• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

ANIK PUJI LESTARI K7107001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

2010/2011

Oleh:

ANIK PUJI LESTARI K7107001

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)
(4)
(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Anik Puji Lestari. “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2011.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah unruk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dengan model pembelajaran picture and picture.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 / 2011 terdiri dari 39 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek. Sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah model pembelajaran picture and picture. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data variabel untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek melalui observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, sajian data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif.

Hasil penelitian ini adalah peningkatan rata-rata nilai dan prosentase ketuntasan klasikal dalam keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes menulis cerita pendek siswa yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 57,4 dengan ketuntasan klasikal 41%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 59,7 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 59%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 66,1d an ketuntasan klasikal meningkat menjadi 79%.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Anik Puji Lestari. IMPROVING THE SHORT STORY WRITING SKILL BY PICTURE AND PICTURE LEARNING MODEL AT 2nd GRADE

STUDENT’S OF ELEMENTARY SCHOOL 01 JATEN

KARANGANYAR, ACADEMIC YEAR 2011. Script. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Surakarta, Mei 2011.

Purpose of the classroom action research is to improve short story writing skill at students of 2nd grade in Elementary School 01 Jaten Karanganyar by picture and picture learning model.

The subject of this classroom action research is 2nd grade students of Elementary School 01 Jaten Karanganyar, academic year 2010/2011 which consists of 39 students. Variable that are targeted to change in the research is improvement of student‟s short story writing skills. Whereas variable to use in the research is teaching model picture and picture. The research is a classroom action research with 2 cycles. Every cycles consist of 4 phases, namely, planning, action, observation, and reflection. Variable data is collected by using interview, observation, tes and documentation. Data analisys consists of data reduction, data presentation, and data verivication or conclusion drawing. The data validity used is substance validityand data triangular. The technique of analysing data is interactive analysis.

The result of this research shows the increase of average score and average of classica completeness in short story skill at students of 2nd grade in Elementary School 01 Jaten Karanganyar. The increased descriptive writing skill of the student‟s could be seen from result of student‟s test short story writing that indicated and increase, namely, in pre-action is 57,4 with classical completeness 41%, In the cycle 1, the average of classical score attains 59,7 and classical completeness increases to 59%. In the cycle II, , the average of classical score increases to 66,1 and and classical completeness increases to 79%.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Sesungguhnya aku mengingatkan kepadamu supaya kamu tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan

(QS. Hud: 46)

Ing ngarso sung tuladha Ing madya mangunkarso

Tutwuri handayani (KI Hajar Dewantara)

Kesuksesan dan keberhasilan dapat dicapai dengan 99 % kerjakeras dan 1 % kejeniusan atau kepintaran.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

 Kuhaturkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yangsenantiasa

mendukung dengan segala doa.

 Kakakku yang selalu memberikan semangat serta do‟a untukku.

 Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih peneliti ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011”.

Peneliti tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa

bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan FKIP UNS. 2. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS.

3. Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S. Uselaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

5. Sutarno, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Elementary School 01 Jaten.

6. Supinah, S.Pd. selaku guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian. 7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moral

maupun materi.

8. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman S1 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(10)

commit to user

x

Peneliti berharap bahwa penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama di Sekolah Dasar.

Surakarta, Mei 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I.PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. LANDASAN TEORI ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture and Picture ... 11

2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek .. 21

B. Penelitian Relevan ... 42

C. Kerangka Berpikir ... 43

(12)

commit to user

xii

BAB III. METODE PENELITIAN ... 49

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

B. Subyek Penelitian ... 50

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 50

D. Sumber Data ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Validitas Data ... 56

G. Metode Analis Data ... 58

H. Indikator Keberhasilan ... 60

I. Prosedur Penelitian ... 61

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 67

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 67

B. Deskripsi Kondisi Awal ... 67

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 71

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 112

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 117

A. Simpulan ... 117

B. Implikasi ... 117

C. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(13)

commit to user Tabel 3. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Kelas II Pada Kondisi Awal. ... 68 Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis

Cerita Pendek Pada Kondisi Awal ... 69 Tabel 5. Hasil Nilai Rekapitulasi Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan ... 82 Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ... 82 Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ... 84 Tabel 8. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ... 84 Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ... 86 Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ... 86 Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ... 88 Tabel 12. Data Frekuensi Nilai Kognitif Menulis Cerita

Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ... 88 Tabel 13. Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek .... 90 Tabel 14. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Pra Siklus dan Siklus 1 ... 91 Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ... 102 Tabel 16. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ... 102 Tabel 17. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ... 104 Tabel 18.Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ... 104 Tabel 19. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Menulis

(14)

commit to user

xiv

Tabel 20. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ... 106 Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 2 ... 108 Tabel 22. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Siklus II Pertemuan 2 ... 108 Tabel 23. Ketuntasan Nlai Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Siswa Kelas II Siklus II ... 110 Tabel 24. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan

Menulis Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ... 111 Tabel 25. Rata-Rata Nilai Keterampilan MenuisDan Prosentase

Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I

Dan Siklus II ... 112 Tabel 26. Peningkatan Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Proses

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar: Halaman Gambar 1.Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture

and Picture ... 19

Gambar 2.Bagan Kerangka Berpikir ... 46

Gambar 3.Bagan Prosedur Penelitian Hopkins ... 50

Gambar 4.Bagan Teknis Analisis Data ... 58

Gambar 5.Grafik Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Pada Kondisi Awal ... 69

Gambar 6.Contoh Gambar Materi Ciri-Ciri Binatang ... 74

Gambar 7.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dalam model pembelajaran picture and picture ... 74

Gambar 8.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture ... 77

Gambar 9.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan1 ... 83

Gambar 10.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 ... 85

Gambar 11.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 ... 87

Gambar 12.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Pendek Siklus I Pertemuan 2 ... 89

Gambar 13.Grafik Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus I... 90

Gambar 14.Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis Cerita pendek Pada Pra Siklus dan Siklus 1 ... 91

Gambar 15.Contoh Materi Ciri-Ciri Tumbuhan Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture. ... 95

Gambar 16.Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture ... 97

Gambar 17.Grafik Nilai Psikomotor Siswa Menulis Cerita Pendek Kelas II Siklus II Pertemuan1... 103

(16)

commit to user

xvi

Gambar 19.Grafik Nilai PsikomotorSiswa MenulisCerita

Pendek Siklus II Pertemuan 2 ... 107 Gambar 20.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek

Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ... 109 Gambar 21.Grafik Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita

Pendek Siswa Kelas II Siklus II ... 110 Gambar 22. Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan

Menulis Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 111 Gambar 23.Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan

dan Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran: Halaman

Lampiran 1. Silabus Bahasa Indonesia Kelas II... 124

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 125

Lampiran 3. Tes Evaluasi ... 152

Lampiran 4. Format Penilaian Aspek Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 ... 161

Lampiran 5. Pedoman Pwnilai Aspek Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek ... 163

Lampiran 6. Lembar Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita Pendek ... 165

Lampiran 7. Format Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek ... 173

Lampiran 8. Pedoman Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek ... 175

Lampiran 9. Lembar Hasil Penilaian Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek ... 177

Lampiran 10. Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siklus I dan Siklus II ... 185

Lampiran 11. Prosentase Ketuntasan Klasikal Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siklus I dan Siklus II ... 187

Lampiran 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 189

Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru... 190

Lampiran 14. Pedoman Penilaian Observasi Kinerja Guru ... 192

Lampiran 15. Hasil Observasi Kinerja Guru... 197

Lampiran 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran .... 205

Lampiran 17. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran ... 206

Lampiran 18. Lembar Wawancara Guru Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture ... 210

Lampiran 19. Lembar Wawancara Guru Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture ... 212

(18)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara ( Undang-Undang Sisdiknas, 2003: 2). Pembelajaran bahasa yang utama sebagai alat komunikasi. Seorang anak belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media (Depdiknas, 2009: 1.3).

Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang dirasakannya kepada orang. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang lain (Gorys Keraf, 2004: 4).

Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya, bahkan dengan bahasa dapat menunjukkan bangsa seseorang. Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam

(19)

commit to user

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 38 ). Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif.

Sesuai dengan pendapat Fulistyo dalam (http://www.google.com) yang

mengatakan bahwa keterampilan berbahasa yang dipelajari di sekolah berdasarkan kurikulum meliputi empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Hal ini menunjukkan bahwa empat aspek tersebut sangat berperan penting dalam pengajaran suatu bahasa di sekolah. Dari keempat aspek ini disebutkan salah satunya adalah keterampilan menulis.

Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mengikuti pendidikan di berbagai jenjang dan jenis sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar banyak ditentukan kemampuannya dalam menulis (St. Y. Slamet, 2008: 95).

Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil mengorganisasikan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2002: 72).

(20)

commit to user

memilih judul untuk sebuah karangan, memecah judul tersebut menjadi topik-topik yang lebih kecil atau menyusun kerangka karangan, dilanjutkan dengan pengembangan paragraf. Di samping itu , juga ada pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan apresiasi sastra, misalnya membuat puisi atau mengubah bentuk puisi menjadi prosa. Di kelas VI, perluasan pokok bahasan sebelumnya yang penekanannya pada pengembangan bermacam-macam karangan, seperti: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya cerita pendek sering kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari siswa. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru.

Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai guru yang profesional. Masih banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam kurikulum setiap akhir semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan masih terdapat ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai siswa. Guru kurang mengenal siswa secara menyeluruh sehingga tidak bisa membedakan siswa yang lemah dengan siswa yang pandai dalam menerima pelajaran. Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya akan berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering. Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam

berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat dan berkembang secara tepat.

(21)

commit to user

masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau metode ceramah. Pembelajaran masih bersifat teacher centered, guru masih berperan aktif secara penuh dalam proses pembelajaran sedangkan siswa pasif, hanya menerima materi dari guru. Hal tersebut mengakibatkan pengajaran membosankan, karena siswa hanya disuguhkan materi yang banyak dengan metode ceramah dari guru tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya.. Selain itu dengan metode ceramah mengakibatkan konsentrasi siswa kurang dan cepat marasa jenuh menjadikan mereka malas menulis. Maka dari itu wajar siswa tidak mampu atau

tidak menyukai pelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek.

Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan tes-tes tertulis di akhir semester atau akhir tahun ajaran. Padahal tidak semua keterampilan berbahasa dapat dievaluasi dengan menggunakan hasil tes-tes tertulis. Untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan keterampilan berbahasa termasuk menulis tidak cukup hanya dilihat melalui jawaban soal-soal yang diberikan satu atau dua kali di tengah dan di akhir semester. Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari proses penilaian.

Permasalahan-permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Rendahnya keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penghambat dari siswa yaitu tingkat inteligensi peserta didik yang beraneka ragam, sehingga kemampuan menerima pelajaran dari guru juga beragam. Ada yang cepat, sedang, dan lambat dalam menerima. Minat atau usaha siswa dalam mengikuti pelajaran juga beragam. Ada yang giat belajar, seenaknya belajar, bahkan ada yang malas belajar. Tidak ada dukungan belajar dari orang tua, Siswa berasal dari rumah

(22)

commit to user

Hal ini diketahui setelah dilakukan observasi di SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Standar Ketuntasan Belajar Mengajar KKM yang dipakai guru dalam keterampilan menulis adalah 60. Sedangkan dari daftar nilai yang dipelihatkan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, sebanyak 50 % lebih siswa mendapatkan nilai kurang dari KKM pada pembelajaran menulis cerita pendek. Kelemahan siswa yang paling utama terletak pada kurang mampu mengembangkan isi cerita, kebanyakan dari mereka mengulang-ngulang kata atau kalimat yang sama.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian di kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Karena pembelajaran keterampilan menulis khususnya cerita pendek masih kurang maksimal. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan pengamatan pada siswa di SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, diketahui bahwa upaya khusus untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa khususnya cerita pendek masih belum banyak dilakukan.

Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui bahwa peranan guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.

Saat ini, pembelajaran inovatif yang mampu membawa perubahan belajar bagi siswa telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran konvensional telah usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya siswa nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi siswa itu sendiri yang masih dalam usia yang senang

dengan permainan (bermain sambil belajar). Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

(23)

commit to user

rumit. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat penting kehadirannya dalam pelajaran. Joyce dalam Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa

“each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Selain itu model pembelajaran juga dijadikan pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk

meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial. Dan pencapaian hasil belajar yang optimal (Isjoni, 2008: 146). Hal ini dimaksudkan agar siswa berpartisipasi serta aktif untuk mengikuti proses pembelajaran, serta peserta didik mudah memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2009: 46) berpendapat bahwa:

“ Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, ligkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

(24)

commit to user

Salah satu model pembelajaran yang menarik bagi anak adalah model pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan dan kreatifitas guru. Model pembelajaran ini dipopulerkan sekitar tahun 2002, serta mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia.

Model pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama

adalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan dan yang menarik bagi siswa agar siswa aktif mengikuti proses pembelajaran.

Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture (http://kiranawati.wordpress.com/2009/09/11/model-model-pembelajaran.) adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi. 4. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasangkan atau

mengurutkan gambar.

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi.

7. Kesimpulan/rangkuman.

Model pembelajaran picture and picture sangat cocok untuk diterapkan pada anak SD, karena selain menarik model ini juga memiliki banyak keunggulan, yaitu:

1. Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika menyampaikan materi pelajaran.

2. Siswa cepat tanggap atas materi yang diberikan oleh guru.

(25)

commit to user

4. Siswa dapat berfikir aktif dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

5. Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan guru. Dengan berbagai keunggulan yang dimilki oleh model pembelajaran picture and picture tersebut maka proses pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan kenyataan dan permasalahan yang diuraikan di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun

Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerita pendek..

2. Keterampilan menulis siswa masih rendah.

3. Siswa tidak terbiasa menulis dengan baik di sekolah maupun di rumah.

4. Guru hanya mengejar target materi yang sesuai kurikulum tanpa memperhatikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

C. Pembatasan masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang akan diidentifikasi, agar permasalahan yang akan diteliti lebih jelas perlu dilakukan pembetasan masalah sebagai berikut:

1. Masalah yang diteliti adalah tentang keterampilan menulis cerita pendek. 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran picture and

(26)

commit to user

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan model

pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten karanganyar pada pembelajaran Bahasa Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: Meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dengan model pembelajaran picture and picture.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis

a. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan keterampilan menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.

b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif.

c. Sebagai fakta pembelajaran menulis yang menerapkan model pembelaja-ran picture and picture.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1). Dengan adanya penelitian ini, bertambahnya wawasan dan pengala- man guru mengenai model pembelajaran dalam meningkatkan

keterampilan menulis cerita pendek yaitu dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.

(27)

commit to user

3). Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.

b. Bagi Siswa

Meningkatnya keterampilan menulis cerita pendek siswa. Serta siswa mendapatkan pengalaman baru mengenai belajar bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis yaitu dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.

c. Bagi Sekolah

Model pembelajaran picture and picture dapat memberikan

(28)

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture and Picture

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Isjoni (2008: 146) model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Winataputra dalam Anton Sukarno (2006: 144) mendefinisikan model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar-mengajar.

Kemudian Joyce dalam Triyanto (2007: 5) mendefinisikan model pembelajaran yaitu “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, dan

lain-lain”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan

informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

(29)

commit to user

b. Manfaat Model Pembelajaran

Setiap model harus dipersiapkan dengan baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang pembelajaran apapun akan menjadikan siswa menjadi jenuh. Model pun harus berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar proses belajar mengajar tidak monoton. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para pakar

tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran. Hal ini disebabkan tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran.

Nieveen dalam Triyanto (2009: 8) mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, antara lain:

Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: 1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan 2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; 2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut: 1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan 2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam membelajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Winataputra (2006: 17) ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model atau strategi pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan/materi yang diajarkan, 3) kondisi siswa , 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar.

(30)

commit to user

khusus diangkat dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan tengah”. Tugas guru tidak hanya mengajar, menyampaikan bemacam-macam ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada murid, tetapi juga melaksanakan tugas mendidik. Selain itu di dalam melaksanakan tugas mengajar, guru dituntut untuk merencanakan pengajaran tersebut.

Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran

yang dapat memberikan keefektivitasan kepada siswa. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2009:1) mengemukakan bahwa:

“ Daya tarik suatu pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu, tugas professional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya berarti menjadi bermakna. Jika kondisi tersebut dapat dilaksanakan guru yaitu siswa secara sukarela untuk mempelajari lebih lanjut karena adanya kebutuhan dan belajar bukan sekedar kesajiban, maka guru sebagai pengajar dapat dikatakan berhasil”. Setiap model pembelajaran berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagodis berakar dari pihak siswa. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar

rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 4). Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Menurut Abdul Aziz Wahab (1995: 15) penggunaan model pembelajaran memberikan beberapa manfaat di dalam kegiatan belajar yaitu antara lain:

(31)

commit to user

siswa berfikir dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang sesuatu yang dipelajarinya.

b). Melatih siswa cara-cara berfikir dan belajar dengan teknik-teknik tertentu, guru seyogyanya memapankan program pembelajaran tertentu dengan seksama yang dikaitkan dengan teknik-teknik pembelajaran yang telah dikenal siswa sebelumnya.

c). Melatih siswa bernalar secara mandiri. Guru meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada

pembimbingan guru secara total. Setelah siswa terbiasa berfikir kreatif,logis dan sistematis, siswa akan mampu mengembangkan proses pemecahan masalah yang belum pernah dilatihkan guru.

d). Guru melatihkan strategi berfikir memadukan berbagai keterampilan seperti cara-cara mengamati, sedangkan obervasi tersebut digunakan dalam hubungan dengan keterampilan-keterampilan yang lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya menulis cerita kurang disukai siswa. Ketika pembelajaran menulis dimulai mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru.

Untuk itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan adalah model pembelajaran picture and picture, karena model pembelajaran ini sangat menyenangkan, memberikan pengalaman dalam proses belajar dengan memfasilitasi siswa berinteraksi dengan subjek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi.

(32)

commit to user

serta keaktivan siswa muncul dan keterampilan menulis khususnya cerita pendek akan dikuasai dengan baik oleh siswa.

c. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture

Pengertian model pembelajaran picture and picture menurut Elin Rosalin (2008: 125) yaitu sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.

Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2010: 278) mendefinisikan

model pembelajaran picture and picture adalah strategi pembelajaran yang dibuat guru dengan menyajikan gambar yang disusun secara acak kemudian menyuruh siswa untuk mengurutkan gambar tersebut menjadi susunan yang logis dan sistematis. Model Pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan. Gambar dibuat se-menarik mungkin agar keaktivan siswa muncul dalam mengikuti proses pembelajaran.

Model pembelajaran picture and picture di populerkan sekitar tahun 2002 dan mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau dirutkan menjadi urutan yang logis. Model ini sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan dan kreatifitas yang diciptakan oleh guru (http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-and-picture/html).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

(33)

commit to user

strategi pebelajaran yang dijadikan acuan atau pedoman guru yang di dalam proses pelaksanaannya meliputi sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.

d. Penerapan Model Picture and Picture Dalam Pembelajaran

Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk pertanyaan atau memberikan jawaban dalam pembahasan materi pembelajaran. Dalam menerima jawaban dari siswa, guru tidak boleh

langsung menyalahkan jika jawaban tersebut memang salah, akan tetapi guru mengganti pertanyaan yang sifatnya mengarahkan agar siswa dapat memberi jawaban yang benar. Adapun sikap guru kepada siswa yang menjawab dengan benar yaitu guru berusaha mengetahui alur pemikiran siswa tersebut untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya lebih lanjut.

Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 42) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1). Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian Kompetensi Dasar, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.

2). Menyajikan materi sebagai pengantar.

Penyajian materi sebagai pengantar merupakan sesuatu yang sangat penting. Dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang

(34)

commit to user

pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3). Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru atau oleh temannya. Dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa dapat menceritakan kronologi atau urutan cerita atau maksud dari gambar yang ditunjukkan. Dengan Picture atau gambar guru

akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

4). Guru menunjukkan atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi.

5). Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Setelah itu mengajak siswa menemukan jalan cerita, atau tuntutan Kompetensi Dasar dengan indikator yang akan dicapai.

6). Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa

mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan.

7). Kesimpulan atau rangkuman.

(35)

commit to user

menarik serta ukuran besar yang menimbulkan motivasi siswa. Selain itu model pembelajaran ini juga melatih siswa berpikir secara logis dan sistematis dalam pengurutan gambar. Dengan demikian siswa akan lebih aktif dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.

e. Manfaat Model Pembelajaran Picture and Picture

Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menangkap materi yang disampaikan, maka guru harus menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan siswa. Untuk tingkat Sekolah Dasar khususnya kelas rendah, model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang bersifat menyenangkan. Jadi di dalam proses belajar siswa dapat belajar sambil

bermain.

Model pembelajaran picture and picture memberi beberapa manfaat

di dalam proses belajar mengajar, antara lain:

1). Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media gambar siswa akan mudah menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Karena dengan model pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati gambar.

2). Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa

Dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture, maka guru akan lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Hal ini dikarenakan siswa secara bergilir ditunjuk oleh guru untuk maju mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Jika siswa mengalami kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan bahwa siswa di dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa tersebut perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang diberikan oleh guru.

3). Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Artinya, dengan penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa akan

(36)

commit to user

pembelajaran siswa dapat belajar sambil bermain, yaitu memasangkan gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba untuk menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktivan siswa akan meningkat.

4). Siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur (berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan

gambar untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa diminta guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar urut berdasarkan pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari pengurutan gambar tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir logis dan sistematis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru.

5). Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran siswa akan lebih konsentrasi pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai karena asik mengamati gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam memahami materi pembelajaran.

f. Contoh Model Pembelajaran Picture and Picture

Model pembelajaran picture and picture merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar dan tulisan yang dipasangkan dan diurutkan secara logis oleh siswa dan akan memberikan pengalaman dalam proses belajar, dengan memfasilitasi siawa berinteraksi dengan objek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi. Keterlibatan merupakan aktivitas belajar

yang tidak hanya mendengarkan, tetapi melibatkan potensi yang ada diri siswa, seperti berpikir kreatif, berintepretasi, dan pemecahan masalah dapat berkembang lebih efektif.

(37)

commit to user

Memancing

1). 2).

3). 4).

Gambar 1. Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture and Picture Gambar 1 merupakan contoh media dalam model pembelajaran picture and picture yang ditunjukkan dengan penyusunannya yang acak,

kemudian siswa diminta untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis dan sistematis. Logis yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sistematis berarti menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur.Setelah itu, siswa menyusun kalimat pada setiap gambar. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat cerita dengan mengembangkan kalimat yang telah dibuat menjadi paragraf dalam bentuk cerita.

Dengan begitu siswa akan terlatih untuk menulis dan sebaiknya kegiatan pembelajaran menulis dengan model pebelajaran picture and picture dilakukan secara berulang-ulang. Dengan demikian keterampilan menulis

(38)

commit to user

2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek

a. Pengertian Keterampilan

Dalam kehidupan masyarakat keterampilan kerap dikaitkan dengan kecepatan dalam melakukan pekerjaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 180), dikemukakan bahwa keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Seseorang dapat dikatakan terampil bila sudah cekatan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Setiap orang memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi hasil tugas yang dikerjakan.

Tri Budiarto (2008: 1-2) juga mengungkapkan pengertian keterampilan berasal dari kata “terampil yang artinya adalah mampu bertindak dengan cepat dan tepat”. Istilah lain dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan

baik dan cermat.

Menurut pendapat Aksay secara morfologis istilah keterampilan diambil dari skill maka memuat arti kemampuan mengerjakan sesuatu dengan baik dan dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan (http://aksay.multiply.com/journal/item/20).

Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan sesuatu. Seseorang akan dikatakan terampil bila selalu melatih keterampilan yang dimiliki. Melatih keterampilan dapat dilakukan sejak dini. Banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnya keterampilan menulis. Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar (http://saifulmmuttaqin. blogspot. com/2010/03/pembelajaran-ketrampilan. html).

(39)

commit to user

keahlian atau kemampuan itu timbul dikarenakan kebiasaan seseorang belajar dan berlatih secara berkesinambungan.

b. Pengertian Menulis

Imron Rosidi (2009: 2) mengemukakan bahwa menulis merupakan “kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang yang diungkapkan dalam bentuk bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung”.

Menurut H. G . Tarigan (2008:22) menulis adalah “menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang-orang dapa membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran dan grafik tersebut”.

Selain itu pengertian menulis menurut (http://42explore.com/

writing.html). Writing is the expression of language in the form of letters, symbols, or words. The primary purpose of writing is communication Artinya

menulis adalah ekspresi bahasa dalam bentuk huruf, simbol, atau kata-kata. Tujuan utama penulisan adalah komunikasi

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan

dalam bentuk bahasa tulis

(http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.html). Menulis merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses menulis mencakup serangkaian kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topic yang akan di bahas sampai penulisan akhir (Sabarti Akhadiah dkk, 1997: 2). perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca.

Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 2.1) untuk mencapai suatu tulisan yang baik sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, tentu saja akan berhubungan pula dengan keefektifan dalam menggunakan kalimat. Kalimat

(40)

commit to user

pemberitahuan kepada penerima (pembaca) sesuai dengan yang ada dalam benak si penyampai (penulis). Dengan kalimat efektif, penulis akan mengungkapkan gagasannya dengan jelas dan pembaca akan memahami gagasan penulis dengan jelas pula.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan menulis adalah serangkaian kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan, dan menuangkan ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan.

c. Tahap-Tahap Dalam Menulis

Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 14) ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi:

1). Tahap prapenulisan.

Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap mencari,menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang dperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. Fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya. Persiapan yang baik sangat memungkinkan untuk menumpulkan bahan secara terarah, mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta membahasnya secara kaya, luas, dan dalam.

Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang akan ditemui serta penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas

memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau gagasan dalam bentuk karangan.

2). Tahap penulisan.

(41)

commit to user

mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan.

Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di

dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara pembahasannya (pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan) dan tentu saja keputusan itu harus disesuaikan dengan topik, tujuan, corak karangan, dan pembaca karangan.

3). Tahap pascapenulisan.

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan revisi atau perbaikan karangan dilakukan.

Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya. Bila revisi berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti

(42)

commit to user

selesai. Bila perbaikan itu mendasar, maka kegiatan revisi berat biasanya diikuti kembali dengan penulisan kembali karangan (rewrite).

Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a). Membaca keseluruhan karangan;

b). Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan apabila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan disempurnakan; serta

c). Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis menulis.

Menurut Amir dan Rukayah (1996: 77) sebelum melaksanakan pembelajaran menulis guru harus membuat suatu perencanaan terlebih dahulu dengan memperhatikan:

a). Kegiatan belajar menulis harus dimulai dengan kegiatan mendengarkan, berbicara, dan membaca, sebab siswa SD belum memiliki kemampuan yang mendalam untuk menalar ide atau gagasan secara sendiri-sendiri. b). Kegiatan pembelajaran menulis harus dimulai dengan latihan-latihan pola

kalimat, mengisi titik-titik, menyelesaikan kalimat atau paragraf, atau menulis bebas.

c). Pembelajaran menulis dapat pula dilatihkan mulai dari mengarang ataupun paragraf atau menulis bebas.

d). Karangan hendaknya ditulis dengan alasan:

(1). Fungsional, maksudnya pembelajaran menulis tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan mengemukakan ide atau gagasan secara

(43)

commit to user

(2).Ekspresif, yaitu untuk mengungkapkan perasaa atau emosi yang sesuai dengan lingkungan budayanya. Misalnya menulis puisi, prosan dan drama.

(3).Pengembangan teknik, yaitu pengembangan keterampilan mulai dar penulisan judul, cara pengembangan paragraph sampai dengan menulis karangan yang baik seperti menulis cerita dengan ejaan yang benardan sebagainya.

(4).Pengembangan keterampilan menulis antara lain.

(a). Pengembangan tulisan tangan dan cetak.

(b). Keterampilan menggunakan tanda baca, huruf capital, ejaan dan kosa kata.

(c). Penggunaan pola kalimat dan tata bahasa.

(d). Pemilihan cara penulisan sesuai dengan tujuuannya.

(e). Keterampilan menyunting, seperti memeriksa tulisan sendiri, memperbaiki dan memeiksa hasil karangan sendiri.

(f). Menyusun karangan dan keterampilan mengorganisasikan idea tau gagasan secara efektif, misalnya menulis majalah dinding. (g). Akhirnya siswa harus mempelajari keterampilan menulis untuk

kepentingan sendiri atau bekerja. Dalam hal ini guru harus dapat memberikan dorongan agar siswa gemar mengarang misalnya menuliskan hal-hal atau kegiatan yang disaksikan, dirasakan maupun dialami sendiri ke buku hariannya.

d. Tujuan Menulis

Menurut Hugo Hartig (dalam Depdikbud: 235) ada beberapa tujuan menulis, antara lain:

1). Assigment Purpose (tujuan penugasan).

Penulis menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku bacaan, membuat

(44)

commit to user

Penulis menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin menjadikan hidup pembaca menyenangkan. Penulis berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu idea tau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik dapat tercapai.

