BAB IV HASIL PENELITIAN
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan nilai rata-rata kelas keterampilan menulis cerita pendek siswa dan prosentase ketuntasan belajar Bahasa Indonesia menulisceritapendek siswa siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 25. Rata-Rata Nilai Kelas Keterampilan Menulis dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan perhitungan nilai keterampilan rata-rata kelas pada table 25 siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini merefleksikan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) Kelas II dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan menulis siswa.
Adapun peningkatan nilai keterampilan menulis cerita siswa dan ketuntasan belajar Bahasa Indonesia (menulis) dengan model pembelajaran picture and picture pada pra sklus, siklus I da siklus II dapat digambarkan dalam bentuk gambar 24:
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Nilai Rata-Rata Keterampilan
Menulis Siswa Prosentase (%)
Pra
Siklus Siklus I Siklus II
Pra
Siklus Siklus I Siklus II
commit to user
Gambar 24. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan dan Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Setiap Siklus
Dari gambar 24, terlihat bahwa nilai rata-rata keterampilan siswa dalam pembelajatan menulis cerita pendek pada kondisi awal hanya 57 yang kemudian meningkat pada siklus I menjadi 59,7 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 66,1. Sedangkan dari segi ketuntasan pembelajaran menulis cerita pendek pada kondisi awal ketuntasan keterampilan menulis sebesar 41% kemudian pada siklus I ketuntasan keterampilan menulis meningkat sebesar 59%, dan pada siklus II ketuntasan keterampilan menulis meningkat lagi sebesar 79%.
Tabel 26 : Peningkatan Aktivitas Siswa dan Guru pada dalam ProsesPembelajaran Pada Siklus I, dan Siklus II
No Jenis Aktivitas Siklus 1 Siklus 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 1 Guru 2.3 (kurang) 3.18 (baik) 3.5 (baik) 3.6 (baik) 2 Siswa 16 (kurang) 21 (baik) 26 (baik) 28 (baik)
Berdasarkan tabel 26 dapat direfleksikan bahwa proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil karena terjadi peningkatan aktivitas siswa dan aktivitas guru pada setiap siklusnya. Aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dengan skor
rata-57,4 59,7 66,1 41 59 79 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Pra Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Siswa
commit to user
rata 2,3 (termasuk dalam kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat menjadi 3,18 (termasuk kategori baik. Pada siklus II, pertemuan pertama skor rata-ratanya meningkat menjadi 3,5 (termasuk kategori baik), kemudian meningkat lagi menjadi 3,6 (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua.
Aktivitas siswa pada siklus I, pertemuan pertama rata-rata siswa yaitu 16 siswa (termasuk kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat menjadi 21 siswa (termasuk kategori baik). Pada siklus II, pertemuan pertama skor rata-ratanya meningkat menjadi 26 siswa (termasuk kategori baik), kemudian meningkat lagi menjadi 28 siwa (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-beda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I yakni Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) siswa belum maksimal dalam pemanfaatan model pembelajaran picture and picture dalam membuat cerita pendek, yakni siswa kurang lancar dalam menyampaikan ide gagasan berkaitan dengan gambar (2) gambar yang dipertunjukkan siswa kurang besar, sehingga siswa yang duduk di bangku belakang tidak dapat melihat dengan jelas, selain itu warna yang dipilih untuk gambar kurang menarik (buram/ kurang tegas). Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi bosan dan motivasi siswa tidak muncul, maka dari itu pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) perlu dilanjutkan ke siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang akan disempurnakan pada siklus II yakni: (1) siswa dibiasakan untuk terlibat dalam model pembelajaran picture and picture agar siswa juga terbiasa untuk menyampaikan gagasan atau ide dengan melihat gambar yang ditempelkan di depan. Dengan begitu siswa akan mudah dalam membuat cerita karena siswa sudah mendapatkan ide atau gambaran yakni menjabarkan gambar yang ditempel di depan kelas, (2) gambar yang dipertunjukkan diubah menjadi ukuran yang lebih besar dari sebelumnya agar siswa yang duduk di deretan bangku belakang dapat melihat gambar dengan lebih jelas serta warna pada gambar dibuat se-menarik mungkin. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
commit to user
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat lampiran 18 dan 19) nilai keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis sebelum menggunakan model pembelajaran picture and picture sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya 41 %. Hal itu dikarenakan guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam matapelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerita pendek sehingga siswa kurang maksimal dalam mengikuti pelajaran maupun dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan hasil wawancara setelah menggunakan model pembelajaran picture and picture yaitu penggunaan model pebelajarn picture and picture dalam pebelajaran menulis cerita pendek terbukti dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis siswa, selain itu ketuntasan nilai keterampilan siswa juga meningkat.
Hal itu dikarenakan penggunaaan model pebelajaran picture and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan membuat pembelajaran menulis menjadi bermakna dan menyenangkan, selain itu juga banyak manfaat yang didapatkan dari model pembelajaran picture and picture yaitu antara lain: (1) memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media gambar siswa lebih mudah menyerap materi. Karena dengan model pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati gambar; (2) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.Dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture, maka guru akan lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Hal ini dikarenakan siswa secara bergilir ditunjuk oleh guru untuk maju mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Jika siswa mengalami kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan bahwa siswa di dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa tersebut perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang diberikan oleh guru; (3) kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Artinya, dengan penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa akan menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena di dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar sambil bermain, yaitu
commit to user
memasangkan gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba untuk menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktifan siswa akan meningkat; (4) siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur (berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan gambar untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa diminta guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar urut berdasarkan pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari pengurutan gambar tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir logis dan sistematis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru; (5) Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran siswa akan lebih konsentrasi pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai karena asik mengamati gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam memahami materi pembelajaran.
Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model pebelajaran picture and picture maka kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajarn picture and picture menjadi tidak berarti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yaitu dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat menjadikan pembelajaran menulis menjadi bermakna sehingga keterampilan siswa dalam menulis khusunya cerita pendek meningkat. Jadi penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.
commit to user
117
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN