• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAGA: Korban Tindak Kekerasan

Dalam dokumen publikasi e-konsel (Halaman 118-121)

Pdt. Dr. Vivian Soesilo, seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen paruh waktu di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, memaparkan dampak apa saja yang dialami korban kekerasan serta bagaimana cara mengatasinya. Berikut ringkasan tanya jawab dengan beliau. Kiranya bermanfaat. Selamat menyimak.

T : Penderitaan macam apa yang biasanya dialami oleh korban tindak kekerasan? J : Sebetulnya, penderitaan yang dialami adalah penderitaan yang cukup dahsyat.

Sering kali, hati atau batinlah yang terluka sehingga pemulihannya membutuhkan waktu yang lama. Batin yang terluka itu menyebabkan seseorang bisa merasa harga dirinya rendah, memiliki rasa takut yang berlebihan, menjadi orang yang cepat marah, tidak bisa mengendalikan emosinya, tidak bisa berkembang dengan normal secara jasmani, rohani, emosi, mengalami kesulitan bergaul dengan orang lain, menjadi orang yang cemburuan, bahkan menjadi orang yang ragu-ragu. Saat malam hari, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena selalu bermimpi buruk mengenai tindak kekerasan yang dia alami, jantungnya berdebar-debar, sesak napas, keringat dingin, dan tidak mempunyai rasa percaya diri.

T : Jika seseorang menjadi korban tindak kekerasan, apakah mungkin, suatu saat nanti dia menjadi pelaku tindak kekerasan? J : Sering kali terjadi seperti itu. Bukan

dikatakan seratus persen, tetapi kecenderungannya seperti itu. Kalau dia belum dipulihkan, sering kali dia melakukannya lagi. Dampaknya, dia sering marah-marah secara tak terkendali kepada orang lain karena kemarahan terhadap orang yang melakukan tindak kekerasan yang lalu belum terlampiaskan.

T : Apakah salah satu tanda yang cukup besar ini adalah masalah emosi seperti ini? J : Ya, biasanya emosi adalah salah satu tanda yang memperlihatkan orang ini tiba-tiba

meledak -- tidak bisa mengendalikan diri. Mungkin kita bisa bertanya, "Apa yang terjadi dalam dirimu?" dan dia menjawab, "Aku tidak tahu," lalu biasanya dia langsung meledak. Ahirnya, kita perlu bertanya kepadanya, "Pernahkah kamu mengalami sesuatu yang melukai hatimu?"

T : Bagaimana dengan korban yang merasa karena kesalahannya sendiri, dia menjadi korban tindak kekerasan? Misalnya, seseorang melukainya karena dia berjalan di jalan yang sepi atau memakai perhiasan yang berlebihan.

J : Sebetulnya, tindak kekerasan itu adalah tindakan kriminal dan pelakunyalah yang bersalah. Dialah yang melakukan tindakan kekerasan dan orang lain adalah

korbannya. Korban mungkin bisa dikatakan sebagai pemicu karena dia berpakaian terlalu mencolok yang mengundang perhatian orang lain, tetapi tidak tertutup

kemungkinan bahwa yang bertanggung jawab adalah orang yang melakukan tindak kekerasan.

119

T : Korban ini membutuhkan dukungan dari keluarga untuk bisa cepat sembuh. Kalau keluarganya juga terkena imbasnya, apa yang bisa dilakukan oleh keluarga itu? J : Yang dapat dilakukan keluarganya adalah harus menjadi kuat demi si korban ini.

Keluarga harus bisa berdiri bersama-sama mencari bantuan untuk anggota

keluarganya ini. Kalau tidak bisa mencari bantuan kepada sesama orang beriman, carilah bantuan kepada konselor, teman baiknya, dan siapa saja yang mau

membantu, supaya bisa berdiri lagi dan mampu menghadapi masalah ini. Hal ini memang membutuhkan kesabaran, tidak hanya sekali datang ke tempat konseling kemudian bisa sembuh, tetapi membutuhkan waktu.

T : Kalau ada orang yang mengalami tindak kekerasan seperti ini, apa yang bisa kita lakukan?

J : Pertama-tama, kita dengarkan ceritanya, percayai apa yang telah terjadi, terutama korban tindak kekerasan seksual seperti anak kecil. Dia akan bercerita kepada orang tuanya, tetapi orang tuanya tidak percaya dan hal itu menambah sakit hatinya. Jadi, kita perlu memercayai apa yang dia katakan dan kita mau mendampingi orang itu di dalam pemulihannya. Dengan demikian, dia tahu masalahnya dan bisa

mengidentifikasikannya. Setelah itu, dia tahu perasaan-perasaan apa yang dia alami -- perasaan marah yang berkecamuk di dalam hatinya, perasaan takut, rasa

bersalah, dan rasa malu. Apalagi tindak kekerasan seksual, hal-hal itu harus dikeluarkan dan setelah dikeluarkan, dia harus mempunyai komitmen untuk mau sembuh. Kalau dia mau sembuh, dia harus mempunyai cara untuk mengampuni orang yang menyakitinya, dia juga harus mempunyai batasan tentang bagaimana melindungi dirinya sendiri. Semua itu membutuhkan waktu yang lama.