3). Persuasive Purpose (tujuan persuasi).

Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan.

4). Informatical Purpose (tujuan informasional).

Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis.

5). Self Expressive (tujuan pernyataan diri).

Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada para pembaca.

6). Creative Purpose (tujuan kreatif).

Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di sini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya sekedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu

membaca tulisan tersebut.

7). Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah).

(45)

commit to user

e. Manfaat Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Menurut Sabartiah, dkk (1994: 1)

ada beberapa manfaat menulis antara lain:

1). Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis.

2). Melalui kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran yang akan dikemukakan.

3). Dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berfikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan.

4). Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui kegiatan menulis.

5). Melalui kegiatan tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif. 6). Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapt dipecahkan dengan

lebih melalui tulisan.

7). Dengan menulis dapat memotivasi diri untuk belajar membaca lebih giat. Penulis menjadi penemu atu pemecah masalah bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.

8). Melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri untuk berfikir dan

berbahasa secara tertib.

f. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan dalam pembelajaran mencakup beberapa aspek. Salah satu aspek keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan menulis. Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan menulis bagi siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu, menulis harus diajarkan pada saat anak mulai masuk SD (Mulyono Abdurrahman, 2003: 223).

Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam

(46)

commit to user

langsung. Kegiatan berbicara dan mendengar (menyimak) merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai tujuan dan maksudnya.

St. Y. Slamet (2008: 96) berpendapat bahwa keterampilan menulis

merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dalam dunia kepenulisan, pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang bias sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini dapat dibuktikan dari kenyataan banyak yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat. Padahal sebenarnya seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga terampil.

Sedangkan menurut Agus Suriamiharja (2003: 25) keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang mudah dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.

Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis (http://www.anneahira.com/pengertian-keterampilan-menulis.html). Keterampilan menulis bukan pekerjaan profesi juga bukan pekerjaan sembarangan. Dikatakan demikian karena menulis

(47)

commit to user

Sulit dan mudah itu tergantung penilaian dan kebiasaan seseorang. Bisa karena biasa.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intensif, maka seseorang dapat terampil menulis.

Linda Campbell (1996: 21) berpendapat tentang hubungan

keterampilan menulis dengan aspek keterampilan yang lain yaitu:

“Writing cannot be segregated from other language acts. It is

reinforced by speaking, listening and reading. Fully incorporating language arts activities into all content areas helps students communicate more effectivelly as well as learn more thoroughly. As in speech writing carries ideas from one person to another, with distinct purposes and meanings. Students, through a variety of writing activities, can develop a sense of audience and perceive writing as a relevant act occuring between themselves, other any

society”.

Yang berarti, menulis tidak dapat dipisahkan dari tindakan bahasa lainnya. Hal ini diperkuat dengan berbicara, mendengarkan dan membaca. Penuh menggabungkan kegiatan seni bahasa ke dalam semua area konten membantu siswa berkomunikasi dengan lebih secara efektif serta belajar lebih teliti.

Seperti dalam pidato tertulis membawa ide dari satu orang ke orang lain, dengan tujuan yang berbeda dan makna. Siswa, melalui berbagai kegiatan menulis, dapat mengembangkan rasa penonton dan menganggap menulis sebagai tindakan yang relevan yang terjadi antara mereka sendiri, lainnya masyarakat mana pun.

g. Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Gambar

gambar untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Gambar 1. Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture and Picture
grafik tersebut”.
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran bahasa indonesia. 2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Bagi Sekolah. 1) Memberi kontribusi

Dari 17 siswa ada 10 siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan hanya 7 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM atau sudah tuntas

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran Concept Sentence pada siswa kelas IV SD Negeri 01

mempengaruhi minat dan aktivitas siswa dalam belajar IPS. 3) Guru lebih memahami permasalahan yang dihadapi siswa saat. proses pembelajaran, sehingga mampu memberikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian melalui penggunaan media kelereng dalam model pembelajaran kooperatif ( Think Pair

Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan kreteria baik berdasarkan observasi pada siklus I dapat disajikan sebagai berkut: (1) mengidentifikasi

Penerapan metode picture and pic- ture belum dapat memenuhi nilai ketuntasan klasikal yang telah ditentukan, yaitu 80% siswa mendapat nilai di atas KKM, sehingga pembelajaran akan