• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PEMIKIRAN GUS DUR TENTANG PENDIDIKAN PLURALIS, pada bab ini akan dibahas tentang Telaah pemikiran Gus Dur

DITENGAH-TENCAH MASYARAKAT PLURAL

A. Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme

1. Kenyataan tentang ke-Indonesia-an

Wacana tentang ke-Islaman di bumi nusantara ini telah berkembang begitu pesat sejak dimulainya gerakan keagamaan oleh Muhammadiyah dan NU, dan bagaimana penerapan faham mereka untuk menjawab kebutuhan sesuai perkembangan zaman. Kebutuhan, berarti sesuai dengan corak budaya dan karakter masyarakat, sedangkan perkembangan merupakan sikap hidup yang dimiliki masyarakat dalam upaya transformasi nilai budaya terdahulu. Sehingga akan terjadi transformasi identitas-identitas murni yang terus berkelanjutan untuk menciptakan komunitas dalam bertata sosial yang harmonis. Walaupun banyak ormas islam yang ada tidak bisa begitu saja dilepaskan dari kepentingan politik kekuasaan dengan memperebutkan masa sebanyak- banyaknya untuk melegitimasi gerakan yang dibawanya.

Dari uraian sejarah bangsa menyatakan bahwa adanya pertarungan sengit antar kelompok dalam hal kekuasaan maupun bentuk hegemoni nilai yang lain. Bagaimana awal terbentuknya negara dalam tiga kelompok kekuasaan untuk menerapkan asas pancasila sebagai pegangan hidup orang banyak. Nasionalis, komunis dan Islam. Dilanjutkan beberapa

67

pemberontakan faham atau gerakan yang termarginalkan atau tereliminir untuk merebut haknya maupun merebut kekuasaan yang dipegang oleh kelompok mayoritas.

Bermula darti berbagai kelompok aliran kepercayaan dan faham keagamaan, dari itulah Indonesia terbentuk. Mewarnai kondisi sosial masyarakatnya hingga terbentuk suatu adat, kebiasaan, norma dan hukum

comunal. masuknya bangsa Portugis pada tahun 1511 dengan melalui Malaka, merupakan percampuran budaya nusantara yang awalnya berupa kerajaan-kerajaan Hindu Budha dengan budaya barat. Masuknya pedagang dar: China, Hindia, Belanda dan Jepang telah melakukan ekspansi budaya melalui penguasaan-penguasaan sumber daya alam, hingga saat ini kita kesulitan untuk melihat titik asli negara Indonesia yang kita tempati. Kemudian muncul pertanyaan dari mana asal muasal negara Indonesia dengan daerah-daerah teritorinya? Bumi nusantara dengan penguasaan otonom dari kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Padjajaran, M ataram dan lain- lain.

Dalam diri kita terbentuk tatanan masyarakat yang riil, sehari-hari banyak memakai kebudayaan yang berasal dari India semisal budaya peringaan kematian, kenduren yang merupakan warisan dari kebudayaan kerajaan-kerajaan kemudian diteruskan dengan masuknya Islam melalui para pedagang dari Gujarat yang diawali oleh Fatimah binti Maemun di Sumatera Utara. Antara kelompok Islam dan Hindu Budha ini menjadi suatu corak yang sudah menyatu sehingga menjadi bangunan struktur

masyarakat Indonesia. Selanjutnya pada era kemerdekaan bangsa ini tidak bisa dilepaskan dari keturunan funding father yang dahulu menancapkan sejarah. Indonesia secara formal memang dideklarasikan pada tahun 1945, namun akar kuat yang menjulur tersebut sangat panjang dan plural, sehingga untuk mencari kelanjutan dalam melakukan proses pribumisasi nilai-nilai keagamaan tidak bisa dilepaskan pada perspektif histories. Contoh Islam, tidak begitu saja tradisi kebudayaan dalam masyarakat Jawa, karakter kerajaan yang notabenenya Hindu Budha masih melekat pada masyarakat saat itu. Dengan demikian, nilai-nilai yang ditawarkan oleh Islam tetap berlaku transformatif terhadap kebudayaan aslinya.

