melekat pada

mereka (seperti status, jenis kelamin, usia dan sebagainya).

3. Kegiatan atau aktivitas yang berlangsung pada suatu situasi perkembangan.

4. Tingkah laku para pelaku dalam proses berlangsungnya aktivitas atau kegiatan.

5. Peristiwa yang berlangsung melalui aktivitas atau kegiatan yang saling berhubungan.

6. Waktu berlangsungnya peristiwa, kegiatan, dan tindakan di suatu situasi tertentu.

7. Ekspresi perasaan yang tampak pada para pelaku di suatu situasi sosial141.

Dengan memodifikasi fase-fase di atas, maka strategi utama yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada fase implementasi pengembangan dayah, strategi pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan wawancara, baik yang dilakukan terstruktur ataupun non terstruktur. Pengamatan intensif dilakukan terhadap seluruh aktifitas pembelajaran para ustad dan santri. Sedangkan dalam wawancara, ada dua bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, menggunakan wawancara tertulis, dengan format respon terbuka,

141Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif, h. 78; Lihat juga S. Nasution, Metode Penelitian

guna memperoleh data akurat terkait dengan perkembangan dayah selama ini. Kedua wawancara tidak terstruktur dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka sesuai dengan konteks yang akan diteliti.

2. Fase melengkapi data, strategi yang digunakan wawancara terstruktur secara mendalam, menggali secara detail setiap informasi yang ada. Fase ini memiliki dua tujuan, yaitu untuk melengkapi data yang masih membutuhkan informasi tambahan, dan memverivikasi data apabila terdapat kekeliruan penafsiran atau penarikan kesimpulan.