TINJAUAN PUSTAKA
2.5.2 Tempat Pembinaan Narapidana
Tempat pembinaan narapidana pada dasarnya yaitu lembaga pemasyarakatan/ rumah tahanan dan di luar lembaga pemasyarakatan. Narapidana harus memiliki syarat tertentu untuk dapat ditempatkan di salah satu tempat pembinaan narapidana. Tempat pembinaan bagi narapidana meliputi:
1. Pembinaan yang dilaksanakan dalam gedung lembaga pemasyarakatan adalah upaya yang telah dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan dalam rangka mewujudkan pelaksanaan pidana yang efektif dan efisien. Dalam pembinaan narapidana, telah diusahakan berbagai hal dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana, tetapi masih memerlukan pemikiran yang luas mengenai segala aspek. Bagaimana juga dampak psikologis akibat pidana penjara itu sendiri, jauh lebih berat dibandingkan pidana penjara itu sendiri. Dalam pemidanaan, seseorang tidak hanya dipidana secara fisik, tetapi juga secara psikologis. Pidana secara psikologis merupakan beban yang berat bagi setiap narapidana. Berbagai dampak psikologis itu antara lain :
a. Lose of Personality, seorang narapidana ynag dipidana akan kehilangan kepribadian diri, identitas diri, akibat peraturan dan tata cara hidup di
li Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana yang satu dengan yang lain, diperlakukan sama dengan narapidana yang lain, sehingga membentuk kepribadian yang khas pula yaitu kepribadian narapidana.
b. Lose of Security, dalam menjalani pidana seorang narapidana harus dalam pengawasan petugas. Seseorang yang terus-menerus diawasi, akan merasa tidak nyaman, merasa dicurigai, merasa selalu tidak dapat berbuat sesuatu karena takut kalau perbuatannya merupakan sesuatu kesalahan.
c. Lose of Liberty, pidana hilang kemerdekaan telah merampas berbagai kemerdekaan individual, misalnya kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan menonton dan membaca, serta kemerdekaan individual lainnya. Keadaan demikian dapat menyebabkan narapidana menjadi tertekan jiwanya.
d. Lose of Personal Communication, dimana kebebasan narapidana untuk berkomunikasi terhadap siapapun dibatasi. Hal ini disebabkan karena pertemuan dengan anggota keluarganya terbatas dan selalu diawasi oleh petugas.
e. Lose of Good and Service, narapidana merasakan hilangnya pelayanan. Hilangnya pelayanan dapat menyebabkan narapidana kehilangan rasa
affection, kasih sayang, yang biasa diperoleh dalam keluarga.
f. Lose of Heterosexual, selama menjalani masa pidana, narapidana di tempatkan di blok sesuai dengan jenis kelaminnya. Penempatan ini menyebabkan narapidana kehilangan kasih sayang, naluri seks, rasa aman bersama keluarga terampas.
lii h. Lose of Belief, narapidana juga kehilangan akan rasa keyakinan dan rasa percaya diri. Kepercayaan diri dapat dicapai jika narapidana telah mengenal dirinya sendiri.
i. Lose of Creativity, narapidana juga terampas kreatifitasnya, ide-idenya, gagasan-gagasannya, imajinasinya, bahkan juga impian dan cita-citanya. 2. Pembinaan narapidana yang dilaksanakan di luar gedung lembaga
pemasyarakatan yang meliputi :
a. Pembinaan dalam keluarga narapidana. Bentuk pembinaan ini adalah pembinaan narapidana yang ditempatkan di dalam keluarga narapidana itu sendiri. Narapidana yang telah memenuhi syarat tertentu, dapat diberikan pembinaan yang berupa Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB).
b. Pembinaan dalam Lembaga Pemasyarakatan Terbuka. Lembaga Pemasyarakatan terbuka merupakan bangunan rumah biasa yang ditempatkan di alam terbuka, biasanya tanah pertanian milik Lembaga Pemasyarakatan, perkebunan dan lain sebagainya.
c. Bekerja di luar Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana dapat bekerja atau bersekolah di luar Lembaga Pemasyarakatan tetapi harus memenuhi persyaratan tertentu.
d. Pidana Waktu Luang. Seseorang yang telah dipidana, dapat mengajukan permohonan kepada hakim, untuk menjalankan pidananya hanya pada waktu luang saja (Harsono,1995:78)
liii 2.5.3 Proses Pembinaan Narapidana
Pemasyarakatan adalah suatu proses terapi saat narapidana masuk Lembaga Pemasyarakatan yang merasa tidak harmonis dengan masyarakat sekitarnya. Sistem pemasyarakatan beranggapan bahwa hakikat perbuatan melanggar hukum oleh warga binaan pemasyarakatan adalah cerminan dari adanya keretakan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan antar yang bersangkutan dengan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, tujuan dari sistem pemasyarakatan adalah pemulihan hubungan hidup (reintegrasi hidup). Berdasarkan hal ini, maka pemasyarakatan merupakan proses yang berlaku secara berkesinambungan (Sujatno,2008:130).