Islam memiliki kecenderungan untuk memanifestasikan

kebudaytiannya dalam kehidupan bangsa ini terbagi menjadi dua hal. Pertama, kecendrungan formalisasi ajaran Islam dalam seluruh aspek kebudayjian bangsa. Kedua, kecendrungan untuk menjauhi formalisasi ajaian Islam dalam manifestasi kebudayaan bangsa. Belum dapat diketahui mana yang menjadi kecenderungan umum di kalangan kaum muslimin. Karena pergulatan budaya selalu membutuhkan waktu yang lama dan sulit diukur. Namun ada baiknya untuk menelusuri beberapa aspek terpenting dari pergumulan tersebut, karena hasilnya akan sangat menentukan bagi kehadiran Islam sebagai agama di bumi nusantara ini. Dengan demikian ini juga berarti besar bagi kehidupan bangsa kita dikemudian hari.1

1 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, nilai-nilai Indonesia dan transformasi kebudayaan, The vvahid Institute, jakarta, 2007 him. 340

69

Dampak-dampak yang bisa kita lihat pada konflik-konflik yang mengatasnamakan agama di berbagai daerah belahan Indonesia, seperti Ambon, i Poso, Aceh dan lain sebagainya. Dari kedua kecenderungan tersebut diatas menuntut konsekwensi setting sosial masyarakat dengan tatanan yang berbeda pula, hingga menentukan jangka panjang perjalanan bangsa untuk menentukan masa depannya.

2. Kenyataan tentang ke-Islaman

Di Indonesia, tentang diskursus Ke-Islaman telah mengalami perkembangan pada wilayah kebangsaan, dalam rangkaian perjalanannya disambut baik oleh negara sebagai legitimasi perwakilan masyarakat secara luas. Karena Islam memang diakui sebagai salah satu creative mayority dalam mengambil peran kemerdekaan Indonesia. Sehingga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan kebangkitan Islam. Banyak perbincangan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu yang menemukan pola perilaku yang terlahir dari aktivis Islam.

Berawal dari kebangkitan Islam, dilanjutkan dengan usaha transformasi gagasan yang bisa dijadikan referensi untuk kehidupan sehari-hari. Dalam artian menarik wilayah keagamaan bisa dijadikan landasan fikir pada kehidupan sehari-hari, juga dalam membaca kenyataan sosial.

Muahimin berpendapat tentang kebangkitan Islam menyebar dengan pesat pada pergantian abad ke-14 menuju abad ke-15 H atau diakhir tahun 1970-an. Di Indonesia antusiasme umat Islam terhadap spirit

kebangkitan Islam itu sangat tinggi, bahkan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama mengeluarkan intruksi bersama No. 38 Tahun 1979 dan No. 9 Tahun 1979 tertanggal 20 Oktober 1979 tentang peringatan menyongsong abad XV Hijriyyah. Selanjutnya Muhaimin menyebutkan dua faktor yang melatarbelakangi munculnya kebangkitan Islam, sehingga mendorong diskursus tersebut. Pertama, peristiwa rervolusi Iran Tahun 1979 yang berhasil menumbangkan rezim Syah Reza Pahlevi dukungan Amerika Serikat dan Zia UI Haq sebagai pemimpin Pakistan. Revolusi Iran telah meningkatkat rasa percaya diri umat Islam dalam perjuangan untuk membebaskan diri dari segala bentuk dominasi dan hegemoni Barat.

Kedua, berakhirnya perang dunia II menjadi awal bagi bangkitnya masyarakat Islam sebagai negara yang merdeka, bebas dari penjajahan Barat. Sejak serbuan dari negara Tartar tahun 656 H di Baghdad disusul penjajahan Barat atas kawasan Islam yang membentang dari Afrika Barat (Maroko) sampai Asia Tenggara (Indonesia) peradaban Islam dalam masa kegelapan. Kemerdekaan yang diraih beberapa negara Islam membuka harapan baru terhadap dunia yang lebih baik. Dengan demikian, kebangkitan Islam sejak awal identik dengan proses dekolonialisasi.2