T : Adakalanya luka itu sudah terlalu dalam atau mungkin terjadi di usia yang terlalu dini. Mungkin secara emosi, mereka memang menyadari bahwa dirinya pemarah, tetapi ketika akan mengingat peristiwa itu, rasanya sudah seperti samar-samar. Bagaimana bisa menolongnya?

J : Untuk menolong orang yang mau sembuh dari hati yang terluka ini, dia harus

mengingat kembali apa yang terjadi, bukannya melupakan. Dia harus berdoa, minta tolong kepada Tuhan supaya mengingatkan kembali apa yang telah terjadi, bukan untuk mendendam, melainkan untuk menghadapi dan membereskannya.

T : Kalau luka badan bisa kita lihat, tetapi kalau luka hati itu sulit untuk melihatnya. Apakah orang yang menjadi korban tindak kekerasan yang begitu hebat

menunjukkan tanda-tanda yang nyata sehingga kita tahu bahwa orang ini sudah mulai sembuh?

J : Tanda-tandanya memang tidak terlihat secara fisik, tetapi kita bisa melihat bahwa beban orang ini sudah terlepas. Dia akan merasa sebagai seorang yang sudah tidak tertekan lagi. Saat dia menghadapi sesuatu hal, dia tidak cepat tersinggung. Jadi, dia adalah orang yang sudah bisa menghadapi masa lalu dan masa depannya dengan

120

lebih tenang, terutama hatinya akan lebih damai.

T : Kalau dia terus berpikir untuk membalas dendam, berarti dia itu belum sembuh betul? J : Belum, kalau orang yang sudah sembuh dari luka hatinya, dia tidak akan berpikir untuk membalas dendam. Kemarahannya sudah tidak ada lagi. Sebaliknya, dia bisa mengampuni. Dia menghadapi masalahnya tidak dengan marah-marah tetapi dengan pengampunan.

T : Langkah apa yang biasanya ditempuh oleh seorang korban tindak kekerasan supaya dia tidak menjadi korban kekerasan lagi? J : Tentunya dia harus menjaga jarak dengan pelakunya. Dia harus membuat batasan, supaya dia tidak dilukai oleh pelaku itu lagi. Batasannya adalah bukan membenci dia, tetapi jaraknya tidak terlalu dekat dengan orang itu lagi. Hal lainnya ialah dia harus mengetahui kelemahan diri sendiri, apa yang dapat dia lakukan dan mana yang tidak dapat dia lakukan, supaya tidak diperalat oleh orang lain.

T : Apakah dengan melakukan pekerjaan yang positif, misalnya, menjahit, memasak, dan sebagainya dapat menolong untuk melupakan peristiwa yang menyakitkan? J : Bukan melupakan, melainkan mengalihkan perhatiannya pada hal-hal tersebut.

Memang orang yang mengalami tindak kekerasan tidak boleh berdiam diri, dia harus mengingat kembali. Bukannya justru dikendalikan oleh peristiwa itu, tapi dia bisa melakukan hal-hal lain. Salah satu tanda orang sembuh dari tindak kekerasan adalah dia tidak lagi dikendalikan oleh masa lampau, dia bisa bebas.

T : Sebenarnya, apakah peranan komunitas, misalnya, anggota sebuah gereja atau organisasi lainnya? Apakah itu akan sangat membantu proses kesembuhannya? J : Tentu, komunitas yang mendukung akan membantu dia untuk cepat sembuh.

Komunitas yang mengerti, memerhatikan, dan mengasihi tentu akan membantunya untuk pulih lebih cepat.

T : Kalau dia berbagi dengan sesama korban yang hampir sama kasusnya, apakah itu dapat menolong?

J : Tentu bisa, itu merupakan suatu grup sendiri. di negara-negara tertentu, ada grup korban kekerasan seperti itu. Mereka bertemu dan saling mendukung, itulah yang disebut grup terapi.

T : Orang-orang atau tentara yang terlibat di dalam peperangan, apakah bisa menjadi korban tindak kekerasan?

J : Bisa, karena dia mengalami trauma dari apa yang dia lihat dan lakukan di dalam peperangan, dia bisa menjadi pelaku tindak kekerasan juga. Oleh sebab itu, karena banyaknya trauma yang dialami oleh para veteran perang, penyembuhan sangat diperlukan.

T : Apakah ada ayat firman Tuhan untuk hal ini?

121

kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" Jadi, memang ada orang yang bertindak jahat, tetapi janganlah kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Pengampunan, itulah penyelesaiannya.

Sumber:

Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T221B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.

Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat

ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org> atau: < TELAGA(at)sabda.org > atau kunjungi situs TELAGA di:

http://www.telaga.org/transkrip.php?korban_tindak_kekerasan.htm

Serba Info: Spiritualitas di Dunia Bisnis

Dalam dokumen publikasi e-konsel (Halaman 118-121)