Berlandaskan Surat Edaran No.KP.10.13/3/1 tanggal 8 Februari 1965 tentang pemasyarakatan sebagai proses, maka dikatakan bahwa pembinaan narapidana, dilaksanakan melalui empat tahap yang merupakan satu kesatuan proses yang bersifat terpadu. Adapun empat tahap proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan adalah :
Tahap Pertama : Pada tahap ini, setiap narapidana yang masuk ke lembaga pemasyarakatan dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal sesuatu mengenai dirinya, termasuk sebab-sebab ia melakukan pelanggaran, dan segala keterangan dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, teman, korban, serta dari petugas instansi yang telah menangani perkaranya.
Pembinaan tahap ini disebut dengan pembinaan tahap awal. Kegiatan masa pengamatan, penelitian, dan pengenalan lingkungan untuk menentukan perencanaan pelaksanaan program pembinaan kepribadian, dan kemandirian, waktunya dimulai pada saat yang bersangkutan berstatus sebagai
liv narapidana sampai dengan 1/3 (sepertiga) dari masa hukuman pidananya. Pembinaan ini dilakukan di dalam lembaga pemasyarakatan dan pengawasannya dilaksanakan secara
maxsimun security.
Tahap Kedua : Jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan telah berlangsung selama-lamanya 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya, dan menurut pendapat Tim Pengamat Pemasyarakatan sudah mencapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin, dan patuh pada peraturan tata-tertib yang berlaku di lembaga pemasyarakatan, maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan ditempatkan pada lembaga pemasyarakatan melalui pengawasan medium security.
Tahap Ketiga : Jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani 1/2 dari masa pidana yang sebenarnya, dan menurut pendapat Tim Pengamat Pemasyarakatan sudah mencapai cukup kemajuan, baik secara fisik dan mental dan juga segi keterampilannya, maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan asimilasi yang pelaksanaannya terdiri dari dua bagian yaitu waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap awal sampai dengan 1/2 (setengah) dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan masih dilaksanakan di dalam lembaga pemasyarakatan dan pengawasannya sudah memasuki tahap medium security. Tahap kedua dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama sampai dengan 2/3 masa hukuman pidananya. Dalam tahapan lanjutan
lv ini, narapidana sudah memasuki tahap asimilasi dan selanjutnya dapat diberikan pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas dengan pengawasan minimum security.
Tahap Keempat : Jika proses pembinaan telah menjalani 2/3 dari masa pidana yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan. Pembinaan ini disebut pembinaan tahap akhir, yaitu kegiatan yang berupa perencanaan dan pelaksanaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa hukuman narapidan yang bersangkutan. Pembinaan pada tahap ini yaitu narapidana yang memenuhi syarat diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat dan pembinaannya dilakukan di luar lembaga pemasyarakatan oleh Bapas yang disebut Pembimbingan Klien Pemasyaratan. Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan (Sujatno,2008:132)
Asimilasi adalah proses pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang dilaksanakan dengan membaurkan narapidana dan anak didik pemasyarakatan di dalam kehidupan masyarakat setelah menjalani 1/2 (setengah ) dari masa hukuman pidananya dan dikurangi masa tahanan dan remisi, dihitung sejak tanggal putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap.
Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana di luar lembaga pemasyarakatan. Untuk memperoleh pembebasan bersyarat narapidana yang dialksanankan setelah menjalani menjalani 2/3 (dua pertiga) dari masa hukuman
lvi pidananya, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, berdasarkan pasal 15 dan 16 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, serta pasal 14, 22, dan 29 UU No.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan (Sujatno, 2008:129).
Cuti Menjelang Bebas (CMB) adalah proses pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan di luar lembaga pemasyarakatan, bagi narapidana yang menjalani masa pidana atau sisa masa pidana pendek yang dilaksanakan setelah menjalani ⅔ (dua pertiga) dari masa hukuman pidananya, dan jangka waktu cuti sama dengan remisi terakhir, paling lama enam bulan.
Remisi adalah pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana yang berkelakuan baik selama menjalani hukuman pidana (Pasal 1 ayat 1 Keppres RI No. 174 Tahun 1999).