Di Indonesia, Islam muncul menjadi beberapa karakter dasar yang sejak av al diajarkan oleh sang pembawa ajaran dari belahan dunia bagian Timur. Istilah kiri, kanan dan tengah merupakan padanan modem untuk lebih mempermudah pembagian wilayah dari karakter keberagamaan,

2 A. Muhaimin Iskandar, 'Jus Dur, Islam dan Kebangkitan Indonesia, klik R, Yogyakatra, 2007. Him.50

71

walaupun itu dapat menjadi permasalahan ditingkatan masyarakat. Kiri mewakili Islam yang liberal, kanan sebagai Islam yang radikal dan tengah merupakan wajah Islam yang moderat, serta karakter lain yang tidak punya sisi lagi menurut letak manusia. Stigma inipun telah menjadi pertentangan, yang dari berbagai sisi selalu melahirkan isu untuk memperburuk citra lawannya begitu juga sebaliknya.

Gus Dur menjadi salah satu personal yang konsisten untuk memperjuangkan kaum minoritas di Indonesia. Walaupun dilahirkan dikalangiin pesantren dan mengenyam pendidikan agama yang cukup

banyak, beliau tetap mengembangkan transformasi pengetahuan

keagamaan klasik dengan paradigma modem. Tidak mengherankan pula banyak kalangan ilmuwan Islam menyoroti ketokohannya sebagai aktifis pluralisme agama. Muhammad Arkaoun juga pernah menganalisa kebijkan Gus Dur sewaktu menjadi pemimpin di negeri ini.

Menjawab pertanyaan tentang keinginan Presiden Abdurrahman Wahid menghapuskan Ketetapan (Tap) No 25/MPRS/ J966 tentang pembubaran PKl dan larangan menyebarkan ajaran marxisme /komunisme, Arkoun mengatakan, komunis merupakan model politik yang digunakan Uni Soviet untuk mengalahkan demokrasi modern yang berkembang di Eropa. "Jika Anda membaca filsafat Karl Marx dan Hegel, Anda akan berhenti mengutuk filsafat yang dijadikan dasar paham komunis. Ini yang mungkin diperkenalkan Presiden Indonesia sebagai langkah awal menuju demokrasi yang modern,"?

Islam sebagai agama yang kaffah dan universal telah menjadi tuntunan dalam kehidupan umat Islam sehari-hari. Interpretasi pada masing-masing socio culture bangsa menjadi pembeda secara teritorial

dikarenakan alur sejarah masyarakat yang mendahului, bagaimanapun juga awal masuknya Islam ke Indonesia menjadi sub ordinasi dari tatanan kultur agama pendahulu yaitu Hindu dan Budha. Sampai saat ini dealiktika didalam Islam sudah sampai pada kekuasaan negara, dan membuat blok- blok yang mengatasnamakan agama sebagai legitimasi simpatik dari konstituennya.

Dua sisi mata uang yaitu Maslakhah dan Madharat menjadi tidak terpisahkan dari kenyataan hari ini. Maslakhah berarti dengan legitimasi yang kuat, Islam mampu menjadi agen perubahan sosial secara luas, tidak hanya menjadi simbol kebesaran, tapi juga eksistensi dan peran partisipasinya kepada masyarakat. Madharat karena Islam hanya dijadikan sebagai strategi untuk memperoleh kekuasaan. Di sisi ini bisa diakui bahwa posisi Islam masih menguntungkan untuk dijadikan simbol kepentmgan, berdasarkan ajaran dan keyakinan sertc jumlah mayoritas masyarakatnya.

Terlepas dari kepentingan, siapa dan akan dibawa kemana, secara praksis Islam telah menjadi bagian dari kehidupan (kebutuhan). Pengejawantahan terhadap nilai sosial yang berlaku membutuhkan kontinuitas seiring dengan perkembangan zamannya. Hal ini yang disebut dengan transformasi nilai keislaman yang tidak usang dari peradaban. Baik itu dalam spiritual, pendidikan, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Kebutuhan melakukan survive individu maupun kolektif

73

dalam mencukupi kebutuhan kehidupan sehari-hari dan eksistensinya dengan sikap keterbukaan (inklusifitas) penting untuk dilakukan.

Dokumen terkait